Anda di halaman 1dari 23

SAINS BANGUNAN & UTILITAS 1

TUGAS II
PENGAMATAN SISTEM PLAMBING PADA BATU BELIG ESTATE

DOSEN:
I NYOMAN SUSANTA, ST., MERG. (KOORDINATOR)

MAHASISWA:
KELOMPOK V KELAS AB
1. DEWA NGAKAN MADE ENDY ARINATA 1504205007
2. I GUSTI AYU NADA SALMA WIJAKSANA 1504205009
3. I GUSTI AGUNG AYU CHANDRA DEVI 1504205010
4. DESAK AYU AWATARI WIDI 1504205014
5. NI MADE KRISNHA ARISTYA DEWI 1504205015
6. DWI PRATIWI 1504205017
7. DEWA AYU EMA NADILA SUMANTARA K 1504205019
8. KADEK AGUSTIAN KUSUMA WARDANA 1504205022
9. DEWA GDE NGURAH BARUNA WIJAYA 1504205031
10. PUTU GEDE BEY NANDA RYANDANA 1504205032
11. I KADEK DIANTARA 1504205040

JURUSAN ARSITEKTUR REGULER


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat karuniaNyalah, makalah yang berjudul ”Pengamatan Sistem Plambing pada
Villa Batu Belig Estate” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang diharapkan.
Makalah ini kami susun guna melaksanakan kewajiban yang telah diberikan
kepada mahasiswa semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dalam mata kuliah
Sains Bangunan dan Utilitas 1. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas
peran serta yang telah mendukung kami baik saran, bimbingan maupun informasi
yang sangat membantu makalah ini.
Oleh karena adanya keterbatasan waktu dalam penyusunan makalah ini serta
keterbatasan pengetahuan, kami hanya dapat menuangkan secara garis besar.
Kami sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu,
kami harapkan segala kritik & saran yang sifatnya mendukung atau membangun
guna menyempurnakan makalah ini.
Demikianlah, semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua khususnya mengenai pengetahuan tentang sistem plambing.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Denpasar, 8 Oktober 2016

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................. 3

BAB II METODE PENULISAN


2.1 Metode Pengumpulan Data ................................................ 4
2.2 Metode Analisis Data ........................................................ 4

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN


3.1 Pengertian AC Langsung ................................................... 6
3.2 Sejarah Tata Udara ............................................................. 7
3.3 Sistem AC .......................................................................... 9
3.4 Jenis-Jenis AC .................................................................... 40
3.5 Komponen-komponen AC Langsung ................................ 40
3.6 Cara Kerja AC .................................................................... 55
3.7 Fungsi dan Kegunaan AC .................................................. 58
3.8 Instalasi AC ........................................................................ 62
3.9 Cara Penggunaan AC ......................................................... 67
3.10 Layout Pemasangan AC Langsung ................................... 70
3.11 Kapasitas AC Langsung ..................................................... 72

iii
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................ 74
4.2 Saran ................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75


LAMPIRAN ............................................................................................ 76

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah bangunan arsitektural tidak hanya memiliki nilai estetika, namun
juga memiliki lingkungan binaan yang berada di dalam (interior) bangunan itu
maupun di luar (eksterior) atau di sekeliling bangunan. Lingkungan binaan
tersebut merupakan wadah segala kebutuhan aktifitas manusia. Karena
bangunan berfungsi untuk mewadahi aktifitas manusia maka ia harus
mempunyai keadaan yang dibutuhkan oleh manusia yaitu kenyamanan,
keamanan, dan efisiensi, serta kebutuhan-kebutuhan manusia lainnya. Untuk
memenuhi hal tersebut maka bangunan terdiri dari segala elemen-elemen
pembentuk ruangnya serta perabotan-perabotan yang dibutuhkan untuk
aktifitas manusia.
Dalam menjalankan sistem operasional suatu bangunan tidak cukup
hanya mengandalkan elemen-elemen pembentuk ruang serta perabotan akibat
aktifitas manusia, namun juga diperlukan sistem lingkungan dan utilitas untuk
mendukung kinerja bangunan. Oleh karena itu, mahasiswa perlu memahami
sistem sains dan utilitas bangunan sehingga sebuah bangunan dapat beroperasi
sesuai dengan fungsinya. Sistem sains dan utilitas bangunan terdiri dari
berbagai macam cakupan materi, salah satunya adalah sistem plambing
(pemipaan).
Sistem plambing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
pembangunan gedung. Oleh karena itu perencanaan sistem plambing harus
dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung
itu sendiri. Dalam rangka penyediaan air bersih baik dari kualitas dan
kuantitas serta kontinuitas maupun penyaluran air bekas pakai (air kotor) dari
peralatan saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-
bagian penting dalam gedung atau lingkungannya.

1
Sistem plambing juga harus dirancang dengan sungguh-sungguh karena
tidak hanya berdampak pada keefektifan dan keefisienan namun juga
berdampak pada kesehatan pada jangka panjangnya. Hal ini tidak kalah
penting karena kesehatan merupakan harta paling berharga yang dimiliki
manusia. Untuk menjaga kesehatannya itu manusia dapat memulainya dengan
menjaga kesehatan lingkungan, baik tempat kerjanya maupun tempat
pemukimannya yang dalam hal ini sistem plambing memberikan andil yang
sangat penting untuk menjaga kesehatan di dalam lingkungan gedung tempat
bekerja atau bermukim.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana sistem plambing pada bangunan Batu Belig Estate?
2. Apa saja komponen sistem plambing dan komponen yang dibutuhkan
untuk mengoperasikan sistem plambing pada bangunan Batu Belig Estate?
3. Bagaimana layout penerapan dan pengoperasian sistem plambing pada
bangunan Batu Belig Estate?
4. Bagaimanakah kapasitas sistem plambing pada bangunan Batu Belig
Estate?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui:
1. Tentang pengkondisian sistem plambing pada bangunan Batu Belig Estate
2. Komponen yang dibutuhkan untuk menerapkan dan mengoperasikan
sistem plambing pada Batu Belig Estate.
3. Layout penerapan dan pengoperasian sistem plambing pada Batu Belig
Estate.
4. Kapasitas sistem plambing pada Batu Belig Estate.

2
1.4 Manfaat

Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Mahasiswa arsitektur dan arsitek, yaitu dapat mempelajari dan memahami


prinsip-prinsip dasar sistem plambing sehingga dapat memudahkan
penyiapan ruang untuk sistem plambing tersebut.
2. Masyarakat umum/ klien, yaitu dapat memberikan pengetahuan tambahan
tentang penggunaan pengkondisian sistem plambing dan juga diharapkan
adanya komunikasi yang baik antara arsitek dengan klien (masyarakat
umum) sehingga penyampaian informasi tentang bangunan yang akan
dibangun tidak merugikan salah satu pihak.

3
BAB II
METODE PENULISAN

2.1 Metode Pengumpulan Data


Subjek yang dibahas pada makalah ini yaitu submateri sains dan utilitas
bangunan, sistem plumbing pada suatu bangunan. Untuk keperluan
pendataan, penulis menerapkan prinsip emperisme, metode observasi dan
metode kajian pustaka.
Metodelogi pendataan berdasarkan prinsip pengalaman yang dapat
diamati (empirisme) diambil dari berbagai artikel, tulisan ilmiah, jurnal, dan
lain sebagainya. Dengan prinsip ini pengetahuan akan bidang yang dibahas
akan memiliki keberagaman sehingga, memunculkan berbagai pertimbangan
dalam menjawab masalah-masalah yang telah ditentukan.
Metode observasi dilakukan dengan cara melihat langsung pada objek
dan mencatat serta mengsketsa letak-letak kran/saluran dari sistem plumbing
yang ada pada salah satu komplek bangunan Batu Belig Estate. Kemudian
untuk saluran-saluran sistem plumbing yang tidak terlihat, penulis
menggunakan gambar bestek bangunan tersebut untuk membantu penulis
dalam menyusun data-data yang diperlukan.
Selain itu, penulis juga menggunakan metode kajian pustaka sebagai
acuan dalam memilah-milah informasi yang didapat dalam berbagai
tulisan/artikel ilmiah tersebut dan menganalisa hasil observasi pada salah satu
komplek bangunan Batu Belig Estate. Metode kajian pustaka ini juga
mendorong penulis untuk lebih mudah mempelajari dan memahami berbagai
aspek pada subjek yang dibahas. Dengan penggabungan prinsip dan metode
tersebut diharapkan mampu memecahkan berbagai macam masalah yang telah
ditentukan.

2.2 Metode Analisis Data


Dalam penyusunan makalah ini penulis membagi diri dalam kelompok
kecil antara lain, kelompok pencari materi sebanyak-banyak pada

4
artikel/tulisan ilmiah, kelompok pengembangan/analisa materi serta
penyusunan makalah. Dengan pembagian kelompok kecil ini memudahkan
penulis dalam memilah serta menganalisis data yang telah dikumpulkan
melalui prinsip dan metode yang telah disebutkan sebelumnya.
Data yang dikumpulkan dari subjek yang dibahas antara lain, landasan
teori sebagai gambaran umum masalah yang dibahas, jenis sistem plambing,
komponen-komponen sistem plambing, kapasitas sistem plambing, serta
layout pemasangan sistem plambing pada bangunan batu belig estate sehingga
tidak hanya menampilkan data dalam bentuk tulisan namun juga memberikan
tampilan visualisasi yang memudahkan pembaca dalam memahami subjek
yang dibahas.
Setelah menggabungkan semua data yang telah dipilah dan disusun,
penulis dapat menyusun kesimpulan dari data-data tersebut dan menganalisa
data tersebut. Jadi, metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif yaitu mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan
gejala yang ada, mengindetifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan
praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan
menetukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang
sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang.

2.3 Identitas Objek


Nama pemilik: Desak Putu Subakti
Lokasi: Jalan Pantai Batu Belig No. 14, Seminyak, Bali, 80361
Tahun: 2009
Batas-batas bangunan:
- Batas utara: Site kosong
- Batas selatan: Hotel W
- Batas barat: Jalan Pantai Batu Belig
- Batas timur: rumah penduduk
Jam operasional: 24 jam

5
Nama Arsitek: Ir. Dewa Ketut Ambara Putra
Fungsi bangunan: Villa penginapan keluarga
Maksimal orang yang bisa ditampung:
- Villa tipe 1 sampai 6 kurang lebih 5 orang
- Villa tipe 7 dan 8 kurang lebih 10 orang
Luas bangunan:

Layout Bangunan Lantai Dasar

6
Layout Bangunan Lantai 1

7
BAB III
TEORI DAN PEMBAHASAN

3.1 Landasan Teori


Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk
menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki, baik dalam hal kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas yang memenuhi syarat, dan membuang air bekas
(kotor) dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemaskan bagian penting
lainnya, untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang dinginkan.
Sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan
air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi
syarat, yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan,
standar, tentang peralatan dan instalasinya.
Adapun jenis-jenis sistem plambing antara lain:
A. Sistem Penyediaan Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai
batasnya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem
penyediaan air minum di mana persyaratan yang dimaksud adalah dari
segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis dan
radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menyebabkan efek samping.
Persyaratan air bersih sesuai dengan fungsinya ialah mempunyai
sifat:
- Jernih, tidak keruh
- Tidak mempunyai warna
- Tidak mempunyai rasa
- Tidak mempunyai bau
Selain itu air bersih tidak harus dingin. Mempunyai suhu antara 10-
20°C sehingga dapat memberikan rasa segar.

8
Kebutuhan air bersih untuk masyarakat yang tinggal di kota terasa
makin bertambah, berkaitan dengan kemajuan teknologi yaitu penggunaan
peralatan saniter di rumah tangga.
Kebutuhan air minum ini akan makin bertambah antara lain karena
jumlah penghuni dalam satu keluarga dan jumlah penduduk yang makin
pesat dan gaya hidup modern yang mereka anut.
Pola hidup modern ini ditandai seperti adanya tempat untuk
membersihkan Secara kendaraan, menyiram tanaman dalam halaman,
adanya kolam hias sampai adanya kolam renang. Dari hasil pengamatan
pemakaian air bersih untuk penghuni kota di Indonesia berkisar antara 100
liter sampai 250 liter per hari per orang. Ada kemungkinan 250 liter ini
dapat membesar lagi di kemudian hari.
Teknis penyediaan air bersih meliputi:
- Sambungan langsung
Berasal dari sumur, PDAM, Air hujan dan mata air. Namun, yang
paling banyak digunakan yaitu sumber dari PDAM.
- Tangki tekan
Pada tangki tekan sumber air sama seperti teknis sambungan langsung
namun pada tangki tekan ini memerlukan pompa dengan tekanan air
0.3 sampai 1 kg/m²

9
Tabel sumber air bersih
Sumber Kualitas Kuantitas Kontinuitas Harga
Air hujan Sedikit Tidak Tidak dapat Murah
terpolusi memenuhi terus
oleh polutan persediaan menerus
pencemar umum diambil
udara
Air Tidak baik Mencukupi Dapat Relatif
permukaan karena diambil terus mahal
tercemar menerus
Air dangkal Terpolusi Relatif Pengambilan Relatif
(<10 M) cukup di batasi, mahal
berakibat
instrusi air
laut
Air tanah Relatif baik Relatif
dalam (>10 mahal
M)
Mata air Relatif baik Sedikit Tidak dapat Murah
diambil
secara terus
menerus

B. Sistem Penyediaan Air Panas


Banyak masyarakat khususnya di kota baik yang beriklim sejuk
maupun panas dari kebutuhannya akan air pada waktu pagi maupun
malam hari akan menggunakan air panas dalam bersih diri atau mandi.
Sehingga air panas di sini adalah air bersih dingin yang dipanaskan dengan
suatu alat pemanas. Alat pemanas air di sini dikenal dengan alat pemanas
yang menggunakan gas, menggunakan listrik sebagai pemanas air bahkan

10
ada yang menggunakan cahaya matahari atau solahart. Adapun sumber-
sumber panas yang digunakan untuk memanaskan air antara lain:
1. Alat pemanas gas
Alat pemanas air dengan menggunakan gas adalah suatu alat
tabung pemanas yang menggunakan gas sebagai alat bantu untuk
memanaskan pipa yang berada di tabung yang dilalui oleh air dingin.
Air dingin tersebut akan menjadi panas dan keluar ke tempat titik yang
memerlukan air panas.
Dengan demikian, alat tabung pemanas tersebut dipasangkan
berdekatan dengan tabung gas dan ada kemungkinan mempunyai jarak
yang dekat terhadap kamar mandi yang memerlukan air panas.
Kran air panas dibuka kemudian gas menyala sehingga air
panas memerlukan waktu untuk sampai ke titik kran yang dibuka
tersebut.
2. Alat pemanas listrik
Alat pemanas ini terdiri dari tabung yang menampung air
dingin yang dipanaskan dengan tenaga listrik. Isi tabung dengan
volume tabung 15,30,50,80 liter.
Pemanasan air dengan menggunakan tenaga listrik ini, air yang
dihasilkan berupa air panas dengan suhu tertentu tidak lebih dari 80
derajat yang dapat disimpan sampai pada waktu yang diperlukan.
Alat pemanas listrik ini dapat diletakkan dimanapun dekat
maupun jauh dari titik yang memerlukannya.
Untuk kran air panas yang dibuka juga akan memerlukan
waktu untuk mendapatkan air panas dari tabung sampai kran akan
berisi air panas yang sudah jadi dingin sehingga letak mesin pemanas
sebaiknya dekat dengan titik kran yang memerlukannya. Makin dekat
makin cepat keluar air panasnya.
Jarak ketinggian alat pemanas dengan water tower lebih dari
cukup makin tinggi water power makin baik.

11
Bentuk tabung air panas listik cukup bagus tidak merusak
suasana ruangan dalam kamar mandi, sehingga pemanasan kebanyakan
di dalam ruangan kamar mandi.
3. Alat pemanas sinar matahari
Alat pemanas menggunakan cahaya matahari adalah suatu alat
pemanas yang terdiri dari pipa-pipa yang menyimpan air dingin yang
dapat memanaskannya dengan bantuan cahaya matahari dan dibantu
tenaga listrik dengan daya yang rendah. Air yang sudah panas akan
disimpan dalam waktu tertentu sampai pada saat diperlukan.
Alat pemanas dengan tenaga surya atau solahart ini dipasang di
atas atap bangunan dan supaya dapat menerima cahaya matahari pagi,
siang, dan sore.
Sebaiknya dipasang dalam arah atap menghadap utara maupun
selatan.
Mengingat pemasangan alat pemanas tersebut dengan tangki air
atau water tower tidak jauh ketinggiannya (minimal harus 2.5 meter)
maka perlu ditambah alat pompa tekan untuk memperkuat pancaran air
dari water tower ke alat pemanas. Sehingga pancaran air ke titik kran
air cukup baik.
Semua alat pemanas ini dihubungkan dengan titik-titik atau
kran air dengan pipa tembaga (yang dapat menahan panas) dengan
ukuran 1/2” dibalut dengan benang-benang asbes atau dengan kertas
alumunium foil, atau menggunakan pipa khusus yang mengalirkan air
panas.
Untuk semua alat pemanas ini baik listrik maupun gas dipasang
dengan jarak minimal 2.5 meter tingginya dibawah tangki air atau
reservoir supaya mendapat tekanan yang cukup untuk mengalirkan air
panas ke tempat yang diinginkan.
Kecuali kalau persyaratan ini tidak dapat dipenuhi disarankan
untuk menggunakan tambahan mesin pompa dengan kapasitas kecil

12
(seperti pada solahart), untuk membantu tekanan air yang diperlukan
sehingga dapat mengalir dengan baik.
Air panas yang dimaksud digunakan di kamar mandi, tidak
untuk dikonsumsi dengan suhu maksimal 70°C. Sumber pemanas:
listrik, matahari, carbon, gas, BBM dan output dari mesin tertentu.
 Sistem terbuka: air yang dipanaskan langsung dapat digunakan
(langsung dialirkan untuk digunakan). Sehingga ketika keran air
dibuka membutuhkan waktu agar terasa panas.
 Sistem tertutup: air yang dipanaskan bila tidak dialirkan kembali
diputar untuk dipanaskan. Sehingga kapanpun air kran dibuka akan
langsung panas.
C. Sistem Air Buangan
Air buangan adalah air yang sudah tidak bersih tidak memenuhi
persyaratan air bersih dan sudah tidak diperlukan, harus dibuang dari
rumah tinggal sehingga air kotor ini data dibagi dalam empat bagian:
1. Air kotor
Air kotor merupakan air yang mengandung kotoran manusia (dari
alat saniter misalnya kloset). Air yang dihasilkan dibuang melalui pipa
yang terpisah dengan pipa pembuangan air bekas pakai dan air hujan.
Pipa pembuangan yang digunakan adalah pipa PVC dengan ukuran
4” dan kemiringan ½ sampai 1% tidak boleh lebih sehingga tempat bak
penampungannya harus dibuat sedekat mungkin dengan perletakkan
kloset dan pipa pembuangan tidak boleh dipasang berbelok (harus
lurus). Kalau terjadi pembelokan atau pertemuan 2 pipa, pembuangan
air limbah dipasang sambungan khusus (sudut miring 135 derajat),
supaya tidak terjadi kemampatan saluran limbah tersebut.
Pembuangan air limbah ini menuju ke bak penampungan air
limbah yang disebut septictank dengan ukuran sesuai dengan jumlah
penghuni dalam bangunan tersebut.
Septiktank merupakan tempat pembuangan air limbah yang berisi
limbah cair dan limbah padat. Perkembangan dari pembuatan

13
septiktank dibuat dari bak yang berfungsi hanya untuk menampung air
limbah saja dan perlu dibuat rembesannya. Pada saat ini banyak dibuat
septiktank dengan menggunakan penyekat sehingga septiktank
memiliki 2 atau 3 ruang untuk menampung air limbah yang akan
memproses air limbah dengan materi pembusuknya. Selain dibuat
sekat, dalam septiktank juga harus dibuat perlengkapan seperti pipa
udara kearah luar sebagai saluran yang dapat memasukkan udara segar
untuk kehidupan materi yang berada di dalam septiktank yang
memproses limbah tinja.
Air kotor septiktank supaya tidak penuh secara konvensional harus
dibuang ke tempat rembesan yang terletak di dekat septiktank. Sesuai
dengan perkembangan teknologi, saat ini dapat dipasang septiktank
tanpa menggunakan rembesan. Septiktank ini dikenal dengan biofill
sistem yang ramah lingkungan karena tanpa menggunakan rembesan
dan memiliki sistem penguraian, dilengkapi sistem disinfektan,
sehingga menghemat lahan.
2. Air bekas
Air yang bersih yang telah digunakan untuk mencuci/ bersih diri,
mencuci sayuran maupun mencuci alat-alat dapur dan lain-lainnya.
Untuk menyalurkan air bekas ini, digunakan dengan pipa PVC
dengan ukuran diameter mulai dari 2” sampai 5” dengan menggunakan
kemiringan ½ sampai 1% kearah pembuangan akhir. Untuk bangunan
yang bertingkat. Pembuangan air bekas pakai dari semua peralatan
kamar mandi dengan pipa tegak atau vertical dengan pipa PVC ukuran
3 sampai 4” untuk menuju ke daerah luar, menuju bak control yang
nantinya menyatu dengan pipa pembuangan air bekas di lantai dasar.
3. Air buangan khusus
Air yang membahayakan kinerja sistem plambing, misalnya air
yang mengandung lemak, pasir, rambut, bahan kimia, dan lain-lain
yang dapat menyumbat sistem plambing maupun merusak sistem
plambing.

14
4. Air hujan
Air hujan adalah air yang datangnya dari hujan, yang jatuh di atap
bangunan ataupun di halaman. Air hujan ini dikategorikan sebagai air
buangan sehingga harus dibuang bersama-sama dengan air bekas
pakai.
Air yang jatuh di atap bangunan ditampung pada bak horizontal
atau datar dibagian atap yang disebut talang datar.
Talang datar ini dibuat dari bahan seng atau asbes atau bahan
tertentu dengan ukuran lebar 15-20 cm dan tinggi 10-15cm sepanjang
atap. Lebar dan tinggi ini bervariasi sesuai dengan lebar atap yang
menerima air hujan.
Air dalam talang datar ini dibuang ke bawah melalui beberapa
buah talang tegak yang dibuat dari bahan seng, asbes, dan pipa PVC.
Bentuk talang dapat bujur sangkar, persegi panjang, maupun bulat.
Talang tegak ini menuju bak control di halaman luar dan air hujan ini
menyatu dengan air buangan bekas pakai.
Untuk rumah yang betingkat maupun yang tidak bertingkat
sekarang banyak tidak menggunakan talang sehingga air hujan
langsung dari atap dibuang ke halaman dan diresapkan langsung ke
tanah halaman.
Dengan digabungkannya air hujan dengan air bekas pakai, maka
pipa pembuangan gabungan ini akan menggunakan dengan pipa
dengan diameter minimal 3” setelah bertemu dengan pembuangan
lainnya, ukuran pipa harus makin besar dengan menggunakan pipa
dengan ukuran 4 sampai 5” dan kemudian 6” pipa PVC kelas D
dengan kemiringan minimal ½ sampai 2%.
Pipa horizontal pembuangan air bekas pakai dengan air hujan
setiap jarak 4 meter atau setiap ada pembelokan saluran, atau
pertemuan harus dipasang bak control dengan ukuran minimal 30x30

15
cm2 sampai dengan ukuran 50x50 cm2, dengan kedalaman makin
dekat dengan pembuangan terakhir makin ke bawah turun.
Bak control dibuat dari pasangan bata terbuka maupun tertutup
dengan plat penutup yang dapat dibuka sewaktu-waktu bila diperlukan
pada pipa yang tersumbat.
Pembuangan air hujan dan air bekas pakai sebelum sampai pada
pembuangan akhir di saluran lingkungan air pembuangan itu
ditampung dahulu pada bak resapan air yang dibuat dari beton atau
pasangan batu bata dengan ukuran 1x1m2 dan kedalaman minimal 1
meter.
Pasangan bata bak resapan ini dibuat lubang-lubang ke luar di
mana di luar bak resapan juga dipasang ijuk. Di dasar bak resapan
diurug dengan pasir, batu kali, dengan lapisan ijuk. Dari bak resapan
ini dibuat saluran untuk luapan air kalau bak resapan air ini jenuh
karena sudah tidak mampu meresapkan air buangan.
Untuk satu bangunan dengan halaman dapat dibuat minimal 1 bak
resapan, makin banyak bak resapan akan makin lebih baik. Dengan
dibuatnya resapan air ini, akan memberikan keseimbangan penggunaan
air galian atau air pompa.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Saluran Pembuangan dan Pengeluaran Air
(gambar sketsa observasi)
1. Sistem Air Bersih
a. Shower
b. Wastafel
c. Sink
d. Bathtub
e. Shower jet
f. Kolam renang
g. Kloset
2. Sistem Air Buangan

16
a. Floor drain
b. Lubang pembuangan pada wastafel
c. Kolam renang
d. Lubang pembuangan pada bathtub
e. Lubang pembuangan pada sink
3. Sistem Air Panas
a. Shower
b. Bathtub
c. Wastafel
3.2.2 Layout
3.2.3 Komponen
3.2.4 Kapasitas

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal,
yaitu sebagai berikut.
a. Tata Udara (air conditioning) dapat didefinisikan sebagai pengontrolan
secara simultan semua faktor yang dapat berpengaruh terhadap kondisi
fisik dan kimiawi udara dalam struktur tertentu.
b. Jenis-jenis AC langsung antara lain AC Split, AC Window, AC Multi
Split dan AC Package Unit
c. Komponen AC secara umum, yaitu indoor unit, outdoor unit, dan saluran
distribution.
d. Layout pemasangan AC indoor, yaitu pada bagian atas/ di bawah ceiling
menempel di tembok untuk indoor unit dan outdoor unit terletak lebih di
bawah dari indoor unit di sisi luar bangunan
e. Kapasitas AC dihitung berdasarkan PK (Paard Kracht).

4.2 Saran
a. Salah satu hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli/memilih AC
untuk digunakan ialah perhatikan kapasitas AC yang akan digunakan,
pastikan memilih dan menghitung PK yang tepat pada AC sesuai
kebutuhan.
b. AC bisa dikatakan hemat energi adalah AC yang mempunyai output
cooling capacity (BTU/h) dibanding power consumption (Watt) ialah yang
angkanya paling besar. Artinya, semakin tinggi rationya berarti AC
semakin hemat dan efisien.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/45561/3/BAB_II__.pdf. 15 September 2016.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/hartoyo-spdmpdmt/materi-
kuliah-ac-window-dan-split-hto.pdf. 15 September 2016.
https://www.academia.edu/11595944/makalah_tentang_AC. 15 September 2016.
https://www.academia.edu/7626981/PENGERTIAN_AC. 15 September 2016.
Lechner, Norbert. 2001. Heating, Cooling, Lighting. Jakarta: Rajagraafindo
Persada
Tanggoro, Dwi. 2000. Utilitas Bangunan Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Tanggoro, Dwi. 2009. Utilitas Bangunan Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia

19

Anda mungkin juga menyukai