Anda di halaman 1dari 31

Interior dan Arsitektur Nusantara Jawa dan Bali

Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Interior Nusantara


Dosen Pengampu :
Putri Sekar Hapsari, S.Sn., M.Sn.

Oleh :
Aurielia Nesya Mayang (231501056)

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
JURUSAN DESAIN INTERIOR
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, Saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Interior dan Arsitektur Nusantara Jawa dan Bali”
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah semester Mata Kuliah Interior
Nusantara. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Interior Arsitektur
Jawa dan Bali bagi kita semua.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Putri Sekar Hapsari. S.Sn., M.Sn.
selaku dosen Mata Kuliah Ineterior Nusantara. Ucapan terima kasih juga Saya sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun senantiasa diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 28 Oktober 2023

Aurielia Nesya Mayang

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….…2
DAFTAR ISI……………………………………...……………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….……4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………4
1.3 Tujuan……………………………………..………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN………………………………………….………………………6
2.1 Ruang Lingkup Interior dan Arsitektur Nusantara…………………………….….6
2.2 Konsep dan Pandangan Terwujudnya Interior dan arsitektur Nusantara………....6
2.3 Sejarah dan Kebudayaan Jawa……..……………………………….…………….7
2.4 Tipologi dan Morfologi Interior dan Arsitektur Jawa……………………...……..8
2.5 Zoning dan Organisasi Ruang Interior dan Arsitektur Jawa………..…...………..9
2.5.1 Zoning Rumah Adat Jawa Tengah……………………………………….10
2.5.2 Zoning Rumah Adat Jawa Timur………………………………………....11
2.5.3 Zoning Rumah Adat Jawa Barat………………………………………….12
2.6 Unsur Pembentuk Ruang Interior dan Arsitektur Jawa……..…………………….12
2.7 Ornamen Hias Interior dan Arsitektur Jawa.……………..………………………..15
2.8 Pengertian dan Konsep Arsitektur Bali…………………..………………………..20
2.9 Tipologi dan Morfologi Interior dan Arsitektur Bali……………………….……..21
2.10 Zoning dan Organisasi Ruang Interior dan Arsitektur Bali………..…..…………..22
2.11 Unsur Pembentuk Ruang Interior dan Arsitektur Bali ……..……………….…….24
2.12 Ornamen Hias Interior dan Arsitektur Bali………………………..……………….25
BAB III PENUTUP……………….……………………………………………………….27
3.1 Kesimpulan………………………………...………………………………………27
DAFTAR PUSTAKA………………………………….…………………………………..27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah "Interior Nusantara" mengacu pada desain interior yang mencerminkan budaya,
tradisi, dan karakter Indonesia atau wilayah Nusantara secara umum. Ini melibatkan penggunaan
elemen-elemen seperti motif tradisional, bahan lokal, dan desain yang terinspirasi oleh warisan
budaya Nusantara. Interior Nusantara sering berusaha untuk memadukan keindahan alam, seni,
dan kebudayaan dalam desain ruang dalam.
Arsitektur Nusantara merupakan sebuah identitas dari Indonesia. Arsitektur Nusantara
berbeda dari arsitektur tradisional meskipun keduanya tumbuh dari anak bangsa Indonesia
(Prijotomo dalam Bachtiar dkk., 2014). Arsitektur Nusantara perlu dipahami seperti ‘sumpah
palapa’ yang memungkinkan adanya pertalian antar suku bangsa di Nusantara (Hidayatun,
2003). Arsitektur Nusantara yang tersebar di seluruh daerah memiliki keunikan yang beragam,
dan keunikan tersebut dapat dilihat dari bentuk atap, penataan ruang, konstruksi, material,
bahkan dari sisi filosofinya (Roosandriantini, 2008). Keunikan-keunikan tersebut dapat terbentuk
salah satunya dari sifat Arsitektur Nusantara yang tanggap gempa dan konservatif(Titisari dkk.,
2012 dan Adiyanto, 2018). Selain sifatnya yang konservatif, ArsitekturNusantara juga
memperhatikan kebersamaan terhadap lingkungan alam dan sosialnya, yang berlandaskan prinsip
ke Tuhanan (Titisari dkk., 2012). Menurut Prijotomo, Arsitektur Nusantara terdiri dari lantai
bangunan dan atap (Sulistijowati, 2016). Pembahasan mengenai ruang di bawah lantai bangunan
atau kolong menarik untuk dibahas, karena merupakan salah satu ciri khas dari Arsitektur
Nusantara.
Seiring dengan berkembangnya jaman, arsitektur dan interior pun ikut semakin
berkembang pesat. Hal ini, tidak lain disebabkan oleh perkembangan kehidupan manusia.
Semakin peradaban manusia berkembang, maka semakin menuntut perkembangan dunia
arsitektur dan interior agar dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Hal ini ditunjang pula
dengan menguatnya pemikiran post modernisme yang merambah segala aspek kehidupan.
Banyak wujud bentuk masa lalu diadopsi untuk dihadirkan pada masa kini denganreinterpretasi baru. Kehadiran
arsitektur tradisional Jawa dapat dilihat dan dirasakan pada berbagai arsitektur dan inteior dengan fungsi
bermacam-macam dan berbagai improvisasi. Arsitektur tradisional Bali merupakan salah satu
etnis arsitektur Nusantara yang telah tumbuh serta berkembang mengikuti zaman. Bermula pada
zaman pra-hindu hingga saat ini. Kemudian, dari setiap zaman tersebut menambah nilai makna
pada setiap corak yang ada. Arsitektur dan Interior Bali yang tumbuh serta berkembang membuat
kita harus mempertahankannya. Oleh karena itu, pemahaman makna dan konsep yang ada harus
dilakukan agar terciptanya konsep yang selaras dengan makna yang ada pada corak gaya
arsitektur tradisonal Bali.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa konsep dan pandangan terwujudnya arsitektur dan interior nusantara ?
2. Bagaimanakah zoning dan organisasi ruang dalam berbagai wilayah Jawa?
3. Bagaimanakah unsur pembentuk ruang di berbagai wilayah Jawa?
4. Bagaimana konsep arsitektur Bali?
5. Bagaimana zoning dan organisasi ruang di daerah Bali?
6. Bagaimana unsur pembentuk ruang di daerah Bali?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami konsep dan pandangan terwujudnya arsitektur dan
interior Nusantara
2. Mengetahui zoning dan organisasi ruang dalam berbagai wilayah Jawa.
3. Mengetahui unsur pembentuk ruang di berbagai wilayah Jawa.
4. Mengetahui konsep arsitektur Bali
5. Mengetahui zoning dan organisasi ruang di daerah Bali.
6. Mengetahui unsur pembentuk ruang di daerah Bali

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup Interior dan Arsitektur Nusantara


Rumah hunian bukan satu-satunya produk rekayasa seni bangun, akan tetapi diakui
bahwa dalam peradaban yang makin berkembang rumah hunian menjadi kebutuhan yang harus
tercukupi oleh seseorang atau anggota masyarakat. Rumah merupakan salah satu kebutuhan
hidup yang utama. Fungsi rumah adalah sebagai wadah kegiatan bagi penghuninya dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebagai wadah kegiatan hidup, rumah tidak hanya dibangun
dengan pertimbangan aspek fungsional-praktis, melainkan teramu dari berbagai aspek dan
dimensi totalitas hidup manusia. Aspek dan dimensi sosial, spiritual, estetis, dan lain-lain itu
dikonstruksikan sedemikian rupa dengan fungsi fisiknya menjadi seni bangun yang
mengagumkan. Pola piker dan pola perilaku suatu masyarakat sesungguhnya juga tampak dari
artefak yang disebut rumah. Rumah sebagai artefak, dengan demikian, adalah representasi dan
abstraksi dari kompleksitas gagasan (fakta mental) dan perlaku (fakta sosial).

Seiring denagn tuntutan dan perubahan hidup manusia, maka dalam bidang arsitektur
juga mengalami berbagai perkembangan, baik menyangkut bentuk, gaya, fungsi, dan lain-lain.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana menemukenali arsitektur dan interior yang
merupakan hasil budaya bangsa Indonesia/Nusantara. Jawaban atas pertanyaan ini mengharuskan
kita untuk menengok kembali pada tradisi nenek moyang kita tentang arsitektur dan interior yang
dimiliki, yakni rumah tradisional. Tradisional berasal dari kata tradisi mengandung arti suatu
kebiasaan yang dilakukan dengan cara yang sama oleh beberapa generasi dengan tanpa atau
sedikit sekali perubahan. Apabila demikian, maka rumah tradisional dapat diartikan sebuah
rumah yang dibangun dan digunakan secara turun-temurun dari beberapa generasi. (Sumintarja,
1978: 11)

Arsitektur dan interior Indonesia erat kaitannya dengan budaya Nusantara. Oleh karena
haruslah diakui bahwa cikal bakal budaya Indonesia berakar dari budaya Nusantara. Dan suplai
keragaman budaya Indonesia Sebagian besar dipasok dari keragaman budaya Nusantara.
Keragaman Nusantara itulah yang kemudian ditumbuh-kembangkan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Berdasar pada konsepsi semacam itu, maka arsitektur dan interior
Nusantara yang dimaksud adalah arsitektur dan interior yang hidup, tumbuh, dan berkembang,
sejalan dengan nilai-nilai yang hidup, tumbuh, dan berkembang di Indonesia.

2.2 Konsep dan Pandangan Terwujudnya Interior dan arsitektur


Nusantara

6
Konsep dan pandangan terwujudnya arsitektur dan interior Nusantara didasarkan pada
nilai-nilai, budaya, dan lingkungan yang khas bagi wilayah kepulauan Indonesia. Berikut adalah
beberapa poin utama terkait konsep ini:

1. Kearifan Lokal: Arsitektur dan interior Nusantara mencerminkan kearifan lokal, yaitu
penggunaan material, teknik, dan desain yang cocok dengan iklim, topografi, dan tradisi
setempat. Ini termasuk pemilihan kayu, batu, bambu, dan bahan alam lainnya yang tersedia
secara berlimpah di wilayah ini.
2. Budaya dan Warisan: Desain Nusantara mencerminkan kekayaan budaya Indonesia, termasuk
seni, mitos, tradisi, dan nilai-nilai lokal. Motif tradisional, ornamen, dan simbol sering
digunakan dalam desain interior dan eksterior.
3. Keberlanjutan: Konsep arsitektur dan interior Nusantara juga menekankan keberlanjutan dan
pelestarian lingkungan. Penggunaan material alam yang ramah lingkungan dan praktik-praktik
seperti desain pasif dan penggunaan energi yang efisien sangat penting.
4. Harmoni dengan Alam: Arsitektur dan interior Nusantara cenderung mengintegrasikan
bangunan dengan alam sekitarnya. Kolam, taman, dan udara terbuka sering digunakan untuk
menciptakan hubungan yang harmonis antara ruang dalam dan luar.
5. Fungsionalitas dan Kenyamanan: Meskipun mementingkan unsur-unsur tradisional, desain
Nusantara juga harus memperhatikan fungsionalitas dan kenyamanan bagi penghuninya. Ini
mencakup aspek seperti pencahayaan alami, sirkulasi udara, dan pengaturan ruang yang
efektif.
6. Kreativitas Kontemporer: Sementara mempertahankan akar tradisional, konsep arsitektur dan
interior Nusantara juga dapat menggabungkan elemen-elemen kontemporer dan teknologi
modern sesuai kebutuhan dan preferensi saat ini.

Dalam rangka mewujudkan konsep ini, para arsitek dan desainer harus memahami dan
menghormati nilai-nilai budaya dan alam Nusantara, sambil tetap berinovasi untuk menciptakan
lingkungan yang berkelanjutan dan berdaya guna.

2.3 Sejarah dan Kebudayaan Jawa


Arsitektur Jawa kuno dipengaruhi oleh kebudayaan India bersamaan dengan datangnya
pengaruh Hindu dan Buddha terhadap kehidupan masyarakat Jawa. Wilayah India yang cukup
banyak memberi pengaruh terhadap Jawa adalah India Selatan. Ini terbukti dari penemuan candi-
candi di India yang hampir menyerupai candi yang ada di Jawa. Begitu pula aksara yang banyak
ditemui pada prasasti di Jawa adalah jenis huruf Pallawa yang digunakan oleh orang India
selatan. Meskipun budaya India berpengaruh besar tetapi Jawa tidak meniru begitu saja
kebudayaan tersebut. Dengan kearifan lokal masyarakat, budaya dari India diterima melalui
proses penyaringan (filtrasi) yang natural. Proses akulturasi budaya ini dapat dilihat pada model
arsitektur, misalnya, punden berundak (budaya asli Indonesia) pada Candi Sukuh di Jawa
Tengah.

Dalam perkembangan selanjutnya dalam periode Klasik Muda di wilayah Jawa Timur
pada abad ke-13 hingga abad ke-15 M, arsitektur bangunan suci Hindu-Buddha di Jawa telah

7
memperoleh gayanya tersendiri. Bentuk arsitekturnya terdiri dari candi bergaya Singasari, gaya
candi Jago, gaya candi Brahu, dan punden berundak. Pengaruh India dalam hal ini hanya tinggal
dalam konsep keagamaannya saja, konsep-konsep kedewataan kemudian digubah kembali oleh
para pujangga Jawa Kuno. Dalam hal konsepsi keagamaan hakikat tertinggi dalam agama Hindu
dan Buddha dalam masa Singasari dan Majapahit telah dipadukan menjadi Bhattara Siva-
Buddha. Perpaduan konsepsi dewata tertinggi itu diwujudkan dalam bentuk bangunan suci,
misalnya pada Candi Jawi (Pasuruan) dan Candi Jago (Malang). Di Candi Jawi, unsur Buddha
terlihat pada puncaknya, sedangkan di relung candinya dahulu berisikan arca-arca Hindu-Saiva
khas Jawa. Begitupun di Candi Jago, cerita relief banyak yang bernafaskan Hindu-Saiva, adapun
arca pelengkap candi itu semuanya bernafaskan Buddha Mahayana.

Arsitektur Jawa kuno dipengaruhi oleh kebudayaan India bersamaan dengan datangnya
pengaruh Hindu dan Buddha terhadap kehidupan masyarakat Jawa. Wilayah India yang cukup
banyak memberi pengaruh terhadap Jawa adalah India Selatan. Ini terbukti dari penemuan candi-
candi di India yang hampir menyerupai candi yang ada di Jawa. Begitu pula aksara yang banyak
ditemui pada prasasti di Jawa adalah jenis huruf Pallawa yang digunakan oleh orang India
selatan. Meskipun budaya India berpengaruh besar tetapi Jawa tidak meniru begitu saja
kebudayaan tersebut. Dengan kearifan lokal masyarakat, budaya dari India diterima melalui
proses penyaringan (filtrasi) yang natural. Proses akulturasi budaya ini dapat dilihat pada model
arsitektur, misalnya, punden berundak (budaya asli Indonesia) pada Candi Sukuh di Jawa
Tengah.

Budaya Jawa dikenal sarat akan nilai-nilai filosofis yang mempengaruhi setiap bentuk
kehidupan masyarakat Jawa. Begitu pula dalam pembuatan sebuah rumah, tentu melibatkan
berbagai perhitungan dan upacara-upacara yang sedemikian rumit berdasarkan pada pandangan
filosofis yang dipegang oleh masyarakat Jawa. Ada tiga tingkatan kepercayaan masyarakat Jawa
yaitu:
 Tingkatan pertama, kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib yang menggambarkan
dunia roh. Masyarakat Jawa percaya bahwa leluhur mereka selalu mengawasi dan akan
menegur bila terjadi kesalahan. Oleh karena itulah dalam setiap kegiatan selalu diadakan
upacara selamatan sebagai bagian dari permintaan izin dalam melakukan kegiatan agar
berjalan lancar.
 Tingkatan kedua, kepercayaan akan kekuatan alam semesta. Masyarakat Jawa percaya
pada keseimbangan dunia yang terbagi dalam makrokosmos dan mikrokosmos. Tanpa
adanya keseimbangan maka kehidupan ini tidak akan bahagia.
 Tingkatan ketiga, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa. Kepercayaan ini
berkembang ketika agama-agama mulai dianut oleh masyarakat Jawa yang pada akhirnya
mengubah pandangan masyarakat namun tidak meninggalkan kepercayaan lamanya
(Ronald 2005, 53).

2.4 Tipologi dan Morfologi Interior dan Arsitektur Jawa


Morfologi merupakan perubahan bentuk, hubungan, metamorfosis dan struktur dari
sebuah objek bangunan maupun kawasan ataupun kota. Perubahan ini bisa menggambarkan
adanya perubahan ide atau makna dalam sejarah. Perubahan yang terjadi dapat disebabkan
karena perubahan dimensi, pemotongan atau pembesaran, penambahan ruang atau bentuk

8
perubahan warna dan susunan serta perubahan yang diakibatkan penggunaan material dan bahan
yang berbeda dari keadaan semula. Tipologi bangunan mengacu pada studi dan dokumentasi dari
sekumpulan bangunan yang memiliki kesamaan dalam jenis fungsi maupun bentuknya.
 Rumah Adat Jawa Tengah

 Rumah Adat Jawa Timur

 Rumah Adat Jawa Barat

2.5 Zoning dan Organisasi Ruang Interior dan Arsitektur Jawa


Zoning mempunyai arti yaitu pemetaan pembagian Kawasan. Istilah ini digunakan oleh
pemerintah untuk membagi mengkategorikan suatu wilayah berdasarkan fungsinya. Zoning

9
bukan semata-mata hanya aturan. Aturan ini mempunyai fungsi signifikan terhadap tata letak dan
pengaturan sebuah kota agar rapi dan nyaman untuk ditinggali. Berikut ini pembagian wilayah di
rumah yang menggunakan system zonasi:

 Zona Publik
Arca yang bisa diakses dan dilihat oleh orang luar. Orang luar ini adalah mereka yang tinggal
di luar rumah kita dan bukan bagian dari anggota keluarga seperti tetangga orang asing yang
lewat depan rumah.
Contoh: teras, halaman, pagar rumah, dan bagian selokan depan rumah.

 Zoning Semi Publik


Area yang bisa diakses oleh orang har namun tetap dilimit pengunjungnya. Area ini biasanya
eksklusif hanya untuk kebutuhan penting yang disetujui atas izin dari pemilik rumah Area area
ini seringkali didatangi oleh keluarga, tamu, teman dekat, atau tetangga yang mampir ke rumah.
Contoh: ruang tamu, nang keluarga, ruang makan.

 Zona Privasi
Arca pribadi yang dimiliki oleh penghuni rumah. Area ini sangat personal dan tidak bisa
diakses oleh sembarang orang, bahkan anggota keluarga ini. Zona ini menjadi area yang dikuasai
secara mutlak oleh pemilik ruangan.
Contoh: kamar tidur, kamar mandi pribadi, area untuk mengganti pakaian.,ruang untuk menyusui
bayi dan juga tempat ibadah.

2.5.1 Zoning Rumah Adat Jawa Tengah

a. Emperan merupakan ruang tamu, tempat menjamu orang luar.


b. Dalem atau Bagian rumah khusus untuk keluarga & kerabat terdekat, bisa juga
menjadi ruang makan.
c. Senthong (Kamar), Senthong yang dibagi ,menjadi tiga, yaitu Kiwo (Kiri), Tengen
(Kanan), Tengah.
d. Senthong Kiwo, diperuntukkan untuk gudang (alat-alat pertanian, sepeda, beras dll.).

10
e. Senthong Tengen, biasanya menjadi kamar yang Empu/memiliki rumah.
f. Senthong Tengah, kamar kosong yang biasanya mejadi tempat menyimpan
pusaka/benda-benda keramat, benda-benda peninggalan moyang. Kadang juga
dikenal dengan nama Sepen (dari kata Sepi, Nyepi) untuk berdoa, bertapa/semedi,
atau juga nama Kobongan dari kata "Obong" (bakar), sebagai tempat membakar
dupa dansesajen
Senthong Tengah ini tempat paling private lah kalau kata orang sekarang.

2.5.2 Zoning Rumah Adat Jawa Timur

a. Pendapa, difungsikan sebagai tempat melakukan aktivitas yang sifatnya formal (pertemuan,
upacara, pagelaran seni dan sebagainya). Meskipun terletak di bagian depan, pendapa bukan
merupakan ruang penerima yang mengantar orang sebelum memasuki rumah. Jalur akses
masuk ke rumah yang sering terjadi adalah tidak dari depan melalui pendapa, melainkan justru
memutar melalui bagian samping rumah.
b. Pringgitan, lorong penghubung (connection hall) antara pendapa dengan omah njero. Bagian
pringgitan ini sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit / kesenian / kegiatan
publik.
c. Emperan adalah teras depan dari bagian omah-njero. Teras depan yang biasanya lebarnya
sekitar 2 meter ini merupakan tempat melakukan kegiatan umum yang sifatnya nonformal.
d. Omah njero, kadang disebut juga sebagai omah-mburi, dalem ageng atau omah. Kata omah
dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu
sebagai sebuah unit tempat tinggal.

11
e. Senthong-kiwa, dapat digunakan sebagai kamar tidur keluarga atau sebagai tempat
penyimpanan beras dan alat bertani.
f. Senthong tengah (krobongan), sering juga disebut sebagai boma, pedaringan, atau krobongan.
Dalam gugus bangunan rumah tradisional Jawa, letak senthong-tengah ini paling dalam, paling
jauh dari bagian luar. Senthong-tengah ini merupakan ruang yang menjadi pusat dari seluruh
bagian rumah. ruang ini seringkali menjadi “ruang pamer” bagi keluarga penghuni rumah
tersebut.Sebenarnya senthong-tengah merupakan ruang yang sakral yang sering menjadi
tempat pelaksanaan upacara / ritual keluarga. Tempat ini juga menjadi ruang penyimpanan
benda-benda pusaka keluarga penghuni rumah.
g. Senthong-tengen, fungsinya sama dengan sentong kiwa.
h. Gandhok, bangunan tambahan yang mengitari sisi samping dan belakang bangunan inti.

2.5.3 Zoning Rumah Adat Jawa Barat

a. Ruangan paling depan bawah atap, disebut Balandongan, berfungsi untuk menambah kesejukan
bagi penghuninya di dalam rumah.
b. Ruangan depan dalam rumah disebut "tepas''.
c. Enggon, sering digunakan sebagai tempat pelaksanaan upacara adat, ritual keagamaan, atau
acara-acara kebudayaan lainnya.
d. Tengah Imah merupakan bagian ruangan yang berukuran cukup luas yang dipergunakan sebagai
tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga di rumah itu.
e. Goah tempat penyelenggaraan upacara keagamaan atau pemujaan.
f. Pawon atau dapur.
g. Ruangan yang disebut "pangkeng", dipergunakan sebagai tempat tidur.

2.6 Unsur Pembentuk Ruang Interior dan Arsitektur Jawa


Elemen pembentuk ruang interior adalah unsur-unsur yang harus ada dalam interior, satu
dan yang lainnya saling ketergantungan. Apabila salah satu di antaranya tidak ada maka ia
bukanlah interior. Karena ketika satu elemen ini hilang ruangan tidak bisa berfungsi dan dapat
dipergunakan dengan baik. Elemen pembentuk ruang interior diantaranya meliputi elemen lantai,
dinding dan plafon (ceiling).

12
A. Rumah Adat Jawa Tengah

 Penggunaan Atap

Bagian atap rumah joglo terbuat


dari genteng dari tanah liat. Selain
itu, masyarakat tradisonal juga
menggunakan ijuk, jerami, atau
alang-alang untuk membuat atap.
Penggunaan bahan-bahan dari alam
dengan atap yang tinggi membuat
penghuni merasa sejuk dan nyaman
untuk ditempati. Sirkulasi udara di
rumah joglo juga sangat baik. Atap
yang dibuat bertingkat-tingkat juga menyimpan makna sendiri. Ketinggian atap joglo yang
bertahap memiliki hubungan dengan pergerakan manusia dengan udara yang dirasakan olehnya
sendiri.

 Gebyok Sebagai Partisi

Gebyok berfungsi sebagai dinding atau penyekat antar ruang tamu dan ruang belakang yang
dipakai sebagai ruang privasi. Pemanfaatannya kini berkembang mulai dari pintu gerbang,
elemen interior di sebuah bangunan, dan hiasan semata. Yang menjadikan gebyok istimewa
adalah tetap abadi di sepanjang masa.

 Elemen Batu Bata Merah

Rumah yang dibangun dengan menggunakan batu bata merah yang kokoh mencontek gaya
rumah limasan. Meski terlihat sederhana, tetap terlihat indah dan unik. Penggunaan bata merah
mudah ditemukan bahan baku pembuatannya. Selain itu material bata merah juga memberikan
estetika, filosofi dan segi-segi kepercayaan tradisional lainnya.

 Alami dengan Kayu Ekspos

Bahan utama untuk membuat rumah adat Jawa Tengah lazimnya adalah kayu. Berbagai jenis
kayu dapat digunakan untuk membuat rumah modern berpadu rumah adat joglo Jawa Tengah.
Tanaman- tanaman yang biasa digunakan pada zaman dahulu adalah jati, sengon, dan batang
pohon kelapa.

Kayu jati selalu menjadi primadona untuk dijadikan bahan utama dalam pembuatannya.
Ketahanan, keawetan, dan kekuatan kayu jati membuat kayu jati menjadi pilihan pada saat itu.
Rumah joglo yang terbuat dari kayu jati bahkan masih bisa bertahan hingga sekarang.

13
B. Rumah Adat Jawa Timur

Biasanya rumah adat Jawa Timur dikenal dengan istilah rumah joglo yang umumnya berbentuk limasan
atau dara gepak. Ada sejumlah wilayah yang masih mempertahankan ciri khas rumah adat joglo ini.
Diantaranya daerah Ponorogo lalu di daerah Situbondo dan dikenal rumah adat Jawa timur Situbondo.
Secara umum rumah joglo dibangun dari kayu jati karena kualitas kayunya yang kuat.

Bangunan rumah joglo yang berasal dari Jawa Timur memiliki beberapa ciri khas Khusus pada bangunan
tersebut. Pada umumnya rumah joglo dibangun dari kayu jati dikarenakan kualitas kayu yang kuat.

C. Rumah Adat Jawa Barat

14
Bahan-bahan material yang digunakan untuk membangun rumah adat Jawa Barat ini adalah bahan alami
seperti kayu, bambu, daun kelapa, ijuk, batu dan juga tanah.

 Kepala (hulu), bagian terhormat, mulia dan agung ini dalam struktur bangunan berbentuk atap
yang tersusun atas dua komponen yaitu kuda-kuda dan langit- langit. Atap rumah biasanya
terbuat dari kayu dan juga bambu.
 Badan (awak), bagian tengah dalam bangunan rumah adat Jawa Barat ini digunakan sebagai
tempat tinggal manusia dan pusat dunia yang bermakna. keseimbangan. Kerangka dari rumah
bagian tengah tersusun atas dinding dan lantai.
 kaki (suku), berada di posisi paling bawah pada bangunan rumah, posisi ini adalah tanah yang
merupakan simbol kematian. Oleh sebab itu lantai dari rumah tidak menempel langsung dengan
tanah dan ditinggikan dengan umpak.

2.7 Ornamen Hias Interior dan Arsitektur Jawa


 JAWA TENGAH

15
16
17
JAWA TIMUR

 ORNAMEN UNTUK PLAFON

 ORNAMEN UNTUK DINDING

 ORNAMEN UNTUK PAGAR

18
JAWA BARAT

19
2.8 Pengertian dan Konsep Arsitektur Bali
Dalam pemahaman arsitektur tradisional Bali, bangunan dianggap memiliki
kesetaraan dengan manusia, oleh karena itu bangunan terdiri dari jiwa dan badan fisik. Jiwa
menghidupkan arsitektur tersebut dengan dianalogikan sebagai maknanya, sedangkan
bentuk badan fisiknya merupakan ekspresinya. Makna dari jiwa dalam arsitektur memiliki
posisi yang sagat penting dan menjadi landasan filosofi untuk menciptakan sebuah bentuk
atau image arsitektur. Arsitektur Bali sebagai perwujudan ruang secara turun menurun dapat
meneruskan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam masyarakat sesuai dengan pandangan
dan idealismenya.
Karya Arsitektur tradisional Bali mencerminkan aktivitas pemiliknya, maka modul
ruang dan bentuk diambil dari ukuran tubuh manusia dan aktivitas pemiliknya. Di dalam
arsitektur tradisional Bali, terkandung unsur-unsur yang meliputi peraturan tradisional, baik
tertulis maupun lisan. Adapun ahli bangunan tradisional seperti Undagi, Sangging, Tukang,
Pelukis, serta Pendeta. Ini mencerminkan komplesitas rancangan arsitektur dan totalitas

20
integratif. Pada arsitektur tradisional Bali terdapat 3 klasifikasi fungsi bangunan yang
masing masing memiliki hirarki sebagai berikut:
 Hirarki makna utama, bangunan yang berfungsi sebagai peribadatan dan pada dasarnya
sebagai tempat pemujaan dan berbakti kepada Tuhan dan leluhur dalam rangka menguatkan
dan meperdayakan hidup ini agar manusia hidup mejadi lebih baik.
 Hirarki makna madya, bangunan yang berfungsi sebagai perumahan untuk tempat hunian
dengan segala aktivitas dan interaksinya agar manusia dapat mengembangkan potensi dan
profesinya secara profesional dan optimal secara serasi selaras dan seimbang.
 Hirarki makna nista, bangunan yang berfungsi sebagai wadah untuk melakukan aktivitas
secara berkelompok atau bersama dalam suatu wilayah tertentu baik ditingkat lingkungan
maupun desa, berfungsi sebagai fasilitas umum dan fasilitas budaya bagi anggota
masyarakat.

Konsep Tri Hita Karana adalah konsep desain dari arsitektur Bali yang memilki
filosofi keseimbangan antara Tuhan, manusia, dan alam. Selain itu juga bermakna sebagai 3
penyebab kesejahteraan dalam kehidupan. Dalam konsep ini terdapat 3 unsur:
 Parahyangan merupakan hubungan yang terjalin antara manusia dengan Tuhan.
Parahyangan menegaskan bahwa manusia diharapkan senantiasa menghaturkan sujud bakti
kepada sang pencipta alam semesta beserta isinya.
 Pawongan yaitu hubungan harmonis dengan sesama manusia. Pawongan menekankan
hubungan yang harmonis antara sesama manusia yang dapat diwujudkan dalam keluarga,
hubungan dalam persahabatan, maupun hubungan dalam pekerjaan.
 Palemahan yaitu hubungan harmonis dengan alam lingkungan. Palemahan menekankan
hubungan antar manusia dengan alam, mencakup tumbuhtumbuhan, binatang, dan lainnya

2.9 Tipologi dan Morfologi Interior dan Arsitektur Bali


Dalam bidang arsitektur, tipologi dan morfologi sangat berperan penting. Konsep
morfologi merupakan studi mendasar dalam melihat dan memilah komponen atau
pemikiran tentang bentuk dan struktur ruang serta lingkungan binaan terhadap suatu
kawasan kemudian mengklasifikasikannya kedalam berbagai tipe. Morfologi juga sangat
berkaitan dalam merencanakan dan membangun lingkungan secara fungsional terhadap
21
aktivitas manusia. Sedangkan tipologi adalah kegiatan klasifikasi atau pengelompokan
karya arsitektural dengan kesamaan ciri-ciri atau totalitas kekhususan yang diciptakan oleh
suatu masyarakat atau kelas sosial yang terkait dengan ke-permanen-an dari karakteristik
yang tetap atau konstan.
Kemudian adapun pengaplikasian tipologi dan morfologi ini ke dalam arsitektur
Bali, contohnya yaitu:
 Tipologi: Bangunan perumahan tradisional yang digolongkan utama, madya, dan
sederhana, masing-masing ada pula tingkatnya. Tipe terkecil untuk bangunan perumahan
adalah sakepat, bangunan bertiang empat. Tipenya lalu membesar bertiang enam, bertiang
delapan, bertiang sembilan dan bertiang duabelas.
 Morfologi: pada dasarnya arsitektur Bali memiliki ciri khas dengan ukiran dan warna
yang dominan dengan abu abu dan oranye. Serta memiliki halaman depan yang cukup lebar
di setiap rumah. Hal itu bertujuan untuk tempat diadakan acara atau event-event tertentu
yang ada pada kebudayaan Bali, bukan hanya halaman depan yang lebar, rumah hunian di
Bali rata-rata memiliki halaman keseluruhan yang luas. Selain itu, pada setiap rumah hunian
yang beragama Hindu memiliki tempat untuk beribadah yang disebut dengan Pura. Pura
berukuran beragam yang biasanya diletakkan di depan atau samping rumah. Hal tersebut
dibuat dengan menyesuaikan tempat yang ada. Akan tetapi, di bangunan-bangunan umum
harus memiliki setidaknya satu pure kecil.

2.10 Zoning dan Organisasi Ruang Interior dan Arsitektur Bali


Organisasi tata ruang atau organisasi ruang adalah pembagian tata ruang pada
bentukan yang sudah ada. Setiap jenis organisasi ruang didahului oleh yang membicarakan
karakter bentuk, hubungan-hubungan ruang, dan tanggapan lingkungan berdasarkan
kategori tersebut. Pentingnya pembagian ruang dalam rumah atau bangunan, karena setiap
ruang terdapat fungsi sesuai dengan karakteristik ruang tersebut. Adapun pembagian
ruangan dalam rumah:
1. Zona Publik Zona publik merupakan bagian-bagian ruangan dalam rumah yang bisa
digunakan oleh semua orang, termasuk tamu. Misalnya ruang tamu, teras, taman dan car
port.

22
2. Zona Semi Publik Zona semi publik adalah bagian ruangan dalam rumah yang
penggunaannya harus seizin dari pemilik rumah khususnya bagi tamu. Misalnya ruang
keluarga, ruang belajar/ruang kerja, dan ruang makan.
3. Zona Privat Zona privat merupakan bagian ruangan dalam rumah yang digunakan secara
khusus oleh anggota keluarga utuk kegiatan-kegiatan tertentu. Penggunaannya tentu harus
seizin dari pemilik/penghuni ruangan 5 tersebut. Contoh zona privat yaitu kamar tidur,
kamar mandi, dan mushola.
Zoning Bali Zoning bangunan didasarkan pada analisa tata ruang arsikektur
tradisional Bali, yang dikenal dengan konsep sanga mandala, yang secara garis besar ruang
terbagi dalam: utama, madya dan nista.
a. Utama
Tergolong kedalam jenis ruang private, biasanya ditempatkan untuk ruang tidur dan
kegiatan keagamaan (pamerajan). Dalam perencanaan hotel resort ini, akan
ditempatkan ruang menginap (guest room) sesuai dengen tuntutan fungsinya yang
membutuhkan privacy tinggi.
b. Madya
Ruang madya terletak antara ruang utama dan nista, dalam zoning tersebut. biasanya
terletak bangunan yang dinamakan Bale/ semanggen yang berfungsi untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari (working area). Dalam perencanaan hotel resort ini
diperuntukkan bagi fasilitas kegiatan pengelola.
c. Nista
Dalam konsep arsitektur tradisional Bali, zoning ini tergolong kedalam jenis ruang
yang paling rendah nilainya. Dalam zoning tersebut biasanya di bangun fasilitas
pelayanan. Dalam perencanaan hotel resort ruang ini diperuntukkan bagi fasilitas
kegiatan service dan rekreasi.

Bangunan di Bali memiliki Gapura Bentar yang ada di pintu masuk. Gapura dengan
ukiran serta relief yang membuatnya terlihat sangat unik seperti candi. Bentuknya seperti
dua candi kembar yang saling berhadapan, sehingga disebut sebagai Candi Bentar. Dari
pintu masuk itulah anda akan memasuki area bagian dalam dari bangunan tersebut. Ada
beberapa keunikan rumah adat Bali yang perlu anda ketahui, sebagai berikut :

23
- Mempunyai banyak bangunan yang terpisah dengan nama yang berbeda
- Memiliki makna pada setiap letak maupun ukirannya
- Berbentuk persegi panjang atau persegi

Contoh zoning dan organisasi ruang ini lebih berfungsi sebagai fasilitas umum dan
fasilitas sosial budaya bagi anggota masyarakat, jenisnya antara lain sebagai berikut:
 Angkul-angkul merupakan bangunan yang menyerupai gapura yang memiliki
fungsi sebagai pintu masuk. Yang menjadi pembeda angkul-angkul dengan
bangunan lainnya yaitu bangunan ini memiliki atap pada bagian pintu masuknya.
 Bale gede adalah ruangan yang berukuran paling besar di rumah adat dari Bali.
Bangunan ini memiliki desain yang mewah sehingga berfungsi untuk perayaan
upacara adat tidak hanya bersama keluarga tapi juga masyarakat sekitar.
 Bale Meten merupakan bangunan yang diperuntukan untuk kepala keluarga. Selain
itu, bagian ini juga diperuntukan sebagai tempat tinggal keluarga. Letaknya di
sebelah utara dari bale gede dengan bentuk persegi panjang.
 Sanggah/ Pura Keluarga Sanggah/Merajan/Pura keluarga meruapakan tempat
beribadah atau berdoa bagi umat Hindu. Terletak di sebelah timur laut dari rumah
adat. Disetiap rumah umat Hindu di Bali tentunya memiliki sanggah/merajan ini.
 Baleh dauh merupakan salah satu bangunan yang biasanya digunakan sebagai ruang
tamu atau bangunan untuk tempat tinggal. Biasanya, bale dauh ini difungsikan
untuk tempat tidur anak remaja laki-laki. 8 Letaknya disebelah barat, dengan
tingginya yang harus lebih rendah dari bale meten.
 Bale Sakepat merupakan nama rumah adat masyarakat bali dengan bentuk segi
empat dengan empat tiang atau sake. Bangunan ini difungsikan sebagai tempat
bersantai para anggota keluarga.

2.11 Unsur Pembentuk Ruang Interior dan Arsitektur Bali


Hunian pada masyarakat Bali, ditata menurut konsep Tri Hita Karana. Orientasi
yang digunakan menggunakan pedoman-pedoman seperti tersebut diatas. Sudut utara-timur
adalah tempat yang suci, digunakan sebagai tempat pemujaan, Pamerajan (sebagai pura

24
keluarga). Sebaliknya sudut barat-selatan merupakan sudut yang terendah dalam tata-nilai
rumah, merupakan arah masuk ke hunian.
Pada pintu masuk (angkul-angkul) terdapat tembok yang dinamakan alingaling,
yang berfungsi sebagai penghalang pandangan ke arah dalam (untuk memberikan privasi),
tetapi juga digunakan sebagai penolak pengaruh-pengaruh buruk. Pada bagian ini terdapat
bangunan Jineng (lumbung padi) dan paon (dapur). Berturut-turut terdapat bangunan-
bangunan bale tiang sangah, bale sikepat/semanggen dan Umah meten. Tiga bangunan (bale
tiang sanga, bale sikepat, bale sekenam) merupakan bangunan terbuka.
Ditengah-tengah hunian terdapat natah (court garden) yang merupakan pusat dari
hunian. Umah Meten untuk ruang tidur kepala keluarga, atau anak gadis. Umah meten
merupakan bangunan mempunyai empat buah dinding, sesuai dengan fungsinya yang
memerlukan keamanan tinggi dibandingkan ruang-ruang lain (tempat barang-barang
penting & berharga). Hunian tipikal pada masyarakat Bali ini, biasanya mempunyai
pembatas yang berupa pagar yang mengelilingi bangunan/ruang-ruang tersebut diatas.
Komponen dan penataan ruang harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis
sebagai berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding

1) Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk


pengaturan sirkulasi udara
2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap

2.12 Ornamen Hias Interior dan Arsitektur Bali

25
Dalam budaya masyarakat Bali terdapat Asta Kosala Kosali yang digunakan untuk
mengatur tata letak dan tata bangunan rumah atau tempat suci yang berada di Bali. Hal ini
mengarah pada harmonisasi hidup antara penghuni rumah dengan lingkungannya. Selain
itu, terdapat juga beberapa ornamen yang memiliki fungsi dan makna tersendiri apabila
diletakkan pada bangunan. Pada umumnya, ornamen pada bangunan Bali menampilkan
ragam flora dan fauna.
1. Flora
Ornamen diambil dari bentuk dasar tumbuhan seperti jalur daun, bunga, putik,
dan rating. Bentuk-bentuk tumbuhan tersebut dirangkai secara berulang-ulang
dan biasanya ditampilkan sebagai ragam hias. Contoh ornamen dengan tema
flora berupa pepatraan dan keketusan.
• Pepatraan Pepatraan memiliki makna sebagai pelindung manusia dari rasa
takut, panas dan haus dan memberikan kenyamanan bagi manusia yang tinggal
di wilayah yang dihiasi pepatraan. Beberapa jenis pepatraan yang ada berupa:
A. Patra Sari Patra Sari dapat dikenali dengan bagian sari bunga dan
diaplikasikan pada bidang-bidang yang sempit pada bangunan. Bentuk patra
sari berasal dari bentuk tumbuhan dengan jenis batang yang menjalar dan
melingkar-lingkar. Ciri dari ornamen patra sari adalah sari bunga yang
mendominasi atau menjadi pusat karya dan dilengkapi dengan lengkungan
batang yang menjalar
B. Keketusan Makna dari ornamen keketusan yaitu mengikat sifat positif seperti
hidup rukun, damai sejahtera di dunia maupun akhirat dan kebutuhan
sandang, pangan, papan yang terpenuhi. Ciri dari ornamen ini yaitu
mengambil suatu bagian penting dari bentuk tumbuhan kemudian diolah dan
dipolakan berulang. Dalam penyusunan pola 14 keketusan memperhatikan
ritme dan proporsi sehingga ornamen terlihat harmonis. Beberapa contoh
dari keketusan yaitu Ornamen keketusan batun timun yang bentuknya
diambil dari stiliran biji mentimun yang disusun tidak searah dan
ditambahkan pola-pola organik.
2. Fauna

26
Ornamen diambil dari berbagai macam bentuk binatang dan
umumnya dikombinasikan dengan bentuk flora. Ukiran fauna pada bidang
relief di dinding biasanya menerapkan kisah rakyat atau legenda mengenai
dunia binatang. Binatang yang biasanya digunakan umumnya berkaitan
dengan ceita agama atau kepercayaan masyarakat Bali seperti burung, singa,
gajah, dan lainnya. Contoh ornamen berbentuk fauna berupa kekarangan.
• Kekarangan
Makna dari kekarangan yaitu sebagai simbol kekuatan alam yang
hidup di dunia sehingga bangunan dipercaya dapat terjauh dari kekuatan
gaib. Bentuk dasar kekarangan menyerupai fauna khayalan dan terkadang
cenderung abstrak. Umumnya, kekarangan berbentuk bagian kepala fauna
yang distilir/dideformasi dan juga ada yang dikombinasikan dengan ornamen
flora. Ornamen ini biasanya diletakkan pada bagian sudut atau bagian tengah
dari bangunan rumah/ rumah adat/bangunan suci.

BAB III
PENUTUP

27
3.1 Kesimpulan
Dalam hal penataan interiornya, rumah Jawa selalu berorientasi pada klasifikasi simbolik
yang didasarkan atas dua, empat, dan delapan. Pandangan tentang klasifikasi dua yang sering
dimanifestasikan dengan kiwa-tengen, atasbawah, loroning atunggal selalu dipadukan dengan
sesuatu yang lebih besar dan absolut. Pandangan tersebut bukan merupakan suatu pertentangan,
melainkan hubungan antara dua yang berbeda namun harmonis. Konsepsi simetri di dalam
penataan elemen interior, menunjukkan adanya makna keselaran, Konsepsi tersebut merupakan
manifestasi dari makna keseimbangan dengan tujuan untuk mencapai keselarasan hidup, yaitu
hidup selaras dengan sesamanya, hidup selaras dangan alam, dan hidup selaras dengan
Tuhannya.

Kebudayaan Bali merupakan kebudayaan yang berwajah natural dar berjiwa ritual.
Jiwa ritual dipengaruhi oleh sistem religi Hindu yang datang dari India. Hal ini sangat
memengaruhi pembentukan elemenelemen arsitekturnya. Setiap corak, pembentukan ruang,
elemen, dan ragam hias memiliki filosofi yang pada hakikatnya merupakan bentuk
penghormatan dan penghargaan terhadap alam dan Pencipta.

DAFTAR PUSTAKA
28
Sunarmi, ”Arsitektur dan Interior Tradisional Untuk Matakkuliah
Arsitektur dan Interior Nusantara I ”, Bahan Ajar Untuk Prodi Desain
Interior, 2006.

https://id.scribd.com/presentation/399550646/Rumah-Adat-Julang-
Ngapak

https://www.lamudi.co.id/journal/rumah-adat-suku-dayak/

https://www.rumahkayumanado.com/rumah-toraja/

https://www.gramedia.com/literasi/rumah-adat-jawa-barat/

https://www.scribd.com/document/618352897/Makalah-Innus-1

https://images.app.goo.gl/pgco6QzxhmJie9qw9

https://images.app.goo.gl/9NCPbREHCghbcHxa7

https://images.app.goo.gl/wAEpxcKSXTiFLUB87

https://images.app.goo.gl/iDkZrN2SDRLa6A1H7

https://images.app.goo.gl/iWaRUrzRmJa9rRnj9

https://images.app.goo.gl/JPruojNdkC2JR53s5

https://id.scribd.com/presentation/486042845/Tipologi-dan-Morfologi-
Arsitektur

https://www.scribd.com/document/618352897/Makalah-Innus-1

Sagimin. M.D .. Pandangan Umum Tentang Aristektur Tradisional.


Makalah dalam Penataran Tenaga Peneliti/Penulis Daerah Seluruh
Indonesia. 17 s/d 24 Mei 1981. Cisarua Bogar.

Herwindo, R. P (2016). Dialog Pengembangan Potensi Bentuk dan Ruang


Pada Arsitektur Tradisional Indonesia dengan Konteks Masa Kini dan

29
Mendatang. Prosising Seminar Nasional Jelajah Arsitektur Nusantara, 1-
12.

Ilham, A. N., Sofyan, A. (2012). Tipologi Bangunan Rumah Tinggal Adat


Sunda Di Kampung Naga Jawa Barat. J. Tesa Arsitektur, 10(1) : 1-8.

Budiwiyanto, Joko. 2007.Bentuk dan Fungsi Ragam Hias pada Pendapa


Keraton Kasunanan Surakarta, dalam Gelar, Surakarta, STSI Press

Dakung, Sugiyarto. 1982/1983.Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa


Yogyakarta, Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah,

Widagdo, Jati. 2022.Ornamen Tradisional:Bentuk,Sejarah dan


Karakternya,Kampus UNISNU Jepara

Hamzuri (tt): Rumah Tradisional Jawa;Proyek Pengembangan


Permuseuman DKI JakartaDepartemen Pendidikan dan
Kebudayaan;Jakarta

Ismamundar K., R. (1997): Joglo: Arsitektur Rumah Tradisional Jawa;


cet. 5; Dahara Prize; Semarang

Ronald, Arya (1997); Ciri-ciri karya Budaya di balik Keagungan Rumah


Jawa; cet.-2; penerbit Univ. atma Jaya; Yogyakarta

Santosa, Revianto Budi (2000): Omah: Makna Rumah Jawa; Bentang;


Yogyakarta

Saputra, Muhammad Anggy. Sejarah Perkembangan Interior Bali.


https://www.scribd.com/document/536698966 Sejarah-Perkembangan-
Interior-Bali

10 Bagian Rumah Adat Bali dan Filosofi Arsitekturnya. (2023).


https://www.rumah.com/panduan-properti/mengenal-rumah-adat-bali-
untuk-inspirasi- hunian-anda-13512

Keunikan Rumah Adat Bali Lengkap dengan Nama dan Gambar. (2022).
https://www.lokerbali.info/blog/keunikan-rumah-adat-bali-lengkap-
dengan-nama- dan-gambar

30
(2021). bangunan-bali-3/
https://student-activity.binus.ac.id/himdi/2021/04/15/ornamen-pada-

https://images.app.goo.gl/86WAov4KQM8iycF58

https://www.haibunda.com/parenting/20220215002503-61-266989/9-
nama- bangunan-di-kompleks-rumah-adat-bali-bisa-diperkenalkan-ke-si-
kecil

https://arsitekturberkelanjutan.wordpress.com/2010/05/06/163/

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MKFIS/article/view/1170/1033

https://www.tuliskan.id/rumah adat/bali

"Arsitektur Etnik Dan Aplikasinya Dalam Arsitektur Kekinian" 19 April


2016 I Makna Dan Konsep Arsitektur Tradisional Bali Serta Aplikasinya
Dalam Arsitektur Bali Konsep Dan Makna Arsitektur Tradisional Bali
Dan Aplikasinya Dalam Arsitektur Bali I Nyoman Susanta a
susanta.nyoman@yahoo.com I Wayan Wiryawan b wiryawan
1604@gmail.com a.b: Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Udayana

I Kadek Merta Wijaya, Konsepsi Natah dan Lebuh sebagai "Ruang


Keseimbangan"
Buku Arsitektur Tradisional Bali I Nyoman Suendi

31

Anda mungkin juga menyukai