Latar Belakang
Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap
perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal pemeliharaannya
memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi pengunaan
sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan dan
memperhatikan kesehatan penghuninya. (Helmizulhar.blogspot.com, 2012)
Istilah green building merupakan upaya untuk menghasilkan bangunan dengan
menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara
efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya. Ada 6 aspek yang
menjadi pedoman dalam evaluasi penilaian green building oleh tim GBCI (Green
Building Council Indonesia) yang terdiri dari :
1. Tepat Guna Lahan (Approtiate Site Development / ASD)
2. Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency & Conservation / EEC)
3. Konservasi Air (Water Conservation / WAC)
4. Sumber dan Siklus Material (Material Resource and Cycle / MRC)
5. Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and Comfort / IHC)
6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management /
BEM)
Penerapan aspek green building dari segi desain bangunan ada 4 yaitu :
1. Bentuk Bangunan
2. Shading & Reflektor
3. Sistem Penerangan
4. Water Recycling System
Ada beberapa aspek utama dalam Green Building yaitu :
1. Material
2. Energi
3. Air
4. Kesehatan
Beberapa manfaat dalam green building adalah manfaat lingkungan, manfaat
ekonomi dan manfaat sosial. Green building adalah bangunan yang berkelanjutan.
Green building sendiri memberikan banyak manfaat tetapi di samping itu, green
building juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Meskipun green building
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, green building juga mempunyai
hambatan dalam proses pembangunannya. Dalam rangka memenuhi atau membantu
green building dalam prosesnya, penelitian ini bertujuan untuk menemukan atau
membantu memecahkan kesulitan yang terjadi pada green building dalam proses
pembuatannya. Masalah yang terdapat dalam proses pengembangan green building
adalah kesadaran tentang green building, komitmen perusahaan dalam green building,
tingkat pengembangan green building, manfaat keuangan green building dan peran
utama dalam mengembangkan green building.
Tak bisa dipungkiri penggunaan design hijau ini memakan biaya yang
banyak. Untuk konsep Green Building tentunya tidak akan sama dengan
gedung-gedung yang lainnya. Banyak faktor yang membuat Green
Construction´ memakan modal yang cukup besar, seperti contohnya dalam
peggunaan pakar atau tenaga ahli dalam pembuatan gedung yang berkonsep
Green Building tentunya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
7. Faktor kesehatan
Indonesia telah memasang target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
sebesar 26% pada tahun 2020. Hal ini seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca (RAN – GRK). Demi mendukung upaya nasional tersebut
Pemerintah Kota Jakarta telah berkomitmen untuk turut mengurangi emisi gas rumah
kaca melalui Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung
Hijau. Berdasarkan peraturan tersebut, seluruh gedung di Jakarta mulai April 2013
harus memenuhi persyaratan gedung ramah lingkungan atau green building.
Dibandingkan negara tetangga, Singapura, Indonesia saat ini memang jauh tertinggal
dalam menerapkan green building. Saat ini di Singapura telah terdapat setidaknya
11.000 bangunan yang bersertifikasi green building. Diantara tantangan dari penerapan
konsep green building di Indonesia adalah saat ini biaya pembangunan green building
di Indonesia saat ini lebih mahal dari bangunan biasa.
Director of Rating and Technology Green Building Council Indonesia (GBCI) Rana
Yusuf Nasir mengatakan 98% gedung di Jakarta merupakan bangunan eksisting dan
2% merupakan bangunan baru. Hal ini juga menjadi tantangan lain bahwa sebagian
besar bangunan eksisting di Jakarta belum sesuai dengan konsep green building.
Menurut Hadjar Seti Adji, Green Program Representative Manager PT Pembangunan
Perumahan (persero), konsep green building dapat terbagi menjadi dua yaitu Passive
Design yang dikerjakan oleh arsitek dan Active Design yang dikerjakan oleh mekanik.
Sebuah bangunan dapat diperbaiki menjadi green building dengan merubah passive
design dan active design-nya. Konsep perubahan bangunan menjadi green building
akan lebih baik diterapkan di passive design-nya karena akan mengemat biaya yang
banyak. Contohnya adalah perencanaan sirkulasi udara yang baik sehingga mengurangi
penggunaan AC. Selain itu, perubahan orientasi arah bangunan juga dapat mengurangi
panas dalam ruangan. Dengan teknolgi sensor pencahayaan yang sensitif terhadap
gerakan manusia, efisiensi energi juga dapat lebih ditingkatkan.
Kriteria bangunan hijau menurut GREENSHIP dari Green Building Council Indonesia
(GBCI) menyediakan alat rating dan sertifikasi untuk bangunan ramah lingkungan. Ini
adalah langkah penting untuk membantu terciptanya bangunan hijau di Indonesia.
Gerakan bangunan hijau bertujuan untuk merancang bangunan berkesinambungan
dalam jangka panjang. Sepanjang masa hidup bangunan yang tidak berkesinambungan
akan lebih memberatkan dibandingkan menguntungkan dalam tiga aspek utama yaitu
lingkungan, sosial dan ekonomi.
Bangunan hidup dalam sebuah siklus yaitu desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan,
renovasi dan perobohan. Menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan dan memakai sumber daya dengan efisien di seluruh siklus hidup bangunan
secara umum adalah penting dalam bangunan hijau. GREENSHIP mendefinisikan lebih
lanjut kriteria bangunan hijau dalam 5 kategori.
1. Tepat Guna Lahan
Tepat Guna Lahan adalah kategori kriteria-kriteria pertama yang menekankan
pentingnya menjaga kawasan hijau kota untuk manfaat lingkungan. Oleh karena itu
kategori ini mendorong pelestarian kawasan hijau dan pembangunan pada daerah non-
hijau yang sudah ada. Memilih situs yang terhubung dengan jaringan transportasi,
khususnya sistem transportasi umum dengan kemungkinan penggunaan sepeda masuk
menjadi kriteria, karena akan mengakibatkan penggunaan energi yang lebih sedikit
untuk transportasi dan dampak ekologis yang lebih ringan. Lansekap situs bangunan
adalah penting untuk memaksimalkan manfaat lingkungan yang didapat dari lahan
hijau. Kenyamanan manusia melalui kualitas iklim mikro di sekitar bangunan dan situs
juga dianggap sebagai target tepat guna lahan. Kriteria lainnya adalah pada kualitas air
limpasan hujan untuk mengurangi beban sistem drainase lingkungan.
2. Efisiensi dan Konservasi Energi
Efisiensi dan Konservasi Energi mendefinisikan kriteria-kriteria untuk penghematan
energi demi manfaat lingkungan dan manfaat ekonomis. Pemasangan Sub-Meter listrik
dipandang sebagai dasar untuk manajemen energi lebih lanjut. Laju transfer termal
keseluruhan antara lingkungan dan bangunan adalah kriteria yang menentukan
penggunaan energi untuk kenyamanan termal di dalam gedung. Langkah-langkah lain
untuk membuat penggunaan energi lebih efisien memberikan poin plus. Hal ini dapat
berasal dari penggunaan energi yang efisien untuk pencahayaan buatan, sistem
transportasi vertikal dan AC. Penghematan Energi untuk ini dapat dilakukan lebih lanjut
dengan penggunan pencahayaan alami yang optimal dan ventilasi alami di tempat
umum. Adanya pengurangan emisi CO2 akan memberikan poin tambahan. Poin juga
diberikan jika ada energi terbarukan yang dihasilkan di lokasi bangunan.
3. Konservasi Air
Kategori Konservasi Air menggunakan meteran air untuk mengukur pemakaian air
dalam operasi bangunan sebagai dasar untuk manajemen air yang lebih baik.
Pengurangan penggunaan air dengan menerapkan tindakan penghematan dianggap
sebagai kriteria. Untuk mencapai tujuan ini, tindakan-tindakan ini diperlukan seperti
menggunakan perlengkapan hemat air, daur ulang air dari misalnya air bekas pakai dan
air hujan. Poin tersedia jika air berasal dari sumber lain selain dari air tanah atau PAM
digunakan untuk mengairi lansekap.
4. Sumber dan Siklus Material
Dalam kelompok kriteria Sumber dan Siklus Material, penggunaan material yang
memiliki dampak tinggi terhadap penipisan ozon adalah tidak disarankan. Penggunaan
bahan limbah, material yang ramah lingkungan, kayu bersertifikat, bahan pra-fabrikasi
adalah dianjurkan. Bahan dengan komponen dari Indonesia dan bahan dari daerah di
dalam radius 1000 km dari lokasi konstruksi memenuhi syarat untuk tambahan poin.
5. Kesehatan dan Kenyamanan
Kesehatan dan Kenyamanan Dalam Ruang mendefinisikan Bangunan Hijau, karena
menekankan pentingnya penghuni bangunan. Untuk mempertahankan kualitas tertentu
udara dalam ruangan adalah dianjurkan untuk memiliki pertukaran secara cukup dengan
udara luar. Kualitas udara dalam ruangan terjaga dengan memonitor konsentrasi CO2,
pengendalian asap rokok dan pengurangan polusi kimia. Tingginya tingkat kenyamanan
penghuni akan tercapai dengan adanya kriteria seperti pemandangan keluar gedung,
kenyamanan visual, kenyamanan termal dan kelembaban, serta tingkat kebisingan yang
nyaman.
Setiap kategori terdapat beberapa kriteria yang memiliki jenis berbeda, yaitu:
Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus dipenuhi
sebelum dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria kredit dan kriteria
bonus. Apabila salah satu prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria
bonus dalam kategori yang sama dari gedung tersebut tidak dapat dinilai. Kriteria
Prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria lainnya.
Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus dipenuhi.
Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan gedung tersebut.
Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat nilai dan apabila tidak
dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan mendapat nilai.
Kriteria bonus adalah kriteria yang hanya ada pada kategori tertentu yang
memungkinkan pemberian nilai tambahan. Hal ini dikarenakan selain kriteria ini tidak
harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang terjadi di lapangan. Oleh
karena itu, gedung yang dapat memenuhi kriteria bonus dinilai memiliki prestasi
tersendiri
Kajian terhadap setiap peraturan tentang bangunan hijau yang ada di Indonesia
diperoleh pengetahuan sebagai berikut: