Anda di halaman 1dari 19

TUGAS FINAL ARSITEKTUR HIJAU

“Penerapan Konsep Green Architecture Pada Kawasan Pendidikan dan


Perdagangan”

DISUSUN OLEH :

1. AHMAD ALBAR (E1B120026)


2. WA ODE MORISUNO (E1B120022)
3. LA ODE ABDUL BARIKSAN (E1B120042)
4. SETHYA PUSPITASARI (E1B120050)
5. WAODE DZULISTIA SARI F. (E1B120054)

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini bisa tersusun sampai selesai. Tak lupa pula kami
mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dari pihak yang telah
berkonstribusi dalam memberikan sumbangan berupa materi ataupun
pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya bisa memperbaiki
ataupun menambah bentuk isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan suatu pengetahuan maupun pengalaman, kami


yakin msih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karenanya kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
sebuah kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 28 Desember 2022

Anggota Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4

A. LATAR BELAKANG ......................................................................4


B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................5
C. TUJUAN ...........................................................................................5
D. MANFAAT .......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................6


1. Pengertian Green Architecture...........................................................6
2. Green Architecture sebagai tema perancangan .................................8
3. Penerapan Konsep Green Architecture pada
kawasan pendidikan .........................................................................9
4. Penerapan Konsep Green Architecture pada
kawasan perdagangan.......................................................................14

BAB III PENUTUP ...........................................................................................18


A. KESIMPULAN ..............................................................................,.18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dewasa ini, isu pemanasan global sedang hangat menjadi permasalahan di


seluruh dunia. Proses yang biasa disebut dengan efek rumah kaca (green house effect)
lalu dihubungkan dengan perubahan iklim yang menjurus ke hal ekstrem, yakni
bencana alam, meningkatnya tinggi muka air laut, udara yang semakin panas,
kelangkaan sumber air dan makanan, sampai timbulnya berbagai ancaman penyakit.
Sudah saatnya bangunan berkesinambungan dengan lingkungannya. Tujuannya untuk
menurunkan dampak negatif terhadap bangunan dan lingkungannya.

Dalam membangun komunitas dan lingkungan, manusia sering melakukan


pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungannya. Dengan adanya konsep
perencanaan yang bijak akan dapat mengatur optimalisasi ruang hijau pada bangunan
sekaligus mengedukasi pengguna bangunan agar menyadari dirinya sebagai bagian
dari lingkungan hidup.

Kebutuhan akan tempat tinggal berefek menggerus lahan-lahan hijau yang


semula untuk resapan air atau sumber udara sehat. Gaya hidup modern berdampak
pada pengerukan sumber daya alam hingga batas yang sulit terkontrol. Ini semua
berpotensi merusak lingkungan, sehingga menghasilkan efek-efek negatif seperti di
atas. Kini saatnya umat manusia peduli terhadap lingkungannya. Salah satu langkah
untuk pelestarian lingkungan adalah menciptakan bangunan yang ramah lingkungan,
peduli dengan lingkungan dan dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
Selain itu, juga memperhatikan sumber daya alam sebagai kesatuan dari lingkungan
yang akan dibentuk. Bangunan semacam ini menerapkan prinsip-prinsip desain Green
Architecture

Kesadaran akan Green Architecture bukan semata-mata tren, namun kondisi


alam saat ini yang membuat tempat tinggal manusia harus dirancang sedemikian rupa.
Desain yang tepat serta memperhatikan iklim dan lingkungan akan berdampak positif
pada kualitas hidup penghuni bangunan. Green Architecture sendiri merupakan sebuah
definisi longgar dari land-use, desain bangunan dan strategi konstruksi yang ringan,
hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas, nyaman dan menyehatkan, efisien
dalam hal bahan dan energi, fungsional dan tahan lama serta memberikan pengaruh
baik terhadap pengguna dan lingkungannya.5

Tujuan utama Green Architecture adalah menciptakan eco-design, arsitektur


ramah lingkungan, serta arsitektur alami dengan konsep pembangunan berkelanjutan.6
Manfaat yang diperoleh dengan mengimplementasikan Green Architecture pada
bangunan yaitu antara lain : mengurangi konsumsi energi dan bahan material baru,

4
perlindungan terhadap ekosistem, meningkatkan produktivitas kerja dari pengguna
serta berpengaruh baik terhadap kesehatan pengguna.7

Konsep Green Architecture memiliki dua fokus utama yaitu penghematan


penggunaan energi dalam bangunan dan kesadaran bahwa banyak ancaman dalam
sebuah bangunan yang bisa memicu gangguan kesehatan pada penghuni. Efisiensi
ruangan juga menjadi fokus perhatian dalam ilmu ini. Green Architecture
memanfaatkan sumber yang dapat diperbaharui seperti pemakaian energi sinar
matahari melalui passive solar dan active solar. Selain itu, konsep Green Architecture
ini juga memakai teknik photovoltaic seperti penambahan tanaman serta pohon
melalui atap hijau dan taman hujan.

Green Architecture meletakkan dasar-dasar penataan lingkungan yang serasi dan


mengikuti alam. Selain itu, juga menghendaki perbaikan pada sistem bangunan yang
menjamin kesejahteraan sekaligus meningkatkan kesehatan penghuninya. Para
pengguna bangunan yang mengimplementasikan Green Architecture telah menikmati
hidup lebih sehat. Ini karena alam sebagai paradigma adalah hal yang menjadi fokus
Green Architecture. Secara lebih luas dalam skala kota, Green Architecture berusaha
mengoptimalkan lahan bangunan sebagai bagian dari ruang hijau kota.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Green Architecture ?


2. Bagaimana Green Architecture sebagai tema perancangan?
3. Bagaimana konsep Green Architecture pada kawasan Pendidikan?
4. Bagaimana konsep Green Architecture pada kawasan Perdagangan?
5. penerapan konsep Green Architecture pada kawasan Perdagangan?

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Green Architecture


2. Untuk mengetahui bagaimana Green Architecture sebagai acuan tema perancangan
3. Untuk mengetahui penerapan konsep Green Architecture pada kawasan
Pendidikan
4. Untuk mengetahui penerapan konsep Green Architecture pada kawasan
Perdagangan

1.4 Manfaat

1. Sebagai salah satu sumber informasi mengenai konsep Green Architecture.


2. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Arsitektur Hijau.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Green Architecture

a. Definisi Green Architecture


Green Architecture dapat diartikan sebagai konsep arsitektur yang berusaha
meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia, dan
menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan
cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Sedangkan menurut Jimmy Priatman, dosen UK Petra sekaligus pemerhati Green
Architecture, mengungkapkan Green Architecture adalah arsitektur yang berwawasan
lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami
dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola keberlanjutan
(sustainable) dan pendekatan holistik (holistic approach).
Green Architecture dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan),
earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan
performa sangat baik).
Green Architecture sendiri merupakan sebuah definisi longgar dari land-use, desain
bangunan dan strategi konstruksi yang ringan, hangat di musim dingin dan sejuk di
musim panas, nyaman dan menyehatkan, efisien dalam hal bahan dan energi,
fungsional dan tahan lama serta memberikan pengaruh baik terhadap pengguna dan
lingkungannya.
b. Urgensi Green Architecture
Saat ini, alam mulai menunjukkan perubahannya yaitu efek-efek buruk akibat
ulah manusia yang tak bijak terhadap bumi. Industrialisasi dan pemakaian energi
secara besar- besaran dan terus menerus Telah menggerogoti bumi dan
menyebabkan fenomena pemanasan global atau global warming. Efek utama
pemanasan global yaitu perubahan pola iklim bumi yang drastis. Perubahan iklim ini
dapat menjurus ke efek ekstrem seperti bencana alam (banjir, angin puting beliung,
topan siklon, gelombang besar), meningkatnya tinggi muka air laut karena pencairan
es di kutub, udara yang semakin panas, kelangkaan sumber air dan makanan,
timbulnya berbagai ancaman penyakit yang sulit diprediksi sebelumnya, musnahnya
spesies karena kerusakan habitat, deforestasi dan hujan asam. Semua efek tersebut
membahayakan kehidupan manusia. Hal ini akan berpengaruh pada ruang-ruang
mikro yaitu bangunan sebagai kulit ketiga manusia.
Faktanya, penyumbang efek global warming terbesar adalah bangunan mulai
dari pembangunan, pengoperasian dan penghancurannya. Sumber daya alam, industri
dan energi untuk memenuhi tuntutan material bangunan, pembangunan, operasional
dan ketika dihancurkan untuk membangun kembali membutuhkan jumlah besar.
Padahal, kebutuhan terhadap bangunan bersifat primer. Oleh karenanya, perlu strategi
desain yang memperhatikan lingkungan sehingga dapat lestari dan berkelanjutan.

6
Pemanasan global saat ini tidak dapat dihilangkan begitu saja, namun manusia dapat
memperlambat dan mengurangi efek buruknya. Untuk mengurangi dampak ekstrem
tersebut, manusia harus berani mengubah diri untuk lebih memperhatikan alam.
Bangunan tempat berlindung akhirnya harus dikondisikan sedemikian rupa agar
manusia sebagai penghuni dapat mengurangi efek buruk tersebut. Salah satu upaya
untuk mengurangi dampak kerusakan global yang dikenal dengan global warming atau
pemanasan global terhadap ruang makro yaitu dengan memperbaiki ruang mikro
secara bersama-sama. Manusia sebagai penghuni planet bumi dituntut untuk “berpikir
global, bertindak lokal”.
Green Architecture hadir sebagai pendekatan desain bangunan yang mengubah pola
pikir dan kebiasaan manusia yang kurang menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Green Architecture berangkat dari kesadaran akan kerusakan lingkungan secara
global. Green Architecture menghendaki perbaikan pada sistem bangunan yang
menjamin kesejahteraan sekaligus meningkatkan kesehatan penghuninya.

2.2 Green Architecture Sebagai Tema Perancangan

a. Tujuan, Manfaat, Ciri dan Peran Green Architecture

Tujuan utama Green Architecture adalah menciptakan eco-design, arsitektur


ramah lingkungan, serta arsitektur alami dengan konsep pembangunan berkelanjutan.
Manfaat yang diperoleh dengan mengimplementasikan Green Architecture pada
bangunan yaitu antara lain : mengurangi konsumsi energi dan bahan material baru,
perlindungan terhadap ekosistem, meningkatkan produktivitas kerja dari pengguna
serta berpengaruh baik terhadap kesehatan pengguna.6
Menurut praktisi arsitektur Mauro Purnomo Rahardjo, ciri Green Architecture
antara lain, adanya sistem sirkulasi udara yang dirancang efisien baik untuk
pemanasan maupun pendinginan ruang. Pemakaian pencahayaan dengan sumber
energi yang efisien, serta penggunaan bahan bangunan yang non-synthetic serta non-
toxic. Efisiensi ruangan juga menjadi fokus perhatian dalam ilmu ini.
Green Architecture lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah
tanaman lebih banyak di sebuah bangunan. Lebih luas dari itu, Green Architecture
berperan untuk memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi
lingkungan, menciptakan ruang-ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan
masyarakat, sarana informasi dan edukasi masyarakat dan sebagainya.8
Bangunan berkonsep Green Architecture merupakan reinterpretasi sosial budaya
masyarakat terhadap alam dan kehidupan tempat tinggalnya.9 Secara lebih luas dalam
skala kota, Green Architecture berusaha mengoptimalkan lahan bangunan sebagai
bagian dari ruang hijau kota.

7
b. Komponen Green Architecture

Terdapat beberapa komponen dari Green Architecture menurut Jason Frederick


McLennan (Universitas Oregon) dalam tulisannya yang berjudul “Solar Incidents”
yaitu antara lain :

1. Memperhatikan energi (Respect for energy)


Mengurangi/menghemat kebutuhan bangunan untuk mengkonsumsi energi.
Menghemat pemakaian lampu listrik, AC, dan pemanas ruangan. Memanfaatkan
pencahayaan alami untuk penerangan di siang hari.
2. Memperhatikan tempat (Respect for place)
Bekerja dengan iklim lokal, konteks dan material untuk menghasilkan arsitektur
yang sesuai dengan masyarakat dan lingkungan alami di sekitarnya. Dengan
menggunakan komponen ini dapat mengolah beragam kondisi sekitar juga dapat
mengangkat potensi lokal.
3. Memperhatikan sumber daya (Respect for resources)
Meminimalkan jumlah sumber daya alam dan sumberdaya buatan manusia yang
digunakan dalam sebuah bangunan. Desain layout menjadi lebih kecil dan lebih
efisien. Eliminasi elemen-elemen yang tidak dibutuhkan dalam program.
Pembangunan ditujukan untuk jangka panjang. Menggunakan material yang dapat
diperbaharui/dapat didaur ulang.
4. Memperhatikan masyarakat (Respect for people)
Menggunakan material yang tidak beracun dan menyebabkan udara di dalam
bangunan menjadi tidak sehat. Tidak membuat bangunan dengan material, yang
dalam langkah penggunaannya, dari pembuatan hingga instalasi dapat
menyebabkan manusia menjadi tidak sehat. Membangun dengan tidak
mengabaikan umur maupun kemampuan fisik manusia sehingga penggunaan
dalam kegiatan sehari-hari menjadi lebih maksimal. Dan jika memungkinkan juga
memperhatikan faktor keindahan atau estetika bangunan.
5. Memperhatikan tapak (Respect for site)
Memelihara karakter dari bagian alam di tapak manapun. Memperbaiki dan
memugar kembali area yang rusak dari tapak tersebut. Memelihara lingkungan
setempat sehingga mampu untuk bertahan di kemudian hari. Tidak membangun di
area yang sensitif seperti area atau tapak dimana kondisi tanahnya mudah longsor.
6. Memperhatikan siklus kehidupan (Respect for the cycle of life)
7. Menghindari pemakaian material yang sulit dihancurkan oleh proses alamiah dan
berbahaya bagi manusia dan lingkungannya. Membangun hanya dengan material
yang dirancang secara berkelanjutan.

8
2.3 Penerapan Konsep Green Architecture pada kawasan pendidikan

Selama ini, pengetahuan tentang lingkungan hidup, upaya pelestariannya dan


penanaman rasa cinta terhadap alam hanya menjadi salah satu bagian kecil yang
diselipkan diantara kurikulum DikNas di sekolah-sekolah pada umumnya. Ada pula
yang hanya diselenggarakan secara ekstrakurikuler dan tidak menyentuh area
kurikuler. Padahal, bahan belajar melalui lingkungan sekitar lebih mudah dilakukan
dan dipahami, lebih dekat dan lebih awet terekam sebagai pengetahuan. Untuk itu
perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan
sehingga dapat mendukung upaya tersebut tersebut.

Pendidikan melalui desain Green Architecture diharapkan sangat membantu


proses belajar di alam secara nyata dan aplikatif. Bangunan beserta lansekapnya
dikondisikan untuk ramah lingkungan (berwawasan lingkungan), beriklim mikro yang
baik untuk kesehatan, hemat energi, berkelanjutan, peduli pada perlindungan
ekosistem dan bermakna luas sebagai alat edukasi bagi anak-anak.

Secara keseluruhan, bangunan didesain dengan mengimplementasikan prinsip-


prinsip Green Architecture sebanyak mungkin. Bentuk fisik arsitektural yang muncul
merupakan perwujudan dari respon terhadap alam sekitar. Oleh karenanya, desain
bangunan bervariasi sesuai dengan karakter kegiatan dan tapak.

1. Bentuk Massa

Bentuk persegi merupakan bentuk dasar massa terbaik dari segi


pencahayaan alami maupun pengkondisian udara buatan. Bangunan persegi,
terutama yang berbentuk pipih memanjang,dapat menerima cahaya dan
hawa alami secara optimal.Ruang terang,nyaman,sejuk,dan sehat bagi
pengguna. Bangunan dengan banyak ruang tipikal didesain melengkung
memanjang secara linier mengikuti kontur lahan, yaitu bangunan SD, SMP,
Pengelola dan Penunjang. Bangunan pendukung lainnya didesain berbentuk
persegi dan terbuka seperti pada menara pandang dan shelter.

2. Bentuk Atap

Bangunan menonjolkan bentuk atap miring sebagai respon bangunan


terhadap angin, hujan dan sinar matahari. Bentuk pelana dan panggangpe
menjadi bentuk atap miring yang dominan pada bangunan. Atap memiliki
teritisan lebar untuk menahan tempias hujan dan dimanfaatkan sebagai
peneduhan terhadap sinar matahari langsung. Bidang atap yang menghadap
utara- selatan digunakan untuk meletakkan panel surya.

3. Penampilan Bangunan

Bangunan dirancang sebagai bagian dari lingkungan alam sekitar.


Warna yang paling tepat adalah dengan menampilkan tekstur bahan secara
natural,seperti semen,batu bata,batako,dan kayu.Cat dinding,dan pelapis

9
artifisial berbau menyengat lainnya dinilai tidak green. Bangunan ringan
menyentuh bumi dengan cara dibuat panggung dengan memperlihatkan kaki
kolom. Selain sebagai bagian struktur, kolom-kolom bangunan
diberdayakan sebagai tiang lilitan tanaman rambat.

4. Orientasi Bangunan

Bangunan memanjang linier melengkung mengikuti kontur lahan..


Dengan demikian, bangunan-bangunan tersebut sekaligus berfungsi sebagai
penangkap angin dari sungai pada siang hari, menangkap sinar matahari
melimpah untuk kebutuhan pencahayaan alami sekaligus merupakan
penangkap energi alami oleh panel surya.

Penataan gubahan massa secara linier paling responsif terhadap


kondisi tapak. Hubungan dengan ruang luar sangat baik karena berorientasi
pada pola jalan. Peletakan massa dirancang fleksibel sesuai dengan karakter
kegiatan alam di luar ruangan yang dinamis. Sistem gabungan massa sangat
mendukung wadah kegiatan dilihat dari sisi adaptasi interaksi, pemanfaatan
potensi alam secara maksimal, sirkulasi dan hubungan antar kegiatan. Arah
orientasi terkait antar massa dan memiliki view ke luar dan ke dalam.

5. Konsep Struktur

Penutup atap berupa dak beton untuk yang ditanami menjadi kebun
atap. Atap miring menggunakan bahan genteng agar kolektor surya dapat
dipasang.struktur rangka kayu, bambu, dan beberapa menggunakan rangka.
Pada intinya, zona kebun dan kandang diwujudkan dalam bangunan yang
bematerial daur ulang seperti kayu, bambu, ijuk, genteng, batu kali dan
bahan material lainnya yang dapat di-reuse- recycle

Menurut Green Architecture, material yang baik untuk bangunan


adalah material yang hemat energi dalam perolehannya, melimpah
ketersediannya, sehat bagi penghuni dan bebas zat berbahaya. Material yang
dapat digunakan antara lain:

Alami : kayu, bambu, batu alam, tanah liat, batu kali, rumbia, ijuk,
alang-alang, logam
Buatan : bata merah, genteng tanah liat, kaca, beton, batako, conblok

Struktur konstruksi yang ringan menjadikan performa bangunan


dengan Green Architecture menjadi ramah lingkungan. Bahan-bahan
material turut menciptakan penampilan bangunan yang sesuai dengan
pemahaman Green Architecture. Bangunan dirancang dekat dengan alam
dan mempunyai keterkaitan yang kuat dengan alam.

Bangunan terbuat dari bahan beton yang mudah dibentuk menurut


kontur. Meskipun sebagian pendapat menyatakan beton tidak green, namun

10
beton dapat membantu dan mendukung ide-ide green. Misalnya beton untuk
struktur rangka Rangka atap baja ringan.

6. Konsep Lanskap

Pada prinsipnya, Green Architecture berusaha untuk memelihara tapak


dan memperbaiki tapak yang rusak. Kontur berupa bentukan alam seperti
bukit yang dipisahkan oleh jalan eksisting satu sama lain pada tapak
memudahkan pembagian zonakegiatan. Petak-petak kebun apotik hidup
disusun secara vertikal dengan vertikultur. Tanaman hias air dipotensialkan
untuk ecotech garden. Tanaman sayur dapat dibuat secara vertikultur
maupun horikultur. Sedangkan tanaman buah disusun secara horisontal agar
mudah dipetik hasilnya. Koleksi tanaman hias dapat ditata menjadi roof
garden.

Bentukan alam seperti bukit menguntungkan untuk dibuat semacam


terasiring yang baik untuk pengairan dan penyinaran matahari. Kolam
irigasi dan pengelolaan pupuk organik berada tak jauh dari petak-petak
kebun. Kandang binatang diletakkan dekat dengan alam bebas sehingga
ternak mudah mencari makan.

Softscape

Salah satu prinsip lansekap yang green adalah memanfaatkan tanaman


sekitar.

a. Pohon cemara, palem, bugenville, bambu hias dan siwalan untuk


pengarah sirkulasi
b. Pohon eksisting pada bantaran sungai untuk hutan mini, sabuk hijau
dan pencegah erosi.
c. Pohon eksisting khas tanaman dataran rendah secara sporadis pada
tapak : akasia, cemara, pinus, trembesi, pohon pisang, nyiur, pohon
jati dan tanaman sedang seperti bunga sepatu, melati, dan lain-lain.
d. Rumput jepang dan soka jepang untuk reduksi panas & silau matahari
e. Trembesi dan kawis untuk area parkir dan peneduh jalan sirkulasi
dalam tapak
f. Semak dan perdu rimbun seperti teh-tehan untuk tepian sungai
g. Bunga kantil untuk main entrance sebagai penyambut
h. Penutup tanah dengan rerumputan
i. Puring, Cemara Angin, Glodok, Kol Banda, Nusa Indah, Perdu untuk
penahan angin dan penahan bising.
j. Vegetasi lainnya untuk kegiatan belajar di alam.

Hardscape

a. Perkerasan

11
Jalan masuk utama yang menghubungkan antar zona berupa
aspal.Jalan ini akan dilalui beberapa jenis kendaraan seperti
sepeda,mtor,mobil,dan bus.Jalur pejalan kaki(pedestrian)
menggunakan bahan conblock agar air yang jatuh ke permukaannya
dapat diserap tanah sehingga tidak menimbulkan genangan yang
mengganggu kenyamanan berjalan. Jalan penghubung antar massa
dalam suatu zona menggunakan bahan bervariasi dengan tetap
berpijak pada perlindungan terhadap lingkungan. Bahan yang
diaplikasikan yaitu batu kali, cetakan semen, cetakan koral, dan batu
koral. Pekarangan sekolah yang hampir berfungsi seperti plaza berupa
paving block. Air harus mengalir ke suatu tempat. Agar tidak
menggenang, harus dapat diserap tanah.
b. Pagar
Pagar sekaligus sebagai buffer kebisingan maka dipilih pagar
yang berbahan lunak. Tanaman rambat yang dililitkan pada tiang kayu
dan tali kawat dapat membentuk pagar yang green.
c. Pergola
Pergola dengan tanaman sulur untuk peneduhan di zona 01 yang
menghubungkan antar massa. Tanaman sulur untuk pergola yang
dapat diaplikasikan yaitu antara lain anggur, suruh, markisa,
mentimun.
d. Bak tanaman
Bak tanaman berwujud tanah yang ditinggikan, dibatasi oleh
formasi batu-batuan buatan pada kebun koleksi tanaman hias.
e. Lampu taman
Lampu taman untuk kebun koleksi tanaman hias, hanya berfungsi
untuk keamanan pada malam hari.
f. Penunjuk jalan
Penunjuk jalan dapat dibuat dari daur ulang kayu yang
dikreasikan sesuai karakter kegiatan .
g. Kolam
Kolam selain sebagai materi pengajaran juga bermanfaat sebagai
pendingin lingkungan dan pantulan dari sinar matahari ke air kolam
membantu penerangan alami. Kolam-kolam buatan berupa kolam
ikan-ikan hias, kolam enceng gondok, dan kolam irigasi.
h. Bak sampah
Bak sampah menggunakan bahan daur ulang ditempatkan di titik-
titik strategis diadakannya aktivitas untuk tetap menjaga kebersihan.
i. Bak kompos
Bak kompos terbuat dari batubata berbentuk box yang di
dalamnya adalah sampah- sampah organik yang sedang diproses
menjadi kompos.
j. Shelter

12
Shelter sebagai area istirahat sementara bagi pejalan kaki,
peneduhan saat hujan atau sebagai tempat untuk berkumpul atau
belajar. Diletakkan di zona 2 yaitu tempat kegiatan alam yang bersifat
terbuka. Oleh karenanya, shelter didesain terbuka dengan bahan
material green seperti batu bata dan kayu recycle.

8. Konsep Utilitas
Sistem Energi Listrik

Menggunakan listrik dari PLN dan panel surya secara mandiri. Juga
mempersiapkan generator (genset) pada kondisi darurat.

Sistem Pencahayaan

 Pencahayaan alami, dari sinar matahari yang masuk melalui bukaan berupa
jendela, jendela atap, skylight dan clerestories.

 Pencahayaan buatan, yaitu lampu listrik. Jenis lampu yang digunakan :


lampi TL (neon), lampu pijar, lampu sorot yang dilengkapi dengan
dimmer control

Sistem Penghawaan

 Penghawaan alami berupa pergerakan angin alami yang dikendalikan


dengan letak inlet & outlet, bukaan (ventilasi dan jendela), teras-teras
memanjang (selasar), vegetasi.

 Penghawaan buatan berupa AC dan kipas angin listrik.

Sistem Manajemen Limbah

Sistem ini mengatur hal yang sangat penting dalam upaya melestarikan
dan memelihara lingkungan. Manajemen limbah berprinsip pada upaya
zerowaste dimana semua buangan, baik limbah maupun sampah,
diminimalisir pembuangannya. Limbah dan sampah ini dikelola sedemikian
rupa agar membentuk suatu siklus sehingga tak banyak sampah dan limbah
yang mencemari lingkungan kota.

Untuk melestarikan dan memelihara lingkungan, buangan cair yang


menuju selokan lingkungan dapat dibuang dengan cara menyaringnya lewat
tanaman-tanaman tertentu agar baunya bisa dikurangi dan warna keruhnya
dapat lebih dijernihkan yaitu dengan Teknologi Ecotech Garden. Air buangan
dilewatkan tanaman-tanaman dan Ecotech garden diletakkan sepanjang
saluran air buangan yang menuju ke selokan lingkungan.

13
2.4 Konsep Penerapan Green Architecture pada Kawasan Perdagangan

1. Pengertian
Pusat perdagangan adalah tempat untuk kebutuhan manusia, pusat
perdagangan tidak hanya menjadi tempat jual beli kebutuhan pokok, tetapi juga
menjadi fasilitasyang ditawarkan. Menurut Abdurrahmat dan Maryani secara
sederhana pusat perdagangan dapat diartikan sebagai pertukaran barang dan jasa
antara individu dan antar wilayah di permukaan bumi. Sedangkan pusat
perdagangan menurut anorga dalam lahurensha yaitu tempat beraktivitasnya
pembelian barang dengan maksud untuk dijual kembali kepada pedagang lain,
konsumen akhir atau pemakai industri. Pada jaman sekarang pusat perdagangan
sudah lebih berkembang seperti adanya pusat perdagangan yang biasa disebut mall,
menjadi salah satu tempat untuk perdagangan atau perbelanjaan. Pusat
perdagangan menjadi tempat yang menarik untuk beraktivitas seperti belanja,
berjalan-jalan, dan berdagang yang dilakukan oleh manusia.

2. Konsep penerapan green arsitektur pada pusat perdagangan


 Tata ruang dan sirkulasi
Tanaman pada sirkulasi pejalan kaki untuk pelindung dari panas akibat radiasi
matahari, vegetasi diletakan pada ruang luar ataupun selasar pusat
perdagangan. Konsep tata ruang terbuka yang menjadi sumber sirkulasi udara,
kemudian menghadirkan tanaman hijau tumbuh dan menghiasi seluruh pusat
perdagangan sehingga sirkulasi udara menjadi bersih, nyaman dan segar.

 Fasad dan tampilan bangunan


Tampak bangunan menggunakan material yang terekspos yang merupakan
material utama berupa beton, kayu, batu bata dan terracotta, yang
berkombinasi sehingga membentuk atmosfer pada bangunan

 Struktur bangunan
Menggabungkan material membrane yang dilengkapi insulasi dan roof garden
sebagai Atap pada bangunan dimana memperlihatkan struktur yang tidak
ditutupi, dan menggunakan material yang dapat menghindari efek matahari
pada atap gedung. Selain itu juga Penggunaan green roof adalah strategi dalam
penerapan tema Green Architecture, dimana menggunakan atap taman dengan
tujuan menambah ruangterbuka hijau dan menyalurkan oksigen. Pemanfaatan
air hujan yang dikumpulkan, kemudian diolah dan digunakan sebagai air flush
di toilet maupun untuk menyiram tanaman.

14
( struktur bangunan menggunakan membrane dan Roof garden )

 Memperlihatkan pengguna bangunan


Kebutuhan arsitektur hijau harus memperhatikan kondisi pemakaian yang
didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya. Kriteria bangunan
arsitektur hijau yaitu bangunan yang desainnya mulai dari perencanaan hingga
perancangan sudah memikirkan dari pengguna bangunan itu sendiri, sehingga
apabila bangunan itu sudah berdiri dan digunakan oleh pengguna nya maka si
pengguna merasakan nyaman dan betah ketika berada pada bangunan itu.

a) Universal
menyediakan ramp pada pengunjung disabilitas supaya pengunjung
yang datang ke Nipah Mall merasakan kenyamanan saat berbelanja
tanpa harus kesulitan

(gambar ramp)

b) Penggunaan material
Penggunaan material pada kawasan sangat penting, karena melihat
fungsinya sebagai pusat perdagangan maka perlu adanya penentuan
material yang menarik dan juga memberikan karakter sesuai dengan
tema yang digunakan dalam perencanaan.

o Lantai
Pemilihan material lantai harus diperhatikan karena di area-area
tertentu perlu disesuaikan untuk memberikan kesan yang diharapkan
dari area tersebut, berikut beberapa material lantai yang akan
digunakan :

15
Keramik, yang digunakan ada yang berteksturhalus (Polished) dan
bertekstur kasar (Unpolished), pemasangan material unpolished berada
di area toilet dan entrance
Ubin beton, Perawatannya mudah. Penggunaan Ubin beton pada area
Outdoor
Grass block, Dengan penggunaan paving blok / grass blok sebagai
perkerasan jalan atau parkir maka air hujan masih dapat meresap ke
tanah
Grill cast, Penggunaannya pada bagian luar sebagai penutup lubang
ataupun drainase
o Dinding
Pemilihan material dinding sangat diperlukan untuk menyesuaikan
dengan rencana bangunan, berikut beberapa material penutup dinding
yang akan digunakan

Kaca Mosaik, digunakan pada sebagian dinding toilet, penggunaan


material ini agar memberikan pantulan warna cahaya yang juga
berfungsi sebagai penerangan alami.
Penggunaan Batu Bata dinilai lebih awet dan membuat ruangan di
dalamnya lebih sejuk.
Penggunaan bambu sebagai penutup dinding tidak menyeluruh hanya
sebagai aksen di beberapa bagian kecil di dinding, selain karena
kekuatan dan kelenturan yang membuatnya kokoh, bambu juga hanya
membutuhkan waktu singkat dalam penanaman.
Cat digunakan mengikuti tekstur pada dinding
 Meminimalkan Sumber Daya Baru
Adapun konsep interiornya sendiri menggunakan material ekspos sebagai material
utama berupa concrete/beton, kayu, metal, batu bata dan terracota, kombinasi
inilah yang membentuk atmosfir bangunan.

 Hemat energi
Menerapkan prinsip bangunan hemat energi membuat bukaan lebih besar dan
membuat sirkulasi udara agar udara luar bisa masuk mengalir kedalam bangunan
kemudian keluar secara cross ventilation, dengan cara ini bangunan dapat
mengurangi penggunakan listrik dan AC

 Bukaan
Bukaan yang akan dibuat pada desain bangunan juga harus memperhatikan
aklimatisasi pada tempat bangunan yang akan di dirikan agar bisa memanfaatkan
kondisi dan sumber energi alami.

16
 Gubahan bentuk bangunan
Gubahan bentuk bangunan harus memperhatikan bentuk tapak site yang ada agar
lingkungan disekitar tidak terganggu dan merusak lingkungan sekitar, dan
memiliki peresapan yang cukup dan penghijauan disekitar bangunan.

 Holistik
yaitu menerapkan seluruh prinsip satu sampai prinsip enam, maka apabila suatu
bangunan sudah menerapkan 6 prinsip pendekan arsitektur hijau maka bangunan
tersebut sudah menerapkan bangunan arsitektur hijau

 System manajemen sampah


Sistem pembuangan sampah dengan pengelompokkan jenis sampah organik dan
non organik, pada beberapa titik akan diletakkan tempat sampah. Semua sampah
yang berasal dari kawasan akan dipilah di rumah sampah, untuk sampah organik
akan dimanfaatkan sebagai kompos yang dapat digunakan pada tanaman di
kawasan, dan sisanya diangkut ke TPA.

 Sistem penangkal petir


Sistem penangkal petir yang direncanakan adalah penangkal petir elektrostatis.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah melakukan kajian literature maka kami mendapatkan beberapa


kesimpulan mengenai mengenai konsep Green Building yang akan di terapkan dalam
kawasan perdagangan dan pendidikan, diantaranya sbb :

1. Penghematan pada bangunan merupakan suatu hal yang penting karena harus
memperhatikan sumber energi, terutama listrik dan AC menjadi sumber
penggunaan yang sering kita pakai sehari-hari.
2. Suatu bangunan harus dirancang dengan memperhatikan iklim setempat, karena
iklim sangat berpengaruh terhadap bentuk bangunan serta pemilihan
materialnya. Bentuk bangunan dan pemilihan material harus merespon terhadap
beberapa dampak iklim setempat, seperti kemiringan atap yang curam
merupakan bentuk respon dari bentuk bangunan terhadap dampak iklim, yaitu
curah hujan yang tinggi.
3. Pada lahan dimana bangunan kawasan berada, harus memastikan bahwa
eksisting di sekitarnya tetap terjaga, tidak merusak lingkungan, dan
konstruksinya tidak mengganggu lahan. Hal ini untuk menunjang keseimbangan
antara bangunan museum dengan lingkungan sekitar, terutama pohon-pohon
yang menjadi sumber penghijauan.
4. Selain itu, aspek universal dan kenyamanan bagi pengunjung adalah prinsip
penting bagi penerapan suatu bangunan, terutama museum yang merupakan
sarana pendidikan dan wisata. Karena harus memperhatikan segala kebutuhan
bagi pengunjung yang berkebutuhan khusus maupun pengunjung yang normal,
dengan ini memudahkan pengunjung untuk berjalan dan merasakan
kenyamanan baik didalam bangunan maupun sekitarnya.
5. Material yang digunakan harus memiliki nilai yang ekonomis, mudah
didapatkan, memiliki daya tahan yang kuat dan lama, ramah lingkungan, dan
pemasangan yang cepat sehingga bisa menghemat waktu dan biaya. Selain itu,
merancang sebuah tempat yang bisa mendaur ulang seperti penampungan air
juga merupakan hal yang penting, karena dengan ini dapat memanfaatkan
sumber daya dan menghemat pengeluaran.

18
DAFTAR PUSTAKA

Marisa (2022). REDESAIN PASAR WINENET DI BITUNG [online].Tersedia:


fhttps://ejournal.unstrat.ac.id/index.php/daseng/article/viewFile/20447/pdf [27
Desember 2022].
Julianty dan Sari (2021). KAJIAN KONSEP ARSITEKTUR HIJAU PADA BANGUNAN
PUSAT PERDAGANGAN NIPAH MALL [online].
Tersedia:https://talentaconfseries.usu.ac.id/ee/article/download/1450/1186/ [27
Desember 2022].

19

Anda mungkin juga menyukai