Anda di halaman 1dari 77

SILABUS MATA KULIAH BERDASARKAN KURIKULUM

BERBASIS KOMPENTENSI

Mata Kuliah : Statika


Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat : Fisika Dasar I dan Kalkulus I.

Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis


tertentu baik beban statis maupun beban yang bergerak.

No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Materi Pokok


1 2 3 4
1. Mahasiswa dapat 1. Mahasiswa dapat 1.1. Review materi fisika dasar satu
menghitung resultante menjelaskan konsep dan matematika I yang
gaya dan uraian gaya. gaya/vektor, resultante, berhubungan dengan mata
Mahasiswa dapat uraian gaya. kuliah ini.
menjelaskan dengan 2. Mahasiswa bisa 1.2. Gaya, satuan, resultante dll.
benar konsep-konsep menghitung resultante 1.3. Momen, momen koppel
kesetimbangan gaya dan uraian gaya. 1.4. Momen puntir
3. Mahasiswa dapat 1.5. Konsep Kesetimbangan Hukum
menjelaskan konsep- Newton.
konsep kesetimbangan.
2. Mahasiswa 4. Mahasiswa dapat 2.1. Gaya-gaya dalam.
mengetahui elemen menjelaskan Gaya-gaya 2.2. Elemen Struktur.
struktur, jenis struktur dalam, elemen struktur 2.3. Jenis struktur statis tertentu
serta hubungannya dan jenis struktur statis 2.4. Perletakan.
dengan gaya-gaya tertentu.
dalam.
3 Mahasiswa dapat 5. Mahasiswa dapat 3.1. Gaya Dalam: Gaya Normal,
menghitung/ menganalisis Gaya Geser atau gaya lintang,
menganalisis Konstruksi Balok momen lentur, momen torsi,
Konstruksi Statis Konsol/cantilever. kombinasi beberapa gaya
Tertentu Balok dalam.
Konsol/cantilever. 3.2. Balok Konsol/ cantilever
3.3. Reaksi Perletakan.
3.4. Bidang Momen.
3.5. Bidang Gaya Lintang.
3.6. Bidang Gaya Normal.
4 Mahasiswa dapat 6. Mahasiswa dapat 4.1. Balok sederhana.
menghitung/ menganalisis 4.2. Reaksi Perletakan.
menganalisis Konstruksi Balok 4.3. Bidang Momen.
Konstruksi Statis Sederhana. 4.4. Bidang Gaya Lintang.
Tertentu Konst. Balok 4.5. Bidang Gaya Normal.
sederhana.
5 Mahasiswa dapat 7. Mahasiswa dapat 5.1. Balok Gerber.
menghitung/ menganalisis 5.2. Reaksi Perletakan.
menganalisis Konstruksi Balok 5.3. Bidang Momen.

1
Konstruksi Statis gerber. 5.4. Bidang Gaya Lintang.
Tertentu Balok gerber. 5.5. Bidang Gaya Normal.
6 Mahasiswa dapat 8. Mahasiswa dapat 6.1. Balok Pelengkung tiga sendi.
menghitung/ menganalisis 6.2. Reaksi Perletakan.
menganalisis Konstruksi Balok 6.3. Bidang Momen.
Konstruksi Statis pelengkung tiga sendi. 6.4. Bidang Gaya Lintang.
Tertentu Pelengkung 6.5. Bidang Gaya Normal.
tiga sendi.
7 9. Mahasiswa dapat 7.1. Portal Statis tertentu
menganalisis 7.2. Reaksi Perletakan.
Konstruksi Portal statis7.3. Bidang momen.
tertentu 7.4. Bidang Gaya Lintang
7.5. Bidang Gaya Normal
8 10. Mahasiswa dapat 8.1. Konstruksi Rangka Batang
menganalisis 8.2. Reaksi Perletakan.
Konstruksi konstruksi 8.3. Gaya batang
rangka batang statis - Metode kesetimbangan titik
tertentu. simpul.
- Metode Riiter.
9 Mahasiswa dapat 11. Mahasiswa dapat 9.1. Garis Pengaruh Balok
menghitung/ menganalisis Konstruksi Sederhana.
menganalisis Garis Balok Sederhana yang 9.2. Garis Pengaruh Reaksi
Pengaruh Konstruksi menerima beban bergerak Perletakan
Statis Tertentu Balok 9.3. Garis Pengaruh Momen.
Sederhana. 9.4. Garis Pengaruh Gaya Lintang.
10 Mahasiswa dapat 12. Mahasiswa dapat 10.1 Garis Pengaruh Konsol, balok
menghitung/ menganalisis Konstruksi sederhana, pelengkung tiga sendi.
menganalisis Garis konsol yang menerima 10.2. Garis Pengaruh Momen.
pengaruh Konstruksi beban bergerak 10.3. Garis Pengaruh Gaya Lintang.
Statis Tertentu Konsol.

Daftar Referensi:

1. Buku Ajar “ Statika”.


2. Diktat “ Mekanika Teknik I “ oleh Ir. Tjok Gde Majun, Himpunan Mahasiswa
Sipil.
3. Diktat “ Mekanika Teknik II “ oleh Ir. Tjok Gde Majun, Himpunan Mahasiswa
Sipil.
4. Statika oleh Soemono.
5. Mekanika Teknik I oleh Ir. Suwarno Wiryomartono.
6. Struktur, oleh Daniel L Schodek.

2
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan ke :1
Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis
tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar pengertian gaya,


momen, resultante, uraian gaya serta dapat menghitungnya.

Materi Pokok/Rincian Materi: Pendahuluan, Review materi fisika dasar satu dan matematika
I yang berhubungan dengan mata kuliah ini, Konsep Kesetimbangan Hukum Newton.

Pengalaman belajar: Mengkaji dan diskusi tentang gaya, resultante, momen, momen
koppel, uraian gaya serta keberadaannya pada suatu konstruksi.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1- 6

3
BAB I
PENDAHULUAN

Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa dapat menghubungkan materi


mata kuliah fisika dan kalkulus I, pendukung analisis konstruksi statis tertentu
dengan benar.

Statika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan terapan yang berhubungan
dengan gaya dan gerak. Dasar ilmu ini adalah kesetimbangan atau keseimbangan,
dimana merupakan sebagian kecil atau sub bab dari ilmu fisika dasar. Ilmu ini dikenal
sebagai bagian dari ilmu mekanika atau ilmu gaya. Ilmu ini terbagi atas beberapa
bagian yaitu:
1. Kinematika (ilmu mekanika yang berhubungan dengan gaya yang bergerak
melalui suatu lintasan). Jadi orientasi ilmu gaya disini adalah gaya yang
berhubungan dengan gerak baik gerak beraturan maupun gerak tak beraturan.
Umumnya gaya disini berhubungan dengan besaran kecepatan, percepatan,
grafitasi dan lain lain.
2. Dinamika (ilmu mekanika yang berhubungan dengan benda tegar yang
bergerak). Gaya disini umumnya berkaitan dengan massa suatu benda,
tumbukan dan lain lain atau gaya yang diakibatkan oleh adanya gerak.
3. Statika (ilmu mekanika yang berhubungan dengan gaya gaya yang berada
dalam kesetimbangan atau seimbang.
Statika adalah bagian yang akan dibahas dalam mata kuliah tersendiri dengan bobot 3
sks yang ditawarkan pada semester dua di fakultas teknik sipil, Universitas Udayana.
Tujuan Instruksional Umum mata kuliah ini: agar mahasiswa setelah mengikuti mata
kuliah ini dapat menganalisis konstruksi konstruksi statis tertentu. Kata analisis berarti
mahasiswa berkompeten dalam bidang ini hingga tingkat kognitif 3 (C3). Oleh karena
itu perlu pembelajaran yang mandiri untuk mengasah dan melatih cognitif tersebut
menjadi pemahaman yang dapat dipergunakan dengan lebih baik.
Mata kuliah ini membahas tentang: gaya/vektor, Hukum kesetimbangan, elemen
struktur, balok sederhana, konsol, portal statis tertentu, balok gerber (konstruksi
gabungan), pelengkung tiga sendi dan konstruksi rangka batang. Masing masing pokok
bahasan tersebut mempunyai tujuan instruksional khusus yang akan dijelaskan pada
sub bab yang bersangkutan. Hal yang dibahas adalah berkaitan dengan gaya gaya

4
dalam yaitu: reaksi perletakan, bidang momen, bidang gaya lintang, bidang gaya
normal dan gaya gaya batang. Analisis garis pengaruh dipergunakan untuk konstruksi
yang menerima beban bergerak.
Ilmu ini merupakan ilmu dasar dalam suatu perencanaan struktur bangunan secara
keseluruhan, dimana mutlak harus dihitung atau dianalisis gaya gaya dalamnya terlebih
dahulu sebelum menentukan desain materialnya. Oleh karena itu ilmu ini harus
dipelajari sejak awal perkuliahan di Fakultas Teknik Sipil hingga akhir masa kuliah
kelak. Sampai saat ini ilmu ststika tetap merupakan ilmu dasar untuk mendalami dan
menguasai ilmu lain seperti konstruksi beton, konstruksi baja, konstruksi kayu dan
yang lainnya. Mata kuliah ini menjadi mata kuliah wajib disejumlah jurusan terutama
Fakultas Teknik. Khusus jurusan sipil materi ini akan sangat bermanfaat dan
menunjang dalam menempuh mata kuliah lain seperti yang telah disebutkan di atas.
Misalnya prinsip gaya, bidang momen dan bidang gaya lintang untuk konstruksi baja,
konstruksi beton dalam menentukan tulangan, analisis lendutan dan yang lainnya.
Ilmu lain yang mendukung mata kuliah ini adalah ilmu fisika dan ilmu matematika.
Kedua ilmu ini merupakan dasar yang harus dikuasai untuk memudahkan mempelajari
dan memahami hingga proses pembelajaran semakin sempurna. Salah satu sub bab
dalam mata kuliah fisika membahas tentang gaya dipelajari kembali untuk
memudahkan mengikuti pembelajaran ini. Pengertian tentang gaya, resultante gaya,
komponen gaya, momen, momen koppel dan momen puntir harus dikuasai terlebih
dahulu. Mata kuliah matematika adalah pemahaman tentang persamaan fungsi yang
banyak dipergunakan dalam pembahasan nanti, seperti bilangan komplek dalam bahasa
matematika adalah gaya, fungsi kuadrat, linier serta penggambaran fungsi hendaknya
dipelajari kembali untuk memudahkan pemahaman yang berkaitan dengan materi ini.
Salah satu model kostruksi yang berkaitan dengan analisis statika adalah seperti
gambar 1.1 di bawah ini. Jembatan jalan raya dan jembatan kereta api. Balok sederhana
dapat diterapkan pada jembatan jalan raya, dimana di antara dua kolom jembatan akan
dihubungkan dengan balok yang memikul lantai kendaraan. Sementara itu konstruksi
ranka batang dapat dilihat dalam jembatan rangka batang, dimana batang batang
tersebut akan menerima aksi dari lalulintas di atasnya. Lebih lanjut permasalahan ini
akan dibahas secara detail dalam sub bab masing masing.

5
(sumber: majalah konstruksi)
Gambar 1.1a. Jembatan jalan raya dan jembatan kereta api.

Gambar 1.1b. Konstruksi gedung bertingkat

6
BAB II
GAYA, RESULTANTE GAYA, MOMEN

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menganalisis besaran resultante gaya,
dapat menganalisis komponen gaya, menghitung momen dan momen koppel.

Gaya adalah setiap sebab yang memberikan perubahan keadaan pada suatu benda
baik dalam keadaan diam maupun dalam keadaan bergerak (Hukum Newton I). Gaya
ini merupakan besaran vektor yaitu suatu besaran yang mempunyai besar dan arah yang
dapat menuju ke segala arah. Misalnya: gaya, kecepatan, percepatan dan lain lain, yang
seluruhnya mempunyai suatu nilai tertentu. Dalam ilmu matematika bagian ini dikenal
sebagai bilangan komplek. Jika gaya yang ke segala arah ini dicari komponennya maka
gaya gaya tersebut dapat disederhanakan lagi sehingga komponen gaya dapat dibuat
dalam arah vertikan dan horizontal. Sebuah gaya dikatakan sama apabila besarnya sama
dan arahnya sama. Gaya adalah vektor dengan sifat sebagai berikut: sebuah vektor
dinyatakan oleh sebuah anak panah, yang memiliki titik tangkap gaya, arah gaya dan
besarnya gaya. Satuan gaya adalah kg, ton, newton.

O K 1 grs kerja gaya <

Gambar 2.1. Gaya dan garis kerja gaya


O = titik tangkap gaya.
1 = arah gaya.
K = Nama gaya.
O1 = besarnya gaya.
< = garis kerja gaya.

Sebuah gaya dapat dipindahkan sepanjang garis kerjanya tanpa menyebabkan adanya
perubahan. Dalam menghitung atau menganalisis besaran gaya, titik tangkap gaya ini
dapat dipindahkan sepanjang garis kerjanya tanpa menyebabkan adanya perubahan
hasil. Apabila titik tangkap gaya tersebut dipindahkan keluar garis kerjanya, maka hal
di atas tidak dapat dipertahankan lagi yang berarti akan menyebabkan perbedaan hasil.
Perpindahan titik tangkap gaya keluar garis kerjanya akan menimbulkan momen,
disamping gaya itu sendiri. Dua buah gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah dan

7
mempunyai garis kerja yang sama atau titik tangkap yang sama akan saling meniadakan
(setimbang). Gaya tidak dapat divisualisasikan, tetapi akibat adanya gaya dapat dilihat
dari kondisi konstruksi yang tidak dapat mempertahankan kesetimbangannya lagi atau
dalam kondisi keruntuhan seperti diperlihatkan dalam gambar2.2 di bawah ini.

(sumber: kompas)
Gambar 2.2a Jembatan runtuh

8
(Sumber: Bali Post, Rabu, 30 Nopember 2011, Jembatan Kutai – Kertanegara
Kalimantan).
Gambar 2.2b. Jembatan yang mengalami keruntuhan

APA YANG MENYEBABKAN JEMBATAN DI ATAS RUNTUH ?

Gaya adalah penyebab runtuhnya jembatan tersebut, dimana tidak terjadinya


kesetimbangan. Gaya tidak dapat divisualisasikan akan tetapi akibat dari gaya tersebut
dapat dilihat seperti contoh di atas. Oleh karena itu dalam pembahasan ini, gaya
digambarkan dengan sepotong garis yang mempunyai arah. Gaya inilah yang akan
bekerja pada suatu konstruksi yang harus dianalisis untuk mendapatkan kondisi yang
setimbang.

Gambar 2.3. Keruntuhan pada saat pengecoran plat lantai

9
Gambar 2.4. Keruntuhan bangunan penahan tanah

(sumber: Kompas )
Gambar 2.5. Bangunan akibat adanya gempa

Gambar 2.3; 2,4; 2.5 adalah sebuah konstruksi dimana gaya-gaya yang bekerja padanya
tidak dalam kondisi yang seimbang, sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan.

10
Dampak/akibat dari gaya baru dapat dilihat, sementara gayanya sendiri tidak dapat
divisualisasikan.

2.1. BESARAN SKALAR DAN BESARAN VEKTOR.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat membedakan besaran vektor dan
besaran skalar, dapat menganalisis besaran ini dan dapat menggunakannya dalam
analisis konstruksi sederhana.

Besaran skalar merupakan besaran yang hanya mempunyai besar saja.


Contohnya: besaran isi suatu benda, berat jenis, temperatur, waktu dan lain lain.
Besaran vektor merupakan besaran yang mempunyai besar dan arah. Dalam bahasa
matematika dikenal sebagai bilangan komplek. Contoh ini dapat dilihat pada besaran
kecepatan, percepatan dan gaya. Oleh karena itu besaran vektor ini dinyatakan oleh
sebuah anak panah, dimana ujung anak panah menyatakan arah vektor dan panjang
anak panah menyatakan besarnya vektor. Sebuah vektor ditentukan oleh titik tangkap
(titik pangkal) vektor. Titik tangkap gaya ini bekerja pada titik berat suatu bidang atau
titik berat suatu ruang.
Sistem besaran satuan ini merupakan besaran gaya yaitu: ton, newton, kg, kg
newton, paskal dan lain lain. Satuan ini dapat dikonversikan menjadi satuan yang sama
di dalam analisis suatu konstruksi. Maksudnya adalah satuan panjang, satuan berat atau
satuan massa disenergikan ke dalam satuan yang berlaku dalam peraturan atau standar
yang berlaku atau mengikuti software yang mendukungnya.

2.2. MENYUSUN GAYA PADA SATU BIDANG.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menyusun gaya menjadikannya


resultante.

Beberapa gaya dapat diganti menjadi sebuah gaya pengganti yang disebut
resultante atau dikenal sebagai penjumlahan gaya. Demikian pula jika dilakukan
pengurangan gaya, yang tidak lain adalah penjumlahan dengan bilangan negatif,
dimana tanda negatif menyatakan arah dari sebuah gaya yang sesungguhnya. Gaya
paduan atau resultante dari dua buah gaya atau lebih mempunyai pengaruh yang sama

11
seperti kedua atau lebih gaya tersebut. Resultante gaya dianalisis dengan cara analitis
atau dapat juga dilakukan dengan cara grafis (lukisan). Hal ini sangat ditentukan oleh
kondisi garis kerja gaya gaya tersebut. Kondisi tersebut antara lain:
1. Jika garis kerjanya berimpit.
in

 Ki
R= i 0

Dimana R = resultante.
Ki = gaya ke i

Contoh:
Diketahui susunan gaya dalam satu garis kerja seperti gambar berikut:

K1 = 10 ton K2= 5 ton K3=2 ton grs kerja gaya


Gambar 2.6 Gaya dan garis kerja gaya

Jawab:
Cara analitis
in
R   Ki
i 0

R = K1 + K2 – K3
= 10 + 5 – 2
= 13 ton ()

Cara grafis
Langkah 1, tentukan skala gaya dan skala gaya, selanjutnya lukis garis kerja gaya.
garis kerja gaya

Langkah 2, pada garis kerja tersebut lukis gaya K1.

K1 = 10 ton

Langkah 3, di ujung gaya K1 lukis gaya K2

K1 = 10 ton K2= 5 ton

12
Langkah 4, dari ujung K2 lukis gaya K3

K1 = 10 ton K2= 5 ton K3=2 ton

Gambar 2.7. Langkah penyusunan gaya


Langkah 5, ukur dari pangkal gaya K1 sampai ujung gaya K3 dikalikan dengan
skala adalah besarnya resultante yang dicari.

2. Jika garis kerjanya berpotongan.


Kondisi ini dapat diselesaikan dengan cara analitis maupun dengan cara grafis.
Seperti halnya cara grafis di atas harus ditentukan terlebih dahulu skala gaya
dan skala panjang. Selanjutnya dapat diselesaikan dengan lukisan jajaran
genjang. Sedangkan bila dengan cara analitis dapat diselesaikan dengan
mempergunakan rumus sebagai berikut:

R K12  K 22  2 K1 K 2 Cos
Contoh:

K1

ά
K2

Gambar. 2.8. Gaya dengan garis kerja gaya berpotongan

13
Gambar 2.9 Gaya yang terjadi pada sebuah gedung.

Gambar 2.9 di atas menunjukkan adanya gaya yang bekerja pada sebuah
gedung.

Langkah 1, lukis garis kerja K1 dan dilanjutkan dengan melukis garis kerja K2.

14
Langkah 2, pada titik perpotongan kedua garis kerja tersebut lukis atau
pindahkan titik titik tangkap gaya ke perpotongan garis kerjanya.

Gambar 2.10. Cara grafis penyusunan gaya

Cara analitis:

R K12  K 22  2 K1 K 2 Cos

Penjumlahan dengan sistem poligon gaya.

Gambar 2.11. Poligon gaya


Jika pengurangan maka arah dari gaya pengurangnya berlawanan sehingga
prosesnyapun dapat dilanjutkan dengan cara yang sama.
Penyelesaian dengan cara rectanguler yaitu dengan penjumlahan sumbu siku
dimana gaya gaya dicari komponen gaya pada masing masing sumbu tersebut.
Sehingga rumus di atas dapat dimodifikasi menjadi

R K 12  K 22
3. Jika garis kerjanya sejajar.

15
Hal ini dapat dikerjakan dengan cara analitis maupun dengan cara grafis.
Dengan Cara grafis, harus ditentukan terlebih dahulu skala gaya dan skala
panjang.
Contoh:

Gambar 2.12. Gaya pada tower crane

K1 K2 Grs kerja R K3
K1

K2

K3

Gambar 2.13. Gaya denga garis kerja gaya yang sejajar

16
in
R   Ki
i 0

Cara ini dikenal pula sebagai cara poligon. Dapat pula dikerjakan untuk gaya
gaya dengan arah yang sembarang (tidak sejajar).
Penjumlahan/pengurangan gaya tidak sama dengan penjumlahan/pengurangan
aljabar, sebab penjumlahan/pengurangan gaya bergantung pada sudut antara gaya gaya
yang bersangkutan.
Hasil kali gaya dengan bilangan skalar adalah resultante dengan skalar x gaya
dengan arah yang ditentukan oleh tanda bilangan skalar tersebut. Contoh: 2 x K = R =
2K yang searah dengan K, tapi jika dikalikan dengan bilangan -2 akan menjadi R = -
2K. Hal ini berarti arah R berlawanan arah dengan gaya K yang bersangkutan.
Apabila titik tangkap gaya yang sama tetapi tidak terletak pada satu bidang datar
maka penyelesaiannya dapat dilakukan dengan cara membuat ruang jajaran genjang.
Seperti gambar berikut, hal ini perlu pemahaman ilmu matematis tentang bangun ruang.

Gambar. 2. 14. Gaya dalam ruang

2.3. MOMEN, MOMEN KOPPEL, MOMEN PUNTIR.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menghitung momen dan momen
koppel, momen puntir dari suatu gaya tertentu, dapat mengidentifikasi dan
mengaplikasikannya pada suatu konstruksi sederhana.

17
Momen gaya K terhadap suatu titik dalam suatu bidang datar adalah hasil
kali dari besarnya gaya K dengan jarak dari titik tersebut ke garis kerja gaya yang
bersangkutan. Sedangkan momen koppel adalah dua buah gaya yang besarnya sama
dan berlawanan arah dengan titik tangkap yang berbeda atau mempunyai jarak satu
sama lainnya. Besarnya momen koppel adalah gaya kali jarak ke dua gaya tersebut.
Sedangkan momen puntir adalah gaya dalam suatu ruang yang mempunyai jarak
terhadap satu garis kerja tertentu.

Gambar 2.15. Momen puntir


Besaran momen merupakan turunan gaya dengan jara, sehingga momenpun adalah
besaran vektor yang mempunyai besar dan arah.

2.4. KOMPONEN GAYA

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat menentukan komponen suatu


gaya, dapat menghitung komponen gaya dan dapat mengaplikasikannya pada
suatu konstruksi.

Sebuah gaya dapat diuraikan paling tidak menjadi dua buah gaya yang saling
tegak lurus.

18
Ky
R

Kx x

Gambar 2.16. Menguraikan gaya menjadi dua buah gaya saling tegak lurus

Sebuah gaya dapat diuraikan menjadi tiga buah gaya pada garis kerja tertentu.

Gambar 2.17. Menguraikan gaya menjadi tiga komponen gaya

2.5. TITIK BERAT


Titik berat sebuah benda adalah titik tangkap gaya berat benda tersebut. Jadi pusat
berat suatu benda berada pada titik berat benda tersebut. Oleh karena itu dalam
perhitungan berat suatu benda yang akan membebani konstruksi diletakkan pada
titik berat benda tersebut. Bab ini tidak dibahas secara detail karena materi titik
berat suatu benda juga dibahas dalam mata kuliah fisika dasar. Untuk itu materi ini
perlu dipelajari lagi untuk pemahaman tentang letak pusat berat suatu benda yang
akan membebani suati konstruksi.

19
Z

Gambar. 2.17. Gambar bangun bidang

SATUAN ACARA PENGAJARAN


Mata Kuliah : Statika

20
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan ke :2

Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis


tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar konsep-konsep


kesetimbangan dan kaitannya dengan elemen struktur.

Materi Pokok/Rincian Materi: Gaya-gaya dalam Bidang Rata., Elemen Struktur, Jenis
struktur statis tertentu dan perletakan.

Pengalaman belajar: Mengkaji dan diskusi tentang konsep-konsep Hukum Newton,


kesetimbangan serta keberadaannya dalam suatu elemen struktur.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1-8

BAB III
BEBAN PADA STRUKTUR ATAU KONSTRUKSI.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mengetahui jenis beban yang bekerja
pada suatu konstruksi, dapat menganalisis jenis beban tersebut bekerja pada suatu
konstruksi.

21
3.1. Beban pada Konstruksi
Struktur dalam hubungannya dengan bangunan merupakan sarana untuk
menyalurkan beban beban dan akibat penggunaan dan atau kehadirannya ke dalam
tanah. Analisa tentang struktur menyangkut pemahaman prinsip prinsip dasar yang
menunjukkan adanya prilaku obyek fisik yang dipengaruhi oleh gaya. Jadi gaya gaya
ini muncul dari beban sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Sebagai contoh: untuk
rumah tinggal, untuk gudang, sebagai rumah sakit atau sebagai stadion, semua ini
mempunyai beban masing masing yang telah ditentukan dalam peraturan pembebanan
Indonesia.
Macam macam beban:
1. Beban terpusat.
Beban terpusat merupakan sebuah gaya baik aksi maupun reaksi yang bekerja
pada suatu konstruksi. Beban ini dikenal pula sebagai beban titik karena hanya
bekerja pada satu titik. Beban ini adalah besaran vektor dengan satuan yang sama
dengan satuan gaya.

2. Beban terbagi.
Beban terbagi merupakan kumpulan dari beban terpusat dalam satuan luas
maupun dalam satuan panjang. Beban ini dapat terbagi sama atau disebut beban
merata, dimana setiap satuan luas atau setiap satuan panjang mempunyai beban
terpusat yang sama. Apabila dalam satuan luas atau satuan panjang bebannya tidak
sama dikatakan beban terbagi tidak rata.

q = 1 ton/m q

22
Besaran ini mempunyai satuan gaya per satuan panjang, dimana di dalam
analisisnya dapat digabungkan menjadi resultante dengan mencari luas bidang
gayanya yang menangkap pada titik berat bidang gaya tersebut.
3. Beban statis dan beban bergerak.

Beban statis merupakan beban yang diam sepanjang umur konstruksi di


tempat yang bersangkutan. Beban statis dapat terjadi dari beban beban terpusat
maupun beban terbagi selama beban tersebut bekerja pada suatu konstruksi.
Sedangkan beban bergerak merupakan beban yang selalu berpindah tempat dalam
satuan waktu. Misalnya beban ini adalah kendaraan yang sedang berjalan.

4. Beban gandar.

Beban gandar merupakan gabungan beban terpusat seperti gambar di atas


dengan jarak tertentu. Beban ini dapat pula terdiri atas beberapa beban terpusat.
Misalnya Kerta api merupakan beban gandar yang mempunyai banyak beban
terpusat yang tergantung pada jumlah gerbong yang dibawanya.

5. Beban Mati.
Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu konstruksi atau struktur
yang bersifat permanen.
6. Beban hidup.

23
Beban hidup adalah beban yang terdi yang disebabkan oleh fungsi dari
suatu konstruksi.

7. Beban angin.
Beban angin adalah beban yang disebabkan oleh angin dan bekerja selalu
tegak lurus dengan bidang.

8. Beban Gempa.
Beban gempa adalah beban yang disebabkan oleh terjadinya suatu gempa
bumi.

3.2. Kesetimbangan.
Setimbang, seimbang adalah suatu kondisi dimana jika ada gaya yang bekerja
menyebabkan terjadinya resultante gaya yang besarnya sama dengan nol. Kondisi ini
disebut gaya dalam keadaan setimbang. Apabila menimbang sesuatu maka kondisi
setimbang bila sesuatu tersebut mempunyai hal yang sama. Dengan demikian dalam
ilmu statika akan dipelajari bahwa konstruksi yang dibuat haruslah dalam keadaan
setimbang. Semua gaya yang bekerja pada konstruksi tersebut pada intinya dijadikan
satu yang disebut resultante yang besarnya adalah nol. Resultante beberapa buah gaya
tersebut dibuat nol. Dengan demikian terjadilah kesetimbangan. Hukum kesetimbangan
yang dipergunakan adalah hukum Newton III yaitu aksi sama dengan reaksi.

R = ∑ Ki = 0 N

Aksi = reaksi

W+N=0

3.3. Syarat Kesetimbangan.

24
Jika R diuraikan menjadi komponen gaya yang saling tegak lurus maka Rx = H =
diarah horinzontal dan Ry = V diarah vertikal. Agar tetap terjadi kesetimbangan maka
komponen gaya inipun haruslah sama dengan nol.

Rx = H = ∑ Kxi = 0 ...............................................1

Ry = V = ∑ Kyi = 0 .................................................2

Apabila gaya gaya ini mempunyai jarak terhadap suatu titik tertentu maka akan timbul
momen. Untuk tetap menjaga kesetimbangan maka momen inipun haruslah besarnya
sama dengan nol.

R.a = ∑ Ki. a = M = 0 .................................................3

Ketiga persamaan di atas adalah persamaan kesetimbangan. Persamaan ini akan


selalu dipergunakan dalam menganalisis konstruksi statis tertentu. Secara umum dapat
ditulis sebagai berikut:

∑H=0
∑V=0
∑M=0

3.4. Kesetimbangan Stabil

3.5. Kesetimbangan Labil.

25
3.6. Kesetimbangan sembarang

BAB IV

26
PERLETAKAN/TUMPUAN.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menyebutkan macam macam


perletakan, dapat menyebutkan sifat perletakan, dapat menggunakannya dalam suatu
konstruksi.

Perletakan adalah bagian dari elemen struktur yang berfungsi sebagai penerus
gaya ke bagian pendukung yaitu pondasi atau tanah. Setiap konstruksi sudah pasti
didirikan di permukaan tanah, oleh karenanya memerlukan perletakan ini. Pemilihan
perletakan sangatlah penting sebagai awal analisis konstruksi yang menjadikannya
konstruksi statis tertentu atau statis tak tentu.

4.1. Macam macam perletakan/tumpuan.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menyebutkan macam macam


perletakan, dapat menggunakannya dalam suatu konstruksi dengan benar.

1. Perletakan sendi/engsel.
2. Perletakan rol/rel.
3. Perletakan jepit.
4. Perletakan pendel.
5. Perletakan sederhana.
6. Perletakan kabel.

4.2. Sifat sifat Perletakan.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menyebutkan sifat sifat perletakan,
dapat menggunakannya dalam suatu konstruksi dengan benar.

1. Perletakan sendi/engsel adalah perletakan atau tumpuan yang dapat meneruskan


gaya yang melalui titik pusat sendi ke segala arah. Gaya ini jika diuraikan
menjadi dua buah gaya yang saling tegak lurus maka sendi dapat meneruskan
gaya vertikan dan gaya horizontal. Sendi tidak bisa menerima momen yang
berarti momen di sendi sama dengan nol.

27
2. Perletakan rol/rel adalah perletakan atau tumpuan yang dapat meneruskan gaya
melalui titik pusat rol dan tegak lurus arah gerak rol. Jadi hanya ada satu jenis
gaya yang dapat diterima oleh perletakan jenis ini. Perletakan inipun tidak dapat
menerima momen.
3. Perletakan jepit adalah perletakan atau tumpuan yang dapat meneruskan gaya
yang melalui titik pusat jepit. Gaya ini jika diuraikan menjadi dua buah gaya
yang saling tegak lurus maka jepit dapat meneruskan gaya vertikal dan
horizontal. Perletakan jepit dapat menerima momen. Jadi disini momen tidak
sama dengan nol.
4. Perletakan pendel adalah jenis perletakan sendi yang dihubungkan oleh batang
kaku. Jadi sifat sifat sendinya tetap berlaku.
5. Perletakan sederhana adalah perletakan atau tumpuan yang diletakkan saja di
suatu alas tertentu. Perletakan ini hanya dapat menerima satu gaya saja.
6. Perletakan kabel adalah perletakan atau tumpuan yang difasilitasi oleh sebuah
kabel. Jadi hanya dapat menerima gaya tarik yang bekerja pada kabel.

4.3. Notasi dalam penggambaran struktur.


1. Sendi.

Gambar 4.1. Perletakan sendi

28
2. Rol/rel

Gambar 4.2. Perletakan rol/rel

3. Jepit.

Gambar 4.3. Perletakan jepit

29
4. Pendel.

5. Perletakan sederhana.

6. Perletakan kabel.

Gambar 4.4. Jembatan Gantung

30
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan :3
Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis
tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menganalisis konstruksi Balok sederhana.

Materi Pokok/Rincian Materi: Balok Sederhana, Reaksi Perletakan., Bidang Momen, Bidang
Gaya Lintang, Bidang Gaya Normal.

Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok


sederhana serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1- 6

31
BAB V
BALOK SEDERHANA

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menganalisis konstruksi sederhana,


yaitu balok sederhana (simple beam) dengan benar.

Konstruksi balok sederhana elemen struktur satu dimensi merupakan suatu


konstruksi yang terdiri atas balok dengan perletakan sendi dan rol. Konsep ini didasari
oleh Hukum Newton III, yaitu tentang kesetimbangan. Jadi pada perinsipnya, membuat
suatu konstruksi agar setimbang. Kenapa sendi dan rol ? Sendi dapat menerima dua
buah reaksi dan rol dapat menerima satu buah reaksi. Jadi dalam konstruksi tersebut
akan terjadi tiga buah reaksi yang harus dihitung. Dengan tiga buah persamaan
kesetimbangan kondisi ini dapat diselesaikan. Konstruksi seperti ini disebut konstruksi
statis tertentu.

5.1. Menganalisis reaksi perletakan.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menghitung reaksi perletakan


konstruksi sederhana.

Jika bebannya terpusat.

Gambar 5.1. Balok jembatan

32
Pv P

. a b
a
Rah Ph
A B
L

Rav Rbv

Uraikan aksi gaya P menjadi komponen yang saling tegak lurus yaitu Ph dan Pv,
dimana Ph = P cos a dan Pv = P sin a. Selanjutnya dengan mempergunakan
persamaan kesetimbangan dapat dianalisis besarnya reaksi perletakan.
∑H=0
Rah + Ph = 0
∑V=0
Rav + Pv + Rbv = 0
∑M=0

33
Momen dimana sama dengan nol? Sudah pasti momen di perletakan sendi dan momen
diperletakan rol sama dengan nol, karena sesuai dengan sifat kedua perletakan tersebut
tidak dapat menerima momen.
Jadi ∑ Ma = 0 atau ∑ Mb = 0
∑ Mb = 0
Rav.L + Pv.b = 0

Dengan ketiga persamaan tersebut Rav, Rah dan Rbv dapat dihitung. Selanjutnya
Hasilnya dapat dikontrol dengan salah satu persamaan yang belum dipergunakan.
Dalam hal ini adalah persamaan ∑ Ma = 0.

Jika bebannya terbagi rata

½L ½L

.q

Rah

A Q B
L

Rav Rbv

Reaksi perletakan dapat dihitung dengan mudah jika beban terbagi rata tersebut dicari
resultantenya dan titik tangkapnya. Resultante beban merata di atas Q = q . L dengan
titik tangkap di setengah L. Selanjutnya dengan persamaan kesetimbangan dapat
dihitung reaksi perletakannya.
∑H=0
Rah = 0
∑V=0
Rav + Pv + Q = 0
∑M=0
∑ Mb = 0
Rav.L + Q . 1/2L = 0

34
5.2. Bidang momen, bidang gaya lintang dan bidang gaya normal beban terpusat.
Bidang Momen.
Bagian AC
Pv P Adakan potongan sejauh
a b x dari A, tinjau kiri, maka
ά Mx = Rav.x
Rah
A C Ph BTanda momen
Tinjau kiri, searah
L putaran jarum jam + dan
berlawanan arah –
Rav Rbv
Selanjutnya untuk bagian
BC dilakukan dengan
cara yang sama.

Gambar bidang momen


+ a.b/L . Psinά seperti gambar M
M

Bidang Gaya Lintang


Bagian AC
Adakan potongan sejauh
+ x dari A, tinjau kiri, maka
D Dx = Rav
-
Tanda Gaya Lintang
Tinjau kiri, ke atas
tandanya + dan
berlawanan arah –

Selanjutnya untuk bagian


BC dilakukan dengan
cara yang sama.
N +
Gambar bidang gaya
lintang seperti gambar D

Bidang Gaya Lintang.


Gaya lintang adalah gaya yang tegak lurus dengan sumbu batan atau gaya yang
terletak pada penampang. Untuk Bagian AC, lihat potongan di atas ! Jika ditinjau

35
bagian kiri potongan maka gaya lintang yang arahnya ke atas diberikan tanda +
sedangkan gaya lintang yang arahnya ke bawah diberikan tanda –

Dx = + Rav

Inipun merupakan persamaan garis lurus yang sejajar dengan sumbu x yang berlaku
sepanjang AC yaitu 0≤x≤a. Untuk x = 0 Dx = + Rav demikian pula untuk x = a Dx =
+ Rav.

Bidang Gaya Normal


Gaya normal adalah gaya yang terletak pada sumbu batang atau yang sejajar
dengan sumbu batang. Dapat pula didefinisikan sebagai gaya yang tegak lurus dengan
penampang. Selanjutnya untuk bagian AC, potongan yang ditinjau seperti di atas. Gaya
normal yang menuju titik simpul disebut gaya normal tekan dan diberikan tanda +
sedangkan gaya yang meninggalkan titik simpul disebut gaya normal tarik dan
diberikan tanda –

Nx = + Rah

Inipun merupakan persamaan garis lurus yang sejajar dengan sumbu x yang berlaku
sepanjang AC yaitu 0≤x≤a. Untuk x = 0 Nx = + Rah demikian pula untuk x = a Nx =
+ Rah.

Sebagai contoh soal, kerjakan jika L = 10,0 m ; P = 10 ton ; ά = 30º

36
5.3. Bidang momen, bidang gaya lintang dan bidang gaya normal beban terbagi rata.

q = t/m

Bidang Momen

A B Bagian AB
Adakan potongan
L sejauh x dari A
Tinjau kiri

Mx = + Rav.x – Qx.1/2x
= + Rav.x – ½ q x²

Persamaan parabola
Berlaku sepanjang AB
yaitu 0≤x≤L

Puncak parabola
adalah
Momen maksimum

Didapat dari turunan


Pertama dari peramaan
Bidang momen di atas.

dMx/dx = 0

Dx = Rav – ½ q x

Nx = 0

37
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan :4
Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis
tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.
Kompetensi Dasar: Mahasiswa memperdalam analisis dengan latihan soal.
Materi Pokok/Rincian Materi: materi yang telah dijelaskan di atas.
Pengalaman belajar: Melatih analisis soal.
Alokasi Waktu : 150 meneit
Media/Sumber: Pustaka 1-8

38
Contoh soal.

39
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan :5

Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis


tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menganalisis konstruksi Balok konsol.

Materi Pokok/Rincian Materi: Konsol, Reaksi Perletakan, Bidang Momen, Bidang Gaya,
Lintang, Bidang Gaya Normal.

Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu balok konsol
serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1-8

40
BAB VI
CONSOL/CANTILEVER

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menganalisis konstruksi konsol atau
konstruksi cantilever dengan benar.

Konsol atau cantilever merupakan suatu konstruksi sederhana dimana satu ujungnya
dijepit sedangkan ujung yang lainnya bebas. Umumnya dapat dilihat pada konstruksi
balkon. Kenapa perletakannya hanya jepit?...........

Gambar dalam lingkaran tersebut adalah perletakan jepit. Dalam analisis struktur
konstruksi jembatan atau jalan layang di atas digambarkan seperti gambar

41
Contoh

A B
L

Pv = P sin α

Ph = P cos α
A B

L
Mx = - P sin α. x

Dx = + P sin α

Nx = + P cos α

42
A B
L

43
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan :6

Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis


tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menganalisis konstruksi Balok Portal statis


tertentu

Materi Pokok/Rincian Materi: Portal Statis Tertentu. Reaksi Perletakan. Latihan Soal.

Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok portal
serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1-8

BAB VII. BALOK PORTAL STATIS TERTENTU.

44
45
Bagaimanapun bentuk batangnya, apabila perletakannya mempergunakan perletakan
sendi dan perletakan rol, maka konstruksi tersebut adalah konstruksi gerber. Konsep
penyelesaiannya sama seperti bab balok sederhana yang telah dijelaskan di atas.

SATUAN ACARA PENGAJARAN

46
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan :7

Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis


tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menganalisis konstruksi Balok Gerber/ konstruksi


gabungan statis tertentu

Materi Pokok/Rincian Materi: Bidang Momen. Bidang gaya Lintang. Bidang Gaya Normal.
Balok Gerber/Konstruksi Gabungan. Reaksi Perletakan.

Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok gerber
serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1-8

BAB VIII. KONSTRUKSI GERBER/KONSTRUKSI GABUNGAN.

47
Konstruksi gerber atau konstruksi gabungan adalah beberapa buah konstruksi
yang dijadikan satu dengan penghubung sendi. Apabila tidak ada sendi penghubung ini
maka konstruksi tersebut menjadi konstruksi statis tak tentu yang tidak akan dapat
diselesaikan dengan konsep-konsep konstruksi statis tertentu. Hal ini disebabkan oleh
timbulnya kelebihan reaksi pada perletakan sehingga tiga persamaan kesetimbangan
tidak cukup untuk menyelesaikan masalah tersebut. Gambar berikut menunjukan
contoh konstruksi gabungan.

Konstruksi di atas merupakan gabungan antara konstruksi balok sederhana


dengan konstruksi konsol. Titik S adalah sendi penghubung seperti halnya sendi
perletakan yang telah dijelaskan di atas. Apabila tidak ada sendi penghubung ini maka
konstruksi tersebut memunculkan empat buah reaksi perletakan yang harus dihitung
yaitu tiga reaksi perletakan dari perletakan jepit dan satu reaksi perletakan dari
perletakan konsol. Hal ini menyebabkan tidak cukup persamaan kesetimbangan saja
untuk dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu apabila hanya dengan persamaan
kesetimbangan saja, maka perlu ditambahkan sendi penghubung. Sendi ini akan
membagi konstruksi menjadi paling tidak ada dua buah konstruksi. Konsep kondisi ini
adalah konstruksi mana yang memikul, konstruksi mana yang dipikul. Selanjutnya
adalah menyelesaikan masing-masing konstruksi dengan konsep yang telah dijelaskan
di atas. Konstruksi Konsol dengan konsep konsol sementara konstruksi balok sederhana
dengan konsep-konsepnya. Reaksi perletakan di sendi penghubung konstruksi yang
dipikul akan menjadi aksi pada konstruksi sendi penghubung pada konstruksi yang
memikul dengan memberikan arah reaksi yang berlawanan.
Contoh:

48
SATUAN ACARA PENGAJARAN

49
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan :8

Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis


tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menganalisis konstruksi Balok Portal statis


tertentu

Materi Pokok/Rincian Materi: Bidang Momen. Bidang gaya Lintang. Bidang Gaya Normal.
Balok Gerber/Konstruksi Gabungan. Reaksi Perletakan.

Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok gerber
serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1-8

PENJELASAN MASING-MASING DIKEMBALIKAN PADA KONSTRUKSINYA


MASING-MASING.

SELANJUTNYA MINGGU KE 9 ADALAH TEST TENGAH SEMESTER YANG


DILANJUTKAN MINGGU KE 10 MENJELASKAN SOAL TEST TENGAH
SEMESTER.

SATUAN ACARA PENGAJARAN

50
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan : 11

Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis


tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menganalisis konstruksi Balok pelengkung tiga


sendi.

Materi Pokok/Rincian Materi: Pelengkung Tiga Sendi. Reaksi Perletakan. Bidang Momen.
Bidang Gaya Lintang. Bidang Gaya Normal.

Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok


Pelengkung Tiga Sensi serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1-8

BAB IX

51
PELENGKUNG TIGA SENDI

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menganalisis konstruksi


pelengkung tiga sensi dengan benar

Konstruksi pelengkung tiga sendi merupakan konstruksi dua buah balok sederhana
dimana ujung ujung balok mempergunakan sendi dan dihubungkan oleh satu sendi
penghubung menjadi satu kesatuan konstruksi yang seimbang. Kenapa ada sendi
penghubung?.......

52
53
Konstruksi pelerngkung tiga sendi mempunyai dua buah sendi perletakan. Hal ini
menyebabkan pada sendi tersebut timbul empat buah reaksi perletakan, dua di titik A
dan dua di titik B. Konstruksi seperti ini tidak dapat diselesaikan hanya dengan tiga
persamaan yang telah dipelajari. Dengan kata lain konstruksi menjadi tipe konstruksi
satais tak tentu. Untuk dapat diselesaikan dengan tiga persamaan kesetimbangan maka
ditambahkan sebuah sendi penghubung. Persamaan yang satu lagi akan didapatkan dari
Jumlah momen di sendi inipun harus sama dengan nol.

∑ Ms = o

Untuk menggunakan persamaan ini cukup ditinjau salah satu bagian saja.

Selanjutnya dapat diselesaikan dengan konsep yang sudah dipelajari di atas.

SATUAN ACARA PENGAJARAN

54
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan : 12

Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis


tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menganalisis konstruksi Balok pelengkung tiga


sendi.

Materi Pokok/Rincian Materi: Latihan soal

Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok


Pelengkung Tiga Sensi serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1-8

SATUAN ACARA PENGAJARAN

55
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan : 13

Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis


tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menganalisis konstruksi Balok sederhana dengan


garis pengaruh.

Materi Pokok/Rincian Materi: Garis Pengaruh Balok Sederhana. Garis Pengaruh Reaksi
perletakan , Garis Pengaruh Momen. Garis Pengaruh Gaya Lintang.

Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok


sederhana dengan garis pengaruh serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1-8

BAB X

56
GARIS PENGARUH

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menganalisis gaya gaya dalam
konstruksi balok sederhana apabila bebannya dalam keadaan bergerak.

Pada bab sebelumnya hanya dibahas apabila beban-beban yang bekerja pada
suatu konstruksi adalah dalam keadaan diam atau statis. Bagaimana jika beban-beban
tersebut bergerak? Kondisi ini dapat dijumpai pada bangunan jembatan, crane peti
kemas dan lain lain, dimana beban yang dipikulnya selalu dalam keadaan bergerak. Jika
hal ini terjadi maka analisis konstruksinya akan selalu mempergunakan cara garis
pengaruh.
Pada perinsipnya adalah sama, yaitu mempergunakan hukum kesetimbangan
Newton III, hanya saja beban yang bekerja dengan memvariabelkan unsur jarak,
dimana gaya pada konstruksi tersebut bekerja. Dengan demikian aksi yang terjadi
mempunyai variabel jarak yang menyebabkan pula terjadinya reaksi yang berbeda beda
pula tergantung pada letak dari beban yang terjadi. Reaksi perletakan, gaya gaya dalam
yang timbulpun menjadi variabel yang selalu berubah di setiap tempat. Kondisi ini
dipengaruhi oleh letak beban pada saat tertentu.
Beban P terpusat bergerak di atas balok sederhana. Untuk analisis struktur ini
beban P = 1 satuan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan analisis, dimana bilangan
satu adalah bilangan yang istimewa. Keistimewaannya adalah bilangan berapapun
dikalikan dengan satu adalah bilangan itu sendiri. Oleh karena itu apabila nantinya
beban kendaraan yang melewati konstruksi maka jika kalikan akan menjadi beban
tersebut. Lihat gambar di bawah, apabila P = 1 sejauh x dari A, hitunglah reaksi
perletakannya! Hal ini dapat dikerjakan dengan mempergunakan hukum kesetimbangan
yang telah kita pelajari sebelumnya.
Rav = (L-x)/L . P, karena P = 1, maka
= (L-x)/L
Ternyata Rav adalah fungsi dari x, yaitu fungsi garis lurus yang berlaku 0<x<L
Untuk x = 0, maka Rav = L/L = 1
Untuk x = L, maka Rav = 0

57
Dengan kedua titik tersebut data dibuat garis yang menyatakan besarnya reaksi
perletakan Rav. Dengan demikian gambar inilah disebut dengan garis pengaruh reaksi
perletakan di A. Dimanapun P = 1 ini berada reaksi perletakan Rav dapat dihitung
dengan menghitung koordinat y dibawah beban yang bersangkutan.

A B

Garis Pengaruh Rav

1 +

Garis Pengaruh Rbv


+ 1

Dengan cara yang sama akan didapatkan garis pengaruh reaksi perletakan di B.

Rbv = x/L . P = x/L  Garis Pengaruh Rbv = x/L 0<x<L

58
x
A B
C P1 P2

y1 y2 Gp Rav
1 +
Saat beban lalu
Lintas seperti
Di atas
Rav = P1.y1 + P2.y2

+ Gp Rbv
y3 y4 1 Rbv = P1.y3 + P2.y4

+ y5 y6

Gp Mc
Mc = P1.y5 + P2.y6

y7 y8
+

- y9
Gp Dc

59
Dc = P1.y7 + P2.y8
Contoh soal

A C B D

L a
b

-
1 +

+ 1

b (L-b)

1
+
- -

60
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan : 14

Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis


tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menganalisis konstruksi Balok konsol dengan


garis pengaruh.

Materi Pokok/Rincian Materi: Garis Pengaruh Balok konsol. Garis Pengaruh Reaksi
perletakan , Garis Pengaruh Momen. Garis Pengaruh Gaya Lintang.

Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok konsol
dengan garis pengaruh serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1-8

61
Garis Pengaruh Cantilever

Apabila beban
P=1, berada
sejauh x dari B,
maka
Mx = -P.x
=-x
Pers garis lurus
Dimana 0<x<L

X=0  Mx = 0
X=L Mx = - L

Dx = +P
=+1

62
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Mata Kuliah : Statika
Kode :
SKS : 3 SKS
Semester : II (Dua)
Prasyarat :-
Pertemuan : 15

Standar Kompetensi: Mahasiswa dapat menganalisis gaya-gaya dalam konstruksi statis


tertentu jika bebannya ststis maupun gaya yang bergerak.

Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menganalisis konstruksi Balok konsol dengan


garis pengaruh.

Materi Pokok/Rincian Materi: latihan soal

Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok konsol
dengan garis pengaruh serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.

Alokasi Waktu : 150 meneit

Media/Sumber: Pustaka 1-8

63
BAB XI
KONSTRUKSI RANGKA BATANG
Konstruksi balok sederhana merupakan konstruksi yang menyebabkan timbulnya
gaya dalam berupa momen yang bersarnya ⅛ ql². Momen merupakan fungsi dari
kuadrat panjang bentang, sehingga jika bentangnya bertambah maka momen yang
terjadi jauh bertambah besar. Untuk menghindari hal ini salah satunya dengan
menggunakan konstruksi rangka batang. Konstruksi rangka batang ini merupakan
konstruksi yang menggunakan bentuk rangka rata atau dalam satu bidang. Selanjutnya
disebut konstruksi rangka. Perhatikan bentuk gambar berikut:

Gaya luar P menyebabkan timbulnya gaya dalam pada masing masing batang yang
disebut gaya normal. Gaya yang berusaha memperpanjang batang disebut gaya normal
tarik ( + ), sedangkan gaya yang memperpendek batang disebut gaya normal tekan ( - ).
Gambar di atas menunjukkan bahwa segi empat jika menerima beban akan berubah
bentuk seperti gambar garis putus putus, sedangkan pada gambar segi tiga bentuknya
lebih stabil. Oleh karena itu dalam menyusun batang batang tersebut menjadi sebuah
konstruksi rangka batang adalah dengan menyusun bentuk segi tiga. Contoh konstruksi
rangka batang:

64
65
66
Pertemuan antara batang disebut titik simpul atau titik buhul ( k ) dan batangnya sendiri
sinotasikan sebagai „ s “. Titik simpul k mempunyai hubungan tertentu agar konstruksi
menjadi statis tertentu. Hubungan tersebut adalah s = 2k – 3. Jika hubungan ini tidak
terpenuhi maka konstruksi menjadi statis tak tentu, dimana jika kelebihan dalam reaksi
perletakan dikatakan konstruksi statis tak tentu luar, sedangkan apabila batangnya yang
lebih dikatakan konstruksi statis tak tentu dalam. Konstruksi statis tak tentu ini tidak
dibahas dalam mata kuliah ini.
Anggapan-anggapan dalam analisis konstruksi rangka batang adalah:
1. Gaya luar bekerja pada titik simpul.
2. Titik titik simpul bersifat sebagai sendi bebas tanpa gesekan
3. Sumbu sumbu batang bertemu di titik simpul melalui titik pusat sendi.
4. Gaya gaya dalam atau gaya batang sebagai akibat gaya luar adalah gaya normal
tari + atau tekan - .
Cara Penyelesaian
Cara analisis konstruksi rangka batang ini dapat dilakukan dengan:
1. Kesetimbangan titik simpul.
2. Cara lukisan (Cremona)
3. Cara Potongan (Ritter)

Cara Kesetimbangan Titik Simpul


Konstruksi secara keseluruhan harus dalam keadaan setimbang, sehingga kondisi
ini mengharuskan untuk mempergunakan persamaan kesetimbangan dalam menghitung
reaksi perletakan. ∑Ma = 0 ; ∑Mb = 0 ; ∑H = 0 ; ∑V = 0, akan memberikan hasil
reaksi perletakan. Selanjutnya di seluruh bagian konstruksipun harus dalam keadaan
setimbang sebagai benda bebas. Dalam hal ini dipergunakan persamaan ∑H = 0 ; ∑V =
0, sedangkan ∑M = 0 tidak akan dipergunakan. Dengan hanya 2 persamaan saja yang
akan dipergunakan maka dalam 1 titik simpul hanya ada 2 batang saja yang belum
diketahui. Oleh karena itu untuk menghitung gaya gaya batang selalu dimulai dari titik
simpul yang hanya 2 batang saja yang belum diketahui. Contoh berikut adalah cara
menghitung gaya batang dengan menggunakan metode kesetimbangan titik simpul.

67
Diketahui sebuah konstruksi rangka batang dengan bentuk dan ukuran seperti
gambar. Titik A adalah sebuah perletakan sendi, sedangkan di titik B adalah perletakan
rol. Kontrol konstruksi, apakah merupakan konstruksi statis tertentu dengan persamaan
hubungan batang dengan titik simpul s = 2k – 3. jumlah batang s = 17; jumlah titik
simpul k = 10, jadi 17 = 2 . 10 – 3. Jadi konstruksi tersebut adalah konstruksi rangka
batang statis tertentu. Selanjutnya hitung reaksi perletakan dengan persamaan
kesetimbangan ∑H = 0 ; ∑V = 0, ∑M = 0
∑H = 0  Rah – P = 0  Rah = P = 4 ton ( )
∑Mb = 0  Rbv . 16 – P . 4 = 0
16 Rbv = 4 . 4 = 16  Rbv = 1 ton
∑Ma = 0  Rav . 16 – P . 4 = 0
16 Rav = 4 . 4 = 16  Rav = 1 ton

P=4 ton F 5 G 6 H 7 I 8 J

10 12
13 15
9 17 4m
11 14 16

RaH
1 C 2 D 3 E 4 B
A

RaV 4m 4m RbV
4m 4m

Menghitung gaya batang dengan cara kesetimbangan titik simpul, dimana disetiap titik
simpulpun terjadi kesetimbangan. Perhitungannya dapat dilakukan dengan persamaan
kesetimbangan ∑H = 0 dan ∑V = 0. Oleh karena hanya ada 2 buah persamaan, maka
dalam setiap titik simpul hanya boleh ada 2 batang yang belum diketahui. Untuk itu
dimulai dari titik simpul A atau titik simpul B. Tinjau titik simpul A
∑H = 0
+ Rah - S1 = 0
S1 = Rah

68
9 S1 = 4 ton ( tarik )

RaH=4ton ∑V = 0
+ Rav – S9 = 0
1
A S9 = Rav
S9 = 1 ton ( tarik )

RaV=1ton

Selanjutnya titik simpul yang mempunyai 2 batang yang belum diketahui adalah titik
simpul F. Tinjau titik simpul F dengan persamaan kesetimbangan ∑H = 0 dan ∑V = 0.
S9 telah dihitung adalah batang tarik, maka di titik F pun batang 9 adalah batang tarik.

P=4 ton
F 5
∑V = 0.
S9 + S10. sin α = 0
10 1 + 0,7071 S10 = 0
9 S10 = - 1,414 ton (tekan)
∑H = 0
P – S10. cos α – S5 = 0
4 – 0,7071 – S5 = 0
S5 = - 3,2929 ton (tekan)
Dengan cara yang sama dikerjakan disetiap titik simpul, maka seluruh gaya dalam
batang dapat dihitung. Titik simpul yang dihitung terakhir akan menjadi kunci sebagai
kontrol kebenaran perhitungan.

69
70
2. Cara Cremona (cara lukisan)
Contoh konstruksi dengan cara ini adalah konstruksi rangka batang statis tertentu
gambar di atas. Setelah dihitung reaksi perletakan dengan persamaan kesetimbangan
∑H = 0 ; ∑V = 0, ∑M = 0
∑H = 0  Rah – P = 0  Rah = P = 4 ton ( )
∑Mb = 0  Rbv . 16 – P . 4 = 0
16 Rbv = 4 . 4 = 16  Rbv = 1 ton
∑Ma = 0  Rav . 16 – P . 4 = 0
16 Rav = 4 . 4 = 16  Rav = 1 ton

71
Selanjutnya dapat dikerjakan dengan cara cremona yaitu dengan cara lukisan. Cara
lukisan mengharuskan digambar dengan skala tertentu. Oleh karena itu sebelum
memulai cara cremona tentukan dulu skala gaya dan skala panjang. Konsep analisis
juga dimulai dari titik simpul dimana hanya ada 2 batang yang belum diketahui. Contoh
gambar di atas mengharuskan dimuali dari titik simpul A atau dari titik simpul B. Di
setiap titik simpul sebagai benda bebas harus dalam keadaan setimbang. Melukis gaya
harus konsisten diawali dari gaya yang diketahui yang dilanjutkan dengan menggambar
gaya berikutnya searah putaran jarum jam atau sebaliknya.
Lihat titik simpul A.
S1 A
S9
Rav
Rah
Cara melukis:
a. tentukan titik simpul A
b. Lukis gaya Rav diawali dari titik A.
c. Dengan mengikuti pola gambar searah putaran jarum jam, dari ujung gaya Rav
lukis gaya Rah.
d. Lanjutkan gambar gaya arah putaran jarum jam adalah S9, dari ujung Rah lukis
garis yang sejajar dengan S9.
e. Gaya berikutnya adalah S1, dimana agar setimbang gaya ini harus kembali
ketitik awal yaitu titik A. Dengan melukis garis yang sejajar dengan S1 melalui
titik A dan memotong garis S9.
f. Seluruh gaya yang ada di titik simpul A haruslah membentuk poligon gaya
tertutup.
g. Panjang S9 dikalikan dengan skala gaya adalah besarnya gaya S9 dan panjang
S10 dikalikan dengan skala gaya adalah besarnya gaya S1.
Dengan cara yang sama dilanjutkan ke titik simpul F

72
F
S5
S10
S9 P

3. Cara Potongan (Ritter)


Dua cara di atas baik dipergunakan jika semua batang harus dihitung. Apabila
hanya hanya satu atau beberapa saja gaya batang yang ingin dihitung, maka dapat
dikerjakan dengan cara potongan atau dikenal pula dengan cara Ritter. Cara ini
dilakukan dengan memotong konstruksi rangka batang menjadi dua bagian sedemikian
sehingga pemotongan tersebut memutuskan 3 batang saja. Ketiga batang yang
terpotong tadi tidak berpotongan di satu titik. Masing masing bagian dapat dianggap
sebagai benda bebas yang dalam keadaan setimbang, oleh karena itu selanjutnya
dianalisis bagian tersebut dengan kaidah kaidah kesetimbangan.

P=4 ton F 5 G 6 H 7 I 8 J

10 12
13 15
9 17 4m
11 14 16

RaH=4ton
1 C 2 D 3 E 4 B
A

4m RbV=1ton

73
7 I 8 J

15
14 16 17 4m

3 E 4 B

RbV=1ton

MINGGU KE 16 ADALAH UJIAN AKHIR SEMESTER.

74
KONTRAK PERKULIAHAN

Nama Mata Kuliah : Statika.


Kode Mata Kuliah : TS-1218
Bobot sks : 2 SKS
Semester : II (Dua)
Hari Pertemuan : ……
Tempat Pertemuan : ……
Koordinator MK : Ir. Mayun Nadiasa, MT

1. Manfaat Mata Kuliah


Manfaat yang diperoleh setelah menempuh mata kuliah ini adalah mahasiswa
mampu menjelaskan, menghitung mendiskrepsikan dan menganalisis konsep-konsep
statika yang meliputi kesetimbangan, gaya dan turunannya, elemen struktur, analisis
balok sederhana, konsol, balok gerber, konstruksi statis tertentu, portal statis tertentu,
pelengkung tiga sendi dan konstruksi rangka batang. Dapat menganalisis konstruksi
statis tertentu jika bebannya bergerak dengan metode garis pengaruh.

2. Deskripsi Mata Kuliah


Ruang Lingkup Mata kuliah statika adalah membahas berbagai hal yang terkait
dengan konstruksi statis tertentu. Adapun ruang lingkup materi kuliah adalah: konsep
hukum Newton III yaitu kesetimbangan aksi sama dengan reaksi. Ilmu gaya dan semua
turunan gaya, elemen struktur, pembebanan, analisis gaya dalam untuk konstruksi balok
sederhana, konsol, balok gerber, portal statis tertentu, pelengkung tiga sendi dan
konstruksi rangka batang. Kuliah ini juga membahas jika beban dalam kondisi bergerak
dengan analisis metode garis pengaruh.
Kaitannya dengan kopetensi lulusan PS yang telah ditetapkan adalah mata kuliah
ini mendukung kompetensi lulusan untuk mengerti dan memahami untuk menjelaskan,
menghitung, mendiskrepsikan dan menganalisis struktur/konstruksi statis tertentu.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


Standar Kompetensi Mata Kuliah ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan
dan menganalisis gaya gaya dalam konstruksi statis tertentu baik akibat beban statis
maupun beban bergerak. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah mampu menjelaskan
mendeskripsikan, dan menghitung konsep statika, elemen struktur, mampu
menganalisis konstruksi statis tertentu yaitu: balok sederhana, konsol/cantilever, portal
statis tertentu, balok gerber, pelengkung tiga sendi dan konstruksi rangka batang.

4. Strategi Perkuliahan
Strategi perkuliahan ini banyak menggunakan diskusi dan pemecahan masalah
(problem solving learning). Perkuliahan dilaksanakan dengan tatap muka, diskusi,
latihan soal dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan konstruksi. Materi kuliah
dan bahan bacaan wajib diiformasikan pada awal perkuliahan. Untuk menambah
pemahaman materi kuliah, mahasiswa di berikan tugas-tugas berupa tugas tugas
terstrurktur, tugas mandiri.

75
5. Materi Pokok
Materi pokok terdiri atas: Gaya, momen, momen koppel, hukum Newton III, elemen
struktur, Balok sederhana, balok konsol, portal, pelengkung tiga sendi, konstruksi
rangka batang.

6. Bahan Bacaan
Buku/bahan bacaan dalam perkuliahan ini adalah sebagai berikut:
1. Buku Ajar “ Statika”.
2. Diktat “ Mekanika Teknik I “ oleh Ir. Tjok Gde Majun, Himp. Mahasiswa Sipil.
3. Diktat “ Mekanika Teknik II “ oleh Ir. Tjok Gde Majun, Himp. Mahasiswa Sipil.
4. Statika oleh Soemono.
5. Mekanika Teknik I oleh Ir. Suwarno Wiryomartono.
6. Struktur, oleh Daniel L Schodek.

7. Tugas-Tugas.
7.1 Tugas Website
(tugas kelompok max 5 orang)
7.2 Tugas Soal soal

8. Kreteria dan Standar Penilaian


Penilaian dilakukan berdasarkan Ujian tertulis, lisan, penilaian/evaluasi
terhadap proses pembelajaran, dan unjuk sikap dengan komponen sebagai berikut:
Tugas : 20 %
Diskusi : 10 %
Absensi : 10 %
UTS : 30 %
UAS : 30 %
Terkait dengan Standar Penilaian digunakan sistem Penilaian Acuan Patokan
(PAP). Hasil evaluasi dikategorikan sebagai berikut :

Angka Mutu Angka Mutu Huruf Mutu


(skala 0-10) (skala 0-4) (Skala Kualitatif)
8,0 - 10,0 4 A
6,5 – 7,9 3 B
5,5 - 6,4 2 C
4,5 - 5,4 1 D
0,0 - 4,4 0 E
9. Tata Tertib Siswa dan Dosen
1. Mahasiswa diwajibkan menggunakan pakaian (tidak oblong) dan pantas pada
waktu mengikuti perkuliahan di kelas.
2. Mahasiswa tidak diperkenankan memakai sandal baik waktu mengikuti
perkuliahan maupun menghadap dosen untuk bimbingan, konsultasi akademik.
3. Pada waktu perkuliahan semua handphone harus dalam keadaan mati/silent.
4. Keterlambatan masuk di kelas hanya diijinkan maksimal 15 menit dari jadwal.
Lewat dari batas tersebut mahasiswa boleh masuk tapi tidak mendapat presensi.

76
5. Tidak diperkenakan melakukan keributan di kelas dalam bentuk apapun selama
perkuliahan berlangsung, kecuali pada saat diskusi.
6. Mahasiswa wajib hadir minimal 75 % dari jumlah tatap muka semester berjalan.
7. Tidak ada ujian susulan untuk UTS dan UAS, kecuali dengan alasan jelas.
8. Hasil evaluasi mahasiswa wajib dikembalikan pada mahasiswa 2 minggu
setelah ujian berakhir.
9. Protes nilai dilayani paling lama 1 minggu setelah nilai keluar
10. Jadwal Kuliah
No. Pokok Bahasan Minggu Dosen Pengajar
Ke.
1 Pendahuluan, review fisika, kalkulus, I
konsep kesetimbangan.
2 Gaya dalam bidang datar, elemen struktur, II
jenis konstruksi, perletakan
3 Balok sederhana, M, D, N III, IV
4 Balok Konsol, M, D, N V
5 Portal Statis Tertentu, M, D, N VI, VII
6 Balok Gerber/Gabungan, M, D, N IX
7 Pelengkung tiga sendi, M, D, N X,XI
8 Konstruksi Rangka Batang, N XII, XIII
9 Garis Pengaruh balok sederhana, konsol, XIV, XV
pelengkung tiga sendi.

Pertemuan ke VIII adalah UTS dan pertemuan ke XVI adalah UAS

11. Lain-lain
Apabila ada hal-hal yang diluar kesepakatan ini untuk perlu disepakati, dapat
dibicarakan secara teknis pada saat setiap acara perkuliahan. Apabila ada perubahan isi
kontrak perkuliahan, akan ada pemberitahuan terlebih dahulu.

Kontrak perkuliahan ini dapat dilaksanakan, mulai dari disampaikan kesepakatan ini.

Pihak I Pihak II
Dosen Pengampu, a.n. Mahasiswa Semester VII

( Ir. Mayun Nadiasa, MT ) (.......................................)


Nip. 19570801 198702 1 001
Mengetahui
Ketua PS. Teknik Sipil

(Ir. I Nyoman Arya Thenaya, ME, Ph.D)


NIP.19601108 198803 1 003

77

Anda mungkin juga menyukai