Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL KAJIAN

GEDUNG WISMA ATLET PON PAPUA 2021


MATA KULIAH SISTEM UTILITAS BANGUNAN

DISUSUN OLEH :

JAWA IRIANTO - 202020201002


INDRA BAGAS A. PURWANTO - 202020201017
YULITA YOSEPA GEBZE – 202020201037

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Kajian terhadap Utilitas bangunan
“Gedung Wisma Atlet PON Papua 2021 tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, Kajian terhadap
Utilitas bangunan ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jayadi, M.T selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah Sistem Utilitas
Bangunan.
2. Para Penjaga gedung Wisma Atlet PON Papua Merauke yang telah mengijinkan kami
melakukan penelitian.
3. Keluarga serta rekan – rekan sejurusan Teknik Elektro yang selalu mendukung dan
selalu memberikan semangat dalam menyusun Kajian terhadap Utilitas bangunan.

Dalam pembuatan Kajian terhadap Utilitas bangunan, Penulis berusaha untuk menyajikan
Kajian terhadap Utilitas bangunan ini dengan sebaik - baiknya. Namun, Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam Kajian terhadap Utilitas bangunan ini.
Oleh karena itu Penulis akan menerima dengan baik kritik maupun saran yang dating dari pihak
pembaca, guna untuk mencapai hasil yang lebih baik kedepannya.

Akhir kata, penulis berharap Kajian terhadap Utilitas bangunan ini dapat berguna bagi
yang membacanya.

Merauke, 11 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Pentingnya Sistem Utilitas Bangunan..........................................................1

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Landasan Teori .....................................................................................2
2.1.1 Sistem Penyediaan air bersih (Water Sistem)........................................2
2.1.2 Sistem Pengolahan dan Pembuangan Limbah (Sawage Sistem) ........ 3
2.1.3 Sistem Perlindungan Kebakaran (Fire Protection).................................4
2.1.4 Sistem Pengkondisian Udara (Air Conditioning System)......................5
2.1.5 Sistem Kelistrikan (Electrical System)..................................................5
2.1.6 Sistem Penangkal Petir (Lighting Protection)........................................6

BAB III DESKRIPSI KAJIAN


3.1 Spesifikasi Gedung............................................................... ..........8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan ......................................................................... ..........9


4.1.1 Sistem Penyediaan air bersih (Water Sistem) ............9
4.1.2 Sistem Pengolahan dan Pembuangan Limbah (Sawage Sistem)........ 10
4.1.3 Sistem Perlindungan Kebakaran (Fire Protection)................................11
4.1.4 Sistem Pengkondisian Udara (Air Conditioning System).....................12
4.1.5 Sistem Kelistrikan (Electrical System).................................................13
4.1.6 Sistem Penangkal Petir (Lighting Protection).......................................14

BAB V KESIMPULAN............................................................................... .........15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang konstruksi telah mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Bermacam - macam bangunan dengan struktur yang rumit dan desain
arsitektur yang indah telah berhasil dibangun dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu contoh adalah gedung - gedung bertingkat tinggi yang banyak dibangun dengan
menggunakan sistem utilitas yang baik.

Suatu gedung dikatakan berhasil apabila dibangun tidak hanya untuk dinikmati
keindahannya saja akan tetapi dilengkapi juga dengan fasilitas yang menunjang kenyamanan dan
keamanan penghuninya

Laporan kajian utilitas bangunan ini merupakan hasil dari tugas mata kuliah Sistem
Utilitas Bangunan pada semester 4 (empat) jurusan teknik elektro universitas musamus Merauke
yang kami lakukan dengan harapan mendapatkan hasil penilaian yang memuaskan dari dosen
pengampuh mata kuliah tersebut.

1.2 Pentingnya Sistem Utilitas Bangunan

Utilitas bangunan merupakan suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan


untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan
komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. Dalam desain bangunan harus selalu memperhatikan
dan menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan desain yang lain seperti desain arsitektur,
struktur, interior dan desain lain.

Sistem utilitas pada bangunan gedung terdiri atas sistem penyediaan air bersih, system
pengelolaan dan pembuangan limbah, system perlindungan kebakaran dan jalan keluar darurat,
system pengkondisian udara, system elevator / lift, system kelistrikan, system suara, system
penangkal petir, system keamanan dan CCTV dan system komunikasi.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori

Utilitas bangunan merupakan hal yang harus diperhatikan sejak awal perencanaan
dan perancangan bangunan, khususnya bangunan bertingkat. Hal ini dikarenakan apabila
utilitas bangunan dalam suatu gedung tidak lengkap maka gedung tersebut tidak akan
berfungsi dengan baik. Selain itu utilitas gedung yang tidak memadai
dapatmembahayakan keselamatan penghuni bangunan (manusia).

Utilitas pada setiap bangunan / gedung dapat berbeda tergangtung dengan jenis
dan ukuran bangunannya.

2.1.1 Sistem Penyediaan air bersih (Water Sistem)

System instalasi dan penyediaan air bersih dibagi menjadi dua system yaitu :

1) System distribusi langsung (Upfeed Distribution Sistem)

Dimana air dipompa dari Deepwell atau Graound Water Tank (GWT) langsung
didistribusikan ke masing – masing pengguna dengan bantuan pressure tank sehingga
air pada pipa distribusi ini bertekanan tinggi jika kran dibuka.

2) Downfeed Distribution system (DDS)

Dimana pada system ini air dari Ground Water Tank dipompa keatas dan
ditampung pada water tower dan kemudian didistribusikan ke masing – masing
pengguna dengan menggunakan grafity flow. System ini dibagi menjadi dua :

a) System DDS dengan pembagian Zona, digunakan pada bangunan lebih dari 10
lantai dan setiap zona memiliki tangki penampung (house tank) sendiri yang
disupplay langsung dari masing – masing pompa.
b) System DDS tanpa pembagian zona, umumnya digunakan pada bangunan dengan
jumlah lantai maksimum 10 lantai dengan air dari deepwell atau GWT dipompa
ke rooftank dan didistribusikan langsung ke masing – masing pengguna.

2.1.2 Sistem Pengolahan dan Pembuangan Limbah (Sawage Sistem)

System pengolahaan dan pembuangan air limbah dapat dibagi menjadi :

 System Individual yaitu buangan tinja dari unit WC langsung disalurkan kedalam
lubang penampung dan diolah/diuraikan secara Anaerobik.

 System Komunal yaitu limbah buangan rumah tangga disalurkan ke jaringan


Sewage kota (jaringan saluran air buangan) dan berakhir pada Instalasi
pengelolaan air buangan, untukkemudian air yang telah memenuhi syarat dibuang
ke badan air penerima.

Berdasarkan prosesnya dalam pengolahan air buangan (limbah) dikenal dengan 3


(tiga) proses yaitu :

1) Proses fisik, Berupa pemisahan antara cairan dan padatan dengan cara pengendapan
dan penyaringan.

2) Proses Biologi, Berupa penguraian senyawa organik komplek menjadi bentuk


sederhana dengan bantuan aktivitas mikro organisme dengan cara Aerasi dan
penambahan lumpur aktif bila diperlukan.

3) Proses kimia, Berupa pengikatan unsur – unsur kimia yang dapat dikendaki dan
tidak dapat terpisah dalam proses fisik dengan cara membunuh bahan kimia sebagai
koagulan.
2.1.3 Sistem Perlindungan Kebakaran (Fire Protection)

Bahaya bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak dapat
dikendalikan sehingga dapat mengancam keselamatan manusia maupun harta benda.
Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik jika sebelumnya dilakukan
suatu persyaratan pada bangunannya sendiri. Adapun klasifikasi bangunan-bangunan
menurut ketentuan struktur utamanya terhadap api, dibagi dalam kelas A, B, C, dan D.

• Kelas A

Struktur utama harus tahan api sekurang-kurangnya 3 jam. Bangunan yang masuk
dalam kelas ini adalah: bangunan untuk kegiatan umum, seperti hotel, pertokoan dan
pasar raya, perkantoran, rumah sakit, bangunan industri, tempat hiburan, museum, dan
bangunan dengan penggunaan ganda/campuran.

• Kelas B

Struktur utama harus tahan api sekurang-kurangnya 2 jam. Bangunan-bangunan


tersebut meliputi perumahan bertingkat, asrama, sekolah dan tempat ibadah.

• Kelas C

Bangunan-bangunan dengan ketahanan api dari struktur utama selama 1 jam, biasanya
untuk bangunan-bangunan yang tidak bertingkat dan sederhana.

• Kelas D

Bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C, dan diatur tersendiri,


seperti instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata/mesin.

Cara pemadaman terhadap bahaya kebakaran dapat dilakukan dengan:

- Penguraian, yaitu memisahkan atau menjauhkan benda – benda yang cepat terbakar.

- Pendinginan, yaitu penyemprotan air pada benda – benda yang terbakar.

- Isolasi atau sistem lokalisasi, yaitu dengan cara penyemprotan bahan kimia CO2.
- Blesting effect system, yaitu dengan cara memberikan tekanan yang tinggi. Misalnya
dengan jalan meledakan bahan peledak.

2.1.4 Sistem Pengkondisian Udara (Air Conditioning System)

Temperature udara di Indonesia sekitar 30̊ C dan kelembapan sekitar 90%.


Indonesia termasuk daerah tropis lembab. System pendingin ruang ada 2 macam yaitu :

a) System langsung (Air to Air System)

Dalam system ini udara didinginkan langsung oleh refrigerant dengan


menggunakan mesin – mesin system paket seperti window unit, package
Airconditioner dengan atau tanpa tabung udara dan AC Split.

b) System tidak langsung (Water to air system)

Dalam system ini menggunakan media air es/chiller water dengan temperature
sekitar 5̊C. Air es diproduksi dalam chiller yang merupakan mesin pembuat air es
yang menggunakan refrigerant sebagai zat pendingin.

Cara ini banyak digunakan dalam bangunan tinggi sebab menghemat tempat karena
hanyamenggunakan tabung penyebar udara horizontal. Mesin pengolah udara/Air
handling unit (AHU) berisi kumparan pipa (coil), blower dan filter udara. AHU dapat
ditempatkan setiap lantai atau satu AHU melayani 2 – 3 lantai atau jika lantai tingkat
sangat luas, satu lantai dilayani 2 atau lebih AHU.

2.1.5 Sistem Kelistrikan (Electrical System)

Sistem Instalasi elektrikal mengacu pada SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum


Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi
Listrik ini ialah agar pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik, untuk
menjamin keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik, keamanan instalasi listrik
beserta perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya dari kebakaran akibat listrik, dan
perlindungan lingkungan.
Syarat – syarat perancangan jaringan Instalasi listrik yang ekonomis adalah :

 Flexibilitas, Jaringan harus memberi kenungkinan untuk penambahan beban, tetapi


harus dalam batas ekonomis. Cadangan tambahan beban yang berlebihan (Over
design) adalah tidak ekonomis dan merupakan pemborosan.

 Kepercayaan, Jaringan istalasi harus dapat diandalkan dan dapat dipercaya sebab
pembebanan oleh peralatan listtrik sering tidak dapat dikontrol. Hal – hal yang perlu
diperhatikan adalah kualitas bahan – bahan instalasi. Kegagalan – kegagalan
peralatan listrik harus dapat diketahui secara dini agar tidak terjadi kecelakaan.

 Keamanan, Jaringan instalasi harus dirancang sesuai Peraturan Nasional yang berlaku
(Peraturan Umum Instalasi Listrik). Tabung – tabung instalasi harus mudah dicapai
dan bebas hambatan / halangan fisik.

Berdasarkan pembebanan, kategori system instalasi listrik bangunan dibagi menjadi 2


(dua) yaitu :

- istalasi untuk penerangan dan alat – alat kecil

- instalasi untuk tenaga (motor – motor) besar.

2.1.6 Sistem Penangkal Petir (Lighting Protection)

Petir adalah suatu gejala listrik diatmosfir yang timbul bila terjadi banyak
kondensasi dari uap air dan ada arus udara naik yang kuat.

Instalasi penangkal petir adalah instalasi suatu system dengan komponen –


komponen dan peralatan – peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap
petir dan menyalurkannya ke tanah. Sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya
atau benda – benda yang dilindunginya terhindar dari sambaran petir.

Instalasi penangkal petir terdiri atas bagian – bagian sebagai berikut :

a) Penghantar diatas tanah, ialah penghantar yang dipasang diatas atap sebagai penangkap
petir, berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang
mendatar.
b) Penghantar pada dinding atau dalam bangunan, sebagai penyalur arus petir ke tanah yang
terbuat dari tembaga, baja galvanish atau aluminium.

c) Elektroda – elektroda tanah, antara lain :

- Elektroda pita (strip) yang ditanam minimum 0,5 – 1 m dari permukaan tanah.

- Elektroda batang dari pipa atau besi baja profil yang dipancangakan tegak lurus dalam
tanah sedalam ± 2 m.

- Elektroda pelat, ditanam minimum 50 cm dari permukaan tanah.

Ada beberapa jenis system penangkal petir yang dapat digunakan antara lain :

a) Sistem konvensional / Franklin

b) Sistem sangkar Faraday

c) Sistem Radio aktif atau semi-radio aktif / system Thomas

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7015-2004) pemilihan tingkat


proteksi yang memadai untuk suatu sistem proteksi petir di dasarkan pada daerah
permukaan tanah yang di anggap sebagai struktur yang mempunyai frekuensi sambaran
langsung tahunan. Daerah proteksi adalah daerah di sekitar struktur sejauh 3h dimana h
adalah tinggi struktur yang di proteksi
Berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penyalur Petir (PUIPP) Besarnya
kebutuhan tersebut ditentukan berdasarkan perjumlahan indeks-indeks tertentu yang
mewakili keadaan bangunan di suatu lokasi dan di tuliskan dengan rumus
R=A+B+C+D+E
Dimana :
R = perkiraan bahaya petir
A : Indeks bahaya berdasarkan jenis bangunan
B : Indeks bahaya berdasarkan konstruksi bangunan
C : Indeks bahaya berdasarkan tinggi bangunan
D : Indeks bahaya berdasarkan situasi bangunan
E : Indeks bahaya berdasarkan hari guruh
Tabel 2.1 indeks A : bahaya berdasarkan penggunaan dan isi (PUIPP,1983)

Tabel 2.2 indeks B : bahaya berdasarkan penggunaan dan isi (PUIPP,1983)

Tabel 2.3 indeks C : bahaya berdasarkan penggunaan dan isi (PUIPP,1983)


Tabel 2.4 indeks D : bahaya berdasarkan penggunaan dan isi (PUIPP,1983)

Tabel 2.5 indeks E : bahaya berdasarkan penggunaan dan isi (PUIPP,1983)

Dengan memperhatikan keadaan ditempat yang hendak dicari tingkat resiko dan
kemudian menjumlahkan indeks-indeks tersebut diperoleh suatu perkiraan bahaya
ditanggung bangunan dan tingkat pengamanan yang harus diterapkan.

Tabel 2.6 indeks R : perkiraan bahaya sambaran petir (PUIPP,1983)


BAB III
DESKRIPSI KAJIAN

3.1 Spesifikasi Gedung

Bangunan / Gedung yang menjadi focus tempat penelitian kami merupakan Asset Pemerintah
Daerah Kabupaten Merauke :

Nama : Gedung Wisma Atlet Katalpal Merauke

Alamat : Jl.Cigombong Kuda mati - Merauke

Luas Gedung : ± 280 m² (12m x 24m)

Jumlah Lantai : 2 Lt

Fungsi : Tempat Penginapan Atlet PON Tahun 2021

Dimana terdapat 14 Kamar tidur, ruang panitia, ruang kesehatan, ruang


keamanan dan ruang logistik

Terdapat dua buah gedung/bangunan yang pada lokasi penelitian dengan ukuran dan model
gedung/bangunan yang sama sehingga penelitian dilakukan pada salah satu gedung (Gedung A)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Ada beberapa analisa system utilitas yang ada pada gedung yang menjadi tempat
penelitian kami yaitu :

4.1.1 Water Sistem / Sistem Penyediaan Air Bersih

System penyediaan air bersih yang digunakan merupakan Downfeed Distribution


System (DDS) tanpa pembagian zona. Water Tank (WT) yang terdapat pada lantai 2 (dua)
menggunakan Profil Tank ukuran 2.200 liter sebanyak 2 (dua) buah. Ground Water Tank
(GWT) yang digunakan adalah Tangki (Profil Tank) dengan ukuran 5.300 Liter yang
diletakkan pada permukaan tanah sebanyak 4 (empat) buah.

Dimana system distribusinya, air dipompa dari Ground Water Tank (GWT) ke
Water Tank (WT) yang terdapat pada lantai 2 (dua) untuk nantinya di distribusikan ke
masing – masing toilet (kamar mandi) yang ada pada gedung tersebut dengan bantuan
pompa air (pressure) dengan daya keluaran 250 Watt.

: Digunakan
Prfil Tank 5.300 L
sebagai Groud
Water Tank
(GWT)
sebanyak 4 buah
Profil Tank 2.200 : Digunakan
sebagai Water
Tank sebanyak 2
buah

Mesin Pompa Air

Merek : Aquafos
Tegangan : 220 Volt
Daya Keluaran : 250 Watt
Daya Masukan : 625 Watt
Frekuensi : 50 Hz
Tinggi Hisap : 30 Meter
Tinggi Dorong : 50 Meter

Untuk menentukan Kebutuhan air bersih per hari maka diperkirakan :


Jumlah Kamar = 14 Kamar Tidur (2 Tempat Tidur/Kamar)
Kebutuhan Air Per Orang (Asrama) = 120 Liter/Orang/Hari
Volume Air bersih yang dibutuhkan = 14 x 2 x 120 = 3.360 Lt/Hari

Dengan menggunakan Tangki dengan Volume 2 x 2.200 Lt Sehingga kebutuhan


air bersih pada bangunan Wisma Atlet dapat terpenuhi dalam sehari.

4.1.2 Sewage Sistem / Pengelolaan dan Pembuangan Limbah

System pengolahan limbah (Sewage system) yang digunakan pada gedung untuk
pembuangan limbah cair dari keperluan MCK adalah menggunakan system pembuangan
yang langsung ditampung pada septitank yang terdapat pada bagian luar gedung.
Sebagaimana fungsi dari gedung ini yang hanya sebagai penginapan atlet PON tahun 2021,
maka untuk limbah cair dapur tidak tersedia.

: Septi Tank
Sewage System
Digunakan
sebagai
Penampungan
limbah cair dari
kebutuhan MCK

4.1.3 Fire Protection / Perlindungan Kebakaran

System Perlindungan kebakaran (Fire Protection) yang terdapat pada gedung ini
merupakan tindakan pengupayaan terkait :

a. Pencegahan : Gedung dibangun menggunakan material yang tahan api.


Bangunan dibangun dengan konstruksi besi baja dan beton.
b. Penyelamatan : Pada gedung terdapat rambu – rambu jalur evakuasi
(Emergenci Exit) yang terdapat pada dinding – dinding
dalam gedung.
c. Pengatasan : untuk pengatasan terhadap bahaya kebakaran, gedung
dilengkapi dengan alat pemadam api ringan (APAR) yang
terletak pada lorong – lorong gedung.

: Strukttur
Pencegahan
bangunan
terbuat dari besi
baja dan beton
: Jalur – jalur
Penyelamatan
evakuasi
(emergency
exit)

: Alat pemadam
Pengatasan
api ringan
(APAR) yang
tersedian

4.1.4 Air Conditioning Sistem / Sistem Pendingin Udara

System pendingin udara yang terdapat pada gedung menggunakan alat pengkondisian
udara (AC) dengan sasaran kenyamanan bagi penghuni (manusia). System pada
pengkondisan udara (AC) menggunakan system air to air system (system udara
penuh/langsung) dimana jenis yang digunakan adalah AC Split yang terpasang pada ruang
kamar tidur, ruang kesehatan dan ruang panitia dengan ukuran ¾ Pk.

: AC jenis Split
Pengkondisian
dengan ukuran
Udara
¾ Pk
Untuk Ruang Kamar Tidur (Sebanyak 14 Ruang)
Diketahui :
Luas Kamar 3 x 4 = 16 m2
Standar beban kalor = 500 Btu/h/m2
Kamar tidur = 3 x 4 x 500 Btu/h/m2
= 6.000 Btu/h
Berdasarkan perhitungan diatas dan analisis yang dilakukan pada Gedung Wisma
Atlet, sistem AC di bangunan Gedung Wisma Atlet sudah sesuai. Untuk kamar tidur
membutuhkan 3/4 PK (7.000 btu/h) setiap kamar tidur.

Untuk Ruang Kesehatan (Sebanyak 2 Ruang)


Diketahui :
Luas Kamar 6 x 4 = 24 m2
Standar beban kalor = 500 Btu/h/m2
Kamar tidur = 6 x 4 x 500 Btu/h/m2
= 12.000 Btu/h
Berdasarkan perhitungan diatas dan analisis yang dilakukan pada Gedung Wisma
Atlet pada ruang kesehatan, sistem AC di bangunan Gedung Wisma Atlet sudah sesuai.
Untuk ruang kesehatan menggunakan 3/4 PK (7.000 btu/h) sebanyak 2 (dua) Unit.

Untuk Ruang Panitia (Sebanyak 2 Ruang)


Diketahui :
Luas Kamar 6 x 4 = 24 m2
Standar beban kalor = 500 Btu/h/m2
Kamar tidur = 6 x 4 x 500 Btu/h/m2
= 12.000 Btu/h
Berdasarkan perhitungan diatas dan analisis yang dilakukan pada Gedung Wisma
Atlet pada ruang Panitia, sistem AC di bangunan Gedung Wisma Atlet sudah sesuai.
Untuk ruang kesehatan menggunakan 3/4 PK (7.000 btu/h) sebanyak 2 (dua) Unit.
4.1.5 Electrical Sistem / Sistem Kelistrikan

System kelistrikan yang terdapat pada gedung merupakan kelistrikan 3 fasa yang
bersumber dari PLN dan terpasang sesuai standar. Sistem kelistrikan dibagi menjadi tiga
group (3 panel) dinama Panel 1 untuk melayani kebutuhan listrik penerangan lantai 1 dan
panel 2 untuk melayani kebutuhan listrik penerangan lantai 2. Sedangkan panel 3 untuk
melayani kebutuhan motor – motor listrik operasional dan pendingin ruangan (AC).

: Bersumber dari
System kelistrikan
pembangkit /
PLN
Kelistrikan 3
Fasa.

Panel 1 Untuk
penerangan Lt 1
Panel 2 Untruk
Penerangan Lt 2
Panel 3 Untuk
Motor – Motor
Listrik (AC, dll)

Perhitungan perkiraan / estimasi kebutuhan daya :

Perkiraan / estimasi Kebutuhan Daya Listrik untuk penerangan (sesuai table penerangan
15 – 30 Watt/m²) misal diambil 25 Watt/m² maka :
Untuk penerangan tiap lantai 288 m² x 25 Watt/m² = 7.200 Watt atau 7,2 KW, untuk 2
lantai maka kebutuhan daya penerangan 2 x 7,2 KW = 14,4 KW
Perkiraan / estimasi Kebutuhan Daya Untuk AC
Sesuai table beban kalor untuk rumah / kamar tidur adalah 470 – 550 Btu/h/m², misal
kita gunakan 500 Btu/h/m²
Untuk Kamar Tidur, 12 m² x 500 Btu/h/m² = 6.000 Btu/h.
Dengan demikian, konversi kalor ke daya adalah 6.000 Btu/h = ¾ PK = 0,75 HP (1 HP =
746 Watt = 0,746 KW) dengan jumlah kamar 14 ruang.
Jadi Daya yang dibutuhkan, 14 x 0,75 x 0,746 = 7,83 KW

Untuk Ruang Kesehatan, 24 m² x 500 Btu/h/m² = 12.000 Btu/h.


Dengan demikian, konversi kalor ke daya adalah 6.000 Btu/h = ¾ PK = 0,75 HP (1 HP =
746 Watt = 0,746 KW) dengan jumlah kamar 2 buah.
Jadi Daya yang dibutuhkan, 14 x 0,75 x 0,746 = 7,83 KW

Untuk Ruang Panitia, 24 m² x 500 Btu/h/m² = 12.000 Btu/h.


Dengan demikian, konversi kalor ke daya adalah 6.000 Btu/h = ¾ PK = 0,75 HP (1 HP =
746 Watt = 0,746 KW) dengan jumlah kamar 2 buah.
Jadi Daya yang dibutuhkan, 14 x 0,75 x 0,746 = 7,83 KW

Dari rincian diatas dapat di estimasi bahwa kebutuhan daya listrik :

 Kebutuhan Daya Penerangan = 14,4 KW


 Kebutuhan Daya AC = 15,6 KW
 Total = 30,0 KW

4.1.6 Lightning Protection / Sistem Penangkal Petir

System penangkal petir (Lightning Protection) yang terpasang pada puncak / atap
gedung. System penangkal petir yang digunakan merupakan system proteksi petir sangkar
konduktor (system Faraday) dimana beberapa konduktor / tiang – tiang penangkal
bertautan diposisikan pada puncak atap gedung dan dihubungkan dengan system grounding
dibagian bawah.
Menggunakan
System Penangkal :
system proteksi
Petir
penangkal
sangkar (system
Faraday)

Perhitungan kebutuhan bangunan terhadap perlindungan petir dapat diukur menggunakan


rumus berikut.

R=A+B+C+D+E
Dengan keterangan:
A : Indeks bahaya berdasarkan jenis bangunan
B : Indeks bahaya berdasarkan konstruksi bangunan
C : Indeks bahaya berdasarkan tinggi bangunan
D : Indeks bahaya berdasarkan situasi bangunan
E : Indeks bahaya berdasarkan hari guruh
Berdasarkan hasil analisis, maka :
R =A+B+C+D+E
=0+1+2+0+8
= 11
Hasil perhitungan didapat nilai R sebesar 11. Nilai 11 tersebut dapat ditafsirkan berdasarkan
indeks nilai perkiraan bahaya sambaran petir. Yang berarti Gedung ini memiliki perkiraan
bahaya kecil terhadap sambaran petir.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah kita lakukan, maka dapat disimpilkan bahwa :

1. Gedung wisma atlet tersebut dalam perencanaan dan pembangunannya telah memenuhi
beberapa criteria system utulitas bangunan diantaranya :

 System penyediaan air bersih

 System pengolaah limbah

 System fire protection

 System pendinginan udara

 System electrical

 System penangkal petir (Lighting protection)

2. Dalam penerapan system penyediaan air bersih pada bangunan / gedung belum
menggunakan Ground Water Tank (GWT) sehingga menggunakan Profil tank.

3. Dengan besarnya ukuran bangunan/gedung pada penerapan system fire protection belum
tersedia Water Hydrant sebagai alternative pengatasan terhadap bahaya kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai