Anda di halaman 1dari 16

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari
level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke
level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk
kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Berbeda dengan Seni Murni yang hanya bias
dikembangkan dan di nikmati keindahannya saja. Seni murni mengutamakan sifat estetikanya
dibandingkan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu dari hasil karya Asitektur adalah arsitektur rumah tradisional. Arsitektur ini
ditumbuh kembangkan oleh suatu masyarakat tertentu tanpa arsitek yang merupakan
cerminan kehidupan social masyarakat suatu daerah. Lebi jauh lagi arsitektur rumah tradisional
ada yang hadir berdasarkan suatu komunitas yang mempunyai pola kehidupan sosial yang kuat
dalam memegang teguh adat. Jadi karya arsitektur dibuat berdasarkan tradisi dalam hukum
adat yaitu adanya aturan-aturan tertentu dalam estetika bentuk rupa, ruang dan tata cara
membangun rumah secara tradisi.

Foster (1989: 8) mengemukakan bahwa arsitektur suatu komunitas masyarakat lebih


merupakan cerminan kehidupan bersamanya yang berkaitan dengan tempat dan waktu tertentu,
bila dibandingkan dengan hasil yang berupa bentuknya. Bukan tanpa alasan yang kuat, bahwa
setiap desain merupakan usaha yang keras dalam menghasilkan bentuk rupa bangunan dengan
memperhatikan konteks lingkungan dimana bentuk tersebut hadir dalam konteks lingkungan, akan
diserap oleh arsitek dengan pengalaman dan ide-ide yang dikemukakannya.

Jadi pengaruh lingkungan pada ruang dimana karya arsitektur didirikan sangat berperan
terhadap pencetusan ide-ide dari sebuah desain arsitektur, seperti halnya rumah tradisional,
selain dibentuk dan dikomposisikan berdasarkan aturan adat juga berdasarkan bahan-bahan
yang ada di alam. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan Betsky (2000) bahwa alam merupakan

1
sebuah lingkungan yang rumit yang memiliki wujud yang tak terbatas dan sulit untuk
didefinisikan, sehingga arsitektur harus bisa memberikan cara atau jalan agar manusia mampu
merasakan tempat tinggalnya atau ‘home’, dimana dalam ilmu merancang terdapat adanya
unsur-unsur seni seperti estetika bentuk, rupa dan ruang, cahaya, komposisi, irama dan lain-lain
yang berperan terhadap keberhasilan sebuah kaya arsitektur.

Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya
yang berupa fisik dapat dirasakan oleh panca indra kita, dapat dilihat, dirasakan secara
langsung. Salah satunya adalah arsitektur tradisional yang berupa bentuk rumah tradisional
yang beragam dan tersebar di seluruh nusantara. Dalam arsitektur tradisional di tiap daerah di
nusantara selalu ada yang menjadi ciri khusus baik dilihat dari material dan bentuknya sebagai
identitas local yang khas daerah tersebut.

Seiring perjalanan waktu ada indikasi bahwa terjadi perubahan bentuk rumah
tradisional menuju arah bentuk rumah masa kini. Seperti dikatakan Broadbent (1973)
tranformasi adalah perubahan dan tranformasi bentuk rumah tradisional terkadang masih
mempertahankan budaya setempat, baik dalam mempertahankan bentuk maupun dari segi
bahan. Saat ini dalam membuat rumah tidak disadari oleh kita bahwa ada beberapa
diantaranya mengacu pada pada prinsip rumah tradisional.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa perbedaan antara Pendidikan Arsitektur dengan Seni Murni?


2. Bagaimana Struktur dan Konstruksi rumah Tradisional yang ada di Indonesia?
3. Bahan atau material apa saja yang biasa digunakan untuk membangun rumah adat?
4. Megapa rumah Tradisional tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan gempa?

2
1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk :
1. Mengetahui perbedaan antara Pendidikan Arsitektur dengan Seni Murni
2. Mengetahui struktur dan Konstruksi rumah Tradisional yang ada di Indonesia
3. Mengetahui Bahan atau material yang biasa digunakan untuk membangun rumah adat
4. Mengetahui sebab mengapa rumah tradisional tahan gempa

1.4 Kegunaan

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengetahuan lebih rinci tentang
perbedaan Arsitektur dan Seni Murni serta Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional yang
ada di Indonesia. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penyusun, sebagai wahana penambahan pengetahuan Tentang Pengertian Arsitektur
serta Struktur Rumah Tradisional Indonesia
2. Pembaca/dosen, sebagai media informasi tentang Pengertian Arsitektur serta Struktur
Rumah Tradisional Indonesia

1.5 Prosedur Makalah

Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang


digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penyusun akan menguraikan
permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini
dikumpulkan dengan menggunakan yakni studi pustaka, internet, artinya menyusun
mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema
makalah.

3
BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih
luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai
dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga
ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga
merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Menurut Vitruvius di dalam bukunya
De Architecturaarsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga
unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern,
arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat
dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika
maupun psikologis.

Adapun maksud dari pendidikan Arsitektur yaitu suatu pendidikan yang mewadahi
peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memilik kemampuan akademik dalam
menerapkan, mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan Arsitektur
serta menyebarluaskan dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup
Masyarakat.

2.2 PENGERTIAN SENI MURNI

Seni murni adalah seni yang dikembangkan untuk dinikmati keindahannya. Seni murni
mengutamakan sifat estetikanya dibandingkan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh adalah lukisan, kaligrafi, dan patung. Berbeda dengan seni terapan, seni murni
tidak untuk dimanfaatkan sebagai alat bantu lain. Yang dimanfaatkan pada seni ini adalah nilai
keindahannya. Menurut sejarah, 5 seni murni terbesar adalah lukisan, patung, arsitektur, musik
dan puisi dengan seni seni minor termasuk drama dan tari. akhir-akhir ini, Seni Murni biasanya
termasuk bentuk seni visual dan seni perform. bagaimanapun, dalam beberapa lembaga-
lembaga belajar atau musium seni murni. Seni murni sering dikaitkan dengan bentuk seni visual

4
2.3 PERBEDAAN PENDIDIKAN ARSITEKTUR DENGAN SENI MURNI

Menurut marcus Vitruvius polio, ada 3 dasar pemikiran Arsitek, yaitu Utilitas, Fermitas
dan Venustas. Utilitas bias diartikan sebagai fungsimaksudnya disini ialah arsitek harus
mengetahui kegunaan bangunan yang akan ia desain. Fimitas berarti sebagai kekokohan. Jadi
fermatas berkaitan dengan struktur. Sedangkan Venustas berkaitan dengan keindahan atau
estetika.

Sedangkan seni murni hanya mempunyai dasar pemikiran Venustas, yaitu hanya
mementingkan keindahan saja daripada kegunaanya.

2.4 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL INDONESIA

Rumah Adat Jawa Timur

Rumah Joglo

Rumah adat Jawa Timur Joglo dasar


filosofi dan arsitekturnya sama dengan rumah
adat di Jawa Tengah Joglo. Rumah adat Joglo
di Jawa Timur masih dapat kita temui banyak
di daerah Ponorogo. Pengaruh Agama Islam
yang berbaur dengan kepercayaan animisme,
agama Hindu dan Budha masih mengakar kuat
dan itu sangat berpengaruh dalam
arsitekturnya yang kentara dengan filsafat
sikretismenya.

Rumah Joglo umumnya terbuat dari kayu Jati. Sebutan Joglo mengacu pada bentuk
atapnya, mengambil stilasi bentuk sebuah gunung. Stilasi bentuk gunung bertujuan untuk
pengambilan filosofi yang terkandung di dalamnya dan diberi nama atap Tajug, tapi untuk
rumah hunian atau sebagai tempat tinggal, atapnya terdiri dari 2 tajug yang disebut atap
Joglo/Juglo / Tajug Loro. Dalam kehidupan orang Jawa gunung merupakan sesuatu yang tinggi
dan disakralkan dan banyak dituangkan kedalam berbagai simbol, khususnya untuk simbol-
simbol yang berkenaan dengan sesuatu yang magis atau mistis. Hal ini karena adanya pengaruh
kuat keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat yang dianggap suci dan
tempat tinggal para Dewa.

5
Rumah Adat Palembang

Rumah adat / rumah tradisional


orang Palembang mempunyai sebutan
Rumah Bari yang benama asli Rumah
Limas, pada umumnya berbentuk dasar
hampir sama dengan rumah-rumah adat
yang ada di sebagian daerah di Nusantara,
yaitu rumah panggung, dan material yang
digunakan pada umumnya dari kayu.

Bari dalam bahasa Palembang


berarti lama / lawas / kuno dan bernama
Rumah Limas karena bentuk atapnya yang berbentuk limas. Palembang berlokasi di provinsi
Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki karakteristik alam yang lekat dengan
perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, ini yang manjadi faktor utama kenapa masyarakat
disana membangun rumah panggung. Rumah panggung secara fungsional memenuhi syarat
mengatasi kondisi rawa dan sungai seperti di Palembang. Letak geografis dari Palembang
dibelah oleh sungai Musi dan dikelilingi ratusan anak sungai, rawa-rawa di sebagian besar
wilayah daratannya. Pada tepian sungai banyak terdapat Rumah Limas yang pintunya
menghadab ke sungai, dan alat transportasi air seperti perahu, kapal dan getek menjadi alat
transportasi utama yang banyak digunakan mayarakat di tepian sungai.

RUMAH ADAT PAPUA

Sebutan rumah adat / rumah tradisional


asli suku-suku yang ada di provinsi Papua
adalah Rumah Honai. Rumah Hanoi dapat
banyak kita temui di lembah dan pegunungan
dibagian tengah pada pulau Papua, disana
terdapat suku Dani tinggal di bagian lembah
Baliem atau Wamena, suku Lani, Yali di
pegunungan Toli dan suku-suku asli Papua
lainnya.

Daerah pegunungan dan lembah disana


mempunyai hawa yang cukup dingin pada umumnya terletak diketinggian 2500 meter dari
permukaan laut. Maka dari itu bentuk rumah Honai yang bulat dirancang untuk bisa meredam
hawa dingin ataupun tiupan angin yang kencang.

6
Rumah Honai memiliki bentuk atap bulat kerucut terbuat dari jerami atau ilalang,
bentuk atap ini berfungsi untuk melindungi seluruh permukaan dinding agar tidak terkena air
hujan dan dapat meredam hawa dingin untuk tidak masuk kedalam rumah. Dinding rumah
terbuat dari kayu dengan satu pintu pendek tanpa jendela.

RUMAH ADAT MALUKU

Baileo itu sebutan atau nama dari


rumah adat orang Maluku, dengan bentuk
bangunan yang besar, material bangunan
sebagian besar berbahan dasar kayu, kokoh
dengan cukup banyak ornamen, ukiran yang
menghiasi seluruh bagian dari rumah
tersebut.

Tidak seperti halnya fungsi rumah


adat pada suku-suku lain di Indonesia, Baileo
atau sebutan harfiahnya Balai, merupakan
rumah yang di bangun dengan tujuan yang berbeda, bukan sebagai rumah untuk dihuni atau
rumah tinggal, melainkan bangunan yang berfungsi untuk Landmark suatu desa bagi orang-
orang Maluku (rumah yang di gunakan sebagai tempat kegiatan atau upacara adat bagi warga
kampung).

RUMAH ADAT SUKU MENTAWAI

Masyarakat Mentawai bersifat patrinial


dan kehidupan sosialnya dalam suku tersebut.
Struktur sosial tradisional adalah
kebersamaan, mereka tinggal di rumah besar
yang disebut juga “uma” yang berada di
tanah-tanah suku. Seluruh makanan, hasil
hutan dan pekerjaan dibagi dalam satu uma.

Rumah tradisional / adat suku Mentawai masih banyak kita di jumpai di kabupaten
Kepulauan Mentawai, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Uma biasanya dihuni oleh 5 hingga 7

7
kepala keluarga dari keturunan yang sama. Satu diantaranya anggota yang tinggal dalam
sebuah rumah disebut Sikerei. Sikerei itulah yang oleh suku Mentawai dianggap sebagai tetua.

Uma menjadi pusat kehidupan bagi suku Mentawai. Di dalam Uma itulah, suku Mentawai
tinggal, menyelenggarakan pertemuan dan melaksanakan berbagai macam acara adat, seperti
penikahan. Uma juga menjadi tempat untuk menyembuhkan anggota keluarga jika ada yang
sakit.

RUMAH ADAT KAMPUNG NAGA

Kampung Naga, salah satu permukiman


tradisional rakyat Parahyangan. Berarsitektur adaptif,
menyelarasi lingkungannya. Terletak di lembah
subur, di kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Dusun
ini dibatasi hutan, sawah, dan aliran sungai Ciwulan.
Di capai setelah menuruni 300 anak tangga yang
berkelok menuju lembah. Kampung Naga yang
sekarang adalah permukiman baru yang dibangun,
setelah kampung lama dibumihanguskan oleh
gerombolan DI/TII Kartosuwiryo tahun 1956.

Benda sakral, senjata adat, buku sejarah Naga, semuanya berbahasa Sansekerta.
Akibatnya, penduduk tak tahu lagi asal usul nenek moyang mereka menamai desa mereka
Kampung Naga. Namun demikian, mereka tetap kuat memegang dan memelihara tradisi adat
Naga. Saat kampung dibangun kembali, desain rumah sedikit berubah ; jendela ditambah pada
setiap hunian. Dusun ini prototipe kampung Sunda dengan pola perkampungan khas masyarakat
yang sudah maju.

Kuncen = kepala adat. Manusia pusat dunia tengah ?

Rumah dan bangunan di Kampung Naga berjumlah 105 buah, tertata rapi dalam pola
mengelompok dan tanah lapang di tengah. Tanah lapang merupakan pusat aktivitas sosial dan
ritual masyarakat, sekaligus tempat orientasi. Di sekitarnya ada masjid, balai pertemuan dan
beberapa rumah penduduk. Di tempat yang lebih tinggi, sebelah barat kampung, terdapat Bumi
Ageung dan rumah kuncen ( kepala adat ). Semua bangunan diletakkan memanjang ke arah barat
timur, sehingga kampung seakan terlihat menghadap ke sungai Ciwulan yang berfungsi sebagai
area servis penduduk. Dekat sungai, dalam kampung, terdapat kolam2 ( balong ) dan beberapa
pancuran air.

8
Hunian masyarakat Naga berbentuk rumah panggung dengan kolong setinggi 40-60 cm
dari tanah. Selain untuk pengatur suhu dan kelembaban, kolong difungsikan sebagai tempat
penyimpanan alat pertanian, kayu bakar serta kandang ternak. Rumah2 persegi panjang ini ditata
secara teratur di atas tanah berkontur berbentuk teras2 yang diperkuat dengan sengked/ turap
batu. Bentuk rumah panggung terkait kepercayaan warga Naga bahwa dunia terbagi menjadi
dunia bawah, tengah dan atas. Dunia tengah melambangkan pusat alam semesta dengan manusia
sebagai pusatnya. Tempat tinggal manusia di tengah, dengan tiang sebagai penopang yang tak
boleh menyentuh tanah, sehingga diletakkan di atas tatapakan/ umpak batu.

Ukuran rumah tergantung besar kecilnya keluarga dan kemampuan penghuni. Jika perlu
tambahan ruang, dibuatlah sosompang di bagian kiri atau kanan rumah. Memberi warna pada
rumah adalah tabu, kecuali dikapur atau dimeni. Pintu harus menghadap utara atau selatan,
semua pada satu sisi rumah, sesuai ketentuan adat.

RUMAH ADAT BETAWI

Arsitektur Rumah Betawi: Bentuk


tradisional rumah Betawi dengan sifat lebih terbuka
dalam menerima pengaruh dari luar. Hal ini bisa
dilihat dari pola tapak, pola tata ruang dalam, sistem
stuktur dan bentuk serta detail dan ragam hiasnya.
Rumah tradisional Betawi tidak memiliki arah mata
angin, ke mana rumah harus menghadap dan juga
tidak ada bangunan atau ruang tertentu yang menjadi
orientasi/pusat perkampungan. Pada pemukiman
Betawi, orientasi atau arah mata angin rumah dan
pekarangan lebih ditentukan oleh alasan praktis seperti aksesibilitas pekarangan (kemudahan
mencapai jalan) juga tergantung pada kebutuhan pemilik rumah. Di atas tapak rumah
(pekarangan rumah) selain didirikan beberapa rumah tinggal (karena adanya pewarisan atau
dibeli orang untuk dibangun rumah) juga dibangun fungsi-fungsi lain seperti kuburan, lapangan
badminton, dsb. Di daerah pesisir, kelampok-kelompok rumah umumnya menghadap ke darat
dan membelakangi muara sungai. Namun tidak tampak perencanaan tertentu atau keseragaman
dalam mengikuti arah mata angin atau orientasi tertentu.

Berdasarkan tata ruang dan bentuk bangunannya, arsitektur rumah tradisional Betawi,
khususnya di Jakarta Selatan dan Timur, dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis: (1) Rumah
Gudang; (2) Rumah Joglo; (3) Rumah Bapang/Kebaya. Tata letak ketiga rumah itu hampir sama,
terdiri dari ruang depan (serambi depan), ruang tengah (ruang dalam), dan ruang belakang. Pada
rumah gudang, ruang belakang secara abstrak berbaur dengan ruang tengah dari rumah sehingga

9
terkesan hanya terbagi dalam dua ruang, ruang depan dan tengah. Dahulu ruang depan berisi
balai-balai sedang sekarang umumnya diganti kursi dan meja tamu. Ruang tengah merupakan
bagian pokok rumah Betawi yang berisi kamar tidur, kamar makan, dan pendaringan (untuk
menyimpan barang-barang keluarga, benih padi dan beras). Kamar tidur ada yang berbentuk
kamar yang tertutup tetapi juga ada kamar tidur terbuka (tanpa dinding pembatas) yang
bercampur fungsi menjadi kamar makan. Kamar tidur terdepan biasanya diperuntukkan anak
perempuan si empunya rumah. Sedang anak laki-laki biasanya tidur di balai-balai serambi depan
atau di masjid. Sedang ruang belakang digunakan untuk memasak dan menyimpan alat-alat
pertanian juga kayu bakar.

Organisasi ruang dan aktivitas dalam rumah tradisional Betawi sebenarnya relatif
sederhana. Tidak ada definisi fungsi ruang berdasarkan jenis kelamin. Kalaupun rumah dibagi
dalam tiga kelompok ruang yang pada rumah Jawa dan Sunda menyimbolkan sifat laki-laki,
netral, dan wanita, pada rumah Betawi hal itu terjadi karena tuntutan-tuntutan kepraktisan saja.
Tata letak ruang rumah tradisional Betawi cenderung bersifat simetris. Dilihat dari letak pintu
masuk ke ruang lain dan letak jendela jendela depan yang membentuk garis sumbu abstrak dari
depan ke belakang. Kesan simetris bertambah kuat karena ruang depan dan belakang dimulai
dari pinggir kiri ke kanan tanpa pembagian ruang lagi. Selain itu rumah tradisional Betawi juga
menganut dua konsep ruang, yang bersifat abstrak dan kongkrit. Konsep ini diterapkan pada
jenis kamar tidur yang tertutup dan terbuka.

RUMAH ADAT SUMATERA BARAT

Rumah Gadang atau Rumah


Godang adalah nama untuk rumah adat
Minangkabau yang merupakan rumah
tradisional dan banyak di jumpai di
provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah
ini juga disebut dengan nama lain oleh
masyarakat setempat dengan nama
Rumah Bagonjong atau ada juga yang
menyebut dengan nama Rumah Baanjung.

Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnya
runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat
tahan sampai puluhan tahun namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap
seng.

10
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua
bahagian muka dan belakang. Dari bagian dari depan Rumah Gadang biasanya penuh dengan
ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan
genjang. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu. Rumah tradisional ini
dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah
rebah oleh goncangan, dan setiap elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna tersendiri
yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya masyarakat setempat.

Pada umumnya Rumah Gadang mempunyai satu tangga yang terletak pada bagian
depan. Sementara dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada
dinding.

Bentuk atap rumah gadang yang seperti tanduk kerbau sering dihubungkan dengan
cerita Tambo Alam Minangkabau. Cerita tersebut tentang kemenangan orang Minang dalam
peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa.

Bentuk-bentuk menyerupai tanduk kerbau sangat umum digunakan orang


Minangkabau, baik sebagai simbol atau pada perhiasan. Salah satunya pada pakaian adat, yaitu
tingkuluak tanduak (tengkuluk tanduk) untuk Bundo Kanduang.

Asal-usul bentuk rumah gadang juga sering dihubungkan dengan kisah perjalanan nenek
moyang Minangkabau. Konon kabarnya, bentuk badan rumah gadang Minangkabau yang
menyerupai tubuh kapal adalah meniru bentuk perahu nenek moyang Minangkabau pada masa
dahulu. Perahu nenek moyang ini dikenal dengan sebutan lancang.

Menurut cerita, lancang nenek moyang ini semula berlayar menuju hulu Batang Kampar.
Setelah sampai di suatu daerah, para penumpang dan awak kapal naik ke darat. Lancang ini
juga ikut ditarik ke darat agar tidak lapuk oleh air sungai.

Lancang kemudian ditopang dengan kayu-kayu agar berdiri dengan kuat. Lalu, lancang
itu diberi atap dengan menggantungkan layarnya pada tali yang dikaitkan pada tiang lancang
tersebut. Selanjutnya, karena layar yang menggantung sangat berat, tali-talinya membentuk
lengkungan yang menyerupai gonjong. Lancang ini menjadi tempat hunian buat sementara.
Selanjutnya, para penumpang perahu tersebut membuat rumah tempat tinggal yang
menyerupai lancang tersebut. Setelah para nenek moyang orang Minangkabau ini menyebar,
bentuk lancang yang bergonjong terus dijadikan sebagai ciri khas bentuk rumah mereka.
Dengan adanya ciri khas ini, sesama mereka bahkan keturunannya menjadi lebih mudah untuk
saling mengenali. Mereka akan mudah mengetahui bahwa rumah yang memiliki gonjong adalah
milik kerabat mereka yang berasal dari lancang yang sama mendarat di pinggir Batang Kampar.

11
Rumah adat Minangkabau dinamakan rumah gadang adalah karena ukuran rumah ini
memang besar. Besar dalam bahasa Minangkabau adalah gadarig. Jadi, rumah gadang artinya
adalah rumah yang besar. Bagian dalam rumah gadang merupakan ruangan lepas, kecuali
kamar tidur. Ruangan lepas ini merupakan ruang utama yang terbagi atas lanjar dan ruang yang
ditandai oleh tiang. Tiang rumah gadang berbanjar dari muka ke belakang atau dari kiri ke
kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang mbnandai lanjar, sedangkan tiang dari kini
ke kanan menandai ruang. Jadi, yang disebut lanjar adalah ruangan dari depan ke belakang.
Ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang.

Jumlah lanjar tergantung pada besar rumah. Biasanya jumlah lanjar adalah dua, tiga clan
empat. Jumlah ruangan biasanya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas. Ukuran
rumah gadang tergantung kepada jumlah lanjarnya.

Sebagai rumah yang besar, maka di dalam rumah gadang itu terdapat bagian-bagian
yang mempunyai fungsi khusus. Bagian lain dari rumah gadang adalah bagian di bawah lantai.
Bagian ini disebut kolong dari rumah gadang. Kolong rumah gadang cukup tinggi dan luas.
Kolong ini biasanya dijadikan sebagai gudang alat-alat pertanian atau dijadikan sebagai tempat
perempuan bertenun. Seluruh bagian kolong ini ditutup dengan ruyung yang berkisi-kisi jarang.

Dinding rumah gadang terbuat dari kayu, kecuali bagian belakang yang dari bambu.
Dinding papan dipasang vertikal. Pada setiap sambungan papan diberi bingkai. Semua papan
tersebut dipenuhi dengan ukiran. Kadang-kadang tiang yang ada di dalam juga diukir. Sehingga,
ukirang merupakan hiasan yang dominan dalam bangunan rumah gadang Minangkabau. Ukiran
disini tidak dikaitkan dengan kepercayaan yang bersifat sakral, tetapi hanya sebagai karya seni
yang bernilai hiasan.Pada bagian dinding Rumah Gadang di buat dari bahan papan, sedangkan
bagian belakang dari bahan bambu. Papan dinding dipasang vertikal, sementara semua papan
yang menjadi dinding dan menjadi bingkai diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi
penuh ukiran. Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada
dinding Rumah Gadang.

Itulah beberapa rumah Tradisional yang ada di Indonesia, Sebagai warga Negara yang
baik tentunya kita harus bias melestarikan salahsatu dari warisan dan tradisi rumah tradisional
yang pastinya hanya ada di Negara kita tercinya.

12
2.5 MATERIAL DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL INDONESIA

Material alami untuk arsitektur rumah / desain rumah bukanlah barang baru,
melainkan telah banyak dipakai sebelum material hasil industri tercipta. Material-material ini
tidak mengalami banyak proses dalam pembuatannya. Hal ini menyebabkan material alami
tidak merusak alam, baik pada saat pembangunan rumah (sampah konstruksi) maupun ketika
material ini nantinya menjadi usang dan harus dibuang. Jerami termasuk salah satu material
alami, berikut adalah beberapa elemen alami lainnya.

Kayu untuk Arsitektur Rumah atau Desain Rumah

Kayu selalu menjadi favorit banyak orang karena berbagai keunggulan yang
dipunyainya. Kendati jumlahnya kian sedikit karena adanya pembabatan hutan secara besar-
besaran, kayu mestinya tetap dipakai karena sifat kealamiannya. Material buatan yang diklaim
sebagai pengganti kayu terkadang kurang ramah lingkungan karena nantinya tidak dapat terurai
di alam. Oleh sebab itu, kayu sebaiknya jangan ditinggalkan tapi persediaan kayunya yang selalu
harus ditambah dan pemakaian kayu dihemat sedemikian rupa. Teknologi pengawetan kayu
juga turut membantu penghematan karena kayu bisa lebih kuat dan tahan lama. Selain itu,
kayu yang kualitasnya biasa-biasa saja, dengan pengawetan ini menjadi layak untuk struktur
arsitektur rumah.

Bambu untuk Arsitektur Rumah / Desain Rumah

Biasanya bambu dipandang sebagai bahan sekunder, tapi saat ini sedang menjadi
material yang digemari karena kekuatan seratnya yang dapat menggantikan baja tulangan.
Dengan sistem pengawetan yang baik, bambu dapat menjadi material primer untuk desain
rumah yang mampu bertahan puluhan tahun. Selain itu, juga bisa memanfaatkan material
bekas atau daur ulang seperti kusen atau daun pintu. Bambu bisa dimanfaatkan untuk berbagai
macam elemen bangunan. Untuk struktur arsitektur rumah / bangunan rumah, bambu terbukti
memiliki banyak keunggulan. Seratnya yang liat dan elastis sangat baik dalam menahan beban
(baik beban tekan/tarik, geser, maupun tekuk). Selain itu, bambu juga bisa dimanfaatkan
menjadi material lantai, dinding, atap, dan lain sebagainya. Dibandingkan kayu, bambu lebih
cepat beregenerasi sehingga tidak usah menunggu terlalu lama untuk mendapatkan bambu
yang layak. Indonesia memiliki jumlah spesies yang cukup besar, namun sayang belum terlalu
dikembangkan.

13
Finishing Alami untuk Arsitektur Rumah / Desain Rumah

Finishing yang terbuat dari bahan-bahan alami tentu lebih sehat bagi penghuni rumah
minimalis. Kelebihan lain, finishing ini dapat menghadirkan suasananya yang lebih alami pula
sesuai tren saat ini. Sayangnya saat ini kebanyakan finishing kebanyakan menggunakan bahan
kimia, meski ada beberapa produsen yang mulai mengurangi penggunaannya (misalnya, tidak
lagi memakai thinner sebagai pengencer dan finishing non-toxic). Di masa lalu, orang membuat
sendiri finishing dari bahan-bahan di alam, seperti tanah liat, kapur, dan lain-lain. Orang Toraja
dahulu dalam membuat arsitektur rumahnya perlu meneteskan tuak (fermentasi air kelapa)
untuk membuat warna lebih “keluar” dan tahan lama.

Cat atau Pewarna Alami untuk Arsitektur Rumah atau Desain Rumah

Arsitektur rumah / desain rumah tradisional Indonesia biasanya cukup meriah warna-
warnanya, padahal dulu belum ada industri cat seperti sekarang. Ternyata, cat atau pewarna
untuk bangunan tersebut dibuat dari bahan-bahan alami yang tersedia di lingkungan sekitar.
Bahan pewarna alami ini tidak ada efek sampingnya bagi penghuni maupun lingkungan. Karena
belum dikembangkan, maka pilihan warnanya masih terbatas, seperti hitam, merah, putih,
kuning, dan campuran-campurannya. Warna merah dan kuning didapat dari tanah liat, hitam
dari arang, putih dari jeruk nipis. Orang Papua terlebih dahulu mengolah sejenis siput untuk
mendapatkan cairan putih.

Bata Merah untuk Arsitektur Rumah / Desain Rumah

Bata merah saja dapat memiliki banyak sekali kemungkinan cara penyusunannya. Dapat
dipasang seperti biasa, atau diberi jarak antara bata merahnya sehingga dindingnya berlubang-
lubang, atau bata dipasang dengan variasi susunan satu bata dan setengah bata, dan lain-lain.

2.6 MENGAPA RUMAH TRADISIONAL TAHAN TERHADAP GEMPA?

Konstruksi dari rumah tradisional yang bahan utamanya terbuat dari kayu, perlu kita
jadikan sebagai contoh desain rumah yang aman untuk dihuni penduduk di daerah rawan
gempa. Bangunan tradisional di Indonesia ini kebanyakan adalah merupakan bangunan tahan
gempa.

14
Konstruksi, desain, tata ruang, efisiensi lahan dan lain-lain dikerjakan secara
serampangan oleh orang yang tidak ahli. Inilah salah satu faktor mengapa saat ini gampang
sekali sebuah bangunan rubuh pada saat terjadi gempa.

Pembangunan sebuah gedung atau desain sebuah rumah sangat perlu diatur dalam
Perda, supaya proses pembangunan tersebut sesuai dgn peraturan yg ada, standar sebuah
bangunan untuk jenis bangunan dengan fungsi tertentu, jika berbeda fungsi maka berbeda pula
standar yang harus dipenuhi.

Sampai saat ini, peraturan yang berlaku hanyalah sebatas izin untuk mendirikan bangunan
(IMB), tapi peraturan itu tidaklah menekankan kepada ketentuan serta standar komposisi dari
konstruksi sebuah bangunan, tapi hanyalah sebatas peraturan tentang administrasi dan
retribusi saja.

Sebuah bangunan bertingkat, teramat rentan terhadap keruntuhan jika terjadi gempa,
hingga pembangunan sebuah bangunan bertingkat haruslah dipantau dan diperiksa dengan
cermat dan teliti oleh badan pemerintah setempat. Usaha ini agar supaya tidak membawa
bahaya bagi pengguna nantinya.

Ruko yang seharusnya diperuntukkan sbgi tempat bengkel atau berdagang misalnya,
saat ini fungsi banyak digunakan menyalahi aturan, misalnya sebagai sarana pendidikan, rumah
sakit hingga jika terjadi gempa, sangat berpotensi merenggut banyak korban jiwa.

15
BAB III: PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari materi yang telah dijelaskan kita dapat menyimpulkan bahwa Ilmu Pendidikan
Arsitektur dengan Ilmu Seni Murni mempunyai perbedaan yaitu dalam ilmu Arsitektur
mencakup seni merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level
makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level
mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Sedangkan Ilmu Seni Murni
lebih ke seni untuk menghasilkan Karya yang Indah atau lebih mengutamakan nilai Estetika
ketimbang manfaat atau kegunaan daripada hasil karya itu sendiri.

Ada benyak hasil karya yang bias dihasilkan oleh seorang arsitek. Salah satu dari hasil
karya Asitektur adalah arsitektur rumah tradisional. Arsitektur ini ditumbuh kembangkan oleh
suatu masyarakat tertentu tanpa arsitek yang merupakan cerminan kehidupan social
masyarakat suatu daerah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai sejarah
dan warisan-warisan terbesar di dunia. Salah satu dari warisan tersebut adalah Rumah
Tradisional. Ada banyak rumah tradisional yang ada di Inonesia, diantaranya Runmah adat
Betawi, rumah adat Gadang (Sumbar), rumah adat Kampung Naga (tasikmalaya) dan masih
banyak lagi.

16

Anda mungkin juga menyukai