Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PERANCANGAN PLAMBING DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN

Dosen pengampu : Amal Ichlasul Magribi,ST.,MT


OLEH
KELOMPOK IV

HASNIAR : 4032022051
ALMAYANTI : 4032022003
SAHRULLAH : 4032022026
BAHARUDIN : 4042022063
DIKI DARMAWAN : 4042022062
FITRAA : 4042022067

TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG


POLITEKNIK BOMBANA
2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah”
PERANCANGAN PLAMBING DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN.

Makalah PERANCANGAN PLAMBING DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN.


ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini ada manfaatnya untuk masyarakat ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah
ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya menjaga keselamatan
dan kualitas hidup penghuni bangunan.

Bombana, 19 Februari 2024

Kelompok. lV

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR........................................................................................... ll
DAFTAR ISI......................................................................................................... lll
DAFTAR ISI......................................................................................................... 2
l.1 Latar Belakang................................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................ 2
BAB II BAGIAN ISI............................................................................................ 7
3.1 Perancangan Pencegah Kebakaran .......................................................... 19
3.2 Perancangan Sistem Plumbing.................................................................. 26
BAB VI PENUTUP........................................................................................... 29
lV.1 Kesimpulan............................................................................................... 29
lV.2 Saran........................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 33

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air
bersih ke tempat yang dikehendaki baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas
yang memenuhi syarat dan membuang air bekas (kotor) dari tempat tertentu tanpa
mencemarkan bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan
kenyamanan yang diinginkan.

Sistem plambing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan


gedung. Oleh karena itu perencanaan sistem plambing harus dilakukan bersamaan
dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri. Dalam rangka
penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas serta kontinuitas maupun
penyaluran air bekas pakai (air kotor)
dari peralatan saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-
bagian penting dalam gedung atau lingkungannya.

Sistem plambing juga harus dirancang dengan sungguh-sungguh karena tidak


hanya berdampak pada keefektifan dan keefisienan namun juga berdampak pada
kesehatan pada jangka panjangnya. Hal ini tidak kalah penting karena kesehatan
merupakan harta paling berharga yang dimiliki manusia. Untuk menjaga
kesehatannya itu manusia dapat memulainya dengan menjaga kesehatan
lingkungan, baik tempat kerjanya maupun tempat pemukimannya yang dalam hal ini
sistem plambing memberikan andil yang sangat penting untuk menjaga kesehatan di
dalam lingkungan gedung tempat bekerja atau bermukim.

Pemerintah juga banyak mengeluarkan kebijakan dalam hal lingkungan hidup yang
dikaitkan dengan pembangunan bidang properti, sehingga kebutuhan akan tenaga
ahli dalam bidang perancangan khususnya perancangan dalam bidang plambing
meningkat. Mengingat sistem plambing merupakan bagian yang sangat vital dalam
suatu bangunan gedung, apalagi perancangan sistem plambing untuk rumah sakit
yang memerlukan keahlian yang memadai dalam perancangannya.

Pada instalasi plambing sering ditemukan tekanan air yang kurang sehingga
debit pengaliran air bersih mengalir dengan debit yang kecil terutama pada lantai
teratas dari bangunan dikarenakan tekanan air bersih yang digunakan dibawah
tekanan minimal yang dipersyaratkan. Pada perancangan sistem plambing ini

3
diperlukan sistem distribusi air bersih yang sesuai dengan jenis bangunan
sehingga tekanan dan debit pengaliran air bersih pada masing-masing lantai
dapat terpenuh (Suhardiyanto, 2016).

Air merupakan salah satu kebutuhan utama yang diperlukan oleh setiap makhluk
hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Begitu juga untuk
memenuhi kebutuhan air di Mess Trikora Kobangdikal Surabaya, diperlukan
sistem plambing untuk menyediakan debit dan tekanan air bersih yang cukup agar
kebutuhan dapat terpenuhi. Sistem penyediaan air bersih

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 tentang


“Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung” dan
Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 8 Tahun 2008 tentang
“Penanggulangan Bahaya Kebakarandalam wilayah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta”( Affiandi Junia, 2016).

Pada masa sekarang ini pembangunan gedung-gedung tinggi (apartemen / hotel)


harus dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran guna meminimalisasikan
kerugian-kerugian yang disebabkan kebakaran.

mempunyai tujuan yaitu melayani kebutuhan air ke tempat- tempat yang


membutuhkan dengan debit dan tekanan cukup. Air dari PDAM sebelum
didistribusikan oleh instalasi plambing terlebih dahulu ditampung di tangki
bawah yang selanjutnya dinaikkan ke tangki atas oleh pompa. Setelah itu dari
tangki atas akan didistribusikan ke tiap lantai/kamar yang memerlukan. Dalam
perencanaan sistem penyediaan air bersih di gedung Mess Trikora Kobangdikal
Surabaya ini dimulai dengan menaksir kebutuhan air, menentukan diameter
pipa pada instalasi dengan menggunakan persamaan kontinuitas dan energi
yang mana kecepatan aliran dalam pipa yang diasumsikan terlebih dahulu.
Setelah itu ditentukan perencanaan volume efektif tangki air atas dan bawah yang
dapat melayani kebutuhan puncak dengan seluruh peralatan plambing yang
beroperasi pada waktu tertentu. Debit aliran air pada saat terjadi kebutuhan
puncak tersebut akan digunakan untuk menentukan kapasitas pompa serta
melayani volume efektif tangki atas dan bawah yang dapat melayani kebutuhan air
tersebut. Perhitungan head instalasi pompa dan volume tangki efektif digunakan
sebagai dasar dalam perhitungan pemilihan pompa yang sesuai dengan
perencanaan (Sujarwanta, dkk 2021).

4
Sistem proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa pada bangunan gedung
merupakan persyaratan teknis yang harus dipenuhi sebagai upaya pencegahan
kebakaran. Pada tahun 2012 Hotel Grasia pernah mengalami kebakaran sebanyak
3 kasus diakibatkan karena pemanas air dan bagian genset mengalami korsleting
listrik sehingga menimbulkan percikan api. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
gambaran penerapan sistem proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa yang
ada di Hotel Grasia Semarang. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017. Jenis
penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Penentuan informan menggunakan teknik
purposive sampling dengan jumlah informan 3 orang. Teknik pengambilan data
berupa wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 79 poin yang dibahas, sebanyak 30 poin (37,97%)
terpenuhi dan sesuai dengan standar,19 poin (24,06%) belum sesuai dengan
standar dan 30 poin (37,97%) tidak terpenuhi. Simpulan dari penelitian ini yaitu
pemenuhan sistem proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa di Hotel Grasia
Semarang masih dalam kategori kurang (Miranti Siwi dkk, 2018).

rasa aman bagi penghuninya. Selain itu, dalam Untuk membangun gedung
bertingkat tinggi diperlukan konstruksi yang kokoh dan kuat untuk menunjang
bangunan gedung, juga harus memperhatikan satu kesatuan sistem dan merupakan
keharusan pada konsep perencanaan bangunan tinggi, salah satunya berupa
perencanaan terhadap bahaya kebakaran (fire protection) yang setiap saat selalu
mengancam kehidupan manusia. Salah satu fasilitas umum yang banyak

Seiring dengan pesatnya perkembangan jaman, pembangunan diberbagai sektor


juga ikut mengalami kemajuan, salah satunya yang banyak kita jumpai yaitu
pembangunan gedung - gedung fasilitas umum.

Plambing adalah salah satu prasarana yang penting agar gedung dapat
berfungsi dengan semestinya dan menunjang aktivitas pengguna gedung. Alat
plambing penunjang aktivitas dalam gedung kantor beruba kloset, faucet, lavatory,
peturasan, sink dan lain sebagainya. Sistem plambing adalah jaringan perpipaan
yang meliputi pengaliran air minum, penanganan air limbah, penyaluran air
hujan, perpipaan distribusi, termasuk semua sambungan serta alat perlengkapannya
yang terpasang di dalam batas persil gedungMaka diperlukan sebuah
perencanaan sistem plambing yang baik dan sesuai dengan persyaratan dan standar
yang berlaku untuk menunjang aktivitas di dalam gedung.

Pembangunan gedung bertingkat di kota-kota besar saat ini semakin pesat, sebelum
gedung dibangun diperlukan perencanaan sistem plambing untuk memenuhi kebutuhan

5
pengadaan air untuk kebutuhan sehari-hari dalam gedung dan pembuangan air kotor.
Investigasi menunjukkan bahwa bangunan-bangunan yang akan dibangun
memerlukan perencanaan sistem plambing yang sesuai dengan guna gedung.

Pada perancangan sistem plambing terdapat beberapa bagian yaitu sistem air bersih,
sistem air limbah, sistem pipa ven, sistem air hujan. Perencanaan sistem plambing di
gedung bertingkat harus seefektif mungkin oleh karena itu, hal terpenting dalam desain
plambing adalah menyesuaikan desain plambing dengan fungsi bangunan, seperti
apartemen, hotel, rumah sakit, kantor, dan lain-lain sehingga perhitungannya memenuhi
kebutuhan air bangunan (Pahpanyungi Ayo, 2022).

rasa aman bagi penghuninya. Selain itu, dalam Untuk membangun gedung bertingkat
tinggi diperlukan konstruksi yang kokoh dan kuat untuk menunjang bangunan gedung,
juga harus memperhatikan satu kesatuan sistem dan merupakan keharusan pada
konsep perencanaan bangunan tinggi, salah satunya berupa perencanaan terhadap
bahaya kebakaran (fire protection) yang setiap saat selalu mengancam kehidupan
manusia. Salah satu fasilitas umum yang banyak

Perancangan sistem plambing perlu mewujudkan keselamatan, kesehatan,


kemudahan dan kenyamanan anggota dan staff yang bekerja di gedung tersebut
(Afdahala Agha, 2022).

I.1. Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang sebelumnya maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Perancangan Sistem Plumbing?
b. Perancangan Sistem Pencegahan Kebakaran?
I.2. Tujuan Masalah
a. Mendefinisikan Penyebab Terjadinya Gempa Bumi.
b. Menguraikan Mekanisme Terjadinya Gempa Bumi.
c. Menjelaskan dampak yang diakibatkan oleh terjadinya Gempa Bumi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Sujarwanta, dkk (2021) Air merupakan salah satu kebutuhan utama yang
diperlukan oleh setiap makhluk hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Begitu juga untuk memenuhi kebutuhan air di Mess Trikora Kobangdikal Surabaya,
diperlukan sistem plambing untuk menyediakan debit dan tekanan air bersih yang cukup
agar kebutuhan dapat terpenuhi. Sistem penyediaan air bersih mempunyai tujuan yaitu
melayani kebutuhan air ke tempat- tempat yang membutuhkan dengan debit dan tekanan
cukup. Air dari PDAM sebelum didistribusikan oleh instalasi plambing terlebih dahulu
ditampung di tangki bawah yang selanjutnya dinaikkan ke tangki atas oleh pompa.
Setelah itu dari tangki atas akan didistribusikan ke tiap lantai/kamar yang
memerlukan. Dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih di gedung Mess Trikora
Kobangdikal Surabaya ini dimulai dengan menaksir kebutuhan air, menentukan
diameter pipa pada instalasi dengan menggunakan persamaan kontinuitas dan energi
yang mana kecepatan aliran dalam pipa yang diasumsikan terlebih dahulu. Setelah itu
ditentukan perencanaan volume efektif tangki air atas dan bawah yang dapat melayani
kebutuhan puncak dengan seluruh peralatan plambing yang beroperasi pada waktu
tertentu. Debit aliran air pada saat terjadi kebutuhan puncak tersebut akan digunakan
untuk menentukan kapasitas pompa serta melayani volume efektif tangki atas dan bawah
yang dapat melayani kebutuhan air tersebut. Perhitungan head instalasi pompa dan
volume tangki efektif digunakan sebagai dasar dalam perhitungan pemilihan pompa
yang sesuai dengan perencanaan.

Penelitian Rahman Amda, dkk (2021). mengenai konservasi air telah banyak dilakukan
seperti di Rumah Sakit Universitas Sam Ratulangi yang memiliki jumlah populasi
sebanyak 2.962 orang sehingga diperlukan air bersih sebesar 372,48 m3/hari.
Penelitian tersebut membandingkan pemakaian air dengan alat plambing konvensional
dengan yang hemat air dimana disimpulkan bahwa pemakaian air menggunakan alat
plambing non- konvensional lebih kecil dibandingkan standar alat plambing konvensional
dimana

persentase penghematan mencapai 40,64% [5]. Penelitian lain dengan


melakukan pengolahan air limbah domestik (grey water) yang dilakukan di Inkubator
Bisnis (INBIS) Permata Bunda di Kampung Aren Kota Bontang Kalimantan Timur
menyimpulkan bahwa pengolahan air mampu reduksi parameter pencemar antara 56,73-
97,65% dan air hasil olahan dapat dimanfaatkan kembali mengingat telah memenuhi baku

7
mutu untuk parameter, pH, BOD, COD, Amoniak, Minyak Lemak dan Total Coliform,
namun untuk parameter TSS dan Total Coliform perlu evaluasi operasional [6].
Penelitian lain yaitu perencanaan sistem instalasi plambing air bersih, menggunakan
aspek konservasi air dengan cara daur ulang air limbah dan pemanenan air hujan di
Apartemen Cibinong Menara Matoa Tower E yang mampu menghemat air bersih sebesar
33% atau sekitar 305,88 m3/hari. Penelitian pengukuran kuantitas air buangan pada
fasilitas yang ada di Kampus Universitas Andalas dimana menghasilkan data total air
buangan Kampus Unand Limau Manis adalah sebesar 1.439,6 m3/hari, dengan
komposisi air buangan yaitu, air bekas 812,3 m3/hari (52,67%), air buangan khusus 343,8
m3/hari (23,45%) dan air kotor 337,5 m3/hari (23,88%), dimana komposisi tersebut
dapat dijadikan data dasar untuk menentukan jumlah air limbah yang dapat di daur
ulang [8]. Potensi penghematan air melalui pemanfaatan kembali air bekas untuk
kebutuhan flushing WC dan urinal serta pemasangan meter air di Gedung Panghegar
Resort Dago Golf-Hotel and spa mampu menghemat air sebesar 25% [9]. Hasil penelitian
yang telah dilakukan mampu menjawab pertanyaan potensi jumlah air yang dapat di hemat
dengan penerapan aspek konservasi air.

Penelitian Affiandi Junia, dkk (2016). Sistem plambing merupakan hal penting dalam
membangun hotel. Pemasangan instalasi dengan sistem plambing yang benar akan
menjamin serta menjaga kesehatan lingkungan hunian dan tempat kerja. Pada
perencanaan sistem perpipaan hotel ini akan digunakan konsep dari green building.
Air bersih akan dipisahkan menjadi dua jalur berdasarkan kegunaannya. Jalur pertama yaitu
air bersih kelas satu yang digunakan untuk keperluan mandi, mencuci, wudhu. Sedangkan
jalur kedua yaitu air bersih kelas dua yang digunakan untuk keperluan penggelontoran
(flushing) WC. Sumber airbersih yang digunakan pada umumnya merupakan air yang
berasaldari air tanah dalam, sehingga berpotensi meningkatkan
penggunaan air tanah, penentuan dua jalur ini agar melakukan penghematan
terhadap penggunaan air sumber yaitu air tanah.Olehkarenaitu, penghematan terhadap
penggunaan air tanah harus dilakukan. Salah satunya dengan cara memanfaatkan air
hujandan pemanfaatan kembali air buangan (grey water) sebagai bahan baku air untuk
memenuhi kebutuhan sanitasi sehari-hari pada penghuni gedung.Air tersebut dapat
dimanfaatkan untuk keperluan penggelontoran(flushing) pada alat plambing seperti WC.

Sistem Pemerintahan yang semakin berkembang mengakibatkan gedung Dinas


Lingkungan Hidup (DLH) Propinsi Jawa Barat saat ini mempunyai kapasitas dan fasilitas
yang belum memadai untuk melaksanakan semua aktivitas secara terpadu. Sehingga
diperlukannya tambahan sarana penunjang yaitu area untuk pendukung aktivitas kerja
maka, pemerintah propinsi merencanakan untuk mengembangkan gedung perkantoran DLH
Propinsi Jawa.

8
Kegiatan sanitasi dalam gedung harus ditunjang dengan pemenuhan akan
kebutuhan air bersih bagi semua penghuni, maka dari itu dibutuhkan perencanaan sistem
plambing air bersih. Metode yang menjadi acuan adalah SNI 7065-2005, untuk perhitungan
kebutuhan air bersih dan SNI 8153-2015 untuk penentuan dimensi pipa air bersih. Hasil
perhitungan jumlah populasi menunjukan 654 jiwa. Total kebutuhan air bersih : 38,1 m³/hari,
Kapasitas tangki bawah : 45,72 m³, kapasitas tangki atas : 15,29 m³. Berdasarkan hasil
perencanaan dimensi pipa horizontal air bersih berkisar antara rentang 15 - 32 mm, dimensi
pipa vertikal 40 mm, pompa yang dipasang adalah pompa sentrifugal dengan daya : 1,02
kW. Pompa booster dipasang untuk membantu tekanan di lantai 6 karena tidak memenuhi
tekanan standar. Pipa yang digunakan untuk distribusi air bersih adalah jenis pipa PPR
(Polypropylene Random).

Penelitian Mardiana, dkk (2018). Sistem proteksi aktif dan sarana penyelamatan
jiwa pada bangunan gedung merupakan persyaratan teknis yang harus
dipenuhi sebagai upaya pencegahan kebakaran. Pada tahun 2012 Hotel Grasia
pernah mengalami kebakaran sebanyak 3 kasus diakibatkan karena pemanas air
dan bagian genset mengalami korsleting listrik sehingga menimbulkan percikan api.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran penerapan sistem proteksi
aktif dan sarana penyelamatan jiwa yang ada di

Hotel Grasia Semarang. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017. Jenis penelitian
ini yaitu deskriptif kualitatif. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling
dengan jumlah informan 3 orang. Teknik pengambilan data berupa wawancara,
observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 79 poin yang
dibahas, sebanyak 30 poin (37,97%) terpenuhi dan sesuai dengan standar,19 poin (24,06%)
belum sesuai dengan standar dan 30 poin (37,97%) tidak terpenuhi. Simpulan dari penelitian
ini yaitu pemenuhan sistem proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa di Hotel Grasia
Semarang masih dalam kategori kurang.

9
BAB IIl
PEMBAHASAN
3.1 Plambing

Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk


menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki baik dalam hal kualitas,
kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan membuang air bekas (kotor)
dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya untuk mencapai
kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan.

Plambing berkaitan dengan pemasangan pipa dengan menggunakan peralatan


pada bangunan yang berisi air hujan, air limbah, dan air minum yang terhubung
dengan sistem perkotaan atau sistem jaminan lainnya (SNI 8153-2015), sistem
instalaisi plambing adalah perlengkapan plambing yang menyediakan air bersih
dengan tekanan yang cukup ke lokasi yang diinginkan, termasuk saluran
pembuangan dari lokasi tertentu, tanpa mencemari komponen penting lainnya.
Secara keseluruhan, fungsi utama dari fasilitas pemurnian air dan pembuangan
limbah dilakukan.

Kondisi dan persyaratan yang di maksudkan tersebut antara lain :


 Setiap peralatan alat plambing harus sesuai dengan peraturan yang tersedia.
 Letak reservoir harus berada di lantai paling bawah dalam pembangunan gedung.
 Pada pengoperasian peralatan alat plambing perlu dijamin keamanan bagi
peralatan, bagi manusia pengguna, dan bagi lingkungannya.
Dalam upaya antisipasi ketiga hal tersebut, maka untuk sistem penyampaian tenaga
listrik dituntut beberapa kriteria :
 Diperlukan daya dari pompa yang sangat efisien.
 Diperlukan tersedianya alat-alat plambing yang memenuhi kebutuhan sesuai
dengan design dan memiliki kualitas yang baik.
 Diperlukan sarana sistem pengaman yang baik, sesuai dengan persyaratan.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan pemahaman tentang gempa bumi,
serta mengembangkan strategi mitigasi risiko dan respons bencana yang efektif.
Upaya-upaya ini meliputi perencanaan tata ruang yang tepat, pendidikan masyarakat
tentang kesiapsiagaan bencana, pembangunan infrastruktur yang tahan gempa,

10
sistem peringatan dini yang efisien, serta koordinasi yang baik antara pemerintah,
masyarakat, dan organisasi terkait. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
penyebab, mekanisme, dan dampak gempa bumi, serta implementasi

a. Sistem Sambungan Tangki Air Atas


Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah, kemudian di
pompakan ke tangki air atas (SNI-03-7065-2005 Hal.12, No 5.2). Kemudian dari tangki atas
ini air akan didistribusikan keseluruh bangunan, pada sistem ini disediakan pompa cadangan
untuk menaikkan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam keadaan normal
biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar kalau ada
kerusakan atau kesulitan dapat segera diketahui pada setiap tangki bawah dan tangki atap
harus dipasang alarm yang memberikan tanda suara untuk muka air rendah dan air penuh.
Tanda suara (alarm) ini biasanya dipasang diruang kontrol atau ruang pengawas bangunan.
Menurut buku Perencanaan dan sistem plambing indonesia – soufyan
Moh.Noerbambang & Morimura. Biasanya dengan menggunakan alat yang disebut
WLC (water level control). Sistem penyedia air bersih biasanya dirancang sedemikian agar
pada lat- alat plambing tersebut dapat disediakan tekanan air sebesar 1,0 kg/cm2. Walaupun
tekanan air besar lebih baik bagi alat-alat plambing, tetapi batas maksimum sekitar 4,0
kg/cm2.

Gambar 1. Sistem Dengan Tangki Air Atas

b. Sistem Dengan Tangki Tekan


Dalam sistem ini, air yang di tampung dalam tangki air bawah dipompakan dalam bejana
tertutup, kemudian dialirkan ke dalam sistem distribusi (SNI-03-7065-2005 Hal.12, No 5.2)

11
Gambar 2. Sistem Dengan Tangki Tekan

c. Sistem Instalasi Air Bersih


Pasokan air bersih bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kualitas
dasar lingkungan yang berdampak pada kesejahteraan sosial (Dewi, 2021). Air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air dimana persyaratan
yang dimaksud adalah persyaratan segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia,
biologis dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping.
Sedangkan persyaratan kuantitatif salam penyediaan air bersih adalah tinjau dari segi
banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan sesuai jumlah penghuni.
Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan sekarang ini dapat dikelompokkan,
sebagai berikut :
1. Sistem sambungan langsung
2. Sistem tangki atap
3. Sistem dengan tangki tekan

d. Sistem sambungan langsung


Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung langsung dengan pipa utama air minum,
sistem ini terutama di terapkan untuk perumahan dan gedung yang kecil dan rendah (SNI-
03- 7065-2005 Hal.12, No 5.2).

12
Gambar 3 Sistem sambungan langsung

e. Sistem Pemipaan
Pipa
SNI 8153-2015 Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung. Alat yang
digunakan untuk menyalurkan fluida disebut dengan pipa. Dalam hal ini yang dapat
disalurkan adalah fluida cair, yaitu air. Dalam menentukan jenis pipa yang digunakan
harus disesuaikan dengan tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan air.

Katup
SNI 8153-2015 Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung. Katup yang digunakan pada
instalasi plambing antara lain :
 Gate valve : katup ini digunakan untuk membuka dan menutup laju aliran air pada
pipa
 Globe vave : berfungsi untuk membuka dan menutup laju aliran air pada pipa.
Tetapi Bola melawati globe valve, aliran akan membentuk ploa S. Hal ini akan
menahan air sehingga tekanan yang terjadi tidak meningkat.
 Check valve : berfungsi untuk menahan aliran balik apabila pompa berhenti
beroperasi dalam pemasangan harus berhati-hati agar tidak terjadi water hemer
 Preasure reducing valve : PRV digunakan untuk mengurangi tekanan
statistik dalam pipa agar tidak melebihi batasan maksimum,yakni 4,0kg.m2. PRV
ini dipasang pada cabang pipa dari shaft dari yang masuk kesetiap lantai.
Peralatan tambahan
SNI 8153-2015 Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung. Peralatan ini terdapat
pada instalasi pipa dalam gedung antara lain :
 Manometer berfungsi untuk mengatur tekanan air didalam pipa. Manometer
dipasang pada discharge pipe

13
 Flexsible joint berfungsi untuk meredam getaran yang terjadi pada saat
pompa sioperasikan getaran yang terlalu kencang dapat merusak
sambungan pipa. Flexible joint dipasang suction pipe dan dischage pipe
 Strainer berfungsi untuk menyaring kotoran kecil berupa pasir, kerikil, dan
sebagainya agar tidak masuk dalam pompa. Kotoran dapat merusak komponen
pompa. Strainer dipasang pada suction pipe

f. Prinsip Dasar Pompa


Menurut Perencanaan dan sistem plambing indonesia – soufyan
Moh.Noerbambang & Morimura. Pompa sentrifugal adalah salah satu peralatan
sederhana yang sering digunakan pada berbagai proses. Pompa centrifugal ini
mempunyai tujuan untuk mengubah energi dari suatu pemindah utama (motor
elektrik turbin) menjadi kecepatan atau energi kinetik dan kemudian menjadi
energi tekanan dari suatu fluida yang dipompakan. Perubahan energi terjadi melalui
kedua bagian pompa, impeller dan vloute atau diffuser.
NPSH atau Net Preassure Suction head adalah head yang tersedia dimata
impeller yang nilainya harus lebih besar dari NPSH minimum yang dibutuhkan oleh
pompa pada suatu laju aliran tertentu. Besaran NPSH avaible harusnya lebih besar
dai NPSH yang dibutuhkan oleh pompa, untuk menghindari fenomena yang disebut
kavitasi. Kavitasi adalah peristiwa
dimana tekanan disekitar mata impeller menjadi rendah sedemikian rupa
sehingga dapat membuat fluida cari disekitar daerah tersebut mulai menguap
dengan bentuk gelembung. Gelembung ini dapat menerpa impeller sehingga bisa
merusaknya. Lebih jauh, kavitasi dapat menyebabkan vibarasi serta kerusakan
bearing.
 Prinsip kerja pompa centrifugal :
Cairan sipaksa menuju sebuah impeller oleh tekanan atmosfir, atau dalam hal jet
pump oleh tekanan buatan.
 Baling-baling impeller meneruskan energi kecairan, sehingga menyebabkan cairan
berputar. Cairan meninggalkan impeller pada kecepatan tinggi
 Impeller dikeliingai oleh volute cassing atau hal pompa turbin digunakan cicin diffuser
stationer. Volute atau cincin diffuser stationer mengubah energi kinetik menjadi
energi tekanan
g. Memperkirakan Laju Liran Air

14
Menurut Perencanaan dan sistem plambing indonesia – soufyan
Moh.Noerbambang & Morimura. Metode yang digunakan untuk meperkirakan laju
aliran air ada beberapa antara lain:
 Memperkirakan Berdasarkan Pemakainan Alat Pemipaan
Jika kondisi pemakainaan alat pemipaan dapat diketahui, misalnya untuk
perumahan atau gedung-gedung kecil maka metode ini dapat digunakan. Selain
itu harus diketahui jumlah dan setiap jenis alat pemipaan dalam gedung itu.
 Memperkirakan Berdasarkan Jumlah Penghuni
Pada metode ini berdasarkan penggunaan air rata-rata para penghuni
dalam sehari serta jumlah penghuni gedung yang di perkirakan. Apabila jumlah
penghuni tidak diketahui maka dapat diperkirakan melalui luas lantai dan
menentukan populasi orang setiap luasan lantai. Luasan lantai yang dimaksud
adalah luas lantai efektif, sekitar antara 50-80 persen dari luas seluruhnya. Akan
tetapi jika penghuni sudah diketahui jumlahnya di dalam gedung maka angka itu
dapat dipakai untuk menghitung rata-rata pengguna air sehingga untuk
setiap orang berdasarkan standar yang ada
 Memperkirakan Berdasarkan Unit Beban Pemipaan
Pada metode ini berdasarkan pada setiap alat pemipaan yang telah
ditetapkan menjadi suatu unit bebas. Dengan menggunakan memberikan
besarnya unit beban untuk setiap alat plambing berdasarkan tabel unit beban
alat plambing
Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban dari semua alat
pemipaan yang dilayani lalu dicari besarnya laju aliran air dengan kurva pada
gambar dibawah ini :

Gambar 4. Laju Aliran Terhadap Beban Unit Alat Plambing

15
h. Sistem Pemipaan
Pipa
SNI 8153-2015 Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung. Alat yang
digunakan untuk menyalurkan fluida disebut dengan pipa. Dalam hal ini yang
dapat disalurkan adalah fluida cair, yaitu air. Dalam menentukan jenis pipa yang
digunakan harus disesuaikan dengan tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan
air.
Katup
SNI 8153-2015 Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung. Katup yang digunakan pada
instalasi plambing antara lain :
 Gate valve : katup ini digunakan untuk membuka dan menutup laju aliran air pada
pipa
 Globe vave : berfungsi untuk membuka dan menutup laju aliran air pada pipa.
Tetapi Bola melawati globe valve, aliran akan membentuk ploa S. Hal ini akan
menahan air sehingga tekanan yang terjadi tidak meningkat.
 Check valve : berfungsi untuk menahan aliran balik apabila pompa berhenti
beroperasi dalam pemasangan harus berhati-hati agar tidak terjadi water hemer
 Preasure reducing valve : PRV digunakan untuk mengurangi tekanan
statistik dalam pipa agar tidak melebihi batasan maksimum,yakni 4,0kg.m2. PRV
ini dipasang pada cabang pipa dari shaft dari yang masuk kesetiap lantai.
Peralatan tambahan
SNI 8153-2015 Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung. Peralatan ini
terdapat pada instalasi pipa dalam gedung antara lain :
 Manometer berfungsi untuk mengatur tekanan air didalam pipa. Manometer
dipasang pada discharge pipe
 Flexsible joint berfungsi untuk meredam getaran yang terjadi pada saat
pompa sioperasikan getaran yang terlalu kencang dapat merusak
sambungan pipa. Flexible joint dipasang suction pipe dan dischage pipe
 Strainer berfungsi untuk menyaring kotoran kecil berupa pasir, kerikil, dan
sebagainya agar tidak masuk dalam pompa. Kotoran dapat merusak komponen
pompa. Strainer dipasang pada suction pipe
g Prinsip Dasar Pompa
Menurut Perencanaan dan sistem plambing indonesia – soufyan
Moh.Noerbambang & Morimura. Pompa sentrifugal adalah salah satu
peralatan sederhana yang sering digunakan pada berbagai proses. Pompa
centrifugal ini mempunyai tujuan untuk mengubah energi dari suatu

16
pemindah utama (motor elektrik turbin) menjadi kecepatan atau energi
kinetik dan kemudian menjadi energi tekanan dari suatu fluida yang
dipompakan. Perubahan energi terjadi melalui kedua bagian pompa, impeller
dan vloute atau diffuser.
NPSH atau Net Preassure Suction head adalah head yang tersedia dimata
impeller yang nilainya harus lebih besar dari NPSH minimum yang dibutuhkan oleh
pompa pada suatu laju aliran tertentu. Besaran NPSH avaible harusnya lebih besar
dai NPSH yang dibutuhkan oleh pompa, untuk menghindari fenomena yang disebut
kavitasi. Kavitasi adalah peristiwa

dimana tekanan disekitar mata impeller menjadi rendah sedemikian rupa


sehingga dapat membuat fluida cari disekitar daerah tersebut mulai menguap
dengan bentuk gelembung. Gelembung ini dapat menerpa impeller sehingga bisa
merusaknya. Lebih jauh, kavitasi dapat menyebabkan vibarasi serta kerusakan
bearing.
 Prinsip kerja pompa centrifugal :
Cairan sipaksa menuju sebuah impeller oleh tekanan atmosfir, atau dalam hal jet
pump oleh tekanan buatan.
 Baling-baling impeller meneruskan energi kecairan, sehingga menyebabkan cairan
berputar. Cairan meninggalkan impeller pada kecepatan tinggi
 Impeller dikeliingai oleh volute cassing atau hal pompa turbin digunakan cicin diffuser
stationer. Volute atau cincin diffuser stationer mengubah energi kinetik menjadi
energi tekanan
h. Penentuan Kapasitas Alat
Kapasitas tangki air bawah tanah
Menurut Perencanaan dan sistem plambing indonesia – soufyan Moh.Noerbambang
& Morimura. Rumus-rumus dibawah ini memberikan hubungan antara kapasitas tangki
air bawah dengan kapasitas tangki air bawah dengan kapasitas pipa dinas:
𝑄𝑑= 𝑄𝑆
Untuk tangki air yang hanya digunakan menampung air minum, ukuran tangkinya
adalah :
𝑉𝑅= 𝑄𝑑− 𝑄𝑆
Sedangkan kalau tangki tersebut juga berfungsi menyimpan air untuk pemadam
kebakaran ukuran tangki adalah :
𝑉𝑅= 𝑄𝑑− 𝑄8+ 𝑉𝐹

17
Kapasitas tangki atas (tangki atap)
Menurut Perencanaan dan sistem plambing indonesia – soufyan Moh.Noerbambang
& Morimura. Tangki atas berfungsi untuk menampung kebutuhan puncak, dan biasanya
disediakan dengan kapasitas yang cukup untuk jangka waktu kebutuhan puncak
tersebut, yaitu sekitar 30 menit. Dalam keadaan tertentu dapat terjadi ketika
kebutuhan puncak mulai pada saat muka air rendah dalam tangki atas, sehingga perlu
diperhitungkan jumlah air yang dapat dimasukkan dalam waktu 10-15 menit oleh
pompa angkat (yang memompakan air dalam tangki bawah ke atas). Kapasitas efektif
tangki atas dinyatakan dengan rumus :

Dan air yang diambil dari tangki atas melalui pipa pembagi utama dianggap sebesar
Qp makin dekat QPU dengan QP .maka volume tangki adalah :
Ini adalah kapasitas tangki atas minimumnya yang masih dapat digunakan untuk
melayani kebutuhan puncak.
i. Penentuan Kapasitas Alat
Perencanaan Sistem Air Kotor dan kotoran
SNI 8153-2015 Sistem plambing pada bangunan gedung. Tujuan perencanaan
sistem air kotor dan kotoran yaitu membawa air kotor dan air kotoran yang tidak
terpakai ketempat pembuangan yang aman Serta melakukan penanganan akibat lain:
 Mencegah timbulnya bau
 Mencegah masuknya air kotor ke pipa air minum
 Mencegah terjadinya back preassure

18
Jenis air kotor atau sering disebut air limbah dapat diartikan sebagai air yang
dibuang, baik yang mengatur kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan,
ataupun yang mengandung sisa-sisa proses dari industri.
Klasifikasi menurut jenis air buangan :
 Sistem pembuangan air kotor, merupakan sistem pembuangan air kotor berasal
dari gedung seperti dari FD (floor drain) dll.
 Sistem pembuangan air kotoran, adalah sistem pembuangan dimana berasal dari
Closet, Urinoir yang di kumpulkan dan dialirkan kelur gedung.
 Sistem air hujan, sistem pembuangan air hujan dari atap gedung dan tempat
lainnya dan dialirkan keluar gedung.
 Sewage Treatment Plant
STP berfungsi sebagai pengolah air kotor dan air kotoran sehingga memenuhi
persyaratan air buangan rumah tangga (domestik waste).

3.1. Sistem Perancangan Pencegah Kebakaran


a. Definisi Kebakaran
Dalam kondisi tertentu, Api merupakan sahabat manusia yang dapat
meringankan beban kita, sering digunakan untuk memasak, menghangatkan air,
menghangatkan ruangan, melakukan proses-proses permesinan, peleburan logam
dan lain-lain. Dibalik itu semua, api merupakan salah satu energi yang dapat
membahayakan jika tidak di control dan diawasi, dan jika api yang ditimbul atau
terjadi sudah di luar rencana atau kehendak manusia maka dapat disebut sebagai
suatu kebakaran.
 Unsur Timbulnya api
Fire triangle dan Tetrahedron (Segitiga api dan segi empat api). Untuk
memadamkan api sebaiknya kita mengetahui beberapa hal tentang api. Api
dihasilkan melalui reaksi kimia yang sangat cepat akibat adanya energi
panas antara oksigen dan combustible material, yang menghasilkan panas, cahaya,
lidah api, dan asap. Reaksi ini tergolong dalam reaksi eksoterm karena
menghasilkan panas ke lingkungan.
 Penyebab kebakaran
Berdasarkan pengamatan, pengalaman., penyidikan dan analisa dari setiap
kebakaran, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya
kebakaran adalah karena manusia, penyalaan sendiri dan gerakan alam
Faktor Manusia

19
 Kurangnya pengertian terhadap penanggulangan bahaya kebakaran. Dalam
hal ini, orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti atau kurang
menguasai cara-cara penanggulangan bahaya kebakaran.
 Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber panas /api
 Kelalaian. Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang
yang sudah memahami/mengerti tentang cara-cara penanggulangan bahaya
kebakaran, hanya saja orang tersebut malas / lalai untuk menjalaninya
 Sabotase atau sengaja Adalah suatu kebakaran yang benar-benar sengaja
dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu,
misalnya dilakukan oleh Orang-orang yang tidak bertanggung jawab
Penyalaan Sendiri
 Penyimpanan-penyimpanan tembakau di gudang
 Pada timbunan sampah
Kejadian Alam
 Gunung meletus dengan menimbulkan awan pijar, batu-batuan
pijar, lahar panas, gas panas, gempa bumi.
 Kilatan petir
 Sinar matahari
 Kebakaran hutan
 Klasifikasi Kebakaran
Yang dimaksud dengan kalsifikasi kebakaran adalah penggolongan kebakaran
berdasarkan pada jenis benda-benda/ bahan bakar. Dan dengan adanya klasifikasi
kebakaran ini dapat mempermudah kita untuk dapat dengan cepat mengetahui dan
memilih media pemadaman yang akan digunakan untuk menghentikan kebakaran.
Kebakaran dibedakan dalam 5 (lima) golongan, antara lain:
 Bahaya Kebakaran Ringan
Jenis kebakaran ini mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, menjalarnya api juga lambat.
 Bahaya Kebakaran Rendah kelompok I
Jenis kebakaran ini mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah,
penimbunan bahan yang mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih
dari 2,5 meter dan apabila terjadi kebakaran panas sedang, penjalaran api
sedang.
 Bahaya Kebakaran Sedang kelompok II
Jenis kebakaran ini mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang,
penimbunan bahan yang mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih

20
dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran panas sedang, penjalaran api
sedang.
 Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok III
Jenis kebakaran ini mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, menjalarnya api juga cepat.
 Bahaya Kebakaran Berat
Jenis kebakaran ini mempunyai nilai kemudah terbakar tinggi dan apabila
terjadi kabakaran melepas panas tinggi, menjalarnya api juga cepat

b. Metode Pemadaman
Setiap sistem sprinkler otomatis harus dilengkapi dengan sekuran-kurangnya satu
jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan
berkapasitascukup, serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus
dibawah pengawasan pemilik gedung. Apabila pemilik

Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya sprinkler. Pemakaian air asin tidak diijinkan, kecuali bila tidak
ada penyediaan air lain pada waktu terjadi kebakaran
 Tangki Gravitasi
Tangki gravitasi adalah tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan
direncanakan dengan baik sehingga dapat diterima sebagai system penyediaan
air.Tangki Gravitasi yang digunakan untuk melayani keperluan rumah tangga,
krankebakaran, dan system sprinkler otomatis harus:
o Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat menyalurkan
air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk system tersebut.
o Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada
ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga pesediaan minimum yang
diperlukan untuk pemadaman kebakaran dapat dipertahankan.
Mempunyai lubang aliran keluar untuk kran kebakaran pada ketinggian tertentu dari
dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk system sprinkler
otomatis dapt dipertahankan
 Tangki Betekanan
Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem
penyediaan air, tekanan udara pada tangki bertekanan harus dapat diatur secara

21
otomatis. Dan apabila tangki bertekanan merupakan satu-satunya sistem penyediaan
air, sistem tersebut harus juga dilenkapi dengan alat tanda bahaya yang memberikan
peringatan apabila tekanan atau tinggi muka air dalam tangki turun melampaui batas
yang
 Jaringan Kota
Pipa penyalur untuk system sprinkler dapat disambung pada system jaringan kota
apabila kapasitas dan tekanan mencukupi. Kapasitas dan tekanan system jaringan
kota dapat diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung pada jaringan
distribusi di tempat penyambungan yang direncanakan atas izin perusahaan Air
Minum. ditentukan. Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani sistem
sprinkler dan sistem slang (selang) kebakaran yang dihubungkan pada perpipaan
sprinkler. Tangki bertekanan harus selalu terisi air 2/3 penuh dan diberi tekanan
udara sekurang-kuangnya 5 kg/ ditambah dengan 3 x tekanan yang disebabkan oleh
berat air pada perpipaan system sprinkler diatas tangka.
 Tangki Betekanan
Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem
penyediaan air, tekanan udara pada tangki bertekanan harus dapat diatur secara
otomatis. Dan apabila tangki bertekanan merupakan satu-satunya sistem penyediaan
air, sistem tersebut harus juga dilenkapi dengan alat tanda bahaya yang memberikan
peringatan apabila tekanan atau tinggi muka air dalam tangki turun melampaui batas
yang ditentukan. Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani sistem
sprinkler dan sistem slang (selang) kebakaran yang dihubungkan pada perpipaan
sprinkler. Tangki bertekanan harus selalu terisi air 2/3 penuh dan diberi tekanan
udara sekurang-kuangnya 5 kg/ ditambah dengan 3 x tekanan yang disebabkan oleh
berat air pada perpipaan system sprinkler diatas tangka.
c. Jenis Perencanaan Instalasi Pipa dan Sistem Pemipaan
1) Jenis Perencanaan Instalasi Pipa
2) Sistem Perpipaan
Peralatan-peralatan yang terpasang untuk system instalasi pipa pencegahan
 Pipa
Pipa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyalurkan fluida.
Dalam hal ini yang disalurkan adalah fluida cair, yaitu air. Dalam
menentukan jenis pipa yang digunakan harus disesuaikan dengan
tekanan yang dibutuhkanuntuk mengalirkan fluida. Pipa yang digunakan
untuk instalasi pipa pemadam kebakaran adalah jenis black steel
schedule-40. Panjang standard pipa black steel schedule 40 adalah 6

22
meter. Pipa black steel dipakai sebagai instalasi pipa pencegahan dan
penanggulangan kebakaran sebagai berikut:
Memiliki ketahanan terhadap panas,, Memiliki kekuatan baja yang baik,
Dapat menahan tekanan tinggi
d. Metode Pemadaman
Setiap sistem sprinkler otomatis harus dilengkapi dengan sekuran-kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas
cukup, serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus dibawah
pengawasan pemilik gedung. Apabila pemilik tidak dapat mengendalikannya, harus
ditunjuk badan lain yang diberi kuasa penuh untuk maksud tersebut. Air yang digunakan
tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya
sprinkler. Pemakaian air asin tidak diijinkan, kecuali bila tidak ada penyediaan air lain
pada waktu terjadi kebakaran.

Gambar 4. Pipa Springkler

 Pompa
Pompa yang digunakan untuk instalasi pipa pencegahan dan
penanggulangan kebakaran pada bangunan tinggi adalah pompa jenis
sentrifugal.

23
Gambar 5. Pompa Hydrand

Ada 3 (tiga) jenis pompa yang digunakan, antara lain:


1. Electric Motor Pump
Digunakan untuk mengalirkan air bersih, menuju roof tank menuju instalasi
sprinkler system dan hydran box
. Diesel Engine Pump
Digunakan untuk pompa pencegahan dan penanggulangan kebakaran
sebagai pengganti electric pump yang kemungkinan pada kebakaran tidak
berfungsi karena aliran listrik padam.
3. Jockey Engine Motor Pump
Digunakan untuk menambah tekanan air dalam pipa pada saat electric pump
sedang beroperasi. Rumah Pompa merupakan salah satu pokok yang diatur
dalam standard instalasi pipa. Dengan persyaratan:
1. Dalam bangunan khusus dan terpisah
2. Dalam bangunan yang bersebelahan. Bersatu dengan bangunan yang
dilindungi dan dipisahkan oleh dinding yang ketahanannya terhadap api
minimal 2 (dua) jam.
 Penyambungan pipa (fitting)
Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan cara:
o Sambungan Ulir, untuk galvanized iron pipe dan black steel kadang
juga PVC

24
o Sambungan Las, untuk black steel dengan diameter
o Sambungan dengan menggunakan lem, untuk pipa PVC
Macam-macam penyambungan pipa antara lain:
o Shocked untuk menyambung pipa lurus dengan diameter sama
o Knee/Siku/Elbow untuk menyambung pipa yang membelok
o Tee untuk menyambung 3 (tiga) buah pipa
o Reducer: Untuk menyambung pipa lurus dengan diameter berbeda
o Flens untuk menghubungkan 2 (dua) buah pipa yang disambung
dengan
o cara pengelasan dan dihubungkan dengan baut
o Flug: untuk menutup ujung pipa agar tidak didahului oleh air
3) Perencanaan Instalasi Fire Protection Sistem
Sistem pemercik air (sprinkler system) adalah suatu jaringan instalasi pemipaan
yang dapat memancarkan air bertekanan tertentu,
secara otomatis berdasarkan sensor panas, kesegala arah dalam suatu
ruangan. Macam-macam system sprinkler antara lain:
 Sprinkler system basah
Pada system ini seluruh jaringan sprinkler (baik dibawah maupun
diatas katup kendali/control valve) berisi air bertekanan tertentu yang dihubungkan
dengan persediaan air, sehingga memungkinkan system sprinkler tersebut dapat
bekerja pada saat kepala sprinkler pecah dan langsung memancarkan air. Sistem
sprinkler ini pada katup kendalinya biasanya dilengkapi dengan peralatan tabung
penghambat (retard chamber). Fungsi dari peralatan ini adalah untuk menghindari
aktifnya alarm gong akibat terjadinya kelebihan tekanan air sesaat yang dikirim
melalui katup kendali.

Cara Kerja:
Dengan pecahnya kepala sprinkler karena menerima panas sesuai dengan tingkat
suhunya,, maka air akan memancar keluar. Air yang memancar dari kepala sprinkler
mengakibatkan tekanan dalam jaringan isntalasi turun sampai titik tertentu. Turunnya
tekanan akan mengakibatkan pressure switch menggerakkan pompa sehingga
pompa bekerja. Setelah pompa bekerja menekan air, air mengalir melalui jaringan
menuju titik-titik sprinkler
termasuk mengaktifkan alarm gong.
 Sprinkler system kering (dry pipe system)

25
Sprinkler system kering adalah suatu jaringan sprinkler dimana selain menggunakan
katup kendali, juga dilengkapi dengan katup kering (dry pipe
valve), dari titi dry pipe valve sampai ke titik-titik sprinkler tidak berisi air,tetapi berisi
tekanan udara. Sedangkan dari dry pipe valve sampai ke pompa berisi air tekanan.
Sistem ini biasanya digunakan pada daerah yang mengalami musim dingin seperti di
Negara-negara eropa dan Amerika

Cara Kerja:
Serupa dengan cara lerja system basah pada saat kepala sprinler pecah, tidak
langsung keluar pancaran air, melainkan didahului keluarnya udara bertekanan.
Pada saat tekanan pada jaringan turun, dry pipe valve
terbuka mengalir ke titik-titik sprinkler sekaligus mengaktifkan pompa
kebakaran dan alarm gong.
e. Daya Air/ Fluida
Energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa persatuan waktu disebut
daya air, yang dapat ditulis sebagai

Daya Poros
Daya yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa adalah sama dengan
daya air ditambah kerugian daya di dalam pompa. Daya ini dapat dinyatakan sebagai
berikut
f. Head Total Pompa
Head total pompa merupakan parameter penting yang menunjukkan energy mekanik
yang terkandung dalam fluida dan dinyatakan dengan satuan tinggi kolom fluida dalam
meter. Head dipengaruhi oleh head tekanan,head kecepatan serta rugirugi karena
gesekan dan turbulensi.
g. Prinsip Dasar Pompa Sentrifugal
Pompa centrifugal adalah salah satu peralatan sederhana yang sering digunakan
pada berbagai proses dalam suatu pabrik. Pompa centrifugal ini mempunyai tujuan

26
untuk mengubah energy dari suatu pemindah utama ( motor electric atau turbin)
menjadi kecepatan atau energy kinetic dan kemudian menjadi energy tekanan dari
suatu fluida yang dipompakan.Perubahan energy terjadi melalui sifat dari kedua bagian
utama pompa, impeller dan volute atau diffuser. Impeller adalah bagian yang berotasi
(berputar) yang mengubah energy menjadi energy kinetic. Volute dan diffuser adalah
bagian yang stationer (tidak bergerak) yang mengubah dari energy kinetic menjadi
energy tekanan
3.2 Perancangan Sistem Plumbing
A .Definisi Kebakaran
Dalam kondisi tertentu, Api merupakan sahabat manusia yang dapat
meringankan beban kita, sering digunakan untuk memasak, menghangatkan air,
menghangatkan ruangan, melakukan proses-proses permesinan, peleburan logam
dan lain-lain. Dibalik itu semua, api merupakan salah satu energi yang dapat
membahayakan jika tidak di control dan diawasi, dan jika api yang ditimbul atau
terjadi sudah di luar rencana atau kehendak manusia maka dapat disebut sebagai
suatu kebakaran.
 Unsur Timbulnya api
Fire triangle dan Tetrahedron (Segitiga api dan segi empat api). Untuk
memadamkan api sebaiknya kita mengetahui beberapa hal tentang api. Api
dihasilkan melalui reaksi kimia yang sangat cepat akibat adanya energi
panas antara oksigen dan combustible material, yang menghasilkan panas, cahaya,
lidah api, dan asap. Reaksi ini tergolong dalam reaksi eksoterm karena
menghasilkan panas ke lingkungan.
 Penyebab kebakaran
Berdasarkan pengamatan, pengalaman., penyidikan dan analisa dari setiap
kebakaran, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya
kebakaran adalah karena manusia
 Sabotase atau sengaja Adalah suatu kebakaran yang benar-benar sengaja
dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu,
misalnya dilakukan oleh Orang-orang yang tidak bertanggung jawab
 Kurangnya pengertian terhadap penanggulangan bahaya kebakaran. Dalam
hal ini, orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti atau kurang
menguasai cara-cara penanggulangan bahaya kebakaran.
 Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber panas /api

27
 Kelalaian. Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang
yang sudah memahami/mengerti tentang cara-cara penanggulangan bahaya
kebakaran, hanya saja orang tersebut malas / lalai untuk menjalaninya
Kejadian Alam
 Gunung meletus dengan menimbulkan awan pijar, batu-batuan
pijar, lahar panas, gas panas, gempa bumi.
 Kilatan petir
 Sinar matahari
 Kebakaran hutan
Penyalaan Sendiri
 Penyimpanan-penyimpanan tembakau di gudang
 Pada timbunan sampah
Kejadian Alam
 Gunung meletus dengan menimbulkan awan pijar, batu-batuan
pijar, lahar panas, gas panas, gempa bumi.
 Kebakaran hutan
 Kilatan petir
 Sinar matahari
Klasifikasi Kebakaran
Yang dimaksud dengan kalsifikasi kebakaran adalah penggolongan
kebakaran berdasarkan pada jenis benda-benda/ bahan bakar. Dan dengan adanya
klasifikasi kebakaran ini dapat mempermudah kita untuk dapat dengan cepat
mengetahui dan memilih media pemadaman yang akan digunakan untuk
menghentikan kebakaran.
 Bahaya Kebakaran Ringan
Jenis kebakaran ini mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, menjalarnya api juga lambat.
 Bahaya Kebakaran Rendah kelompok I
Jenis kebakaran ini mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah,
penimbunan bahan yang mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih
dari 2,5 meter dan apabila terjadi kebakaran panas sedang, penjalaran api
sedang.
 Bahaya Kebakaran Sedang kelompok II
Jenis kebakaran ini mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang,
penimbunan bahan yang mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih
dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran panas sedang, penjalaran api
sedang.

28
 Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok III
Jenis kebakaran ini mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, menjalarnya api juga cepat.
 Bahaya Kebakaran Berat
Jenis kebakaran ini mempunyai nilai kemudah terbakar tinggi dan apabila
terjadi kabakaran melepas panas tinggi, menjalarnya api juga cepat
B. Metode Pemadaman
Setiap sistem sprinkler otomatis harus dilengkapi dengan sekuran-kurangnya
satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan
berkapasitascukup, serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air
harus dibawah pengawasan pemilik gedung. Apabila pemilik
tidak dapat mengendalikannya, harus ditunjuk badan lain yang diberi kuasa
penuh untuk maksud tersebut. Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat
atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya sprinkler. Pemakaian air
asin tidak diijinkan, kecuali bila tidak ada penyediaan air lain
pada waktu terjadi kebakaran

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dalam makalah ini, telah dibahas secara mendalam tentang perancangan


sistem plumbing, yang merupakan bagian penting dalam konstruksi dan
perawatan bangunan. Pertama-tama, kita memahami pentingnya
perencanaan yang cermat sebelum memulai instalasi plumbing, termasuk
analisis kebutuhan air, pemilihan material yang sesuai, dan perhitungan
kapasitas sistem.
Dalam menjalankan perancangan sistem plumbing, kami
menyimpulkan bahwa keterlibatan yang cermat dari para profesional terlatih
sangat penting. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar perancangan,

29
pemasangan yang tepat, dan perawatan yang teratur, sistem plumbing dapat
berfungsi secara efisien dan dapat diandalkan dalam jangka panjang.
Kesimpulannya, perancangan sistem plumbing yang baik adalah kunci untuk
memastikan kualitas air yang aman, keandalan sistem, dan kenyamanan
pengguna bangunan.

Selain itu, kami membahas proses instalasi plumbing, dimulai dari


persiapan area kerja hingga langkah-langkah pemasangan pipa dan fitting
dengan benar. Aspek keselamatan juga ditekankan, termasuk penggunaan
alat pelindung diri dan pemahaman tentang peraturan dan kode bangunan
yang berlaku. Selanjutnya, kami menyoroti pentingnya perawatan rutin dan
pemeriksaan berkala terhadap sistem plumbing guna mencegah kerusakan
dan masalah kesehatan yang mungkin timbul.

Kami telah membahas secara rinci perancangan sistem pencegahan


pemadam kebakaran, yang merupakan aspek kritis dalam menjaga
keselamatan bangunan dan penghuninya. Pertama-tama, kami memahami
pentingnya pemahaman tentang risiko kebakaran yang mungkin timbul di
berbagai jenis bangunan, termasuk faktor-faktor seperti bahan bangunan,
penggunaan ruangan, dan kebutuhan perlindungan khusus.

30
Poin penting lain yang kami bahas adalah pentingnya pemeliharaan rutin dan
pengujian berkala terhadap sistem pencegahan pemadam kebakaran. Hal ini
termasuk inspeksi terhadap detektor asap, penggantian tabung pemadam kebakaran
yang kadaluwarsa, dan uji coba fungsi sprinkler secara berkala. Dengan demikian,
keselamatan dan efektivitas sistem dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

Selanjutnya, kami mengeksplorasi berbagai komponen yang terlibat dalam


sistem pencegahan pemadam kebakaran, mulai dari detektor asap dan alarm
kebakaran hingga sistem sprinkler dan tabung pemadam kebakaran. Kami juga
membahas strategi perancangan yang efektif untuk memasang sistem ini, termasuk
pemilihan lokasi yang strategis, perhitungan kapasitas yang tepat, dan integrasi
dengan sistem alarm kebakaran yang ada.

Kesimpulannya, perancangan sistem pencegahan pemadam kebakaran yang


efektif memerlukan pemahaman mendalam tentang risiko kebakaran, pemilihan
komponen yang tepat, instalasi yang cermat, dan pemeliharaan yang teratur.
Dengan mengimplementasikan strategi perancangan yang baik dan menjalankan
perawatan yang tepat, sistem ini dapat memberikan perlindungan yang handal
terhadap kebakaran, meminimalkan kerugian, dan melindungi nyawa serta properti
dengan efisien.

Kesimpulan tersebut merangkum semua poin penting yang dibahas dalam


makalah tentang perancangan sistem plumbing, serta menekankan pentingnya
pemahaman mendalam dan perhatian terhadap detail dalam setiap tahap prosesnya.

4.2. Saran

Dalam penutup ini, kami ingin menegaskan pentingnya kesadaran


akan sistem perancangan plumbing dan pencegahan kebakaran dalam setiap
tahap pembangunan dan pemeliharaan bangunan. Dua aspek ini, meskipun
seringkali dianggap sepele, memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap
keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan penghuni bangunan.

31
Kesehatan merupakan salah satu aset manusia yang sangat berharga. Menjaga
kesehatan dapat dimulai dengan menjaga kesehatan lingkungan, baik lingkungan
kerja maupun lingkungan pemukimannya. Dalam hal ini, fasilitas dalam gedung
harus direncanakan dengan baik termasuk fasilitas sanitasi, mengingat aspek-aspek
lingkungan harus diperhatikan agar tercapai lingkungan yang sehat

Dalam penutup ini, kami ingin menegaskan pentingnya kesadaran akan


sistem perancangan plumbing dan pencegahan kebakaran dalam setiap
tahap pembangunan dan pemeliharaan bangunan. Dua aspek ini, meskipun
seringkali dianggap sepele, memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap
keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan penghuni bangunan.

Sebagai penutup, kami ingin memberikan beberapa saran praktis yang dapat
diimplementasikan dalam konteks perancangan sistem plumbing dan
pencegahan kebakaran:

32
1. Pemantauan dan evaluasi: Selalu pantau dan evaluasi kinerja sistem
plumbing dan pencegahan kebakaran secara berkala guna mengidentifikasi
potensi masalah dan melakukan perbaikan yang diperlukan.
2. Integrasi sistem: Pastikan sistem plumbing dan pencegahan kebakaran
terintegrasi dengan baik dengan sistem lain yang ada dalam bangunan,
seperti sistem listrik dan struktural.
3. Pelatihan dan pemeliharaan: Lakukan pelatihan kepada penghuni bangunan
mengenai penggunaan dan perawatan sistem plumbing dan pencegahan
kebakaran secara berkala.
4. Konsultasikan dengan para ahli: Selalu konsultasikan dengan profesional
yang berpengalaman dalam perancangan sistem plumbing dan pencegahan
kebakaran sebelum memulai proyek pembangunan atau renovasi bangunan.
5. Pemilihan material yang tepat: Pilihlah material yang berkualitas dan sesuai
dengan standar untuk sistem plumbing dan pencegahan kebakaran guna
memastikan keandalan dan keamanan sistem.
Dengan menerapkan saran-saran di atas dan meningkatkan kesadaran
akan pentingnya sistem perancangan plumbing dan pencegahan kebakaran,
kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman, nyaman, dan berkualitas
bagi penghuni bangunan.

Terima kasih atas perhatian Anda terhadap makalah ini. Semoga informasi
yang disajikan dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya
memperbaiki dan meningkatkan sistem perancangan plumbing dan
pencegahan kebakaran di masa yang akan datang.

33
DAFTAR PUSTAKA

Adger W.N. (2006) Vulnerability. Global Environmental Change


Afistianto, M. F, dan Adirianto, M. F., 2005, Serial Pembelajaran Anak “Pesisir dan
Laut Kita” TSUNAMI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bidang
Pendidikan Kelautan COREMAP,Jakarta.
Ahdi, D. (2015). Perencanaan Penanggulangan Bencana Melalui Pendekatan
Manajemen Risiko. Reformasi, 5(1), 13–30. https://doi.org/10.33366
/rfr.v5i1.60
Akhirianto, N. A. (2019). Konsep Desain Pengurangan Risiko Bencana Longsor
Berbasis Komunitas. Jurnal Sains Dan Teknologi Mitigasi Bencana, 12(1),
32–43. https://doi.org/10.29122/jstmb.v12i1.3698
Amri, R M. Yulianti G. Yunus R. Wiguna S. Adi A W. Ichwana A N. Randongkir R V.
Septian RT. (2016). Risiko Bencana Indonesia.Direktorat Pengurangan Risiko
Bencana.BNPB. Jakarta
Anonimus, 2005, Buku Saku Siaga Bencana, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Bidang Pendidikan Kelautan COREMAP, Jakarta.
Gunawan I dan Subarjo, 2005. Pengantar Seismologi. Badan Meteorologi dan
Geofisika: Jakarta.
Santoso Djoko, 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Penerbit ITB: Bandung.

34
35
36

Anda mungkin juga menyukai