Anda di halaman 1dari 33

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

REINTERPRETASI DESAIN ARSITEKTUR TRADISIONAL UMAH


BALI UNTUK 50 TAHUN KE DEPAN
BIDANG KEGIATAN :
PKM - KARSA CIPTA

Diusulkan Oleh :
Dwi Pratiwi 1504205017 Teknik Arsitektur
I Gusti Agung Ayu Chandra Devi 1504205010 Teknik Arsitektur
Ni Made Krisnha Aristya Dewi 1504205015 Teknik Arsitektur
Nyoman Laksmitasari Wulansani 1404205046 Teknik Arsitektur

UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
PENGESAHAN PKM GAGASAN TERTULIS

1. Judul Kegiatan : Reinterpretasi Desain Arsitektur


Umah Bali untuk 50 Tahun
Kedepan
2. Bidang Kegiatan : PKM-Karsa Cipta
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Dwi Pratiwi
b. NIM : 1504205017
c. Jurusan : Teknik Arsitektur
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Udayana
e. Alamat Rumah dan No.Tel./Hp : Jalan Mekar II Blok D2A,
Pemogan/087861143231
f. Alamat Email : dwipraa@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis :3
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b. NIDN :
c. Alamat Rumah dan No. Tel./Hp :
6. Biaya Kegiatan Total
a. Kemenristekdikti :

Denpasar, 18 Juli 2017

Menyetujui
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Ketua Pelaksana Kegiatan

(Ir. I Nyoman Budiastra, Mkes.MT) ( DWI PRATIWI )


NIP. 19671231 199303 1 015 NIM : 1504205017

Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

(Dr. I Nyoman Suyatna, SH, MH.) ( )


NIP. 19590923 198601 1 001 NIDN :

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
BAB III METODE PELAKSANAAN 8
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 9
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Layout Plan Objek Sebelum Redesain.2

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Konsep Sanga Mandala...6
Tabel 4.1 Biaya9
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan...9

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Fenomena yang Terjadi pada Hunian Umah Bali
Permasalahan yang terjadi pada objek bangunan karena terdapat nilai-nilai yang
tidak sesuai menurut penilaian dan kajian sebelumnya. Permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut :

Kelengkapan (tidak terdapat jineng dan bale dangin)


Terdapat 2 keluarga dalam satu pekarangan dan batas pekarangan bagian
belakang yang kurang jelas
Pergeseran fungsi bale
Meningkatnya kebutuhan masyarakat masa kini
Kesenjangan antara kepala keluarga
Beberapa bangunan tidak lagi menggunakan saka kayu melainkan sudah
menggunakan pilar beton.

1.2. Kondisi dan Potensi Wilayah


Bali terkenal dengan kebudayaan yang tinggi dan luhur karena faktor alam serta
manusianya. Inilah yang menjadi daya tarik utama yang bisa 'dijual' bagi wisatawan.
Terbukti dengan banyaknya wisatawan yang datang ke Bali dengan tujuan selain
menikmati kekayaan alamnya tetapi juga ingin melihat, mengetahui bahkan
mempelajari kebudayaan Bali.
Salah satu produk kebudayaan Bali yang juga menjadi daya tarik adalah
arsitektur. Arsitektur merupakan wadah manusia untuk melakukan tradisinya. Arsitektur
di Bali sangat erat kaitannya dengan masyarakat, adat serta kebudayaan. Arsitektur
tradisional Bali hadir sebagai cerminan dari kebudayaan Bali yang unik dan kaya.
Akulturasi budaya yang terjadi di daerah perkotaan di Bali terutama di Kota
Denpasar mengakibatkan terjadinya penurunan penggunaan konsep-konsep Arsitektur
Bali pada bangunan rumah. Keterbatasan lahan dan dana mengakibatkan tergusurnya
penerapan Arsitektur Bali pada bangunan rumah. Berbagai penyimpangan terjadi dalam
penerapan arsitektur rumah Bali.
Tuntutan kehidupan yang semakin modern mengakibatkan kebutuhan ruang
yang lebih kompleks sehingga beberapa fungsi bangunan pada rumah Bali mengalami
perubahan. Dengan adanya perubahan fungsi bangunan tersebut mengkibatkan beberapa
bangunan yang terdapat dalam konsep rumah Arsitektur Bali tidak di bangun pada
rumah masa kini. Ada beberapa bangunan yang tetap dipertahankan namun difungsikan
sesuai dengan kebutuhan masa kini.
Oleh karena itu, penulis mencari permasalahan yang terdapat pada salah satu
rumah dengan gaya Arsitektur Bali yang terletak di Desa Tonja, Denpasar. Sehingga
penulis mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi pada Arsitektur Bali yang

1
diterapkan pada rumah tersebut. Dengan mengetahui permasalahan pada rumah
tersebut, penulis mencoba memberikan solusi desain yang diharapkan dapat
meningkatkan nilai Arsitektur Bali dan mampu diterapkan untuk lima puluh tahun
mendatang sesuai kebutuhan masa depan yang di ideal dengan mangadopsi gaya hidup
dan iptek.

Identitas Objek

Nama pemilik : I Gusti Putu Anom


Alamat : Jalan Noja Saraswati Gg. Ayung Gang Srirama No.4
Fungsi Objek : Rumah Tinggal
Batas-Batas Lahan Bangunan :
Timur : Rumah Tetangga
Utara : Rumah Tetangga
Barat : Jalan
Selatan : Rumah Tetangga
Luas lahan : 1000 m2

Gambar 1.1 Layout Plan Objek Sebelum Redesain

1.3. Pandangan Penulis Lain


Sanga mandala merupakan filosofi yang menjadi dasar tata ruang masyarakat
Hindu di Bali. Sebuah konsep yang dipakai dalam menentukan orientasi arah
pemukiman masyarakat, tata letak lingkungan rumah tinggal dan ruang publik. Pada
lingkungan rumah tinggal sanga mandala diaplikasikan dengan membagi area menjadi
sembilan bagian yang dimulai dari utamaning utama sampai pada nistaning nista dan

2
setiap area tersebut memiliki fungsi dan aktivitasnya masing-masing(Dwijendra,2009).
Namun konsep sanga mandala ini hanya dapat dilihat pada lingkungan luar atau
arsitektur dari rumah tradisional masyarakat Bali. Perkembangan jaman dengan lahan
yang makin menyempit, aplikasi sanga mandala cukup sulit untuk diaplikasikan tapi
masih memungkinkan untuk diaplikasikan ke dalam ruangan rumah tinggal sehingga
konsep tata ruang ini masih bisa dirasakan.
Pola Sanga Mandala sebagai pembagian sembilan zona dengan tata nilai
masing-masing, dapat diterapkan pada gubahan massa majemuk yang menghendaki
adanya pembagian klasifikkasi/hirarki akktivitas yang cukup kompleks. Bentuk dan
formasinya dapat diubah-suaikan/direformasi untuk diterapkan pada rancangan massa
monolit, dengan membuat void di tengah sebagai sentral. Tata nilai masing-masing zona
disesuaikan dengan hirarki aktivitas yang ada bila diperlukan. Gomudha, 2014 ( Materi
Kuliah Arsitektur Bali 3 )

1.4. Manfaat Jangka Panjang


Arsitektur tradisional Bali memegang peranan yang sangat penting dalam
perkembangan Bali. Dalam era globalisasi sekarang ini, kebudayaan Bali termasuk
arsitekturnya tengah menghadapi pengaruh yang kuat dari dalam ataupun luar negeri.
Apresiasi masyarakat terhadap arsitektur tradisional Bali berkurang. Semakin lama citra
identitas lokal arsitektur Bali semakin menurun. Pelestarian arsitektur tradisional Bali
kacau. Ornamen dan hiasan hanya sebagai tempelan belaka, tanpa memikirkan makna
dan filosofinya. Padahal, arsitektur Bali sangat dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan adat
Bali yang memiliki makna mendalam tentang kebenaran juga menyangkut jiwa dan roh
penggunanya. Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi bila hal ini dibiarkan terus
menerus. Identitas lokal arsitektur tradisional Bali yang merupakan salah satu warisan
kebudayaan Bali lama kelamaan akan pudar lalu hilang.
Salah satu cara mempertahankan nilai nilai arsitektur tradisional Bali yaitu
tetap menerapkan nilai-nilai tersebut pada setiap hunian yang ada di Bali. Melalui
Reinterpretasi ini kami ingin mempertahankan nilai-nilai Local Genius Arsitektur
Bali dan mengembangkannya sehingga dapat diterapkan untuk lima puluh tahun ke
depan. Ada beberapa hal yang kami pertahankan namun ada juga yang kami coba
sesuaikan dengan kemungkinan kemungkinan di masa depan.

1.5. Luaran
Tulisan ini diharapkan mampu menyadarkan masyarakat akan kekayaan budaya
yang dimiliki dan kekayaan tersebut patut untuk dijaga dan dilestarikan. Tulisan ini
nantinya akan menghasilkan maket bangunan arsitektur umah Bali pada lima puluh
tahun ke depan. Dengan adanya maket tersebut diharapkan mampu memberikan
pembelajaran yang menarik bagi masayrakat mengenai local genius yang dimiliki
arsitektur tradisional Bali yang dibuat oleh leluhur sesuai dengan keadaan lingkungan
alam, budaya, dan social di Bali.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permasalahan yang Terjadi pada Umah Bali


2.1.1. Nilai - Nilai Nirupa
Hunian rumah tadisional Bali terdapat beberapa bale yang ditata menganut suatu
pola yang tersirat dan tersurat dalam lontar-lontar. Namun, pada objek bangunan yang
kami teliti tidak terdapat Bale Dangin dan Jineng. Fungsi Jineng kini di jadikan satu
dengan Paon dan fungsi Bale Dangin dijadikan satu dengan Bale Gede. Selain itu
penataan bangunannya juga sedikit tidak sesuai dengan penataan bangunan Umah Bali
yang tersurat di dalam buku. Peletakan Paon dan Kamar Mandi yang diletakan di depan
merajan. Paon seharusnya diletakan dekat dengan angkul-angkul/pemesuan.
Dalam satu sikut pekarangan rumah seharusnya hanya ada satu keluarga namun
terjadi penyimpangan pada objek yang diteliti terdapat 2 keluarga yang menempati satu
pekarangan rumah tersebut. Selain itu antar sikut pekarangan yang satu dengan yang
lainnya hanya dibatasi oleh kebun sehingga jika digambarkan secara total banyak masa
bangunan yang terdapat dalam satu natah besar dengan satu merajan.
Dalam arti yang sesungguhnya, Bale Daja diperuntukan sebagai tempat tidur
orang tua, sedangkan bale dauh diperuntukan sebagai tempat tidur anak yang belum
menikah. Namun, pada objek bangunan yang kami teliti, Bale Daja diperuntukan
sebagai tempat tidur anak gadis dan orang tua, dalam hal ini bale daja dalam objek
terdiri dari 2 kamar. Sementara, bale dauh yang sesungguhnya diperuntukan sebagai
tempat tidur anak yang belum menikah, digunakan sebagai tempat tidur kepala keluarga
lainnya. Hal ini terjadi karena faktor kelebihan penghuni dalam objek bangunan tersebut
dan terbatasnya lahan warisan yang dimiliki.
Seiring berkembangnya perekonomian penduduk, maka kebutuhan juga
meningkat. Termasuk kebutuhan penghuni rumah tinggal yang penulis teliti. Sama
seperti masyarakat di perkotaan, kebutuhan berupa alat transportasi meningkat. Pemilik
/ penghuni membutuhkan mobil sebagai kendaraan pribadi, namun ukuran angkul-
angkul terlalu kecil untuk memasukan sebuah mobil, sehingga dibuatkan pintu gerbang
lain sebagai akses mobil ke garasi. Aling-aling yang seharusnya terletak di depan
angkul-angkul, namun di letakan di depan garasi.
Objek observasi kami adalah rumah tinggal yang ditempati oleh orang-orang
berkasta. Seiring perkembangan zaman, masyarakat dengan kasta memiliki profesi yang
bervariasi, sehingga memiliki pola hidup dan kuantitas perekonomian yang berbeda.
Sehingga terjadilah kesenjangan perekonomian antar keluarga dalam satu ruang lingkup
hunian tradisional yang sangat terlihat dari wujud bangunan yang ditempati.

2.1.2. Nilai Nilai Rupa


Tiang atau saka pada bangunan umah bali biasanya menggunakan bahan kayu
dengan ukuran sesuai dengan aturan-aturan dan ukuran tubuh penghuninya namun pada
objek yang diteliti bentuk dari tiang atau saka di buat lebih besar dan terkesan megah.

4
Bentuknya meniru tiang-tiang yang terdapat pada rumah India (Berbetuk Bulat/silinder).
Dan bahan yang digunakan telah menggunakan bahan pabrikasi. Selain itu pada
bangunan Bale dauh bentuk atap dibuat lebih bervariasi padahal dalam arsitektur bali
bentuk atap yang dianjurkan yaitu bentuk atap campuran limasan dan pelana. Pada bale
daja menggunakan atap limasan yang seharusnya tidak boleh diterapkan pada bangunan
dengan fungsi sebagai rumah tinggal. Atap berbentuk limas biasanya digunakan pada
bangunan-bangunan suci. Konon jika bentuk atap limasan diterapkan pada bangunan
rumah tinggal akan mengakibatkan rumah tersebut menjadi panas (sering terjadi
pertengkaran)
2.2. Reinterpretasi Desain Umah Bali
2.2.1. Konsep Tri Hita Karana
Dalam reinterpretasi ini kami mencoba mempertahankan filosofi Trihita Karana
yaitu menjaga keharmonisan antara bangunan, lingkungan, Sang Pencipta dan manusia
sebagai penghuninya. Hubungan antara manusia dan Sang Pencipta terlihat dari adanya
tempat persembayangan yaitu merajan dan penunggun karang. Merajan terletak di di
arah kaja kangin ( Timur Laut yang dipercaya sebagai area suci oleh umat Hindu.
Sedangkan Penunggun Karang terletak di arah Kaja Kauh ( Barat Laut ) yang masih
terletak di areal uttamaning nista ( terbuka, menyatu dengan alam ). Kemudian
hubungan antara Bangunan dan lingkungan sekitar dibuat selaras dengan cara membawa
suasana Bali seperti warna, wujud, dan ornament yang digunakan. Serta hubungan
manusia dengan bangunan dapat terlihat dari ukuran atau sikut yang menyesuaikan
dengan sikut umah Bali sebelum di redesign, karena ukuran tersebut sudah sesuai
dengan ukuran tubuh pemilik rumah.
2.2.2. Konsep Sanga Mandala
Konsep sanga mandala ini hanya dapat dilihat pada lingkungan luar atau
arsitektur dari rumah tradisional masyarakat Bali. Perkembangan jaman dengan lahan
yang makin menyempit, aplikasi sanga mandala cukup sulit untuk diaplikasikan tapi
masih memungkinkan untuk diaplikasikan ke dalam ruangan rumah tinggal sehingga
konsep tata ruang ini masih bisa dirasakan.

No. Area Sanga Makna Area Sanga Mandala Hasil Aplikasi Area
Mandala Sanga Mandala
1. Uttamaning Uttama Area yang memiliki sifat Sanggah Merajan dan
utama(tempat suci) sehingga harus Penunggun Karang
hadir dalam setiap lingkungan
yang dibuat oleh manusia
2. Uttamaning Madya Dipergunakan oleh pemilik rumah/ Ruang Tidur Utama
orang tua(pria dan wanita) sebagai
tempat beraktivitas dan beristirahat
3. Uttamaning Nista Ruang terbuka yang difungsikan Pelinggih Penunggun
sebagai taman/ alam Karang
4. Madyaning Uttama Sebagai area persiapan saat Bale Dangin / Bale Gede
mengadakan upacara adat/ agama

5
dan tempat diskusi antara anggota
keluarga maupun tamu.
5. Madyaning Madya Ruang terbuka yang dipergunakan Ruang Tamu dengan
sebagai area penyambutan tamu konsep terbuka dan
saat diadakan upacara agama, adat ruang bersantai di lantai
maupun keluarga 2
6. Madyaning Nista Sebagai area istirahat atau Kamar Anak-Anak
bersantai untuk anak lelaki (penggantian fungsi bale
maupun perempuan dauh )
7. Nistaning Uttama Ruang terbuka yang dipergunakan Taman
sebagai taman/ alam/ pintu masuk
8. Nistaning Madya Area ini bisa dipergunakan sebagai Paon, Garasi, Gudang,
pemberihan/ dapur, penyimpanan/ Toilet ( Area Service )
lumbung atau bangunan sebagai dan Kamar Anak (
tempat istirahat anak laki - laki Penggantian Fungsi Bale
Delod )
9. Nistaning Nista Biasanya dipergunakan sebagai Carport, Gerbang,
dapur, kamar mandi atau pintu Angkul angkul, aling -
masuk menuju pekarangan aling
Tabel 2.1 Konsep Sanga Mandala
2.2.3. Tata Letak
Akibat lahan sempit mengharuskan muncul massa monolit, maka nilai-nilai
setting massa/tata ruang ATB dapat direkonstruksi kembali, sehingga dapat diciptakan
tata ruang lebih kompak senilai dengan tata ruang ATB. Penentuan ukuran tata letak
dalam ATB yang menggunakan ukuran satuan tapak kaki/antropometri), diubah suaikan
dengan satuan ukuran meter, Penggunaan ukuran pengurip diabaikan, karena bersifat
dogmatis di samping dampak yang ditimbulkan akibat penggantian satuan ukuran
pengurip ini belum ada penelitian. Keberadaan karang tuang/sesa/margin pada sisi
dalam tembok penyengker harus tetap dipertahankan untuk memberi peluang
terciptanya sosok dan/atau bentuk Bali, di samping pertimbangan teknis lainnya (faktor
keamanan, pencegahan kebakaran, sirkulasi udara, penghijauan).
2.2.4. Sosok Bangunan
Bentuk dan formasi sosok bangunan AMK tidak dapat diterapkan di Bali,
sehingga yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan elemen-elemen/komponen-
komponen dari sosok AMK dalam bentuk dan formasi baru (hibrida) untuk
menciptakan sosok AMK baru yang berterima di Bali. Di samping itu sosok dalam ATB
memiliki karakter sebagai bangunan tropis yang berpenapilan Bali juga memiliki
susunan struktur fisik tri angga yaitu adanya pembagian tiga/golden section yang jelas
antara bagian atap (kepala), dinding/tiang (badan) dan batur (kaki) dan berlaku secara
proporsional kebagian yang sekecil-kecilnya.
2.2.5. Bentuk Bangunan
Adanya perbedaan yang mendasar karakteristik bentuk ATB dan AMK,
walaupun dengan bentuk dasar yang sama (primary form) adalah terletak pada tatacara
olah bentuk; yang ATB sebagai handicraft dan yang AMK sebagai produk

6
industri/mesin. Bentuk ATB adalah bentuk dasar punden berundak, tidak ada bentuk-
bentuk miring mengkerucut. Pengolahan tatacara handicraft dapat diubah-suaikan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sepanjang hasil bentuk dan formasi
bentuk yang muncul tidak dominan sebagai produk mesin. Bentuk ATB pada
hakekatnya merupakan suatu formasi dari bentuk-bentuk yang sifatnya ornamental dan
dekoratif menyatu di dalam wujud yang utuh.
2.2.6. Skala dan Proporsi
Bagi ATB, skala dan proporsi merupakan pertimbangan yang sangat penting
untuk dapat menciptakan keharmonisan hubungan antara manusia selaku isi dan
arsitektur selaku wadah. Ekspresi bentuk fisik manusia (tri angga) tercermin pada
bentuk dan formasi struktur fisik arsitekturnya. Out of human proportion, dan out of
human scale tidak dapat dihindari dengan hadirnya sosok massa besar dan tinggi pada
AMK. Kondisi ini dapat dihindari/dieleminir dengan melakukan penggubahan bentuk
kotak menjadi konfigurasi bentuk kotak dinamis (splite level/punden berundak,
penambahan penampil) pada ujung-ujung bangunan.
2.2.7. Ornamen
Bentuk dan formasi ornamen dan dekorasi ATB sejalan dengan karakter AMK
dapat diubah-suaikan/direformasi sebagai karakter modern yang lebih
sederhana/simplisity wujud. Untuk mendukung penyederhanaan wujud ini dipilih
metoda penampilan konsepsual obyek yaitu ornamen dan dekorasi yang ditampilkan
berupa bagan dan berwujud abstrak dalam bentuk pepalihan atau tata-hias abstrak
lainnya untuk penampangan arsitektur. Metoda visual obyek yaitu ornamen dan
dekorasi yang ditampilkan secara tuntas/terselesaikan/real dalam bentuk ukiran atau
tata-hias lainnya hanya untuk penyelesaian ragam hias interior. Namun, pada desain
diusahakan penggunaan ornament yang tidak berbahaya ( bersifat tajam / melukai )
terutama bagi anak anak sehingga mereka nyaman bermain di dalam rumah. Ornamen
dan dekorasi dibubuhkan seperlunya sebagai aksen, sesuai dengan skala pandang saat
ini dengan skala kendaraan di mana waktu penikmatan relatif singkat.
2.2.8. Struktur dan Bahan
Prinsip-prinsip struktur ATB yang jujur terekspose dengan tektonikanya
dikembangkan dalam AMK, namun tidak mengubah sosok dan bentuk ATB. Demikian
pula dalam prinsip-prinsip sususan bahan dari yang berkarakter berat di bawah makin ke
atas makin ringan juga dapat dikembangkan pada AMK. Bahan-bahan alamiah (bata
Bali, paras, dan bebatuan lainnya) yang dikenal dalam ATB hanya sesuai untuk
perampungan /finishing luar bangunan, sedang untuk bahan perampungan interior
dipakai bahan-bahan modern dari AMK yang memiliki karakter artifisial dari produk
industri/pabrik. Pemanfatan bahan-bahan hasil teknologi modern sangat mendukung
peningkatan kualitas penampilan ATB, dukungan pemahaman karakteristik bahan-
bahan bangunan modern sangat diperlukan. Dengan kemajuan teknologi saat ini sangat
memungkinkan untuk menciptakan bahan-bahan bangunan buatan berkarakter alamiah,
sehingga penggalian bahan-bahan tradisional.

7
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Koleksi Data Awal dan Pengolahan/Analisis


Metode yang digunakan dalam mereinterpretasi umah Bali ini yaitu
reformasi bentuk dan penataan pola masa secara Dekontruksi berdasarkan teori
langgam dan ornament Arsitektur Bali.
Reformasi merupakan upaya menyatukan dan menyusun kembali serta mengadakan
ubah suai / adaptasi atas wujud / bentuk (form) dan bentukan (formation) nilai nilai
nirupa dan rinupa dari faktor-faktor dan unsur-unsur utama rancangan ( ekspresi atau
pembentuk arsitektur).
Langgam memiliki potensi dan fungsi:
a) menunjukkan identitas / lokalitas,
b) menunjukkan periodisasi kesejarahan,
c) sebagai faktor pengajeg dari upaya penggubahan tampilan arsitektur dan

d) sebagai sumber gagasan atau tema dalam melakukan penghadiran dan


pengaturan arsitektur
Teori Ornamen & Dekorasi sbg Ragam Hias Arsitektur : Fungsinya dapat
sebagai pembentuk suasana, identitas dan tata rupa arsitektur. Ragam hias ini
merupakan isu kontroversial antara ATB dan AMK, sehingga teori ini dipakai untuk
menetapkan suatu formulasi yg berimbang antara rasionalitas dan rasa dalam melakukan
reformasi.

3.2. Rekayasa Keteknikan


Gambar keseluruhan mengenai redesain objek akan dilampirkan pada halaman
lampiran. (lampiran 5.2)

3.3. Uji Keandalan Karya


Cara uji keandalan karya menggunakan form penilaian kinerja Arsitektur Bali
terhadap hasil karya desain maupun hasil karya terbangun (lampiran 5.1)

3.4. Tahapan Pekerjaan dan Perkiraan Waktu Pencapaian Program


1. Observasi Keadaan Lapangan (1 minggu)
2. Penyusunan permasalahan yang ditemui di lapangan (1 minggu)
3. Penilaian terhadap ke- Arsitekturan Bali pada objek (1 minggu)
4. Programing Redesain Objek (1 bulan)
5. Pembuatan Redesain layoutplan (3 hari)
6. Pembuatan Redesain gambar objek lainnya (2 minggu)
7. Pembuatan 3D Desain (2 minggu)
8. Pembuatan Maket Redesain Objek Umah Bali (2 bulan)
9. Publikasi (Seminar, Pameran Karya dll)

8
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Biaya
No. Jenis Pengeluaran Biaya
1 Peralatan Penunjang
3 Buah Buku Sketsa Gambar Rp 120.000
3 Buah Pensil Mekanik 2B 0.5mm Rp 45.000
2 Buah Meteran Rp 100.000
3 Buah Penggaris Rp 30.000
3 Buah Gunting Rp 45.000
3 Buah Cutter Rp 60.000
2 Bahan Habis Pakai
Bahan Pembuatan Maket (Bangunan dan
Rp 3.000.000
Halamannya)
Pulsa Internet Rp 400.000
Pulsa Listrik (Laptop Pengerjaan gambar dan
Rp 100.000
rendering)
3 Perjalanan
Obervasi Lapangan (bensin + makan) selama 1
Rp 1.000.000
minggu
Pembelian bahan maket (bensin) Rp 20.000
Ongkos Kirim Bahan Maket Rp 100.000
4 Lain-lain
Publikasi (sewa stand pada seminar /pameran
Rp 500.000
karya)
Administrasi Rp 200.000
Jumlah Rp 5.720.000
4.2. Jadwal Kegiatan
Maket (2 Bulan)
No Kegiatan April Mei Juni Bln
Bln kedua
pertama
1 Observasi Lapangan Mg 1
2 Penyusunan Masalah Mg 1
3 Penilaian Objek Mg 2
4 Programing desain Mg 3-4 Mg 1-2
5 Layoutplan Mg 3
6 Gbr Teknik Lainnya Mg 3-5
7 3 Desain Mg 1-2
8 Maket Global Finishing
9 Publikasi (pameran) Februari 2018

9
DAFTAR PUSTAKA

Karyono, Tri Harso. 2013. Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga Suatu Bahasan
Tentang Indonesia. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. 4

Proyek Inventaris dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 1981/1982. Arsitektur


Tradisional Daerah Bali. Denpasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. 21
Salain, P. Rumawan. 2003. Buku Ajar Representasi Arsitektur Tradisional Bali.

Denpasar. UPT. Penerbit Universitas Udayana. 4-5; 33; 39; 40; 93; 120; 115; 204-205;
252

Windia, Wayan. 2006. Transportasi Sistem Irigasi Subak yang Berlandaskan Konsep
Tri Hita Karana. Jakarta. Pustaka Bali Post. 13
Artadi, I Ketut. 1987. Hukum Adat Bali : Dengan Aneka masalahnya Dilengkapi
Yurisprodensi. Denpasar. Setia Kawan. 68

Sub. Sie Pameran Arsitektur, 1997, Arsitektur Masyarakat Bali Berbhuana, Bali,Pesta
Kesenian Bali XIX, 1

Sub Dinas Cipta Karya, Petikan Rumusan Arsitektur Bali, Denpasar, Dinas Pekerjaan
Umum Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bali, 2-3

Tim Perumus, Rumusan Arsitektur Bali, Denpasar, Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat I Bali, 16-18; 21
http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_bentar
http://adisanjaya24.blogspot.com/2010/10/desa-pakraman-desa-adat-di-bali-
dalam.html

10
LAMPIRAN 1.
BIODATA KETUA, ANGGOTA, DAN DOSEN PEMBIMBING
1.1 Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) DWI PRATIWI
2. Jenis Kelamin PEREMPUAN
3. Program Studi TEKNIK ARSITEKTUR
4. NIM 1504205017
DENPASAR, 1 NOVEMBER
5. Tempat, Tanggal Lahir
1996
6. Email dwipraa@gmail.com
7. No. Telepon/Hp 087861143231

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA

SD NEGERI 6 SMP NEGERI 6 SMA NEGERI 5


Nama Institusi DENPASAR
SESETAN DENPASAR

Jurusan REGULER REGULER IPA-REGULER

Tahun Masuk- 2012-2015


2002-2009 2009-2012
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Oral Presentation )


-
D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya
- PKM-GT Toko Hijau : Upaya Meningkatkan Kembali Nilai Livable City
Di Kota Denpasar

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-KC yang berjudul
Reinterpretasi Desain Arsitektur Umah Bali untuk 50 Tahun.

Denpasar, 18 Juli 2017


Pengusul,

( DWI PRATIWI )
NIM : 1504205017
1.2 Biodata Anggota
A. Identitas Diri
Nama Lengkap (dengan I GUSTI AGUNG AYU
1.
gelar) CHANDRA DEVI
2. Jenis Kelamin PEREMPUAN
3. Program Studi TEKNIK ARSITEKTUR
4. NIM 1504205010
KLUNGKUNG, 27 APRIL
5. Tempat, Tanggal Lahir
1997
6. Email gungdevi19@gmail.com
7. No. Telepon/Hp -

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA

Nama SD NEGERI 1 SMP NEGERI 1 SMA NEGERI 1


Institusi TAKMUNG SEMARAPURA SEMARAPURA

Jurusan REGULER REGULER IPA-REGULER

Tahun 2012-2015
2002-2009 2009-2012
Masuk-Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Oral Presentation )


-
D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya
- PKM-GT Toko Hijau : Upaya Meningkatkan Kembali Nilai Livable
City Di Kota Denpasar

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-KC yang berjudul
Reinterpretasi Desain Arsitektur Umah Bali untuk 50 Tahun.

Denpasar, 18 Juli 2017


Pengusul,

(I GUSTI AGUNG AYU CHANDRA DEVI)


NIM : 1504205010
2
1.3 Biodata Anggota
A. Identitas Diri
NI MADE KRISNHA
1. Nama Lengkap (dengan gelar)
ARISTYA DEWI
2. Jenis Kelamin PEREMPUAN
3. Program Studi TEKNIK ARSITEKTUR
4. NIM 1504205015
DENPASAR, 27 NOVEMBER
5. Tempat, Tanggal Lahir
1996
6. Email adikrisnha@yahoo.com
7. No. Telepon/Hp 085737815935

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA

SD TEGAL SMP NEGERI 1 SMA NEGERI 1


Nama Institusi KUTA UTARA
JAYA KUTA UTARA

Jurusan REGULER REGULER REGULER-IPA

Tahun Masuk- 2012-2015


2002-2009 2009-2012
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Oral Presentation )


-
D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya
- PKM-GT Toko Hijau : Upaya Meningkatkan Kembali Nilai Livable
City Di Kota Denpasar

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-KC yang berjudul
Reinterpretasi Desain Arsitektur Umah Bali untuk 50 Tahun.

Denpasar, 18 Juli 2017


Pengusul,

(NI MADE KRISNHA ARISTYA DEWI)


NIM : 1504205015 3
1.4 Biodata Anggota
A. Identitas Diri
NYOMAN LAKSMITASARI
1. Nama Lengkap (dengan gelar)
WULANSANI
2. Jenis Kelamin PEREMPUAN
3. Program Studi TEKNIK ARSITEKTUR
4. NIM 1404205046
5. Tempat, Tanggal Lahir DENPASAR, 6 JULI 1996
6. Email wulansani_mita@yahoo.co.id
7. No. Telepon/Hp 082144015844

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA

SD NEGERI 8 SMA NEGERI 5


SMP NEGERI 2
Nama Institusi DAUH PURI, DENPASAR
DENPASAR
DENPASAR
Jurusan REGULER REGULER REGULER-IPA

Tahun Masuk- 2011-2014


2001-2008 2008-2011
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Oral Presentation )

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi


lainnya
Institusi Pemberi Tahun
No. Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 JUARA 3 LOMBA MURAL KISARA 2013

PKM-GT Toko Hijau : Upaya 2015


2 Meningkatkan Kembali Nilai Livable DIKTI Pendanaan
City Di Kota Denpasar 2016

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-KC yang berjudul
Reinterpretasi Desain Arsitektur Umah Bali untuk 50 Tahun.
. Denpasar, 18 Juli 2017
Pengusul,

(NYOMAN LAKSMITASARI WULANSANI4)


NIM : 1404205046
1.5 Biodata Dosen Pembimbing

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap (dengan


gelar)
2. Jenis Kelamin
3. Program Studi
4. NIP/NIDN
5. Tempat dan Tanggal Lahir
6. Nomor Telepon/HP
7. Alamat e-mail

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3 Pendidikan


Non Gelar
Nama
Perguruan
Tinggi
Tahun Masuk
Tahun Lulus

C. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/Seminar


Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Waktu dan


Judul Artikel Ilmiah
. Ilmiah/Seminar Tempat

5
D. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 Tahun Terakhir
(dari Pemerintah, Asosiasi, atau Institusi Lainnya)

N Institusi Pemberi
Jenis Penghargaan Tahun
o. Penghargaan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-KC yang berjudul
Reinterpretasi Desain Arsitektur Umah Bali untuk 50 Tahun.

Denpasar, 18 Juli 2017


Pembimbing

( )
NIDN :

6
LAMPIRAN 2
JUSTIFIKASI ANGGARAN

No. Jenis Pengeluaran Biaya


1 Peralatan Penunjang
3 Buah Buku Sketsa Gambar Rp 120.000
3 Buah Pensil Mekanik 2B 0.5mm Rp 45.000
2 Buah Meteran Rp 100.000
3 Buah Penggaris Rp 30.000
3 Buah Gunting Rp 45.000
3 Buah Cutter Rp 60.000
2 Bahan Habis Pakai
Bahan Pembuatan Maket (Bangunan dan
Rp 3.000.000
Halamannya)
Pulsa Internet Rp 400.000
Pulsa Listrik (Laptop Pengerjaan gambar dan
Rp 100.000
rendering)
3 Perjalanan
Obervasi Lapangan (bensin + makan) selama 1
Rp 1.000.000
minggu
Pembelian bahan maket (bensin) Rp 20.000
Ongkos Kirim Bahan Maket Rp 100.000
4 Lain-lain
Publikasi (sewa stand pada seminar /pameran
Rp 500.000
karya)
Administrasi Rp 200.000
Jumlah Rp 5.720.000

7
LAMPIRAN 3.
SUSUNAN ORGANISASI TIM KEGIATAN
DAN PEMBAGIAN TUGAS

No. Nama / NIM Program Bidang Alokasi Uraian Tugas


Studi Ilmu Waktu (Jam /
Minggu)
1. Dwi Pratiwi Teknik - 21Jam / Mengakomodasi
/1504205017 Arsitektur Minggu anggota tim dalam
proses penyusunan
PKM, mengusulkan
konsep, observasi dan
programing, Maket
2. I Gusti Agung Teknik - 21Jam / Menganalisa
Ayu Chandra Arsitektur Minggu kesalahan-kesalahan
Devi / dalam tata penulisan
1504205010 PKM, observasi dan
programing, Maket
3. Ni Made Teknik - 21Jam / Mencari data
Krisnha Aristya Arsitektur Minggu literarur,
Dewi / Menganalisa
1504205015 kesalahan-kesalahan
dalam tata penulisan
PKM, Gambar
Teknik, Gambar 3D,
Maket
4. Nyoman Teknik - 21Jam / Mengolah data hasil
Laksmitasari Arsitektur Minggu literature. Gambar
Wulansani / teknik, gambar 3D,
1404205046 Maket

8
LAMPIRAN 4.
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI ATAU PELAKSANA

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI PELAKSANA


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dwi Pratiwi
NIM : 1504205017
Program Studi : Teknik Arsitektur
Fakultas : Teknik
Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-KC saya dengan judul :

Reinterpretasi Desain Arsitektur Umah Bali untuk 50 Tahun


yang diusulkan untuk tahun anggaran 2017 bersifat original dan belum pernah
dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka


saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara. Demikian
pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Mengetahui,
Pembantu Rektor / Ketua Bidang
Kemahasiswaan Denpasar, 18 Juli 2017
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
Yang Menyatakan,

Materai
Rp.6000,-
(.)
NIP / NIK
(Dr. I Nyoman Suyatna, SH, MH.) (DWI PRATIWI)
NIP. 19590923 198601 1 001 NIM : 1504205017

9
LAMPIRAN 5
GAMBARAN DESAIN YANG HENDAK DIKEMBANGKAN

5.1. Penilaian Arsitektur Bali Terhadap Hasil Karya Desain Maupun Hasil
Karya Terbangun
Sebelum Redesain
UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR RATING/GRADE
NO KET
INDIKATOR KINERJA INDIKATOR

a. b. c. d.
FILOSOFI TRI HITA KARANA SEBAGAI
I
INTI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI
Keharrmonisan yang setara antara manusia
dengan ruang / bangunan (masih dalam skala
1.1 manusia / human scale dan terpenuhinya 1 2 3 4 5 3
kebutuhan serta persyaratan manusia pada
ruang / bangunan & lingkungan).
Keharmonisan yang setara antara ruang /
bangunan dengan lingkungan dan alam sekitar
1.2 (tidak dominan terhadap lingkungan dan 1 2 3 4 5 3
merusak lingkungan secara fisik, fisikis dan
estetis).
Merupakan suatu Lingkung Bina yang memiliki
Atmosphere (suasana dan karakter) Alam Bali;
dan memiliki sebuah house hold temple/tempat
1.3 1 2 3 4 5 3
suci" bila bayak karyawan beragama Hindu
(implementasi zona Parhyangan, Pawongan dan
Palemahan).

Jumlah : I 3 - 15 9

II TATA RUANG DAN ORIENTASI


Nilai Ekspresi Tata Ruang pada tingkat
Lokal/Desa yaitu : Penerapan Pembagian Tiga
2.1 Zona Vertikal (Tri Loka) & Horizontal (Tri 1 2 3 4 5 3
Mandala), atau Kombinasi (Sanga Mandala)
atas nilai Hulu - ( Tengah ) Teben.
Pola Compound / Cluster yaitu : Adanya Ruang
Sentral (Natah) sebagai Pengikat Gugus Massa
2.2 1 2 3 4 5 3
Bangunan Jamak atau adanya Void dalam massa
bangunan monolit / kompak.
Ada bagian dari Lingkung Bina yang paling
mudah dikenali & masih berorientasi / kiblat
2.3 1 2 3 4 5 2
kaja-klod & kangin-kauh (tegas ditengah
kosmos).

10
Jumlah : II 3 - 15 8

III TATA LETAK / SETTING MASSA


Gubahan massa tidak dominan terhadap
lingkungan (massa besar di dekonstruksi
3.1 menjadi kecil-kecil, sebaliknya pada lahan 1 2 3 4 5 3
sempit pola cluster dapat di rekonstruksi jadi
massa monolit / kompak).
Keberadaan ruang bebas (sesa) di sekitar
bangunan atau kepadatan bangunan tetap
3.2 1 2 3 4 5 3
dipertahankan (peluang sosok Bali, keamanan,
pencegahan kebakaran, sirkulasi udara, RTH).
Kebebasan setting massa akibat view atau
penyelesaian sudut, namun tetap ada bagian-
3.3 1 2 3 4 5 3
bagian utama bangunan/kawasan menganut
kiblat Bali (kaje-klod & kangin-kauh).
Jumlah : III 3 - 15 9
IV TATA BANGUNAN
4.1 Sosok Bangunan :
Menerapkan sejak awal sosok Bali dengan
struktur fisik Tri Angga secara proporsiaonal
a 1 2 3 4 5 4
hingga kebagian terkecil atau memanfaatkan
bagian-bagian sosok non Bali yang distilisasi.
Memiliki karakter sosok bangunan tropis
beratap limas /pelana (pith roof), dihindari atap
b. 1 2 3 4 5 3
datar; ada ruang antara (serambi) dan memiliki
oversteck yang cukup lebar untuk menahan tiris
Jumlah : 4.1. 2 - 10 7
4.2 Bentuk Bangunan :
Menggunakan bentuk dasar Punden Berundak,
a. 1 2 3 4 5 4
menghindari bentuk-bentuk miring / bulat.
Tata olah bentuk mencerminkan tata olah
b. handicraft dan dihindari karakter tata olah 1 2 3 4 5 3
mesin (cleaness, excactness, prececision).
Jumlah : 4.2. 2 - 10 7
4.3 Skala dan Proporsi :
Tidak terjadi di luar skala manusia dan di luar
a. proporsi manusia (out of human scale & out of 1 2 3 4 5 4
human proportion).
Gubahan massa besar di dekonstruksi menjadi
kecil-kecil dan sebaliknya, bila lahan sempit
b. 1 2 3 4 5 3
massa kecil dapat di rekonstruksi menjadi massa
monolit kompak.

11
Jumlah : 4.3. 2 - 10 7
4.4 Ornamen dan Dekorasi :
Dipahatkan ornamen sebagai representasi Tri
a. Angga pada bagian-bagian utama bangunan 1 2 3 4 5 3
(batur, tiang / dinding dan atap).
Dekorasi dibubuhkan seperlunya sebagai aksen
b. dan dihindari penggunaan simbol-simbol agama 1 2 3 4 5 3
yang disakralkan.
Pemanfaatan Tembok Penyengker dan Angkul-
c. angkul / Pemesuan Langgam Bali sebagai 1 2 3 4 5 4
penghadir jati diri atau identitas Bali
Jumlah : 4.4. 3 - 15 10
4.5 Struktur dan Bahan :
Tata bahan dan warna : karakter alamiah, jujur
terekspose (sustainable architecture); disusun
a. 1 2 3 4 5 4
dari yang berkarakter berat di bawah dan makin
ke atas makin ringan.
Merupakan gubahan tektonika (the art of
b. construction) antara struktur dan konstruksi 1 2 3 4 5 3
dengan ornamen secara harmoni
Jumlah : 4.5. 2 - 10 7
Jumlah Nilai 20 40 60 80 100 64

Sesudah Redesain
UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR RATING/GRADE
NO KET
INDIKATOR KINERJA INDIKATOR

a. b. c. d.
FILOSOFI TRI HITA KARANA SEBAGAI
I
INTI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI
Keharrmonisan yang setara antara manusia
dengan ruang / bangunan (masih dalam skala
1.1 manusia / human scale dan terpenuhinya 1 2 3 4 5 4
kebutuhan serta persyaratan manusia pada
ruang / bangunan & lingkungan).
Keharmonisan yang setara antara ruang /
bangunan dengan lingkungan dan alam sekitar
1.2 (tidak dominan terhadap lingkungan dan 1 2 3 4 5 4
merusak lingkungan secara fisik, fisikis dan
estetis).

12
Merupakan suatu Lingkung Bina yang memiliki
Atmosphere (suasana dan karakter) Alam Bali;
dan memiliki sebuah house hold temple/tempat
1.3 1 2 3 4 5 4
suci" bila bayak karyawan beragama Hindu
(implementasi zona Parhyangan, Pawongan dan
Palemahan).

Jumlah : I 3 - 15 12

II TATA RUANG DAN ORIENTASI


Nilai Ekspresi Tata Ruang pada tingkat
Lokal/Desa yaitu : Penerapan Pembagian Tiga
2.1 Zona Vertikal (Tri Loka) & Horizontal (Tri 1 2 3 4 5 4
Mandala), atau Kombinasi (Sanga Mandala)
atas nilai Hulu - ( Tengah ) Teben.
Pola Compound / Cluster yaitu : Adanya Ruang
Sentral (Natah) sebagai Pengikat Gugus Massa
2.2 1 2 3 4 5 4
Bangunan Jamak atau adanya Void dalam massa
bangunan monolit / kompak.
Ada bagian dari Lingkung Bina yang paling
mudah dikenali & masih berorientasi / kiblat
2.3 1 2 3 4 5 5
kaja-klod & kangin-kauh (tegas ditengah
kosmos).
Jumlah : II 3 - 15 13

III TATA LETAK / SETTING MASSA


Gubahan massa tidak dominan terhadap
lingkungan (massa besar di dekonstruksi
3.1 menjadi kecil-kecil, sebaliknya pada lahan 1 2 3 4 5 3
sempit pola cluster dapat di rekonstruksi jadi
massa monolit / kompak).
Keberadaan ruang bebas (sesa) di sekitar
bangunan atau kepadatan bangunan tetap
3.2 1 2 3 4 5 5
dipertahankan (peluang sosok Bali, keamanan,
pencegahan kebakaran, sirkulasi udara, RTH).
Kebebasan setting massa akibat view atau
penyelesaian sudut, namun tetap ada bagian-
3.3 1 2 3 4 5 4
bagian utama bangunan/kawasan menganut
kiblat Bali (kaje-klod & kangin-kauh).
Jumlah : III 3 - 15 12
IV TATA BANGUNAN
4.1 Sosok Bangunan :
Menerapkan sejak awal sosok Bali dengan
struktur fisik Tri Angga secara proporsiaonal
a 1 2 3 4 5 4
hingga kebagian terkecil atau memanfaatkan
bagian-bagian sosok non Bali yang distilisasi.

13
Memiliki karakter sosok bangunan tropis
beratap limas /pelana (pith roof), dihindari atap
b. 1 2 3 4 5 4
datar; ada ruang antara (serambi) dan memiliki
oversteck yang cukup lebar untuk menahan tiris
Jumlah : 4.1. 2 - 10 8
4.2 Bentuk Bangunan :
Menggunakan bentuk dasar Punden Berundak,
a. 1 2 3 4 5 4
menghindari bentuk-bentuk miring / bulat.
Tata olah bentuk mencerminkan tata olah
b. handicraft dan dihindari karakter tata olah 1 2 3 4 5 5
mesin (cleaness, excactness, prececision).
Jumlah : 4.2. 2 - 10 9
4.3 Skala dan Proporsi :
Tidak terjadi di luar skala manusia dan di luar
a. proporsi manusia (out of human scale & out of 1 2 3 4 5 4
human proportion).
Gubahan massa besar di dekonstruksi menjadi
kecil-kecil dan sebaliknya, bila lahan sempit
b. 1 2 3 4 5 5
massa kecil dapat di rekonstruksi menjadi massa
monolit kompak.
Jumlah : 4.3. 2 - 10 9
4.4 Ornamen dan Dekorasi :
Dipahatkan ornamen sebagai representasi Tri
a. Angga pada bagian-bagian utama bangunan 1 2 3 4 5 4
(batur, tiang / dinding dan atap).
Dekorasi dibubuhkan seperlunya sebagai aksen
b. dan dihindari penggunaan simbol-simbol agama 1 2 3 4 5 4
yang disakralkan.
Pemanfaatan Tembok Penyengker dan Angkul-
c. angkul / Pemesuan Langgam Bali sebagai 1 2 3 4 5 5
penghadir jati diri atau identitas Bali
Jumlah : 4.4. 3 - 15 13
4.5 Struktur dan Bahan :
Tata bahan dan warna : karakter alamiah, jujur
terekspose (sustainable architecture); disusun
a. 1 2 3 4 5 4
dari yang berkarakter berat di bawah dan makin
ke atas makin ringan.
Merupakan gubahan tektonika (the art of
b. construction) antara struktur dan konstruksi 1 2 3 4 5 4
dengan ornamen secara harmoni
Jumlah : 4.5. 2 - 10 8
Jumlah Nilai 20 40 60 80 100 84

14
5.2. Gambar Rekayasa Keteknikan

15
16
17
18

Anda mungkin juga menyukai