Anda di halaman 1dari 9

Arsitektur Vernakular Indonesia: Peran, Fungsi, dan Pelestarian

di dalam Masyarakat
Abstrak
Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang
lahir dari masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan
pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban
atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya
transformasi. Arsitektur ini tetap bertahan dalam beragam bentuk yang dikenal sebagai bangunan
tradisional Indonesia yang umum dipakai dalam berbagai kegunaan, baik sakral maupun non
sakral. Bangunan yang termasuk dalam tradisi-tradisi arsitektur vernakular Indonesia yang paling
penting dan paling sering dibangun adalah rumah yang digunakan sebagai tempat tingga l,
lumbung, dan berbagai macam tempat penyimpanan dan bangunan umum (balai, bale) yang
digunakan sebagai tempat diselenggarakannya ritual, upacara atau pertemuan warga. Di beberapa
tempat di Indonesia, bangunan rumah tradisional hampir punah, yang tersisa adalah sebuah rumah
yang selamat karena alasan tertentu, atau beberapa rumah yang sengaja dibangun sebagai model
tipe rumah tradisional tertentu, atau beberapa rumah yang dibangun berdasarkan arsitektur modern
yang ditambah fitur dan karakter tradisi arsitektur vernakular.
Kata kunci: Arsitektur vernakular, bangunan tradisional

Vernacular Architecture Indonesia:


Roles, Functions, and Preservation within communities
Abstract
Vernacular architecture is the architecture that grew and evolved from the folk architecture born
in ethnic communities and is derived from ethnic traditions, and built by worker based on
experience (trial and error), using local materials and techniques as well as a response to
environmental setting where the building is and always open for the transformation. This
architecture survives in various forms, mostly known as Indonesias traditional buildings, which
are commonly used for several purposes, both sacred and non sacred. Buildings included in the
vernacular architectural traditions of Indonesia such as residences, barns, and various other
storage areas and public buildings (balai, bale) used to hold rituals, ceremonies or community
gatherings. In some places in Indonesia, traditional buildings are almost extinct, except buildings
that survived for specific reasons, intentionally built as a model of traditional houses, or built in
modern architectural style added with features and characters of the tradition vernacular
architecture.
Keywords: Vernacular architecture, traditional building

Pendahuluan
Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang
lahir dari masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan
pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban
atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya
transformasi [1]. Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara merupakan negara
kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, serta berbagai macam
budaya dan etnik yang merupakan jati diri dari tiap-tiap daerah. Selain itu masing- masing daerah
di Indonesia juga mempunyai satu atau beberapa tipe rumah tradisional yang unik yang dibangun
berdasarkan tradisi-tradisi arsitektur vernakular dengan gaya bangunan tertentu yang
menunjukkan keanekaragaman yang sangat menarik. Dan seiring dengan perjalanan waktu, tradisi
dan gaya bangunan yang baru dan berbeda-beda akan muncul, akan tetapi dalam beberapa hal
tradisi arsitektur vernakular masih dapat bertahan. Menurut Sonny Susanto, salah seorang dosen
arsitek pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia mengatakan bahwa arsitektur vernakular
merupakan bentuk perkembangan dari arsitektur tradisional, yang mana arsitektur tradisiona l
masih sangat lekat dengan tradisi yang masih hidup, tatanan kehidupan masyarakat, wawasan
masyarakat serta tata laku yang berlaku pada kehidupan sehari-hari masyarakatnya secara
umum [2].
Meskipun arsitektur tradisional berkembang, namun tetap mempertahankan karakter inti yang
diturunkan dari generasi ke generasi yang menjadikannya sebagai karakter kuat akan suatu tempat
tertentu dan akan tercermin pada tampilan arsitektur lingkungan masyarakat tersebut. Dalam
perkembangannya, arsitektur vernakular mengalami banyak tekanan, baik dari dalam maupun dari
luar, antara lain dari masyarakat industri barat yang menebarkan potensi dari teknologi modern
dan bahan bangunan modern. Pada masa sekarang ini dimana modernisasi dan globalisas i
demikian kuat mempengaruhi peri kehidupan dan kebudayaan setempat, suatu kondisi yang alami
apabila suatu kebudayaan pasti akan mengalami perubahan kebudayaan setempat, namun
perubahan yang diinginkan adalah perubahan yang akan tetap memelihara karakter inti dan akan
menyesuaikan dengan kondisi pada saat ini, sehingga akan dapat terus dipertahankan.

Peran dan Fungsi Arsitektur Vernakular


Di dalam konteks arsitektur, peran dan fungsi arsitektur vernakular menjadi penting bukan hanya
di Indonesia saja tetapi juga di Asia, karena Asia terdiri dari berbagai macam budaya dan adat
yang berlainan di berbagai wilayahnnya, dimana setiap wilayah memiliki ciri arsitektur yang
spesifik dan berasal dari tradisi. Antara tradisi dan arsitektur vernakular sangat erat hubungannya.
Tradisi memberikan suatu jaminan untuk melanjutkan kontinuitas akan tatanan sebuah arsitektur
melalui sistem persepsi ruang, bentuk, dan konstruksi yang dipahami sebagai suatu warisan yang
akan mengalami perubahan secara perlahan melalui suatu kebiasaan. Misalnya bagaimana adaptasi
masyarakat lokal terhadap alam, yang memunculkan berbagai cara untuk menanggula ngi,
misalnya iklim dengan cara membuat suatu tempat bernaung untuk menghadapi iklim dan
menyesuaikannya dengan lingkungan sekitar dan dengan memperhatikan potensi lokal seperti

potensi udara, tanaman, material alam dan sebagainya, maka akan terciptalah suatu bangunan
arsitektur rakyat yang menggunakan teknologi sederhana dan tepat guna. Kesederhanaan inila h
yang merupakan nilai lebih sehingga tercipta bentuk khas dari arsitektur vernakular dan tradisiona l
serta menunjukkan bagaimana menggunakan material secara wajar dan tidak berlebihan. Hasil
karya rakyat ini merefleksikan akan suatu masyarakat yang akrab dengan alamnya,
kepercayaannya, dan norma-normanya dengan bijaksana.
Sejarah Arsitektur Vernakular
Di Indonesia, berbagai jenis rumah tradisional dianggap sebagai tradisi vernakular Indonesia dan
dipercaya memiliki kesamaan asal muasal dari tradisi pembangunan kuno. Hal ini terutama
dirujukkan pada tradisi arsitektur Austronesia yang dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari ekspansi budaya Austronesia. Asal muasal dari tradisi arsitektur ini dapat dirunut kembali
hingga budaya manusia kuno yang mendiami daerah pantai dan sungai-sungai Cina Selatan dan
Vietnam Utara kurang lebih 4000 tahun SM. Pada masa itu, kelompok-kelompok masyarakat
melakukan migrasi dan diperkirakan memiliki kesamaan tradisi arsitektur yang dinamai dengan
tradisi arsitektur Austronesia, dan sebagai konsekuensinya, maka hampir di seluruh kepulauan
Indonesia rumah tradisional yang merupakan warisan arsitektur vernakular memiliki kesamaan
bentuk, baik dari bentuk bangunan serta dari bentuk morfologis struktur dasarnya.
Bentuk struktur dan fitur morfologis rumah-rumah tradisional Indonesia terdiri atas dua macam,
yaitu rumah tradisional yang dibangun berdasarkan prinsip tipikal tradisi arsitektural Austronesia
kuno yaitu: struktur kotak yang didirikan di atas tiang fondasi kayu, dapat ditanam kedalam tanah
atau diletakkan di atas permukaan tanah dengan fondasi batu, lantai panggung, atap miring dengan
jurai yang diperpanjang dan bagian depan atap yang condong mencuat keluar [3]. Sedangkan di
bagian timur kepulauan Indonesia banyak tipe rumah tradisional digolongkan sebagai bagian dari
tradisi arsitektur vernakular, dimana pada bentuk bangunannya biasanya memiliki: lantai
berbentuk lingkaran dan berstruktur atap kerucut tinggi seperti bentuk sarang tawon atau struktur
atap berbentuk kubah elips[4].
Rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara, baik yang berbentuk kotak maupun yang
berstruktur atap kubah, biasanya dibangun dengan kayu dan material alami lainnya seperti bambu,
daun palem, rumput, dan serat yang semuanya diambil langsung dari lingkungan alaminya. Selain
itu, rumah dibangun oleh penghuninya sendiri atau masyarakat yang kadang dibantu oleh pengrajin
terlatih atau dibawah petunjuk pengawas bangunan yang berpengalaman atau keduanya. Berbeda
dengan konstruksi fisiknya, rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara memiliki kesamaan
ciri dalam terminologi makna simbolik yang dikandung oleh rumah, dimana ukuran dan bentuk
rumah mengindikasikan tingkat sosial dan status dari pemiliknya didalam masyarakat. Rumah juga
sering dipandang sebagai tempat bersemayam nenek moyang dan digunakan sebagai tempat ritual
dan upacara untuk menghormati mereka, dan juga digunakan saebgai tempat penyimpanan bendabenda pusaka nenek moyang. Ciri penting umum lainnya adalah penggunaan berbagai jenis oposisi
polar dalam ruang, seperti depan dan belakang, timur dan barat, kiri dan kanan, serta dalam dan
luar yang disesuaikan dengan pembedaan kelas diantara berbagai kelompok sosial masyarakat
kesukuan secara umum.

Beberapa Kategori Tradisi Vernakular Arsitektur di Indonesia


Masyarakat yang mendiami daerah pedalaman, terutama di pegunungan mempunya i tradisi yang
bila dilihat dari perspektif sejarah kebudayaannya dianggap lebih tua dibandingkan dengan
masyarakat yang tinggal di dataran rendah atau area pantai. Bangunan tradisional yang dibangun
oleh masyarakat yang tinggal dipedalaman dianggap memperlihatkan kemiripan yang lebih besar
dengan tradisi arsitektural dan ragam bangunan Austronesia dan dengan tradisi yang tergambar di
Candi Borobudur di Jawa Tengah daripada masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah dan
di pantai. Rumah tradisional yang dibangun oleh masyarakat Toraja di Sulawesi selatan dan
masyarakat Batak yang tinggal di Sumatra Utara dipandang sebagai bentuk rumah tradisional yang
lekat dengan tradisi arsitektur vernakular dari nenek moyang mereka. Masyarakat Aceh di Sumatra
Utara, masyarakat Baduy dan Tengger di Pulau Jawa, masyarakat Bali Aga (Bali Mula) di Bali,
dan masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan, serta beberapa masyarakat dikepulauan Indonesia
Timur juga dianggap sebagai masyarakat kuno, akan tetapi, rumah tradisional mereka jika dari
sudut pandang kebudayaan, sebenarnya termasuk dalam tradisi arsitektur asing yang muncul di
kepulauan Indonesia yang merupakan bagian dari ekspansi Hindu-Buddha, Islam, dan Eropa.

Oleh karena itu, ada beberapa kategori tradisi vernakular arsitektur dan langggam bangunan
Indonesia, yaitu:

Bangunan tradisional yang dibangun berdasar tradisi kuno Austronesia


Rumah tradisional Indonesia saat ini yang merupakan contoh rumah yang mempunya i
karakter dasar dan fitur tradisi dari arsitektur vernakula r yang masih kuat dapat ditemukan
dibeberapa daerah pedalaman di berbagai pelosok Nusantara, seperti dapat dilihat pada
rumah Batak dan rumah Tongkonan Toraja, keduanya memiliki beberapa perbedaan yang
umumnya tampak bahwa rumah-rumah ini dibangun dengan mengikuti tradisi arsitektur
vernakuler kuno dan langgam bangunan Austronesia sebelum adanya tradisi dan langga m
bangunan Hindu-Budha, Islam, dan kolonial Belanda.
o Rumah Batak
Rumah tradisional masyarakat Batak yang mendiami pedalaman pegunungan di sekitar
Danau Toba dan di Pulau Samosir di Provinsi Sumatra Utara merupakan bentuk umum dan
fitur tradisi arsitektur kuno di Indonesia. Masyarakat Batak terbagi atas enam keluarga besar,
yang membangun rumah tradisional dan pengaturan rumah mereka dengan cara yang
berbeda-beda tergantung pada pertanian yang mereka garap. Disamping itu, tradisi arsitektur
vernakular Batak juga terdapat pada bangunan komunal (bale), lumbung padi (soro), serta
bangunan untuk menggiling beras dan rumah untuk orang menyimpan jenazah (joro).

Bangunan tradisional yang dibangun berdasar percampuran


Karakter dan fitur rumah yang menampilkan perpaduan antara tradisi vernakular kuno
dan tradisi arsitektural asing sudah lebih sulit dkenali. Karakter umum rumah-rumah tersebut
adalah perpaduan antara bentuk dasar dan fitur tradisional dan langgam Austronesia berpadu
kedalam tradisi dan langgam bangunan yang datang sesudahnya yaitu, Hindu-Budd ha,

Islam, China, dan kolonial Belanda yang mana menghasilkan berbagai bentuk percampuran
dengan karakter yang berbeda-beda dan sering disebut dengan nama yang khusus, seperti
tipe rumah tradisional melayu. Beberapa dari rumah tersebut sangat serupa dengan
bangunan yang dibangun dengan tradisi arsitektural dan langgam bangunan kuno
Austronesia, tetapi beberapa diantaranya telah sulit dipahami akarnya, salah satu contoh
yaitu rumah Aceh dan Gayo.
o Rumah Aceh
Rumah tradisional masyarakat Aceh merupakan sebuah contoh percampuran tradisi
arsitektural dan langgam bangunan Austronesia dengan tradisi dan langgam bangunan
masyarakat melayu. Bentuk luar rumah merupakan bentuk rumah Austronesia yaitu struktur
tegak berupa tiang kayu, lantai yang ditinggikan sebagai ruang keluarga, dan bentuk atap
pelana yang meruncing tinggi. Pembagian ruang dalam sama dengan rumah Melayu, yaitu
lantai bagian yang berbeda berada diketinggian yang berbeda pula dan diatur secara
berurutan. Ruang tidur yang terletak dibagian tengah rumah dengan lantai yang paling tinggi
merupakan bagian yang paling penting, biasanya ditutupi dengan atap dan langit-la ngit
dimana terdapat ruang yang digunakan untuk menyimpan benda-benda keramat, alat makan,
dan pusaka. Didepan dan belakang terdapat beranda yang terletak diketinggian lantai yang
lebih rendah, beranda depan digunakan untuk laki-laki dan menerima tamu, sedangkan
beranda belakang digunakan untuk perempuan. Rumah tradisional Aceh biasanya disusun
saling berhadapan sepanjang jalan yang membentang dari timur-barat. Hasilnya adalah
rumah yang menghadap ke utara atau ke selatan.

Rumah Aceh

Bangunan tradisional yang dibangun berdasar transformasi


Dibeberapa daerah di Indonesia yaitu Jawa, Madura, Bali, dan Lombok Barat, bentuk
dan fitur yang umum dipakai pada tradisi arsitektur vernakular kuno telah dilebur dengan
tradisi dan langgam bangunan yang datang setelahnya. Dengan adanya peleburan ini, maka
bentuk dan fitur telah diubah hingga sulit untuk dikenali lagi dan ada juga yang telah diganti

secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan adanya dampak dari pengglobalan dan
pembudayaan Hindu-Buddha (antara abad kedua hingga kelima), dan ekspansi kultural islam
(sesudah abad kedua belas), ditambah dengan adanya pertumbuhan politik berbasis Negara
yang sangat tersentralisasi yang mempengaruhi semua sektor kehidupan sosial dan
mempengaruhi semua sisi kehidupan, Dengan kata lain tipe rumah tradisional dibagian
kepulauan Indonesia ini adalah hasil dari proses transformasi dari prinsip arsitektural asing
dengan bentuk dan fitur yang merupakan warisan dari tradisi kultural domestik.
o Rumah Bali
Warisan aritektur tradisional masyarakat Bali merupakan contoh percampuran antara
bentuk dan fitur lama dan baru. Hal ini sebagian besar disebabkan dari sekelompok
masyarakat elite migrasi Hindu-Buddha dari Jawa Timur untuk menghindari dominasi rajaraja islam. Karena kehadiran mereka yang lama dan dominasi politis serta pengaruh budaya
maka tradisi arsitektural masyarakat yang lebih tua didaerah dataran rendah ikut berubah.
Namun tradisi vernakular dan langgam bangunan kuno tetap dipraktikkan oleh masyarakat
Aga yang mendiami daerah pedalaman dan pegunungan Bali. Dengan demikian, ada dua
tipe rumah tradisional Bali, tipe rumah kelompok pemukiman masyarakat Bali yaitu
percampuran bentuk tradisi antara fitur lama dan baru, yang kedua yaitu tipe rumah
tradisional Bali Aga yang masih berpegang pada tradisi vernakular dan langggam bangunan
kuno.

Rumah Bali

Tradisi arsitektur vernakular dan langgam bangunan Indonesia Timur.


Di bagian timur kepulauan Indonesia, didiami oleh masyarakat yang berbeda-beda
namun tetap mempunyai beberapa kesamaan karakter kultural yaitu menghormati arwah
para nenek moyang, ritual pemakaman yang sangat rumit, tradisi panjang peperangan antar
suku dan antardesa yang baru-baru ini saja ditinggalkan dibandingkan dengan bagian lain
dari kepulauan Indonesia. Apapun bentuk yang dibangunnya, rumah asli mereka masih
memainkan peran yang sangat penting, beberapa contoh rumah yang paling dikenal dari
tradisi vernakular arsitektur yaitu rumah tradisional masyarakat Sasak dibagian timur Pulau
Lombok, masyarakat Manggarai dan Ngada di pulau Flores, masyarakat Atoni di pulau
Timor, dan masyarakat Dani di pedalaman Papua, di bagian barat New Guinea. Di
kepulauan ini, rumah tradisional terbagi dalam dua bentuk arsitektural utama, yang pertama
adalah rumah yang mewakili sejumlah fitur dasar dan karakteristik tradisi arsitektur

vernakular Austronesia dan terdapat dua variasi yaitu rumah yang didirikan diatas struktur
tiang, terletak di permukaan tanah dan bentuk rumah tradisional yang berdenah lantai
melingkar, dengan struktur atap kerucut melingkar seperti rumah tawon, sehingga
menciptakan rumah tradisioanl yang unik yang membedakannya dengan rumah tradisiona l
lain di kepulauan Indonesia.
o Rumah Sasak
Masyarakat Sasak mendiami pulau Lombok dibagian timur dan selatan. Lain halnya
dengan tradisi kultural Hindu-Buddha masyarakat Bali yang mendiami bagian barat pulau,
kultur masyarakat sasak adalah sinkretis antara keimanan Islam dan kepercayaan serta
praktik animistis. Merefleksikan hal ini, maka arsitektur rumah tradisional dan bangunan
lain jelas mewakili percampuran antara tradisional Bali dan gaya tipikal bangunan
Indonesia Timur. Adapun contoh bangunan yang dapat diklasifikasikan sebagai arsitektur
vernakular yaitu rumah tradisional Sasak dan gudang padi atau lumbung. Jika dipandang
dari luar, struktur atap rumah tradisional Sasak kelihatan sama dengan rumah tradisioana l
tipe joglo yang dibangun masyarakat Jawa. Gudang atau tempat penyimpanan padi sangat
serupa dengan beberapa jenis rumah tradisional yang ditemukan dibagian lain daerah Nusa
Tenggara yang mengarah ke timur.

Rumah Sasak

Bagaimana Melestarikannya?
Karya arsitektur peninggalan masa lalu yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Nusantara
contohnya bangunan purbakala yaitu arsitektur candi/kuil sebagian besar sudah tidak difungs ika n
sebagaimana seharusnya, demikian halnya dengan bangunan peninggalan bangsa lain seperti
Portugis, Belanda, apabila kondisi bangunan cukup baik, akan dimanfaatkan dengan fungsi baru.
Sedangkan arsitektur etnik yang kebanyakan adalah rumah tinggal dan rumah adat sampai saat ini
sebagian besar masyarakat setempat masih tetap membangun bangunan baru dengan gaya lama.

Di beberapa tempat di Indonesia dalam empat puluh tahun terakhir ini, telah banyak usaha yang
dilakukan untuk menghentikan kepunahan lebih lanjut rumah tradisional dan hilangnya tradisi
arsitektur vernakular. Bangunan yang memiliki kepentingan sejarah dipelihara dan dilestarika n
sebagai monumen. Sebagai tambahan, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) disana terdapat
berbagai jenis model rumah tradisional. Di samping itu di beberapa daerah, bangunan pemerinta h
dirancang dengan menampilkan aspek yang paling mencolok atau paling umum di daerah tersebut,
semuanya itu dilakukan untuk melestarikan tradisi dan warisan budaya serta kebanggaan akan
identitas kedaerahan.
Kesimpulan
Di beberapa tempat di Kepulauan Indonesia, tradisi arsitektur vernakular tetap terus dipertahankan,
sebagian besar tetap berlangsung kaku tanpa adanya modifikasi, sebagian lagi dibangun secara
modern tetapi dengan menambahkan fitur dan tradisi arsitektur vernakular. Tradisi dan gaya
arsitektur vernakular tetap penting bagi orang Indonesia karena berbagai alasan, kepentinga n,
maupun kegunaan. Untuk itu perlu dilakukan suatu upaya agar kepunahannya dapat dihentikan, di
samping itu pelestariannya untuk generasi yang akan datang tergantung kepada besarnya
kesadaran akan pentingnya tradisi dan nilai-nilai dari warisan budaya yang tak ternilai.
Daftar Pustaka
Dawson Barry and Gillow John. 1994. The Traditional Architecture of Indonesia. Thames and
Hudson.
Gunawan Tjahyono. 1998. Architecture as the Volume 6 of Indonesian Heritage Series. Singapore:
Archipelago Press.
J.J.M. Wuisman, Jan. 2009. Masa Lalu dalam Masa Kini Posisi dan Peran Tradisi-Trad is i
Vernakular Indonesia dan Langgam Bangunan masa Lalu dalam Masa Kini. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Lilianny S Arifin. 2008. Arsitektur Nusantara Ala Mangunwijaya: Membangkitkan Makna
Vernakular Lewat Jiwa Tradisi dalam http://www.architerian.net/myforum/viewtopic.p hp?
diunduh pada Senin, 26 September 2011 jam 13.45.
Probo Hindarto. 2008. Arsitektur Vernakular Sebagai Bahasa Arsitektur Yang Tidak Terbatas
Pada Sistem Konstruksi (esai) dalamhttp://astudioarchitect.com/2008/11/arsitektur- vernakularsebagai-bahasa.html diunduh pada Rabu, 28 september 2011 jam 10.05.
Lilianny S Arifin. 2008. Arsitektur Nusantara Ala Mangunwijaya: Membangkitkan Makna
Vernakular Lewat Jiwa Tradisi dalam http://www.architerian.net/myforum/viewtopic.p hp?
diunduh pada Senin, 26 September 2011 jam 13.45.
Turan, Mete. 1990. Vernacular Architecture, Paradigms of Environmental Response.

Catatan:

[1]. Turan Mete, Vernacular Architecture, 1990


[2]. Dial Thespider

Arsitektur

Vernakular

Sumatera Barat, In de_concept, diakses

darihttp://de- arch.blogspot.com/2008/10/arsitektur-vernakular-tinjauan-rumah.html, pada


tanggal 28 September jam 2.20
[3]. Dalam artikelnyaThe House in Indonesia, Peter Nas menyebutkan beberapa pengarang
selain dirinya menyarankan definisi dan menyuguhkan tipe ideal rumah tradisiona l
Indonesia yang dibangun

berdasarkan langgam tradisi kuno arsitektur vernakular

Austronesia, namun semuanya dianggap tidak terlalu memuaskan.


[4]. Di masa lalu, rumah tradisional dengan tipe yang sama juga ditemukan dibagian barat
kepulauan Indonesia, misalnya di pulau Enggano. Sekarang ini rumah tradisional dengan
denah dasar elips dan dinaungi oleh atap kubah hanya ditemui di Pulau Nias.

Anda mungkin juga menyukai