Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 2
1.2 Ruang Lingkup ............................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ....................................................................... 3
1.4 Sistematika Pembahasan ............................................................... 3
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
• Metode berdasarkan alat plumbing (UAP)
b. Sistem perpipaan air bersih
c. Penentuan jumlah dan letak Ground Water Tank dan Roof Tank
d. Sistem perpipaan air kotor dan air bekas
e. Jumlah alat plumbing yang digunakan
Tugas besar ini juga mencakup perencanaan denah bangunan yang menggambarkan
jaringan pipa di seluruh bagian gedung untuk menyalurkan air (bersih dan limbah) dan setiap
peralatan yang terhubung supaya sistem plambing dapat bekerja secara optimal sesuai dengan
SNI 8153, 2015 tentang Sistem Plambing dalam Gedung, SNI 03-7065, 2005, SNI 03-6481,
2000, dan Buku Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing oleh Soufyan Moh.
Noerbambang dan Takeo Morimura Tahun 2005.
1.3 maksud dan tujuan
maksud dari penulisan tugas alat plumbing ini adalah untuk merencanakan sistem
instalasi plambing pada suatu gedung sekolah, dengan tujuan:
1. membuat sistem perpipaan air bersih
2. membuat sistem perpipaan air buangan dan ven
3. Gedung yang direncanakan dapat beroperasi secara optimal.
3
BAB II
REFERENSI
Referensi yang digunakan pada perencanaan sistem plambing gedung sekolah ini adalah:
1. Noerbambang, Soufyan. Takeo Morimura. 1993. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing. Pradnya Paramita: Jakarta
2. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Erlangga: Jakarta
3. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 2. Erlangga: Jakarta
4. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-6381-2000 Tentang Sistem Plambing, 2000.
5. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7065-2005 Tentang Tata Perencanaan Sistem Plambing,
2005
6. Standar Nasional Indonesia, SNI 8153-2015 Tentang Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung,
2015.
7. Depkes RI, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990, Jakarta.
4
BAB III
DASAR PERENCANAAN
3.1 Air Bersih
3.1.1 Definisi Air Bersih
Definisi air bersih menurut Permenkes No. 416 tahun 1990, adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak.
Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen dalam
Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
3.1.2 Sumber Air Bersih
Rangkaian instalasi air bersih di dalam rumah, atau biasa disebut instalasi pipa
sekunder, umumnya menggunakan pipa ukuran 0,5 inci. Namun ukuran instalasi pipa
primer (dari sumber air keinstalasi dalam rumah) berbeda – beda bergantung pada sumber
airnya.
5
1. Persyaratan kualitas air untuk air minum.
2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas
air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:
1. Syarat fisik, antara lain:
6
80 persen dari luas seluruhnya. Apabila jumlah data penghuni tidak diketahui maka
metode perhitungannya:
1) Luas gedung total = Jumlah lantai x luas gedung
2) Luas gedung efektif = Perbandingan luas lantai total x luas gedung seluruhnya
3) Kepadatan penduduk atau penghuni 5-10 m3 / orang Jumlah Penghuni = Luas
gedung efektif / kepadatan penghuni.
7
4. Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya
tangki tekan.
c. Sistem Tangki Tekan
Prinsip sistem ini adalah sebagai berikut air yang telah ditampung dalam tangki
bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki tertutup sehingga udara di
dalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi
bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu detektor tekanan,
yang menutup membuka saklar motor listrik penggerak pompa: pompa berhenti
bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan
bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum tekanan yang
ditetapkan juga. Kelebihan sistem tangki tekan adalah:
1. Dari segi estetika tidak menyolok jika dibandingkan dengan tangki atap;
2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama
pompa-pompa lainnya;
3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas
Menara;
4. Kekurangannya adalah pompa akan sering bekerja sehingga menyebabkan
keausan pada saklar lebih cepat.
8
h = kerugian gesek pipa lurus (m) koefisien gesekan
l = panjang pipa lurus (m)
d = diameter dalam (m)
v = kecepatan rata-rata aliran air (m/s)
g = percepatan gravitasi (980 m/sJ/s)
Kerugian gesek untuk setiap satuan panjang pipa (h/l) disebut gradien
hidrolik, dinyatakan dengan “i” ; dan kalau laju aliran air dinyatakan dengan “Q”
, maka secara experimentil diperoleh hubungan berikut ini yang dikenal sebagai
rumus Hanzen Williams :
9
katup-katup pada pipa-pipa cabang tegak keatas dapat dilakukan dengan mudah.
Tetapi karena adanya pipa utama yang dipasang dari tangki atas sampai pipa
mendatar dalam langit-langit terbawah, maka jika dibandingkan dengan sistem
pengaliran kebawah akan menambah panjang pipa utama.
4. Pemasangan Katup
Pemasangan pipa biasanya diawali dengan pipa utama dan dilanjutkan
pada pipa-pipa cabang. Pipa cabang digunakan untuk melayani pada tiap-tiap
lantai pada gedung bertingkat. Pada pipa cabang hendak dipasang katup-katup
pemisah yang dekat dengan pipa utama. Katup pemisah tersebut dilakukan untuk
kegiatan perawatan dan perbaikan (Soufyan dkk,2005).
Katup sorong (gate valve) banyak dipasang sebagai katup pemisah pipa
cabang. Selain digunakan untuk kegiatan perawatan dan perbaikan, katup sorong
juga dapat mengatur (membatasi) laju aliran air pada pipa cabang yang biasanya
disertai dengan katup bola (globe valve). Jika pipa-pipa tersebut dipasang dalam
suatu cerobong maka ukuran cerobong harus cukup untuk operasi katup dan
perawatan/penggantian katup apabila diperlukan (Soufyan dkk, 2005).
10
Hs = Tinggi Statik
Hf = kerugian gesek
3. Titik Kritis
Alat plambing yang terkritis:
a. Head Statik : Tinggi pipa dihitung dari pipa intlet alat plambing terkikis sampai
pipa outlet rooftank.
b. Titik Kritis : Dimana alat plambing akan mendapat tekanan paling rendah (yang
terletak jauh veral paling pendek dari atap atau pipa paling panjang dari atap).
HF = { Q/ 0,27835 x C D^2,63}^1,853 x L
Keterangan:
L : Panjang pipa (m) = L pipa lurus / L pipa aksesoris
Q : Debit pipa (m)
D : Koofisien gesek Harry William, Tergantung bahan pipa (tabel 2.8 )
penentuan titik kritis pada alat plambing yang terletak pada lantai teratas alat
plambing yang jauh dari shaff.
3.1.8 Pompa
Spesifikasi pompa diketahui dengan H statik dan Q istilah yang ada:
1. Kapasitas pompa (Qp) kebutuhan gedung yaitu volume cairan yang dipompa
persatuan waktu (l/dt, m^3/dt) dimana,
Qp= QRT
Keterangan:
QP= kapasitas pompa (m^3/jam)
QRT= kapasitasrooftank (m^3/jam)
2. Head statik (Hs): ujung input dan output yaitu perbedaan elevasi (tekanan) zat cair
antara discharge dan suction.
3. Head suction(Hs): perbedaan elevasi (tekanan) zat cair antara zat cair suction dengan
pusat pompa.
11
3.2 Sistem Pembuangan Air Kotor, Air Bekas dan ven
3.2.1 Jenis Air Buangan
Air buangan atau sering pula disebut air limbah adalah semua cairan yang
dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas, tumbuh-tumbuhan,
maupun yang mengandung sisa dari proses industri. Air buangan dapat dibagi menjadi 4
golongan:
1. Air kotor: air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan
yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing.
2. Air bekas: air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti bak
mandi (bath tub), bak cuci tangan (lavatory), bak dapur (kitchen sink ),dll .
3. Air hujan: air buangan dari atap, halaman, dll.
4. Air buangan khusus: air buangan yang mengandung gas beracun bahan kimia yang
berbahaya.
3.2.2 Dasar-Dasar Sistem Ven
Tujuan sistem ven bersama dengan alat perangkap, pipa ven merupakan bagian
penting dari suatu sistem pembuangan. Tujuan pemasangan pipa ven adalah:
12
tersebut. Bagian pipa ven mendatar, tidak termasuk bagian “pipa ven di bawah
lantai”, tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya.
3.2.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah
13
3.3 Air Hujan
3.3.1 Prinsip Dasar Sistem Penyaluran Air Hujan
Bangunan yang dilengkapi dengan system plambing harus dilengkapidegan
system drainase untuk pembuangan air hujan yang berasal dariatap maupun jalur terbuka
yang mengalirkan air. Air hujan yang dibawadalam system plambing ini harus disalurkan
ke dalam lokasipembuangan untuk air hujan. Hal ini karena tidak boleh air
hujandisalurkan ke dalam system plambing air buangan yang hanya bertujuanuntuk
menyalurkan air buangan saja atau disalurkan ke suatu tempatsehingga air hujan tersebut
akan mengalir ke jalan umum, menyebabkanerosi atau genangan air. Bila terdapat system
plambing air buangan danair hujan dalam satu gedung maka tidak dianjurkan untuk
digabungkankecuali hanya pada lantai paling bawah saja. Sistem plambing air hujanyang
digabung dengan air buangan pada lantai terbawah harusdilengkapi dengan perangkap
untuk mencegah keluarnya gas dan bautidak enak dari system tersebut.
Perangkap yang terpasang harus berukuran minimal sama denganpipa mendatar
yang terpasang bersama. Dan harus dilengkapi denganpembersih di tiap ujungnya yang
terletak di dalam gedung. Pada ujungdimana air masuk, harus dilengkapi dengan penahan
kotoran agarsystem plambing air hujan tidak terganggu.Gutter talang atap dan leader
talang tegak air hujan digunakanuntuk menangkap air hujan yang jatuh ke atas atap atau
bidang tangkaplainnya di atas tanah. Dari leader kemudian dihubungkan ke
titik"titikpengeluaran, umumnya ke permukaan tanah atau system drainasebawah tanah
underground drain. tidak diperkenankan menghubungkannya dengan system saluran
saniter. palang tegak dapat ditempatkan di dalam ruangan conductor maupun di luar
bangunan leader.
3.3.2 Ukuran Gutter & Leader
Berdasarkan rekomendasi dari Copper & Brass Research Association beberapa
prinsip berkenaan dengan penentuan ukuran gutter & leader adalah:
1. Ukuran leader dibuat sama dengan outletnya, untuk menghindari kemacetan aliran
yang ditimbulkan oleh daun dan kotoran lainnya.
2. Jarak maksimum antar leader adalah 75 ft (22,86). Aturan yang paling aman adalah
untuk 150 ft^2 (13,94 m^2) luas atap dibutuhkan 1 inci luas leader. Angka-angka
tersebut dapat berubah akibat kondisi-kondisi local.
3. Ukuran outlet tergantung pada jumlah & jarak antar outlet,kemiringan atap dan
bentuk
gutter.
4. Jenis gutter terbaik adalah jika punya kedalaman minimal sama dengan setengah kali
lebarnya dan tidak lebih dari 3/4 lebarnya. Gutter berbentuk setengah lingkaran
merupakan bentuk yang palingekonomis dalam kebutuhan materialnya dan menjamin
adanya proporsiyang tepat antara kedalaman dan lebar gutter. Ukuran gutter tidak
bolehlebih kecil dari leadernya dan tidak boleh lebih kecil dari 4 inci.
14
3.3.3 Perencanaan Sistem Penyaluran Air Hujan
Sistem Gravitasi
melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai dasar dan dialirkan langsung ke
saluran kota.
Sistem Bertekanan (Storm water)
Air hujan yang masuk ke lantai basement melalui ramp dan air buangan lain yang
berasal dari cuci mobil dan sebagainya dalam bak penampungan sementara
(sump pit) di lantai basement terendahuntuk kemudian dipompakan keluar
menuju saluran kota.
3.3.5 Peralatan Sistem Drainase dan Air Hujan
1. Pompa Drainase (Storm water Pump)
Pompa drainase berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan sementara
menuju saluran utama bangunan. Pompa yang digunakan adalah jenis submersible
pump (pompa terendam) dengan system operasi umumnya automatic dengan bantuan
level control yang ada di pompa dan system parallel alternate.
2. Pipa Air HujanPipa air hujan
berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari atap menuju riol bangunan. Bahan yang
dipakai adalah PVC kelas 10 bar.
3. Roof Drain
Roof Drain berfungsi sama dengan floor drain, hanya penempatannya di atap
bangunan dan air yang dialirkan adalah air hujan. Bahan yang dipakai adalah cast
iron dengan diberi saringan berbentuk kubah diatasnya
4. Balcony Drain
Berfungsi sama seperti roof drain, hanya penempatannya pada balkon
15
BAB IV
TINJAUAN UMUM GEDUNG
16
BAB V
PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BERSIH
17
6 1 Rg. Tata 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
usaha
7 1 Rg. 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
Konferensi
8 1 Rg. 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
Keamanan 5 5
gedung
9 1 Rg. Makan 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
guru 5 5
10 1 koperasi 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
sekolah 5 5
11 1 Rg. Guru BP 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
12 1 Rg. Dokter 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
13 1 gudang dan 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
pantry 5 5
jumlah 79
no lan fungsi panja luas % luas standart luas jumla
tai ruangan ng,leb ruan efektifitas efektif( (jiwa/m2) ruang h
ar(m) gan( (Noerbam m) (Neufert,1 gerak( popula
m2) bang, 996) m2) si
1993)
1 2 Rg. Kelas 1A 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
2 2 Rg. Kelas 1B 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
3 2 Rg. Kelas 1C 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
4 2 Rg. Kelas 1D 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
5 2 Rg. Kelas 1E 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
6 2 Rg. Kelas 1F 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
7 2 Rg. Kelas 1G 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
8 2 Lab. Kimia 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
9 2 Lab. Fisika 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
10 2 Lab.Biologi 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
11 2 Rg. Persiapan 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
& bahan- 5 5
bahan biologi
12 2 Rg. Persiapan 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
kimia 5 5
13 2 Rg. Persiapan 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
fisika 5 5
14 2 Rg. Material 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
bahan kimia 5 5
& fisika
jumlah 84
18
no lan fungsi panja luas % luas standart luas jumla
tai ruangan ng,leb ruan efektifitas efektif( (jiwa/m2) ruang h
ar(m) gan( (Noerbam m) (Neufert,1 gerak( popula
m2) bang, 996) m2) si
1993)
1 3 Rg. Kelas 2A 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
2 3 Rg. Kelas 2B 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
3 3 Rg. Kelas 2C 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
4 3 Rg. Kelas 2D 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
5 3 Rg. Kelas 2E 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
6 3 Rg. Kelas 2F 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
7 3 Rg. Kelas 2G 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
8 3 Rg. Kelas 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
cadangan 1 5 5
9 3 Rg. Kelas 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
cadangan 2 5 5
10 3 Rg. Kursus 1 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
11 3 Rg. Kursus 2 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
12 3 Rg. Buku- 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
buku sekolah 5 5
13 3 Rg. Peralatan 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
pengajaran 5 5
bahasa
14 3 Perpustakaan 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
jumlah 84
no lan fungsi panja luas % luas standart luas jumla
tai ruangan ng,leb ruan efektifitas efektif( (jiwa/m2) ruang h
ar(m) gan( (Noerbam m) (Neufert,1 gerak( popula
m2) bang, 996) m2) si
1993)
1 4 Rg. Kelas 3A 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
2 4 Rg. Kelas 3B 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
3 4 Rg. Kelas 3C 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
4 4 Rg. Kelas 3D 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
5 4 Rg. Kelas 3E 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
6 4 Rg. Kelas 3F 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
7 4 Rg. Kelas 3G 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
8 4 Rg. Kelas 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
cadangan 3 5 5
9 4 Rg. Kelas 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
cadangan 4 5 5
10 4 Rg. Kursus 3 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
19
11 4 Rg. Kursus 4 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
12 4 Rg. Buku- 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
buku sekolah 5 5
13 4 Rg. Peralatan 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
pengajaran 5 5
bahasa
14 4 Rg. Samping 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
jumlah 84
no lan fungsi panja luas % luas standart luas jumla
tai ruangan ng,leb ruan efektifitas efektif( (jiwa/m2) ruang h
ar(m) gan( (Noerbam m) (Neufert,1 gerak( popula
m2) bang, 996) m2) si
1993)
1 5 Aula 10x6 60 60% 36 0,87 2,61 14
2 5 Musholla 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
3 5 Rg.wudhu 6x2,5 15 60% 9 0,87 2,61 3
pria
4 5 Rg.wudhu 6x2,5 15 60% 9 0,87 2,61 3
wanita
5 5 Unit 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
Kesehatan
Sekolah
6 5 Rg. Kesenian 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
7 5 Rg. Musik 6x5 30 60% 18 0,87 2,61 7
8 5 Rg. Osis 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
5 5
9 5 kantin & 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
dapur kantin 5 5
10 5 Rg. Doa 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
agama kristen 5 5
11 5 Rg. Komputer 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
1 5 5
12 5 Rg. Komputer 5x4,67 23,37 60% 14,025 0,87 2,61 5
2 5 5
jumlah 73
20
Dari tabel perhitungan jumlah populasi, didapat jumlah total populasi perlantai kemudian didapat
data jumlah total di gedung. Untuk angka % efektifitas didapat dari buku “Noerbambang,1993”
sebesar 60%, data luas efefktif perorangan didapat dari “Neufert,1996” sebesar 2,61
5.3 Kebutuhan Alat Plambing
Perhitungan alat plambing dilakukan untuk menentukan jumlah alat plambing yang
digunakan pada gedung. Untuk menentukan kebutuhan alat plambing setiap gedung dapat
diperkirakan dengan melihat ketentuan/ peraturan resmi yang sudah ditetapkan. Berdasarkan
jumlah perbandingan pria dan wanita tiap lantai serta tabel kebutuhan alat plambing untuk pria
dan wanita di setiap lantai. Menurut SNI 8153 2015 Tentang Sistem Plambing Pada Bangunan
Gedung untuk fasilitas pendidikan dan SNI 03-6481-2000 Tentang Sistem Plambing. fasilitas
usaha, dan fasilitas perdagangan harus di lengkapi sekurang-kurangnya dengan kloset dan urinal
sesuai pada Tabel
21
2 1 Rg.guru wanita 7 50 80 350
3 1 Rg. Kepala sekolah 7 50 80 350
4 1 Rg. Wakasek 7 50 80 350
5 1 Rg. Tamu 7 50 80 350
6 1 Rg. Tata usaha 7 50 80 350
7 1 Rg. Konferensi 7 50 80 350
8 1 Rg. Keamanan 5 50 80 250
gedung
9 1 Rg. Makan guru 5 50 80 250
10 1 koperasi sekolah 5 50 80 250
11 1 Rg. Guru BP 5 50 80 250
12 1 Rg. Dokter 5 50 80 250
13 1 gudang dan pantry 5 50 80 250
jumlah kebutuhan air lantai 1 3950
no lantai fungsi ruangan jumlah pemakaian rata-rata air kebutuhan
populasi sehari (liter/orang/hari) SNI air
03-7065-2005 (liter/hari)
pegawai murid
1 2 Rg. Kelas 1A 7 50 80 560
2 2 Rg. Kelas 1B 7 50 80 560
3 2 Rg. Kelas 1C 7 50 80 560
4 2 Rg. Kelas 1D 7 50 80 560
5 2 Rg. Kelas 1E 7 50 80 560
6 2 Rg. Kelas 1F 7 50 80 560
7 2 Rg. Kelas 1G 7 50 80 560
8 2 Lab. Kimia 5 50 80 400
9 2 Lab. Fisika 5 50 80 400
10 2 Lab.Biologi 5 50 80 400
11 2 Rg. Persiapan & 5 50 80 400
bahan-bahan biologi
12 2 Rg. Persiapan kimia 5 50 80 400
13 2 Rg. Persiapan fisika 5 50 80 400
14 2 Rg. Material bahan 5 50 80 400
kimia & fisika
jumlah kebutuhan air lantai 2 6720
no lantai fungsi ruangan jumlah pemakaian rata-rata air kebutuhan
populasi sehari (liter/orang/hari) SNI air
03-7065-2005 (liter/hari)
pegawai murid
1 3 Rg. Kelas 2A 7 50 80 560
2 3 Rg. Kelas 2B 7 50 80 560
3 3 Rg. Kelas 2C 7 50 80 560
4 3 Rg. Kelas 2D 7 50 80 560
22
5 3 Rg. Kelas 2E 7 50 80 560
6 3 Rg. Kelas 2F 7 50 80 560
7 3 Rg. Kelas 2G 7 50 80 560
8 3 Rg. Kelas cadangan 5 50 80 400
1
9 3 Rg. Kelas cadangan 5 50 80 400
2
10 3 Rg. Kursus 1 5 50 80 400
11 3 Rg. Kursus 2 5 50 80 400
12 3 Rg. Buku-buku 5 50 80 250
sekolah
13 3 Rg. Peralatan 5 50 80 250
pengajaran bahasa
14 3 Perpustakaan 5 50 80 250
jumlah kebutuhan air lantai 3 6270
no lantai fungsi ruangan jumlah pemakaian rata-rata air kebutuhan
populasi sehari (liter/orang/hari) SNI air
03-7065-2005 (liter/hari)
pegawai murid
1 4 Rg. Kelas 3A 7 50 80 560
2 4 Rg. Kelas 3B 7 50 80 560
3 4 Rg. Kelas 3C 7 50 80 560
4 4 Rg. Kelas 3D 7 50 80 560
5 4 Rg. Kelas 3E 7 50 80 560
6 4 Rg. Kelas 3F 7 50 80 560
7 4 Rg. Kelas 3G 7 50 80 560
8 4 Rg. Kelas cadangan 5 50 80 400
3
9 4 Rg. Kelas cadangan 5 50 80 400
4
10 4 Rg. Kursus 3 5 50 80 400
11 4 Rg. Kursus 4 5 50 80 400
12 4 Rg. Buku-buku 5 50 80 250
sekolah
13 4 Rg. Peralatan 5 50 80 250
pengajaran bahasa
14 4 Rg. Samping 5 50 80 250
jumlah kebutuhan air lantai 4 6270
no lantai fungsi ruangan jumlah pemakaian rata-rata air kebutuhan
populasi sehari (liter/orang/hari) SNI air
03-7065-2005 (liter/hari)
pegawai murid
1 5 Aula 14 50 80 1120
2 5 Musholla 7 50 80 560
3 5 Rg.wudhu pria 3 50 80 240
23
4 5 Rg.wudhu wanita 3 50 80 240
5 5 Unit Kesehatan 7 50 80 560
Sekolah
6 5 Rg. Kesenian 7 50 80 560
7 5 Rg. Musik 7 50 80 560
8 5 Rg. Osis 5 50 80 400
9 5 kantin & dapur 5 50 80 250
kantin
10 5 Rg. Doa agama 5 50 80 400
kristen
11 5 Rg. Komputer 1 5 50 80 400
12 5 Rg. Komputer 2 5 50 80 400
jumlah kebutuhan air lantai 5 5690
Qr 4335 m^3/jam
Qp 6502,5 m^3/jam
Qmax 13005 m^3/jam
Tp 60 menit
Tpu 30 menit
Qpu 18785 m^3/jam
Vf 5780 m^3
kapasitas 173400
rooftank Liter/hari
m^3 173,4
24
5.4 Dimensi Pipa
Penentuan dimensi pipa dilakukan dengan perhitungan. Dimana perhitungan ini
berdasarkan jumlah alat plambing dan beban unit alat plambing.
25
WC M WCT 2,5 2,5 1,2 0,75
T6
M N - - 29 3,04 1,25
WC N WCT 2,5 2,5 1,03 0,75
T7
N O - - 31,5 0,5 1,25
WC O WCT 2,5 2,5 1,03 0,75
T8
O P - - 34 0,8 1,25
Lantai UR A UR 2 2 0,9 0,5
Tipikal 1
UR A UR 2 2 0,3 0,5
2
A B - - 4 1,2 0,75
LV B LV 1 1 0,3 0,5
1
B C - - 5 2,4 0,75
LV C LV 1 1 0,2 0,5
2
C D - - 6 3,8 0,75
LV D LV 1 1 0,2 0,5
3
D E - - 7 2,2 0,75
LV E LV 1 1 0,2 0,5
4
E F - - 8 0,8 0,75
UR F UR 2 2 0,3 0,5
3
F G - - 10 0,6 1
UR G UR 2 2 0,3 0,5
4
G H - - 12 0,6 1
UR H UR 2 2 0,3 0,5
5
WC I WCT 2,5 2,5 1,5 0,75
T1
WC I WCT 2,5 2,5 0,9 0,75
T2
I J - - 19 3,04 1
WC J WCT 2,5 2,5 1,2 0,75
T3
J K - - 21,5 1,2 1,25
WC K WCT 2,5 2,5 1,2 0,75
T4
K L - - 24 1,2 1,25
WC L WCT 2,5 2,5 1,2 0,75
T5
26
L M - - 26,5 1,2 1,25
WC M WCT 2,5 2,5 1,2 0,75
T6
M N - - 29 3,04 1,25
WC N WCT 2,5 2,5 1,03 0,75
T7
N O - - 31,5 0,5 1,25
WC O WCT 2,5 2,5 1,03 0,75
T8
O P - - 34 0,8 1,25
Lantai UR A UR 2 2 0,9 0,5
Atas 1
UR A UR 2 2 0,3 0,5
2
A B - - 4 1,2 0,75
LV B LV 1 1 0,3 0,5
1
B C - - 5 2,4 0,75
LV C LV 1 1 0,2 0,5
2
C D - - 6 3,8 0,75
LV D LV 1 1 0,2 0,5
3
D E - - 7 2,2 0,75
LV E LV 1 1 0,2 0,5
4
E F - - 8 0,8 0,75
UR F UR 2 2 0,3 0,5
3
F G - - 10 0,6 1
UR G UR 2 2 0,3 0,5
4
G H - - 12 0,6 1
UR H UR 2 2 0,3 0,5
5
WC I WCT 2,5 2,5 1,5 0,75
T1
WC I WCT 2,5 2,5 0,9 0,75
T2
I J - - 19 3,04 1
WC J WCT 2,5 2,5 1,2 0,75
T3
J K - - 21,5 1,2 1,25
WC K WCT 2,5 2,5 1,2 0,75
T4
K L - - 24 1,2 1,25
27
WC L WCT 2,5 2,5 1,2 0,75
T5
L M - - 26,5 1,2 1,25
WC M WCT 2,5 2,5 1,2 0,75
T6
M N - - 29 3,04 1,25
WC N WCT 2,5 2,5 1,03 0,75
T7
N O - - 31,5 0,5 1,25
WC O WCT 2,5 2,5 1,03 0,75
T8
O P - - 34 0,8 1,25
28
PUSTAKA
1. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Erlangga: Jakarta
2. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 2. Erlangga: Jakarta
3. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-6381-2000 Tentang Sistem Plambing, 2000.
4. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7065-2005 Tentang Tata Perencanaan Sistem
Plambing, 2005
5. Standar Nasional Indonesia, SNI 8153-2015 Tentang Sistem Plambing Pada Bangunan
Gedung, 2015.
29