Anda di halaman 1dari 13

GREEN ARSITEKTUR

Nama : Andi Ahmad Firdaus


NIM : F221 20 028

FAKULTAS TEKNIK
PRODI S1 ARSITEKTUR
UNIVERSUTAS TADULAKO
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................(2)
DaftarI Isi...................................................................................................................(3)
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................(3)
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................(3)
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................(3)
1.3 Tujuan..................................................................................................................(3)
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................(4)
2.1 Pengertian Arsitektur Hijau..................................................................................(4)
2.2 Apa Saja Prinsip-Prinsip Desain Arsitektur Hijau...............................................(5)
2.3 Apa Saja Ciri-Ciri Arsitektur Hijau......................................................................(5)
2.4 Contoh Banguna Arsitektur Hijau........................................................................(6)
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................(11)
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................(11)
Daftar Pustaka...........................................................................................................(12)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Bangunan Tinggi Yang Menerapkan Prinsip Arsitektur
Hemat Energi” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan dukungan
baik materi maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas
dalam mata kuliah Green Arsitektur. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Palu, 26 Oktober, 2022

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Wacana Mengenai Green Building perlahan namun pasti menembus dunia perancangan
dan konstruksi. Penyebab utamanya yaitu sistem dan pelaksanaan pembangunan yang sering
kali menggunakan banyak energi bumi, merusak habitat dan lingkungan sekitar, juga
mengganggu kehidupan manusia sekitarnya. Namun manusia terus ber-inovasi agar bumi
yang kita tinggali ini tidak semakin rusak dengan tetap berkembangnya berbagai macam
pembangunan, berbagai macam upaya seperti efisiensi penggunaan sumber daya pada
konstruksi, proses pembangunan dengan penuh kehati-hatian agar tidak merusak sekitarnya,
dan lain sebagainya dilakukan demi mengurangi dampak negatif yang selama ini terus
menerus disumbangkan oleh pembangunan kepada lingkungan. Seluruh aspek dan pihak
terlibat untuk mewujudkan hal ini, pada akhirnya ditemukanlah istilah istilah seperti bangunan
ramah lingkungan, bangunan berkelanjutan, bangunan hijau, bangunan hemat energi dan lain
sebagainya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang kemudian
disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa Yang Dimaksud Arsitektur Ekologi?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Prinsip-Prinsip Desain Arsitektur Ekologi?
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Ciri-Ciri Arsitektur Ekologi?
4. Apa Contoh Bangunan Yang Menerapan Arsitektur Ekologi?

1.3. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Arsitektur Ekologi
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Prinsip-Prinsip Desain Arsitektur Ekologi
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Ciri-Ciri Arsitektur Ekologi
4. Untuk Mengetahui Contoh Bangunan Yang Menerapan Arsitektur Ekologi

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Green Building

Bangunan ramah lingkungan (green building) adalah suatu konsep bangunan dimana
dalam proses perencanaan, pembangunan, pengoperasian, perawatan dan peruntuhan selalu
mengutamakan penghematan sumber daya alam seminimal mungkin, pemanfaatan lahan
dengan bijak, mengurangi dampak terhadap lingkungan, menjaga kualitas mutu udara, dan
memprioritaskan kesehatan penghuninya dengan mengedepankan pembangunan yang
berkelanjutan.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2010 tentang Kriteria dan
Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan, menyebutkan bahwa green building adalah green
building adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam perancangan,
pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting penanganan dampak
perubahan iklim. Prinsip lingkungan yang dimaksud adalah prinsip yang mengedepankan dan
memperhatikan unsur pelestarian fungsi lingkungan.

Berikut definisi dan pengertian green building atau bangunan ramah lingkungan dari beberapa
sumber buku:

• Menurut Persatuan Insinyur Indonesia (2016), green building adalah bangunan yang
sejak perencanaan, pembangunan dalam masa konstruksi dan dalam pengoperasian
serta pemeliharaan selama masa pemanfaatannya menggunakan sumberdaya alam
seminimal mungkin, pemanfaatan lahan dengan bijak, mengurangi dampak lingkungan
serta menciptakan kualitas udara di dalam ruangan yang sehat dan nyaman.
• Menurut A Public Private Pernership for Advancing Housing (2005), green building
adalah sebuah pendekatan konsep desain dan penilaian bangunan yang memperkecil
dampak lingkungan, mengurangi konsumsi energi dari bangunan dan mendukung
kesehatan serta produktivitas penghuninya.
• Menurut US EPA (2009), green building adalah suatu konsep pembangunan
berkelanjutan yang mengarah pada strukur dan penerapan proses yang mewujudkan
lingkungan yang hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai
pemilihan tempat sampai desain konstruksi, perawatan, renovasi dan peruntuhan.
• Menurut Green Building Council Indonesia (2012), green building adalah bangunan
yang dimana sejak awal mulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian
hingga dalam operasional pemeliharaannya memperlihatkan dan memperhatikan
aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya
alam, menjaga kualitas mutu udara di ruangan, dan memprioritaskan kesehatan
penghuninya yang semuanya berpegang pada kaidah pembangunan yang berkelanjutan.

2.2. Pengertian Bangunan Hemat Energi


Bangunan Hemat Energi adalah bangunan yang tidak terlalu banyak menggunakan
energi dari bumi, dan tidak mencemarkan lingkungan seperti air, udara, dan tanah. karena
jaman sekarang sudah terjadinya pemanasan global seperti, atmosfer yang bolong, naiknya
permukaan air laut di karenakan panasnya permukaan bumi ini. bukan hanya itu, energi energi
di bumi seperti minyak bumi, pohon, air di bumi sudah banyak sekali pengurangan.
Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai
lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan.Penghematan energi
adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan energi. Penghematan energi menurunkan
konsumsi energi dan permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya
kebutuhan energi akibat pertumbuhan populasi.
2.3. Prinsip Desain Bangunan Hemat Energi
Ada beberapa prinsip desain bangunan hemat energi, yaitu sebagai berikut:
1. Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus meminimalkan
penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi
alam sekitar lokasi bangunan ).
2. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus
berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.
3. Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan
sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat
digunakan di masa mendatang /Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya
bagi ekosistem dan sumber daya alam.
4. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan
tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai
merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai,
tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).
5. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang
bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua
kebutuhannya.Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara
keseluruhan: Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai
kebutuhan bangunan kita.

2.4. Manfaat Dari Bangunan Hemat Energi


Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai
lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan.Penghematan energi
adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan energi. Penghematan energi menurunkan
konsumsi energi dan permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya
kebutuhan energi akibat pertumbuhan populasi.
2.5. Contoh Bangunan Hemat Energi
Gedung New Media Tower milik Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang
berlokasi di Scientia Garden, Jalan Boulevard Gading Serpong, Tangerang, Banten

Gedung NMT ini diresmikan oleh Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama, pada
September 2012 lalu. Gedung ini meraih penghargaan dengan menjadi juara pertama Gedung
Hemat Energi pada Penghargaan Efisiensi Energi Nasional pada 2013. Pada September
kemarin, Gedung NMT kembali meraih penghargaan yang lebih bergengsi lagi, yaitu sebagai
Energy Efficient Building kategori Tropical Building yang dilombakan pada ASEAN Energy
Award 2014 di Vientiane, Laos.
Menurut Sudarman Sutanto selaku Building Manager Kampus UMN, luas bangunan
Gedung NMT ini sekitar 32 ribu meter persegi. Sedangkan luas total seluruh lahan yang
dimiliki UMN adalah 8 hektar, dengan pemanfaatan 40 persen, atau 2,4 hektar terbangun.
Jumlah lantai yang ada di Gedung NMT ini seluruhnya 13 lantai. Pada setiap satu lantai,
rata-rata ada 14 ruang kelas. Jadi, totalnya ada sekitar 125 kelas, di mana per kelas dapat
menampung 40 mahasiswa. Daya tampung gedung ini secara keseluruhan adalah sebanyak
5.000 mahasiswa. Paling bawah Gedung NMT ini mulai dari basement, khusus untuk parkir
2.000 motor, dan mushola. Lantai 1 dipergunakan untuk kantin. Lantai 2 ada kantin, sebagian
kelas, dan ruang-ruang Unit Kegiatan Mahasiswa. Lantai 3, ada Theatre dan kelas, sementara
lantai 4 tidak ada. Lantai 5, bahagian tengahnya merupakan sambungan dari Theatre, dan
selebihnya ruang kelas. Lantai 6 sampai 11, pada umumnya adalah ruang kelas, termasuk ada
juga untuk Laboratorium Desain Komunikasi Visual, dan Laboratorium Komputer. Sedangkan
pada lantai 12, difungsikan untuk Business Incubator yang kami biasa kami sebut sebagai
Skystar Ventures,” urai Sudarman kepada penulis, pada Kamis (30 Oktober 2014) di Kampus
UMN.
Mengusung konsep gedung terbuka dan hemat energi, ruangan koridor di sisi pinggir
Gedung New Media Tower Kampus UMN ini tidak membutuhkan banyak lampu penerang dan
pendingin ruangan. Karena memang, pada sisi kiri nampak kulit bagian luar gedung yang
menggunakan aluminium dan diberi lubang-lubang.

(Foto: Gapey Sandy)


Seperti inilah kulit pelapis luar Gedung New Media Tower Kampus UMN, berupa
aluminium yang diberi lubang-lubang sesuai fungsi dan peruntukannya. Sangat normal
bilamana kondisi hujan, maka air hujan akan masuk, tapi akan langsung mengalir melalui
saluran-saluran pembuangan yang sudah tersedia.
Lantaran menerapkan konsep gedung terbuka, pada lahan parkir sepeda motor yang
khusus dialokasikan di basement, kata Sudarman, pihaknya tidak terlalu banyak memasang
lampu penerang. Termasuk, tidak juga mengoptimalkan exhaust fan untuk membuang asap
knalpot sepeda motor di basement. Yang menarik, untuk pembuangan asap knalpot ini,
pengelola Gedung NMT membuat delapan cerobong kaca yang menjulang hingga ke lantai 3,
untuk membuang asap knalpot dari sepeda motor.
“Untuk yang di basement dan merupakan lahan parkir kendaraan bermotor roda dua,
kami tidak banyak menggunakan lampu penerang, dan exhaust fan untuk pendorong asap
knalpot motor. Tetapi, kami membangun ada semacam cerobong kaca yang panjang, dari mulai
basement hingga ke atas, ke lantai 3. Total semuanya, ada delapan cerobong kaca, yang
fungsinya adalah untuk membuang asap knalpot motor ke atas. Dan di lantai 3, ada taman
rumput dan pepohonan yang sengaja dibangun, dengan maksud mempertahankan lahan hijau
pada gedung ini,” jelas Sudarman yang sempat mendampingi Wakil Rektor UMN, Andrey
Andoko ketika menerima piala penghargaan Energy Efficient Building kategori Tropical
Building pada ajang ASEAN Energy Award 2014, pada September kemarin, di Laos.
Salah satu ruang kelas di Kampus UMN yang terbukti tidak memerlukan banyak
pencahayaan lampu, tetapi sudah cukup terang dan tidak silau di mata. Begitu juga suhu
ruangan yang sejuk meskipun pendingin ruangan tidak dinyalakan.

(Foto: Gapey Sandy)


Di lantai 3 Gedung New Media Tower UMN ini terdapat taman rumput dan pepohonan
menghijau, juga ada skylight (tertutup kaca tebal) yang merupakan lubang untuk masuknya
sinar matahari, dan ujung cerobong pembuangan saluran udara (ditumbuhi pepohonan sebelah
kanan) dari basement yang menjadi lahan parkir khusus sepeda motor.

(Foto: Gapey Sandy)


Suasana taman rumput di lantai 3. Terdapat skylight yang diberi tutup kaca tebal
membuat sinar matahari dapat menerobos masuk dan menerangi ruangan-ruangan di lantai
bawahnya.

(Kreator: Gapey Sandy)


Sudarman menambahkan, limbah air yang berasal dari seluruh gedung, baik itu limbah
air hujan, dan air buangan dari urinoar toilet, tidak asal dibuang begitu saja. Tetapi, UMN
menyediakan sebuah wadah khusus untuk melakukan proses daur ulang air limbah. Hasilnya,
dapat dipergunakan untuk beberapa keperluan, seperti menyiram tanaman, pembilasan toilet,
juga untuk memfungsikan sistem pendingin ruangan.
“Seluruh limbah air dari gedung ini, baik itu air hujan, maupun air dari limbah toilet,
kami lakukan proses daur ulang di basement gedung ini, dan dipergunakan untuk penyiraman
taman, dan pembilasan toilet. Air hasil daur ulang ini juga difungsikan untuk sistem pendingin
ruangan. Kecuali, air yang digunakan untuk mencuci tangan, keperluan urinoar, dan air wudhu,
menggunakan air Pam murni. Untuk limbah air hujan, kami buatkan juga sumur resapan, atau
semacam biopori tapi berukuran agak besar, yakni 1,2 meter dengan kedalaman antara enam
sampai delapan meter. Sumur resapan ini ada sekitar 20-an unit, dan sengaja kami buat di
sekeliling lokasi gedung. Selain itu, limbah air hujan juga kami alirkan melalui kanal yang
kami bangun, dan untuk selanjutnya, limbah air hujan ini akan dikembalikan meresap lagi ke
dalam tanah,” tutur Sudarman sembari menyebut bahwa Air hasil daur ulang dimanfaatkan
kembali untuk menyiram tanaman rerumputan dan pepohonan yang ada di lantai 3.

(Foto: Gapey Sandy)


“Karena gedung ini terbuka, dengan lapisan luar berupa aluminium yang berlubang-
lubang dan terbuka, maka apabila hujan, ya air akan masuk dan basah seperti biasa. Semua itu
sudah kami prediksi. Tapi, semua itu normal, dan kami sudah buatkan saluran air untuk
membuang air hujan yang masuk. Yang jelas, air hujan yang masuk tidak akan membahayakan,
dalam arti air tidak akan masuk sampai ke ruang-ruang kelas, atau ke laboratorium. Begitu juga
dengan terpaan angin, tidak akan membawa masalah, malah justru membawa kesejukan di
setiap koridor ruangan,” jelas Sudarman sambil menyebutkan bahwa, perancang gedung ini
adalah Budiman Hendropurnomo.
Meski demikian, justru di situ pula letak keunggulan dari Gedung NMT ini,
penggunaan lapisan luar berupa aluminium yang diberi lubang-lubang justru membuat cahaya
matahari dapat masuk dan menerangi internal gedung, tetapi tidak menyilaukan mata. Bahkan,
sirkulasi udara menjadi sangat menyejukkan.
“Keunggulan lain, kita memakai sistem dinding dengan double skin. Artinya, meskipun
ada kaca-kaca yang terpasang di dinding, tapi sebenarnya, ini hanya kaca biasa saja yang
tebalnya 3 milimeter, bukan kaca khusus yang tebal. Tapi, pada sisi luar gedung ini, ada
aluminum yang menutupi gedung ini. Dengan perhitungan yang matang, aluminium ini sengaja
dilubang-lubangi, dengan jumlah yang berbeda. Tujuannya, untuk membuat cahaya matahari
masuk ke dalam ruangan-ruangan yang ada tapi tidak menyilaukan. Begitu pula dengan
sirkulasi udara, yang dapat berproses secara baik dan menyejukkan. Dengan begitu, praktis
penggunaan lampu-lampu penerang dapat kita minimalisir, termasuk pemakaian AC-nya. Di
ruang-ruang kelas pun, penggunaan AC dengan mudah dapat kita atur temperatur suhunya,
bahkan kita matikan AC-nya kalau ruang kelas tidak difungsikan. Praktis, hanya di pagi hari
saja, pendingin ruangan agak bekerja maksimal, tapi begitu lewat tengah hari, penurunan
penggunaan AC akan terjadi secara drastis,” urai Sudarman.
Mengantisipasi tingkat polusi suara dan menjaga ketahanan suhu sejuk pada berbagai
ruang-ruang yang ada-termasuk ruang kelas-, di gedung ini pun sangat diperhitungkan secara
matang. Untuk itulah, teknologi bangunan untuk membuat dinding pada gedung ini
menggunakan apa yang disebut sebagai M System.
Di lantai 1 ini terlihat bentuk cerobong kaca yang sebenarnya merupakan lubang
sirkulasi udara yang membuang asap knalpot sepeda motor dari basement ke lantai 3.

(Foto: Gapey Sandy)


“Dari sistem dindingnya, kita memakai bahan peredam suara. Dinding ini dibangun
bukan memakai batu bata sebagai bahan dasar bangunannya, tapi menerapkan pemakaian M
System yang berupa styrofoam lalu dipagari dengan 'kawat ayam' pada kedua sisinya, untuk
kemudian di-aci dengan menggunakan semen. Fungsi dinding seperti ini adalah untuk
meredam suara, dan menahan suhu dingin di ruangan tidak cepat terbuang. Soal kekuatan atau
kekokohan dindingnya sama dengan tembok-tembok biasa yang dibangun dengan
menggunakan bahan dasar batu bata. Hanya saja kalau di-bor, maka ketemunya di tengah-
tengah dinding adalah styrofoam,” ungkap Sudarman seraya meninju-ninju pelan tembok di
sisinya.
Begitulah, ternyata, di balik megah dan uniknya Gedung New Media Tower Universitas
Multimedia Nusantara ini, ternyata mengandung pesan global yang sangat penting pada dekade
ini. Pesan penuh arti itu tak lain adalah, seruan untuk bersama-sama menghemat energi.
Sekaligus pula, mengoptimalkan limbah, dan tetaplah bersahabat dengan alam sekitar. Inilah
satu contoh nyata Aksi Untuk Indonesia - dan telah diakui dunia internasional -, yang tercermin
dari sebuah gedung perkuliahan yang memegang teguh konsep terbuka, tropical building, dan
hemat energi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bangunan ramah lingkungan (green building) adalah suatu konsep bangunan dimana
dalam proses perencanaan, pembangunan, pengoperasian, perawatan dan peruntuhan selalu
mengutamakan penghematan sumber daya alam seminimal mungkin, pemanfaatan lahan
dengan bijak, mengurangi dampak terhadap lingkungan, menjaga kualitas mutu udara, dan
memprioritaskan kesehatan penghuninya dengan mengedepankan pembangunan yang
berkelanjutan.
Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai
lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan.Penghematan energi
adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan energi. Penghematan energi menurunkan
konsumsi energi dan permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya
kebutuhan energi akibat pertumbuhan populasi.
DAFTAR PUSTAKA
Gedung New Media Tower Kampus UMN, Juara Tropical Building se-ASEAN - Kompasiana.com

Seberapa Pentingkah Penerapan Konsep ‘Green Building’ untuk Indonesia? – Green Building Jakarta

Anda mungkin juga menyukai