JUDUL PROGRAM
Diusulkan Oleh :
Dwi Pratiwi 1504205017 Teknik Arsitektur
I Gusti Agung Ayu Chandra Devi 1504205010 Teknik Arsitektur
Ni Made Krisnha Aristya Dewi 1504205015 Teknik Arsitektur
Nyoman Laksmitasari Wulansani 1404205046 Teknik Arsitektur
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
PENGESAHAN PKM GAGASAN TERTULIS
Menyetujui
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Ketua Pelaksana Kegiatan
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
BAB III METODE PELAKSANAAN 8
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 9
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Layout Plan Objek Sebelum Redesain.2
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Konsep Sanga Mandala...6
Tabel 4.1 Biaya9
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan...9
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Fenomena yang Terjadi pada Hunian Umah Bali
Permasalahan yang terjadi pada objek bangunan karena terdapat nilai-nilai yang
tidak sesuai menurut penilaian dan kajian sebelumnya. Permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut :
1
diterapkan pada rumah tersebut. Dengan mengetahui permasalahan pada rumah
tersebut, penulis mencoba memberikan solusi desain yang diharapkan dapat
meningkatkan nilai Arsitektur Bali dan mampu diterapkan untuk lima puluh tahun
mendatang sesuai kebutuhan masa depan yang di ideal dengan mangadopsi gaya hidup
dan iptek.
Identitas Objek
2
setiap area tersebut memiliki fungsi dan aktivitasnya masing-masing(Dwijendra,2009).
Namun konsep sanga mandala ini hanya dapat dilihat pada lingkungan luar atau
arsitektur dari rumah tradisional masyarakat Bali. Perkembangan jaman dengan lahan
yang makin menyempit, aplikasi sanga mandala cukup sulit untuk diaplikasikan tapi
masih memungkinkan untuk diaplikasikan ke dalam ruangan rumah tinggal sehingga
konsep tata ruang ini masih bisa dirasakan.
Pola Sanga Mandala sebagai pembagian sembilan zona dengan tata nilai
masing-masing, dapat diterapkan pada gubahan massa majemuk yang menghendaki
adanya pembagian klasifikkasi/hirarki akktivitas yang cukup kompleks. Bentuk dan
formasinya dapat diubah-suaikan/direformasi untuk diterapkan pada rancangan massa
monolit, dengan membuat void di tengah sebagai sentral. Tata nilai masing-masing zona
disesuaikan dengan hirarki aktivitas yang ada bila diperlukan. Gomudha, 2014 ( Materi
Kuliah Arsitektur Bali 3 )
1.5. Luaran
Tulisan ini diharapkan mampu menyadarkan masyarakat akan kekayaan budaya
yang dimiliki dan kekayaan tersebut patut untuk dijaga dan dilestarikan. Tulisan ini
nantinya akan menghasilkan maket bangunan arsitektur umah Bali pada lima puluh
tahun ke depan. Dengan adanya maket tersebut diharapkan mampu memberikan
pembelajaran yang menarik bagi masayrakat mengenai local genius yang dimiliki
arsitektur tradisional Bali yang dibuat oleh leluhur sesuai dengan keadaan lingkungan
alam, budaya, dan social di Bali.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Bentuknya meniru tiang-tiang yang terdapat pada rumah India (Berbetuk Bulat/silinder).
Dan bahan yang digunakan telah menggunakan bahan pabrikasi. Selain itu pada
bangunan Bale dauh bentuk atap dibuat lebih bervariasi padahal dalam arsitektur bali
bentuk atap yang dianjurkan yaitu bentuk atap campuran limasan dan pelana. Pada bale
daja menggunakan atap limasan yang seharusnya tidak boleh diterapkan pada bangunan
dengan fungsi sebagai rumah tinggal. Atap berbentuk limas biasanya digunakan pada
bangunan-bangunan suci. Konon jika bentuk atap limasan diterapkan pada bangunan
rumah tinggal akan mengakibatkan rumah tersebut menjadi panas (sering terjadi
pertengkaran)
2.2. Reinterpretasi Desain Umah Bali
2.2.1. Konsep Tri Hita Karana
Dalam reinterpretasi ini kami mencoba mempertahankan filosofi Trihita Karana
yaitu menjaga keharmonisan antara bangunan, lingkungan, Sang Pencipta dan manusia
sebagai penghuninya. Hubungan antara manusia dan Sang Pencipta terlihat dari adanya
tempat persembayangan yaitu merajan dan penunggun karang. Merajan terletak di di
arah kaja kangin ( Timur Laut yang dipercaya sebagai area suci oleh umat Hindu.
Sedangkan Penunggun Karang terletak di arah Kaja Kauh ( Barat Laut ) yang masih
terletak di areal uttamaning nista ( terbuka, menyatu dengan alam ). Kemudian
hubungan antara Bangunan dan lingkungan sekitar dibuat selaras dengan cara membawa
suasana Bali seperti warna, wujud, dan ornament yang digunakan. Serta hubungan
manusia dengan bangunan dapat terlihat dari ukuran atau sikut yang menyesuaikan
dengan sikut umah Bali sebelum di redesign, karena ukuran tersebut sudah sesuai
dengan ukuran tubuh pemilik rumah.
2.2.2. Konsep Sanga Mandala
Konsep sanga mandala ini hanya dapat dilihat pada lingkungan luar atau
arsitektur dari rumah tradisional masyarakat Bali. Perkembangan jaman dengan lahan
yang makin menyempit, aplikasi sanga mandala cukup sulit untuk diaplikasikan tapi
masih memungkinkan untuk diaplikasikan ke dalam ruangan rumah tinggal sehingga
konsep tata ruang ini masih bisa dirasakan.
No. Area Sanga Makna Area Sanga Mandala Hasil Aplikasi Area
Mandala Sanga Mandala
1. Uttamaning Uttama Area yang memiliki sifat Sanggah Merajan dan
utama(tempat suci) sehingga harus Penunggun Karang
hadir dalam setiap lingkungan
yang dibuat oleh manusia
2. Uttamaning Madya Dipergunakan oleh pemilik rumah/ Ruang Tidur Utama
orang tua(pria dan wanita) sebagai
tempat beraktivitas dan beristirahat
3. Uttamaning Nista Ruang terbuka yang difungsikan Pelinggih Penunggun
sebagai taman/ alam Karang
4. Madyaning Uttama Sebagai area persiapan saat Bale Dangin / Bale Gede
mengadakan upacara adat/ agama
5
dan tempat diskusi antara anggota
keluarga maupun tamu.
5. Madyaning Madya Ruang terbuka yang dipergunakan Ruang Tamu dengan
sebagai area penyambutan tamu konsep terbuka dan
saat diadakan upacara agama, adat ruang bersantai di lantai
maupun keluarga 2
6. Madyaning Nista Sebagai area istirahat atau Kamar Anak-Anak
bersantai untuk anak lelaki (penggantian fungsi bale
maupun perempuan dauh )
7. Nistaning Uttama Ruang terbuka yang dipergunakan Taman
sebagai taman/ alam/ pintu masuk
8. Nistaning Madya Area ini bisa dipergunakan sebagai Paon, Garasi, Gudang,
pemberihan/ dapur, penyimpanan/ Toilet ( Area Service )
lumbung atau bangunan sebagai dan Kamar Anak (
tempat istirahat anak laki - laki Penggantian Fungsi Bale
Delod )
9. Nistaning Nista Biasanya dipergunakan sebagai Carport, Gerbang,
dapur, kamar mandi atau pintu Angkul angkul, aling -
masuk menuju pekarangan aling
Tabel 2.1 Konsep Sanga Mandala
2.2.3. Tata Letak
Akibat lahan sempit mengharuskan muncul massa monolit, maka nilai-nilai
setting massa/tata ruang ATB dapat direkonstruksi kembali, sehingga dapat diciptakan
tata ruang lebih kompak senilai dengan tata ruang ATB. Penentuan ukuran tata letak
dalam ATB yang menggunakan ukuran satuan tapak kaki/antropometri), diubah suaikan
dengan satuan ukuran meter, Penggunaan ukuran pengurip diabaikan, karena bersifat
dogmatis di samping dampak yang ditimbulkan akibat penggantian satuan ukuran
pengurip ini belum ada penelitian. Keberadaan karang tuang/sesa/margin pada sisi
dalam tembok penyengker harus tetap dipertahankan untuk memberi peluang
terciptanya sosok dan/atau bentuk Bali, di samping pertimbangan teknis lainnya (faktor
keamanan, pencegahan kebakaran, sirkulasi udara, penghijauan).
2.2.4. Sosok Bangunan
Bentuk dan formasi sosok bangunan AMK tidak dapat diterapkan di Bali,
sehingga yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan elemen-elemen/komponen-
komponen dari sosok AMK dalam bentuk dan formasi baru (hibrida) untuk
menciptakan sosok AMK baru yang berterima di Bali. Di samping itu sosok dalam ATB
memiliki karakter sebagai bangunan tropis yang berpenapilan Bali juga memiliki
susunan struktur fisik tri angga yaitu adanya pembagian tiga/golden section yang jelas
antara bagian atap (kepala), dinding/tiang (badan) dan batur (kaki) dan berlaku secara
proporsional kebagian yang sekecil-kecilnya.
2.2.5. Bentuk Bangunan
Adanya perbedaan yang mendasar karakteristik bentuk ATB dan AMK,
walaupun dengan bentuk dasar yang sama (primary form) adalah terletak pada tatacara
olah bentuk; yang ATB sebagai handicraft dan yang AMK sebagai produk
6
industri/mesin. Bentuk ATB adalah bentuk dasar punden berundak, tidak ada bentuk-
bentuk miring mengkerucut. Pengolahan tatacara handicraft dapat diubah-suaikan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sepanjang hasil bentuk dan formasi
bentuk yang muncul tidak dominan sebagai produk mesin. Bentuk ATB pada
hakekatnya merupakan suatu formasi dari bentuk-bentuk yang sifatnya ornamental dan
dekoratif menyatu di dalam wujud yang utuh.
2.2.6. Skala dan Proporsi
Bagi ATB, skala dan proporsi merupakan pertimbangan yang sangat penting
untuk dapat menciptakan keharmonisan hubungan antara manusia selaku isi dan
arsitektur selaku wadah. Ekspresi bentuk fisik manusia (tri angga) tercermin pada
bentuk dan formasi struktur fisik arsitekturnya. Out of human proportion, dan out of
human scale tidak dapat dihindari dengan hadirnya sosok massa besar dan tinggi pada
AMK. Kondisi ini dapat dihindari/dieleminir dengan melakukan penggubahan bentuk
kotak menjadi konfigurasi bentuk kotak dinamis (splite level/punden berundak,
penambahan penampil) pada ujung-ujung bangunan.
2.2.7. Ornamen
Bentuk dan formasi ornamen dan dekorasi ATB sejalan dengan karakter AMK
dapat diubah-suaikan/direformasi sebagai karakter modern yang lebih
sederhana/simplisity wujud. Untuk mendukung penyederhanaan wujud ini dipilih
metoda penampilan konsepsual obyek yaitu ornamen dan dekorasi yang ditampilkan
berupa bagan dan berwujud abstrak dalam bentuk pepalihan atau tata-hias abstrak
lainnya untuk penampangan arsitektur. Metoda visual obyek yaitu ornamen dan
dekorasi yang ditampilkan secara tuntas/terselesaikan/real dalam bentuk ukiran atau
tata-hias lainnya hanya untuk penyelesaian ragam hias interior. Namun, pada desain
diusahakan penggunaan ornament yang tidak berbahaya ( bersifat tajam / melukai )
terutama bagi anak anak sehingga mereka nyaman bermain di dalam rumah. Ornamen
dan dekorasi dibubuhkan seperlunya sebagai aksen, sesuai dengan skala pandang saat
ini dengan skala kendaraan di mana waktu penikmatan relatif singkat.
2.2.8. Struktur dan Bahan
Prinsip-prinsip struktur ATB yang jujur terekspose dengan tektonikanya
dikembangkan dalam AMK, namun tidak mengubah sosok dan bentuk ATB. Demikian
pula dalam prinsip-prinsip sususan bahan dari yang berkarakter berat di bawah makin ke
atas makin ringan juga dapat dikembangkan pada AMK. Bahan-bahan alamiah (bata
Bali, paras, dan bebatuan lainnya) yang dikenal dalam ATB hanya sesuai untuk
perampungan /finishing luar bangunan, sedang untuk bahan perampungan interior
dipakai bahan-bahan modern dari AMK yang memiliki karakter artifisial dari produk
industri/pabrik. Pemanfatan bahan-bahan hasil teknologi modern sangat mendukung
peningkatan kualitas penampilan ATB, dukungan pemahaman karakteristik bahan-
bahan bangunan modern sangat diperlukan. Dengan kemajuan teknologi saat ini sangat
memungkinkan untuk menciptakan bahan-bahan bangunan buatan berkarakter alamiah,
sehingga penggalian bahan-bahan tradisional.
7
BAB III
METODE PELAKSANAAN
8
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Biaya
No. Jenis Pengeluaran Biaya
1 Peralatan Penunjang
3 Buah Buku Sketsa Gambar Rp 120.000
3 Buah Pensil Mekanik 2B 0.5mm Rp 45.000
2 Buah Meteran Rp 100.000
3 Buah Penggaris Rp 30.000
3 Buah Gunting Rp 45.000
3 Buah Cutter Rp 60.000
2 Bahan Habis Pakai
Bahan Pembuatan Maket (Bangunan dan
Rp 3.000.000
Halamannya)
Pulsa Internet Rp 400.000
Pulsa Listrik (Laptop Pengerjaan gambar dan
Rp 100.000
rendering)
3 Perjalanan
Obervasi Lapangan (bensin + makan) selama 1
Rp 1.000.000
minggu
Pembelian bahan maket (bensin) Rp 20.000
Ongkos Kirim Bahan Maket Rp 100.000
4 Lain-lain
Publikasi (sewa stand pada seminar /pameran
Rp 500.000
karya)
Administrasi Rp 200.000
Jumlah Rp 5.720.000
4.2. Jadwal Kegiatan
Maket (2 Bulan)
No Kegiatan April Mei Juni Bln
Bln kedua
pertama
1 Observasi Lapangan Mg 1
2 Penyusunan Masalah Mg 1
3 Penilaian Objek Mg 2
4 Programing desain Mg 3-4 Mg 1-2
5 Layoutplan Mg 3
6 Gbr Teknik Lainnya Mg 3-5
7 3 Desain Mg 1-2
8 Maket Global Finishing
9 Publikasi (pameran) Februari 2018
9
DAFTAR PUSTAKA
Karyono, Tri Harso. 2013. Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga Suatu Bahasan
Tentang Indonesia. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. 4
Denpasar. UPT. Penerbit Universitas Udayana. 4-5; 33; 39; 40; 93; 120; 115; 204-205;
252
Windia, Wayan. 2006. Transportasi Sistem Irigasi Subak yang Berlandaskan Konsep
Tri Hita Karana. Jakarta. Pustaka Bali Post. 13
Artadi, I Ketut. 1987. Hukum Adat Bali : Dengan Aneka masalahnya Dilengkapi
Yurisprodensi. Denpasar. Setia Kawan. 68
Sub. Sie Pameran Arsitektur, 1997, Arsitektur Masyarakat Bali Berbhuana, Bali,Pesta
Kesenian Bali XIX, 1
Sub Dinas Cipta Karya, Petikan Rumusan Arsitektur Bali, Denpasar, Dinas Pekerjaan
Umum Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bali, 2-3
Tim Perumus, Rumusan Arsitektur Bali, Denpasar, Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat I Bali, 16-18; 21
http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_bentar
http://adisanjaya24.blogspot.com/2010/10/desa-pakraman-desa-adat-di-bali-
dalam.html
10
LAMPIRAN 1.
BIODATA KETUA, ANGGOTA, DAN DOSEN PEMBIMBING
1.1 Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) DWI PRATIWI
2. Jenis Kelamin PEREMPUAN
3. Program Studi TEKNIK ARSITEKTUR
4. NIM 1504205017
DENPASAR, 1 NOVEMBER
5. Tempat, Tanggal Lahir
1996
6. Email dwipraa@gmail.com
7. No. Telepon/Hp 087861143231
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-KC yang berjudul
Reinterpretasi Desain Arsitektur Umah Bali untuk 50 Tahun.
( DWI PRATIWI )
NIM : 1504205017
1.2 Biodata Anggota
A. Identitas Diri
Nama Lengkap (dengan I GUSTI AGUNG AYU
1.
gelar) CHANDRA DEVI
2. Jenis Kelamin PEREMPUAN
3. Program Studi TEKNIK ARSITEKTUR
4. NIM 1504205010
KLUNGKUNG, 27 APRIL
5. Tempat, Tanggal Lahir
1997
6. Email gungdevi19@gmail.com
7. No. Telepon/Hp -
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Tahun 2012-2015
2002-2009 2009-2012
Masuk-Lulus
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-KC yang berjudul
Reinterpretasi Desain Arsitektur Umah Bali untuk 50 Tahun.
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-KC yang berjudul
Reinterpretasi Desain Arsitektur Umah Bali untuk 50 Tahun.
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-KC yang berjudul
Reinterpretasi Desain Arsitektur Umah Bali untuk 50 Tahun.
. Denpasar, 18 Juli 2017
Pengusul,
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
5
D. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 Tahun Terakhir
(dari Pemerintah, Asosiasi, atau Institusi Lainnya)
N Institusi Pemberi
Jenis Penghargaan Tahun
o. Penghargaan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-KC yang berjudul
Reinterpretasi Desain Arsitektur Umah Bali untuk 50 Tahun.
( )
NIDN :
6
LAMPIRAN 2
JUSTIFIKASI ANGGARAN
7
LAMPIRAN 3.
SUSUNAN ORGANISASI TIM KEGIATAN
DAN PEMBAGIAN TUGAS
8
LAMPIRAN 4.
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI ATAU PELAKSANA
Mengetahui,
Pembantu Rektor / Ketua Bidang
Kemahasiswaan Denpasar, 18 Juli 2017
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
Yang Menyatakan,
Materai
Rp.6000,-
(.)
NIP / NIK
(Dr. I Nyoman Suyatna, SH, MH.) (DWI PRATIWI)
NIP. 19590923 198601 1 001 NIM : 1504205017
9
LAMPIRAN 5
GAMBARAN DESAIN YANG HENDAK DIKEMBANGKAN
5.1. Penilaian Arsitektur Bali Terhadap Hasil Karya Desain Maupun Hasil
Karya Terbangun
Sebelum Redesain
UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR RATING/GRADE
NO KET
INDIKATOR KINERJA INDIKATOR
a. b. c. d.
FILOSOFI TRI HITA KARANA SEBAGAI
I
INTI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI
Keharrmonisan yang setara antara manusia
dengan ruang / bangunan (masih dalam skala
1.1 manusia / human scale dan terpenuhinya 1 2 3 4 5 3
kebutuhan serta persyaratan manusia pada
ruang / bangunan & lingkungan).
Keharmonisan yang setara antara ruang /
bangunan dengan lingkungan dan alam sekitar
1.2 (tidak dominan terhadap lingkungan dan 1 2 3 4 5 3
merusak lingkungan secara fisik, fisikis dan
estetis).
Merupakan suatu Lingkung Bina yang memiliki
Atmosphere (suasana dan karakter) Alam Bali;
dan memiliki sebuah house hold temple/tempat
1.3 1 2 3 4 5 3
suci" bila bayak karyawan beragama Hindu
(implementasi zona Parhyangan, Pawongan dan
Palemahan).
Jumlah : I 3 - 15 9
10
Jumlah : II 3 - 15 8
11
Jumlah : 4.3. 2 - 10 7
4.4 Ornamen dan Dekorasi :
Dipahatkan ornamen sebagai representasi Tri
a. Angga pada bagian-bagian utama bangunan 1 2 3 4 5 3
(batur, tiang / dinding dan atap).
Dekorasi dibubuhkan seperlunya sebagai aksen
b. dan dihindari penggunaan simbol-simbol agama 1 2 3 4 5 3
yang disakralkan.
Pemanfaatan Tembok Penyengker dan Angkul-
c. angkul / Pemesuan Langgam Bali sebagai 1 2 3 4 5 4
penghadir jati diri atau identitas Bali
Jumlah : 4.4. 3 - 15 10
4.5 Struktur dan Bahan :
Tata bahan dan warna : karakter alamiah, jujur
terekspose (sustainable architecture); disusun
a. 1 2 3 4 5 4
dari yang berkarakter berat di bawah dan makin
ke atas makin ringan.
Merupakan gubahan tektonika (the art of
b. construction) antara struktur dan konstruksi 1 2 3 4 5 3
dengan ornamen secara harmoni
Jumlah : 4.5. 2 - 10 7
Jumlah Nilai 20 40 60 80 100 64
Sesudah Redesain
UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR RATING/GRADE
NO KET
INDIKATOR KINERJA INDIKATOR
a. b. c. d.
FILOSOFI TRI HITA KARANA SEBAGAI
I
INTI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI
Keharrmonisan yang setara antara manusia
dengan ruang / bangunan (masih dalam skala
1.1 manusia / human scale dan terpenuhinya 1 2 3 4 5 4
kebutuhan serta persyaratan manusia pada
ruang / bangunan & lingkungan).
Keharmonisan yang setara antara ruang /
bangunan dengan lingkungan dan alam sekitar
1.2 (tidak dominan terhadap lingkungan dan 1 2 3 4 5 4
merusak lingkungan secara fisik, fisikis dan
estetis).
12
Merupakan suatu Lingkung Bina yang memiliki
Atmosphere (suasana dan karakter) Alam Bali;
dan memiliki sebuah house hold temple/tempat
1.3 1 2 3 4 5 4
suci" bila bayak karyawan beragama Hindu
(implementasi zona Parhyangan, Pawongan dan
Palemahan).
Jumlah : I 3 - 15 12
13
Memiliki karakter sosok bangunan tropis
beratap limas /pelana (pith roof), dihindari atap
b. 1 2 3 4 5 4
datar; ada ruang antara (serambi) dan memiliki
oversteck yang cukup lebar untuk menahan tiris
Jumlah : 4.1. 2 - 10 8
4.2 Bentuk Bangunan :
Menggunakan bentuk dasar Punden Berundak,
a. 1 2 3 4 5 4
menghindari bentuk-bentuk miring / bulat.
Tata olah bentuk mencerminkan tata olah
b. handicraft dan dihindari karakter tata olah 1 2 3 4 5 5
mesin (cleaness, excactness, prececision).
Jumlah : 4.2. 2 - 10 9
4.3 Skala dan Proporsi :
Tidak terjadi di luar skala manusia dan di luar
a. proporsi manusia (out of human scale & out of 1 2 3 4 5 4
human proportion).
Gubahan massa besar di dekonstruksi menjadi
kecil-kecil dan sebaliknya, bila lahan sempit
b. 1 2 3 4 5 5
massa kecil dapat di rekonstruksi menjadi massa
monolit kompak.
Jumlah : 4.3. 2 - 10 9
4.4 Ornamen dan Dekorasi :
Dipahatkan ornamen sebagai representasi Tri
a. Angga pada bagian-bagian utama bangunan 1 2 3 4 5 4
(batur, tiang / dinding dan atap).
Dekorasi dibubuhkan seperlunya sebagai aksen
b. dan dihindari penggunaan simbol-simbol agama 1 2 3 4 5 4
yang disakralkan.
Pemanfaatan Tembok Penyengker dan Angkul-
c. angkul / Pemesuan Langgam Bali sebagai 1 2 3 4 5 5
penghadir jati diri atau identitas Bali
Jumlah : 4.4. 3 - 15 13
4.5 Struktur dan Bahan :
Tata bahan dan warna : karakter alamiah, jujur
terekspose (sustainable architecture); disusun
a. 1 2 3 4 5 4
dari yang berkarakter berat di bawah dan makin
ke atas makin ringan.
Merupakan gubahan tektonika (the art of
b. construction) antara struktur dan konstruksi 1 2 3 4 5 4
dengan ornamen secara harmoni
Jumlah : 4.5. 2 - 10 8
Jumlah Nilai 20 40 60 80 100 84
14
5.2. Gambar Rekayasa Keteknikan
15
16
17
18