Anda di halaman 1dari 19

STUDI PRESEDEN

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR IV


“PERANCANGAN GEREJA KATOLIK DI KOTA KENDARI”

DISUSUN OLEH:
WAODE DZULISTIA SARI FEBRIANI
NIM : E1B120054

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat, ridha, dan

karuniaNya laporan perancangan hotel dan shoping mall dapat diselesaikan tepat waktu

sebagai salah satu syarat untuk menyelasaikan mata kuiah Struktur dan Konstruksi

Bangunan 3. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang selalu menjadi teladan bagi umatnya

Ucapan terima kasih sebesar-besarya kepada Bapak Dr. Ir. Burhan Said, Bapak Dr.

M. Arzal Tahir, Ibu Santi ST., MT, Ibu Hapsa Rianty, ST., M.Si, serta Ibu Dwi Rinnarsuri

ST., M.Sc, selaku dosen mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur IV, yang

membimbing dan mendidik kami sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan ini masih

melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan

ketidak sempurnaan yang pembaca temukan dalam laporan ini. Penulis juga mengharap

adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam laporan ini.

akhir kata semoga penulisan laporan ini memberikan manfaat bagi semua pihak terutama

bagi perkembangna dunia Arsitektur.

Kendari, 12 Setember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. iii

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2

1.4 Metode ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

2.1. Definisi Objek Bangunan ................................................................................... 3

2.2 Literatur Bangunan Bentang Lebar .................................................................... 3

A. Pengertian Bangunan Bentang Lebar ........................................................ 3

B. Persyaratan Umum Bangunan Bentang Lebar .......................................... 4

C. Jenis-Jenis Struktur Bentang Lebar ........................................................... 4

2.3 Literatur Tentang Bangunan Gereja .................................................................... 5

A. Klasifikasi Objek Bangunan Gereja Katolik ............................................. 5

B. Persyaratan/Standar Bangunan Gereja Katolik ......................................... 6

2.4 Studi Preseden ..................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan populasi yang semakin meningkat membuat manusia perlu
memikirkan kebutuhan akan tempat beribadah disamping kebutuhan akan hunian di
tengah keterbatasan lahan yang ada. Secara umum, bangunan bentang lebar adalah
bangunan yang membentang sangat lebar dan luas sehingga menghasilkan ruangan
yang lebih lenggang dan memudahkan ruang gerak. Bangunan bentang lebar pada
dasarnya dibuat untuk menciptakan ruangan yang sangat luas agar bisa digunakan
sesuai kebutuhan tertentu. Menurut Tangoro dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Bangunan Struktur Bentang Lebar, sebuah bangunan bisa disebut arsitektur bentang
lebar apabila ukuran kolom bentang lebar mencapai lebih dari 20 meter.
Kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,
terutama Kendari. Hal ini karena berbagai bidang yang terlibat dari perkotaan
mengalami perkembangan yang cukup pesat seperti bidang kependudukkan, ekonomi,
perdagangan dan jasa. Pembangunan sarana ibadah dirasa kurang menjadi perhatian
khusus bagi aparat pemerintah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kota Kendari tahun 2019 mencatat
jumlah pemeluk agama Islam sebanyak 318.771 orang (93,16%), kemudian pemeluk
agama Kristen sebanyak 20.118 orang (5,88%) dimana Protestan sebanyak 12.699
orang (3,71%) dan Katolik 7.419 orang (2,17%). Kemudian pemeluk agama Hindu
sebanyak 2.276 orang (0,67%) dan pemeluk agama Buddha 993 orang (0,29%).

Jumlah tempat peribadatan di Kota Kendari hingga akhir tahun 2019 yakni
Masjid sebanyak 473 bangunan, Musholla sebanyak 62 bangunan, kemudian Gereja
terdapat 44 bangunan (Protestan sebanyak 39 bangunan dan Katolik sebanyak 15
bangunan), kemudian Pura sebanyak 2 bangunan dan Vihara sebanyak 5 bangunan.

Berdasarkan kondisi diatas, dalam satu gereja katolik perlu memuat setidaknya
500 jemaat sehingga pembangunan gereja katolik di Kota Kendari sebagai sarana
peribadatan dirasa perlu dilakukan.
1.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi objek bangunan gereja?


2. Bagaimana literatur bangunan bentang lebar?
3. Bagaimana literatur bangunan gereja katolik?
4. Apa saja studi preseden mengenai bangunan gereja katolik?

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi objek bangunan gereja
2. Untuk mengetahui literatur bangunan bentang lebar
3. Untuk mengetahui literatur bangunan gereja katolik
4. Untuk mengetahui studi preseden mengenai bangunan gereja katolik

1.3 Metode

Metode yang digunakan dalam mendesain gedung perkantoran adalah dengan


menggunakan literatur baik media tulisan maupun elektronik yang sesuai dengan fungsi
dan bimbingan dari Dosen.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Objek Bangunan Gereja

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, gereja berarti:

1. Gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen.


2. Badan (organisasi) umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran dan
tata caranya (-Katolik, -Protestan, dan lain-lain).
Berdasarkan asal usul kata “Gereja” diambil dari bahasa Portugis “Igreja”,
dalam bahasa Latin disebut “Ecclesia” dan dalam bahasa Yunani disebut “Ekklesia”
yang berarti perkumpulan, pertemuan, rapat. Gereja bukan sembarangan perkumpulan,
melainkan kelompok orang-orang khusus yang dipanggil Tuhan untuk bersekutu
bersama-sama denganNya. Terkadang “gereja” dipakai dengan kata “jemaat” atau
“umat”, tetapi perlu diingat bahwa “jemaat” sangat istimewa.

Gereja adalah gedung tempat beribadah para penganut agama Kristen juga
merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan, dan tempat melakukan
kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya, seperti sekolah minggu, ibadah pemuda,
pemberkatan untuk pernikahan dan sebagainya. Gereja merupakan gedung ibadah yang
memerlukan ketenangan untuk mencapai kekhususan dengan Allah.

Jadi, gereja adalah rumah, tempat ibadah/persekutuan atau tempat berdoa dan
tempat untuk melakukan upacara yang sama kepercayaan, ajaran dan tata caranya
(Katolik, Protestan, dan lain-lain). Pengertian lain gereja menurut pengamatan gereja-
gereja di Kota Kendari adalah tempat atau sarana dan prasana untuk melakukan ibadah,
persekutan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus serta tempat melakukan
pelayanan kepada jemaat gereja (belajar doa, katekisasi, belajar menyanyi dan lain-lain)
dan pelayanan kepada masyarakat di sekitar gereja (pengadaan fasilitas kesehatan,
seperti: poliklinik).

2.2 Literatur Bangunan Bentang Lebar

A. Pengertian Bangunan Bentang Lebar

Bangunan bentang lebar merupakan bangunan yang memungkinkan


penggunaan ruang bebas kolom yang selebar dan sepanjang mungkin. Menurut
Ensiklopedia Britannica, bangunan bentang lebar adalah bangunan yang
menyediakan ruang bebas kolom-tanpa halangan-yang lebih besar dari 30m untuk
berbagai fungsi.

Bangunan bentang lebar pada dasarnya dibuat untuk menciptakan ruangan yang
sangat luas agar bisa digunakan sesuai kebutuhan tertentu. Jadi, di dalam ruangan tidak
ada tiang dan kolom-kolom yang membatasi ruang gerak dan membuatnya terlihat
lebih sempit. Menurut Ensiklopedia Britannica, bangunan bentang lebar adalah
bangunan yang menyediakan ruang bebas-kolom-tanpa halangan-yang lebih besar dari
30 m untuk berbagal fungsi. Ini termasuk fungsi atau kegiatan-kegiatan ketika:

• Visibilitas, adalah hal yang penting untuk penonton berjumlah besar (seperti
auditorium dan stadion tertutup);
• Fleksibilitas, adalah hal yang penting (seperti ruang pameran dan fasilitas
manufaktur tertentu);
• Benda bergerak yang besar ditempatkan (seperti hanggar pesawat).

B. Persyaratan Umum Bangunan Bentang Lebar

1. Memerlukan ruang yang luas tanpa halangan kolom


2. Memungkinkan bentuk-bentuk arsitektural yang lebih beragam
3. Bentang maksimum lantai slab dan bakok adalah 20m sedangkan lantai plat 15-
18m
4. Biasanya menggunakan beton prategang dengan efisiensi mencapai 40% atau
menggunakan struktur vierendel yaitu balok dengan ruangan didalamnya seperti
gerbong kereta atau sistem struktur bentang lebar lain (Struktur Bentang Lebar,
Paulus Rossi Ismoyo Aji)

C. Jenis-Jenis Struktur Bentang Lebar

Sistem struktur bentang lebar merupakan struktur bangunan yang


memungkinkan adanya bentang yang lebih lebar di antara dua struktur vertikal.
Biasanya struktur ini digunakan pada bangunan besar yang difungsikan sebagai tempat
berkumpul, seperti auditorium, bioskop, gedung olahraga, juga tempat ibadah. Struktur
bentang lebar ini jenis bentuknya bisa bermacam macam tergantung sistemnya.
Struktur bentang lebar, memiliki tingkat kerumitan yang berbeda satu dengan
lainnya. Kerumitan yang timbul dipengaruhi oleh gaya yang terjadi pada struktur
tersebut.

Dilihat dari bentuk dan kerumitannya dalam proses pembangunan, ada 2 jenis
struktur bangunan bentang lebar berdasarkan bentuk dan tingkat kompleksitasnya
dalam proses pembangunan yaitu struktur bentang lebar sederhana dan struktur bentang
lebar kompleks. Struktur bangunan bentang lebar sederhana memiliki bentangan yang
luas dan dirancang dengan fokus pada fungsinya. Meskipun tampak sederhana, proses
pembangunannya biasanya lebih cepat. Bangunan seperti ini biasanya ditemukan di
fasilitas olahraga yang tidak memerlukan ornamen khusus. Sedangkan struktur
bangunan bentang lebar kompleks mempertimbangkan fungsi dan estetika secara
bersamaan. Biasanya, bangunan seperti ini digunakan untuk pertunjukan seni, pameran,
atau opera, di mana tampilan estetika sangat penting. Namun, sekarang juga digunakan
pada berbagai jenis bangunan seperti bandara, mal, dan tempat ibadah. Proses
pembangunan bangunan bentang lebar kompleks lebih rumit dan memakan waktu lebih
lama.

Dalam pembuatan struktur bangunan bentang lebar, ada 4 kategori besar sistem
yang umum digunakan:

1. Form Active Structure System

Form active structure system mengandalkan bentuk struktur untuk menanggung seluruh
beban. Struktur ini dapat berubah secara mekanis sebagai respons terhadap perubahan
lingkungan. Contoh teknik dalam sistem ini adalah sistem kabel, sistem tenda, sistem
pneumatik, dan sistem lengkungan.

2. Bulk Active Structure System

Bulk active structure system adalah sistem penyusun yang bersifat kaku dan padat.
Beban bangunan akan ditransmisikan langsung kepada materialnya melalui kolom atau
balok. Struktur bulk active structure system ini terdiri dari beam system, frame system
sampai dengan beam grid maupun slab system.

3. Vector Active Structure System

Vector Active Structure System menggunakan batang lurus pendek, padat, dan lurus
untuk mengalihkan atau menyalurkan gaya eksternal, terutama dari unsur tekan dan
unsur tarik. Teknik dalam sistem ini mencakup sistem rangka datar, sistem rangka
lengkung, dan sistem jaring ruang.

4. Surface Active Structure System

Surface active structure system adalah struktur bangunan bentang lebar yang fleksibel,
namun tahan dari tekanan dan perubahan gaya. Ciri struktur ini umumnya
menggunakan lengkungan atau lipatan bangun ruang. Contoh teknik dalam sistem ini
adalah sistem struktur lipatan prisma, sistem struktur lipatan piramida, sistem kulit
berputar, dan sistem kulit antiklastik.

2.3 Literatur Tentang Bangunan Gereja

A. Klasifikasi Objek Bangunan Gereja Katolik

Ajaran secara Katolik gereja terbagi menjadi 4 jenis klasifikasi tempat ibadah antara
lain; Gereja Katedral, Gereja Paroki, Gereja Stasi dan Kapel. Empat jenis klasifikasi
tersebut merupakan tempat ibadah yang digunakan oleh umat Katolik sesuai dengan
jumlah besaran atau banyaknya umat Katolik pada suatu tempat. Empat bangunan
sebagai tempat beribadahnya umat Katolik, antara lain;

1. Gereja Katedral

Gereja Katedral merupakan bangunan Gereja pusat dari suatu Keuskupan umat Katolik
di suatu kota atau daerah. Fungsi Gereja Katedral sama seperti gereja pada umumnya
yaitu sebagai tempat beribadah. Selain untuk beribadah, gereja katedral ini juga dapat
berfungsi sebagai tempat yang dapat mewadahi kegiatan keagamaan lainnya terutama
untuk umat Katolik.

2. Gereja Paroki.

Gereja Paroki merupakan salah satu tempat peribadatan yang melingkupi suatu daerah
atau tempat namun tidak seluas lingkup Gereja Katedral. Fungsi dari gereja Paroki sama
seperti Gereja Katedral yaitu untuk tempat beribadah. Selain untuk beribadah, gereja
katedral ini juga dapat berfungsi sebagai tempat yang dapat mewadahi kegiatan
keagamaan lainnya terutama untuk umat Katolik.
3. Gereja Stasi;

Gereja Stasi merupakan salah satu tempat peribadatan yang melingkupi suatu daerah
atau tempat namun tidak seluas lingkup Gereja Paroki. Fungsi dari gereja stasi sama
seperti Gereja Katedral dan Gereja Paroki untuk mewadahi keperluan keagamaan
terutama untuk umat Katolik namun aktivitas di Gereja Stasi ini tidak seintens di Gereja
Katedral ataupun Gereja Paroki.

4. Kapel;

Kapel merupakan salah satu tempat peribadatan yang berada suatu daerah atau tempat
yang lingkupnya sama seperti Gereja Stasi. Fungsi dari Kapel ini adalah sama seperti
bangunan gereja, namun kegiatan yang berkapasitas lebih sedikit dibanding bangunan
gereja. Ukuran sebuah Kapel biasanya hanya sebesar rumah saja.

B. Persyaratan/Standar Bangunan Gereja Katolik

1. IMB (Izin Mendirikan Bangunan) Tempat Ibadah


syarat-syarat yang harus dipenuhi:
• Daftar nama & KTP pengguna rumah ibadah paling sedikit 90 orang, disahkan
oleh Kepala Desa dan Camat setempat.
• Daftar susunan pengurus/panitia pembangunan tempat ibadah
• Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang yang disahkan oleh
Kepala Desa.
• FC. Sertifikat Tanah/Bukti Pemilikan Tanah
• Gambar konstruksi lengkap.
• Rekomendasi tertulis Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten.
• Rekomendasi tertulis Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten.
• Surat Izin IMB Lama (untuk Renovasi, Perubahan)
2. Pengaturan Ruang Dalam
• Altar
• Mimbar
• Tempat Duduk Pemimpin
• Tempat pembabtisan dan sumber
• Tempat dan ruang duduk sakramen tobat
• Tabernakel/ persemayaman ekaristi
• Tempat duduk umat
• Tempat koor dan organis
• Rancangan lukisan
• Kapel untuk misa harian
• Peralatan dan bahan-bahan
3. Pengaturan tempat-tempat khusus yang menyatu pada badan gereja
• Sakristi
• Pelataran masuk dan pintu utama
• Menara dan lonceng
2.4 Studi Preseden Bangunan Gereja
1. Gereja Kelahiran Santa P. Maria, Kepanjen, Surabaya, Indonesia

Gambar 1 Gereja Kelahiran Santa P. Maria, Kepanjen, Surabaya

1. Nama bangunan : Gereja Kelahiran Santa P. Maria

2. Lokasi bangunan : Jl. Kepanjen No.4-6, Krembangan Sel., Kec. Krembangan,


Surabaya, Jawa Timur

3. Fungsi bangunan : Gereja Katolik

4. Arsitek: W.G.W. Westmaas

5. Tahun dibangun : 1900

6. Ukuran bangunan : panjang as bagian dalam 47.60 meter, lebar tangan gereja 30.70
meter, transep 12.70 meter, dar lantai sampai ujung gawel 17.40 meter.

7. Daya tampung : 1000 jemaat

8. Material dinding : Beton, Shear wall, kaca

9. Material lantai :marmer, keramik & vinyl

10. Gaya Arsitektur: Arsitektur Kebangkitan Gotik


Gambar 2 Siteplan Gereja Kelahiran Santa P. Maria

Denah gereja Kelahiran Santa Perawan Maria berbentuk salib atau disebut juga
basilica, dengan panjang interior gereja 47, 8 meterdan lebar interior gereja 30, 6 meter.
Secara keseluruhan, interior-interior yang terdapat dalam Gereja Katolik berbentuk
secara geometris dan simetris, karena hal tersebut melambangkan kesempurnaan dan
keagungan Tuhan dalam menciptakan hubunganNya dengan umat-umatNya. Bentuk
simetris tersebut juga memiliki arti ketenangan, kekokohan, diandalkan yang
merupakan sifat- sifat perlindungan yang dicari oleh manusia. Selain itu, penonjolan
struktur geometris pada plafon mengandung arti keagungan, kebesaran dan
penghormatan kepada yang Maha Kuasa. Struktur plafon yang tersusun vertikal
menggambarkan wujud bangunan Gereja sebagai rumah Allah.
Konsep Desain

Gambar 3 Desain Gereja Kelahiran Santa P. Maria


Konsep dari bangunan Gereja Katolik Kelahiran Santa P. Maria yang ada di Jalan
Kepajen nomor 4-6, memiliki denah berbentuk salib. Hal itu terlihat jelas bila bangunan
gereja bila dipandang dari atas. Gereja Kepanjen dibangun di bawah pimpinan Pastor
van Santen SJ., dengan arsitek gereja yang bernama W.G.W. Westmaas, arsitektur
gereja bergaya Gothic dan semua bahan bangunan berasal dari Eropa dengan bangunan
kayu yang menggunakan jati dan bangunan tembok dari batu bata yang juga
didatangkan dari Eropa.
Utilitas
Sistem pencahayaan yang digunakan :
a. General lighting (sistem pencahayaan langsung) : untuk ruang-ruang umum.
b. Specific lighting (sistem pencahayaan khusus) : untuk ruang khusus auditorium dan
outdoor.
Sistem Penguat Suara yang terdiri dari microphone (input), amplifier (penguat), speaker
(output). Jaringan perkabelan sebagai mediator sangat perlu diperhatikan saat
perencanaan, sebab instalasi kabel tertanam di dalam bangunan.
Sistem transportasi pada bangunan menerapkan :
1. Sistem transportasi horisontal :
a. Di dalam bangunan : selasar, koridor, hall
b. Di luar bangunan: jalur pejalan kaki (pedestrian), sirkulasi kendaraan, area parkir.
2. Sistem transportasi vertikal: Jalur pergerakan secara vertikal hanya mempergunakan
tangga.
Layout Ruang

Gambar 4 Denah Gereja Kelahiran Santa P. Maria


Gambar 4 Detail Gereja Kelahiran Santa P. Maria
2. Gereja Katolik Santo Paulus, Sidoarjo

1. Nama bangunan : Gereja Katolik Santo Paulus, Sidoarjo

2. Lokasi bangunan : Jl. Raya Bandara Juanda No.10, Semambung, Kec. Gedangan,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

3. Fungsi bangunan : Gereja Katolik

4. Arsitek: Ir. Benny Poerbantanoe, MSP.

5. Tahun dibangun : 2003

6. Luas lahan : 4000m2

7. Daya tampung : 800 jemaat

8. Material dinding : Beton, glassblock, kayu,reflektor, eternit


Konsep Desain

Didorong oleh keunikan lokasi kavling yang bersebelahan dengan Pura, juga keinginan
untuk menjalin hubungan antar agama, Ir. Benny Poerbantanoe, MSP selaku arsitek
utama mengadopsi bentukan pura – candi bentar sebagai facade gereja. Secara
sederhana, yang ingin disampaikan melalui desain tersebut adalah : “Adanya keinginan
Gereja untuk membaur dengan sekitarnya, ‘bersalaman’ dengan Pura dalam satu
kesatuan yang tidak terpisahkan tanpa mengabaikan unsur-unsur utama gereja “

Denah Gereja Santo Paulus sangat unik, karena mempunyai berbentuk setengah
lingkaran dengan altar sebagai pusatnya. (Pada umumnya gereja katolik mengadopsi
bentukan salib sebagai dasar denah). Pada awal mula desain, gereja ini di desain untuk
menampung 500 umat. Namun pada akhirnya dikembangkan sehingga dapat
menampung sekitar 800 umat.
Utilitas

Sistem penghawaan yang dipakai ada 3 macam yaitu penghawaan alami, penghawaan
buatan, dan kombinasi keduanya.

• Penghawaan Alami, diterapkan pada ruang yang tidak memerlukan penataan akustik
berlebih, sehingga memungkinkan untuk dibuat bukaan, seperti: pada unit pelayanan
dan pendidikan gerejawi, unit pendukung dan service, dan area pertamanan terbuka.

• Penghawaan Buatan, diterapkan pada ruang yang memerlukan penataan akustik


khusus, sehingga tidak bisa dibuat bukaan. Penerapannya pada pusat liturgi gereja,
studio musik, auditorium bahkan unit pengelola.

• Kombinasi keduanya diterapkan pada toko buku, rumah gereja, dan mini market.
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia

H. Berkhof. Sejarah Gereja.(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990)

D.K. Ching, Francis. (2008). Arsitektur, Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Jakarta:
Erlangga.

BPS Sulawesi Tenggara. Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kabupaten/Kota di


Sulawesi Tenggara, 2019. https.//sultra.bps.go.id/statictable/2020/01/29/2661/jumlah-
tempat-peribadatan-menurut-kabupaten-kota-di-sulawesi-tenggara-2018.html .
Diakses pada 24 September 2023.

Huub J. W. M Boelaars. Indonesianisasi; Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi


Gereja Katolik Indonesia. (Yogyakarta: Kanisius, 2005). 338.

Suptandar, J. Pamudji. (1999). Perancangan Tata Ruang Dalam(Desain


Interior).Jakarta: Penerbit Djambatan.

Gregory, Albertus. (2012). Gereja Katolik St. Aloysius Gonzaga, Darmo Satelit,
Surabaya. http:// albertusgregory. blogspot.com/2012/09/gereja-katolik-staloysius-
gonzaga.html. Katolisitas. org. Diakses pada 21 September 2023.

Keputusan Sidang Raya XII PGI, Lima Dokumen Keesaan Gereja di Indonesia, hlm
53.

Perencanaan Pembangunan Gereja Baru. http:// katolisitas.org/12737/


perencanaanbangunan-gereja-baru.htm Diakses pada 23 September 2023

David R. Ray: diterjemahkan oleh Paul Ritter, Gereja yang Hidup: Ide-Ide Segar
Menjadikan Ibadah Lebih Indah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hlm 126-129.

Hoseana, Jonathan. 2019. Mengagumi Sisi Teologis di balik Desain Gereja Katolik.
https.//jonathanhoseana.wordpress.com/2015/01/06/mengagumi-sisi-teologis-di-balik-
desain-gereja-katolik/http://www. imankatolik.or.id/SIMBOLISME%20LITURGI
%20EKARISTI%20DALAM%20GEREJA%20KATOLIK.html Diakses pada 24
September 2023

George Kirchberger, Gereja Yesus Kristus: Sakramen Roh Kudus, (Flores-NTT:


Penerbit Nusa Indah, 1991), hlm 151

Anda mungkin juga menyukai