Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang terbentuk dari proses yang berangsur
lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di tempat
asalnya. Vernakular, berasal dari vernacullus yang berarti lokal, pribumi. Pembentukan
arsitektur berangsur dengan sangat lama sehingga sikap bentuknya akan mengakar. Latar
belakang indonesia yang amat luas dan memiliki banyak pulau menyebabkan perbedaan
budaya yang cukup banyak dan arsitektur merupakan salah satu parameter kebudayaan yang
ada di indonesia karena biasanya arsitektur terkait dengan sistem sosial, keluarga, sampai
ritual keagamaan.
1. Faktor Bahan
2. Metode Konstruksi
3. Faktor Teknologi
4. Faktor Iklim.
5. Pemilihan Lahan
6. Faktor sosial-budaya
Arsitektur vernakular pada cara –cara mendesain dan mendirikan bangunan dilakukan
dengan efektif dan efisien ditemukan melalui sistem trial and error.
Arsitektur tradisional adalah arsitektur yang dibuat dengan cara yang sama secara
turun temurun dengan sedikit atau tanpa adanya perubahan-perubahan yang signifikan
pada bangunan tersebut.
1
Arsitektur Vernakular mempunyai beberapa ciri, diantaranya adalah:
1. Sebagai salah satu model dan pencocokan misal: individu yang berubah.
2. Penyesuaian terhadap suatu model Penambahan atau penghilangan ruangan.
Membuat penyesuaian terhadap masalah(bentuk menyesuaikan masalah) Sifat
kualitas tambahannya, ketidakkhususan dan sifat awal mula. Hubungan dicapai
dengan kepentingan dan keberartian, lebih besar daripada hubungan diantara unsur-
unsur.
3. Memperlihatkan dengan jelas hubungan antara pola-pola bentuk dengan pola-pola
kehidupan. Misal: pola kehidupan keluarga yang hangat dan akrab mengakibatkan
pola bentuk dengan ruang keluarga berada ditengah-tengah dan berukuran besar.
4. Umumnya memiliki nilai simbolis.
5. Pengungkapan langsung dari nilai-nilai, daya cipta masyarakat, persepsi dan
pandangan hidup yang berubah, juga beberapa "KEAJEGAN"
6. Tanpa adanya perancang
7. Merupakan penafsiran langsung ke dalam bentuk fisik akan kesadaran budaya, hasrat,
impian dan keinginan dari sebagian besar masyarakat.
1. Iklim
Salah satu pengaruh paling besar pada arsitektur vernakular adalah ikim dari
daerah tempat bangunan tersebut dibuat. Bangunan di iklim dingin biasanya lebih
tertutup dengan jendela yang berukuran kecil atau sama sekali tidak ada. Sebaliknya
bangunan di iklim hangat cenderung dibangun dengan material yang ringan dan ukuran
ventilasi yang besar.
Bangunan juga memiliki bentuk berbeda tergantung pada tingkat curah hujan di
wilayah tersebut. Contohnya seperti rumah panggung yang dibangun pada daerah sering
banjir. Demikian pula untuk daerah dengan angin kencang, pasti bangunan dibuat khusus
untuk melindungi mereka dari angin dan melawan arah angin.
2. Budaya
Cara hidup dari penggunanya, serta bagaimana mereka menggunakan bangunan,
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap bentuk bangunan. Banyaknya anggota
keluarga, bagaimana mereka membagi ruangan untuk tiap anggota keluarga, bagaimana
makanan disiapkan dan dimakan, bagaimana mereka berinteraksi, dan masih banyak
2
pertimbangan budaya lainnya yang akan mempengaruhi tata letak dan ukuran tempat
tinggal.
Masyarakat etnik di Indonesia terdapat lebih dari 17 suku.Inti sistem budaya etnik
adalah suatu sistem kepercayaan keagamaan.Sistem nilai keduniawian yang perlu dilakukan
oleh anggota masyarakat etnik dinyatakan dalam sistem sistem normatif. Didalam sistem
normatif ditetapkan perilaku perilaku aggotanya. Setiap anggota masyarakat etnik diharapkan
bertindak sesuai dengan norma norma Adatnya. Norma norma dan adat selanjutnya akan
berpengaruh terhadap citra lingkungan dan arsitekturnya.
Norma, Adat, Iklim, Budaya, potensi bahan setempat akan memberikan kondisi pada
pengembangan Arsitektur Alam, Arsitektur Rakyat. Arsitektur Rakyat tersebut secara
langsung telah mendapatkan “pengakuan” masyarakatnya karena tumbuh dan melewati
perjalanan pengalaman “trial and error“ yang panjang . Arsitektur Rakyat yang dirancang
3
oleh dan untuk masyarakat yang bersangkutan tersebut, mengandung muatan “local genius”
dan nilai jati diri yang mampu menampilkan rona aseli,berbeda beda dan bervariasi.
Arsitektur ini sangat dekat dengan budaya lokal yang umumnya tumbuh dari masyarakat
kecil.
Kebudayaan Indonesia sendiri bukan sesuatu yang padu dan bulat,tetapi tersusun dari
berbagai rona elemen Budaya yang bervariasi, yang satu berbeda dengan yang lain karena
perjalanan sejarahnya yang berbeda. Perjalanan sejarah Indonesia yang panjang membentuk
sistem kebudayaan yang berlapis lapis.
Konfigurasi lapis kebudayaan yang berbeda beda tersebut bertaut dalam kesatuan
kebudayaan Indonesia dengan berbagai penjelmaannya yang sering disebut dengan Budaya
Nusantara. Tampilan konfigurasi budaya, paduan antara Kebudayaan Indonesia aseli dan
Hindu terlihat buahnya pada Arsitektur Bali. Tampilan konfigurasi Budaya aseli,
Hindu/Budha dan Islam terlihat buahnya pada Arsitektur Jawa. Tampilan gabungan budaya
Indonesia aseli dan Islam terlihat pada Arsitektur Aceh, Minangkabau. Sedangkan dikota
kota besar terjadi konfigurasi gabungan Kebudayaan Indonesia aseli,Hindu dan Islam dengan
nilai modern yang menghasilkan tampilan arsitektur inovatip. Kebudayaan tersebut
4
mengembangkan sistem normatif yang tidak berakar secara utuh dari budaya masyarakat
etnik tertentu .
• Rumah Batak
Karakter dan fitur rumah yang menampilkan perpaduan antara tradisi vernakular kuno
dan tradisi arsitektural asing sudah lebih sulit dkenali. Karakter umum rumah-rumah tersebut
adalah perpaduan antara bentuk dasar dan fitur tradisional dan langgam Austronesia berpadu
kedalam tradisi dan langgam bangunan yang datang sesudahnya yaitu, Hindu-Buddha, Islam,
China, dan kolonial Belanda yang mana menghasilkan berbagai bentuk percampuran dengan
karakter yang berbeda-beda dan sering disebut dengan nama yang khusus, seperti tipe “rumah
tradisional melayu”. Beberapa dari rumah tersebut sangat serupa dengan bangunan yang
dibangun dengan tradisi arsitektural dan langgam bangunan kuno Austronesia, tetapi
beberapa diantaranya telah sulit dipahami akarnya, salah satu contoh yaitu rumah Aceh dan
Gayo.
5
• Rumah Aceh
Dibeberapa daerah di Indonesia yaitu Jawa, Madura, Bali, dan Lombok Barat,
bentuk dan fitur yang umum dipakai pada tradisi arsitektur vernakular kuno telah dilebur
dengan tradisi dan langgam bangunan yang datang setelahnya. Dengan adanya peleburan ini,
maka bentuk dan fitur telah diubah hingga sulit untuk dikenali lagi dan ada juga yang telah
diganti secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan adanya dampak dari pengglobalan dan
pembudayaan Hindu-Buddha (antara abad kedua hingga kelima), dan ekspansi kultural islam
(sesudah abad kedua belas), ditambah dengan adanya pertumbuhan politik berbasis Negara
yang sangat tersentralisasi yang mempengaruhi semua sektor kehidupan sosial dan
mempengaruhi semua sisi kehidupan, Dengan kata lain tipe rumah tradisional dibagian
kepulauan Indonesia ini adalah hasil dari proses transformasi dari prinsip arsitektural asing
dengan bentuk dan fitur yang merupakan warisan dari tradisi kultural domestik.
6
Rumah Sasak
Masyarakat Sasak mendiami pulau Lombok dibagian timur dan selatan. Lain halnya
dengan tradisi kultural Hindu-Buddha masyarakat Bali yang mendiami bagian barat pulau,
kultur masyarakat sasak adalah sinkretis antara keimanan Islam dan kepercayaan serta praktik
animistis. Merefleksikan hal ini, maka arsitektur rumah tradisional dan bangunan lain jelas
mewakili percampuran antara tradisional Bali dan gaya tipikal bangunan Indonesia Timur.
Adapun contoh bangunan yang dapat diklasifikasikan sebagai arsitektur vernakular yaitu
rumah tradisional Sasak dan gudang padi atau lumbung. Jika dipandang dari luar, struktur
atap rumah tradisional Sasak kelihatan sama dengan rumah tradisioanal tipe joglo yang
dibangun masyarakat Jawa. Gudang atau tempat penyimpanan padi sangat serupa dengan
beberapa jenis rumah tradisional yang ditemukan dibagian lain daerah Nusa Tenggara yang
mengarah ke timur.
7
ARSITEKTUR VERNAKULAR MANCANEGARA