Anda di halaman 1dari 16

A.

Latar Belakang
Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap
perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal pemeliharaannya
memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi pengunaan
sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan dan
memperhatikan kesehatan penghuninya. (Helmizulhar.blogspot.com, 2012)
Istilah green building merupakan upaya untuk menghasilkan bangunan dengan
menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara
efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya. Ada 6 aspek yang
menjadi pedoman dalam evaluasi penilaian green building oleh tim GBCI (Green
Building Council Indonesia) yang terdiri dari :
1. Tepat Guna Lahan (Approtiate Site Development / ASD)
2. Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency & Conservation / EEC)
3. Konservasi Air (Water Conservation / WAC)
4. Sumber dan Siklus Material (Material Resource and Cycle / MRC)
5. Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and Comfort / IHC)
6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management /
BEM)
Penerapan aspek green building dari segi desain bangunan ada 4 yaitu :
1. Bentuk Bangunan
2. Shading & Reflektor
3. Sistem Penerangan
4. Water Recycling System
Ada beberapa aspek utama dalam Green Building yaitu :
1. Material
2. Energi
3. Air
4. Kesehatan
Beberapa manfaat dalam green building adalah manfaat lingkungan, manfaat
ekonomi dan manfaat sosial. Green building adalah bangunan yang berkelanjutan.
Green building sendiri memberikan banyak manfaat tetapi di samping itu, green
building juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Meskipun green building
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, green building juga mempunyai
hambatan dalam proses pembangunannya. Dalam rangka memenuhi atau membantu
green building dalam prosesnya, penelitian ini bertujuan untuk menemukan atau
membantu memecahkan kesulitan yang terjadi pada green building dalam proses
pembuatannya. Masalah yang terdapat dalam proses pengembangan green building
adalah kesadaran tentang green building, komitmen perusahaan dalam green building,
tingkat pengembangan green building, manfaat keuangan green building dan peran
utama dalam mengembangkan green building.

B. Aspek dan Konsep Dasar Green Building


Ada 6 (enam) aspek yang menjadi pedoman dalam evaluasi penilaian Green Building
 Tepat Guna Lahan (Approtiate Site Development / ASD)
 Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency & Conservation / EEC)
 Konservasi Air (Water Conservation / WAC)
 Sumber dan Siklus Material (Material Resource and Cycle / MRC)
 Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and Comfort / IHC)
 Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management /
BEM)
Penerapan aspek Green Building dari segi design bangunan yaitu:
1. Bentuk dan Orientasi Bagunan
Gedung Menteri Kementerian Pekerjaan Umum memiliki bentuk massa
bangunan yang tipis, baik secara vertikal maupun horizontal. Sisi tipis di puncak
gedung didesain agar mampu menjadi shading bagi sisi bangunan dibawahnya
sehingga dapat membuat bagian tersebut menjadi lebih sejuk. Pada desain
gedung ini memiliki area opening yang lebih banyak di sisi timur. hal ini
dikarenakan cahaya pada sore hari (matahari barat) lebih bersifat panas dan
menyilaukan.
2. Shading & Reflektor
Shading light shelf bermanfaat mengurangi panas yang masuk ke dalam
gedung namun tetap memasukan cahaya dengan efisien. Dengan light
shelf, cahaya yang masuk kedalam bangunan dipantulkan ke ceilin. Panjang
shading pada sisi luar light shelfditentukan sehingga sinar matahari tidak
menyilaukan aktifitas manusia di dalamnya. Cahaya yang masuk dan
dipantulkan ke ceiling tidak akan menyilaukan namun tetap mampu
memberikan cahaya yang cukup.
3. Sistem Penerangan
Sistem penerangan dalam bangunan menggunakan intelegent
lighting system yang dikendalikan oleh main control panel sehingga nyala
lampu dimatikan secara otomatis oleh motion sensor & lux sensor. Dengan
begitu, penghematan energy dari penerangan ruang akan mudah dilakukan.
4. Water Recycling System
Water Recycling System berfungsi untuk mengolah air kotor dan air
bekas sehingga dapat digunakan kembali untuk keperluan flushing toilet
ataupun sistem penyiraman tanaman. Dengan sistem ini, penggunaan air bersih
dapat dihemat dan menjadi salah satu aspek penting untuk menunjang konsep
green building.
Konsep Pembangunan Green Building. Beberapa aspek utama green building antara
lain
1. Material
Material yang digunakan untuk membangun harus diperoleh dari alam,
dan merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan.
Daya tahan material bangunan yang layak sebaiknya teruji, namun tetap
mengandung unsur bahan daur ulang, mengurangi produksi sampah, dan dapat
digunakan kembali atau didaur ulang.
2. Energi
Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik
bangunan. Selain itu, bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela untuk
menghemat penggunaan energi, terutama lampu dan AC. Untuk siang hari,
jendela sebaiknya dibuka agar mengurangi pemakaian listrik. Jendela tentunya
juga dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuninya. Green
building juga harus menggunakan lampu hemat energi, peralatan listrik hemat
energi, serta teknologi energi terbarukan, seperti turbin angin dan panel surya.
3. Air
Penggunaan air dapat dihemat dengan menginstal sistem tangkapan air
hujan. Cara ini akan mendaur ulang air yang dapat digunakan untuk menyiram
tanaman atau menyiram toilet. Gunakan pula peralatan hemat air, seperti
pancuran air beraliran rendah, tidak menggunakan bathtub di kamar mandi,
menggunakan toilet hemat air, dan memasang sistem pemanas air tanpa listrik.
4. Kesehatan
Penggunaan bahan-bahan bagunan dan furnitur harus tidak beracun,
bebas emisi, rendah atau non-VOC (senyawa organik yang mudah menguap),
dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya. Kualitas
udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistim ventilasi dan alat-
alat pengatur kelembaban udara.

C. Tantangan dalam Penerepan Green Construction.

Dalam penerapan green construction tentunya banyak tantangan yang harus


dilalui, yaitu :

1. Modal atau Biaya

Tak bisa dipungkiri penggunaan design hijau ini memakan biaya yang
banyak. Untuk konsep Green Building tentunya tidak akan sama dengan
gedung-gedung yang lainnya. Banyak faktor yang membuat Green
Construction´ memakan modal yang cukup besar, seperti contohnya dalam
peggunaan pakar atau tenaga ahli dalam pembuatan gedung yang berkonsep
Green Building tentunya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

2. Pembuatan desain yang startegis

Setiap gedung atau suatu konstruksi dipastikan memiliki design yang


berbeda-beda, tentunya dalam prinsip Green Building design haruslah
meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya pelaksanaan dan pemakaian
produk konstruksi yang berkonsepkan ramah lingkungan.Tentunya hal itu
menjadi tantangan utama para ahli Green Building untuk membuat design yang
cocok pada kondisi eksternal internal lingkungan sekitarnya.

3. Pemilihan material/bahan bangunan yang ramah lingkungan

Mayoritas rumah saat ini dibangun dengan menggunakan bingkai kayu,


Gedung tradisional Bahan dan bahan pilihan bagi banyak orang. Namun
membangun rumah kayu berbingkai membutuhkan rencana yang sangat hati-
hati dirancang dan kru konstruksi dengan banyak pengalaman dan keterampilan.
Membangun rumah dengan bingkai kayu umumnya akan menghasilkan struktur
yang handal dan aman, namun juga rentan terhadap kegagalan prematur ketika
rincian kecil dibiarkan atau dibuat dengan produk kayu berkualitas buruk.Saat
ini pemilik rumah memiliki kesempatan untuk memilih dari alternatif Bahan
Bangunan Hijau. Namun dengan isu ilegal logging yang masih banyak
penggunaan kayu sebagai material mulai ditinggalakan untuk kelestarian
lingkungan. Penggunaan bau alam, batu bata, gypsum, dan alumunium serta
baja ringanpun menjadi piliha yang tepat. Karena selain ramah lingkungan tapi
juga mampu menunjang ketahanan bangunan dan tentunya healthy conditional.

4. Pembuatan peraturan-peraturan yang sah dalam penerapan green


construction

Di Indonesia saat ini, wacana konstruksi hijau mulai tampak pada


penerapan beberapa proyek seperti proyek ruas jalan tol bandara yang
dikerjakan oleh PT. Pembangunan Perumahan dan proyek Rusunami oleh PT
Perumnas. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada payung hukum yang
menaungi penerapan konstruksi hijau di Indonesia apa lagi sejumlah insentif
yang akan diberikan pada pelaksanaan proyek yang menerapkan konsep
konstruksi hijau.

5. Penataan kota untuk mewujudkan konsep green building

Green Building pastinya harus membuat suatu area yang di tempatinya


menjadi daerah yang asri dan ramah lingkungan. Oleh karena itu diperlukan tata
kota yang tepat jika kita ingin membuat suatu Green Building di Indonesia.
Letak tata kota yang sesuai dengan keseimbangan ekosistem lingkungan, jangan
sampai pembuatan Green Building malah merusak area hijau, atau siklus udara
dan hidrologi yang dipengaruhi oleh hilangnya area resapan air. Untuk di daerah
Indonesia sendiri, bila kita ambil contoh jakarta mungkin pembangunan Green
Building susah untuk dilaksanakan, dikarenakan tata letak kota jakarta yang
memang sudah padat untuk bangunan-bangunan bersifat kepentinan komersial
ataupun bangunan hunian tempat tinggal.

6. Pembiayaan serta perawatan green building


Tidak mudah merawat suatu gedung atau bangunan apalagi bangunan
dengan konsep Green Building, yang harus mempertahankan manfaatnya untuk
lingkungan sekitar.

7. Faktor kesehatan

Menggunakan material & produk-produk yang non-toxic akan


meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, dan mengurangi tingkat asma,
alergi dan sick building syndrome. Material yang bebas emisi, dan tahan untuk
mencegah kelembaban yang menghasilkan sporadan mikroba lainnya. Kualitas
udara dalam ruangan juga harus didukung menggunakan sistem ventilasi yang
efektif dan bahan-bahan pengontrol kelembaban yang memungkinkan
bangunan untuk bernapas. Bahan-bahan alami atau natural sudah diketahui
memang cukup rentan terhadap gangguan lingkungan itu sendiri seperti
keberadaan mikroorganisme ,serta kelembaban udara dan suhu diluar maupun
didalam ruangan yang harus diseimbangkan untuk meminimalisasi kerusakan
bangunan.

8. Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya green building

Tantangan ini juga cukup penting untuk dipecahkan, Banyak masyarakat


Indonesia yang tentunya belum tahu akan makna Green Building. Mulai dari
konsep,manfaatnya dalam jangka panjang serta aplikasinya. Penyuluhan akan
Green Building seharusnya juga diberikan kepada masyarakat Indonesia agar
lebih mengetahui peranan Green Building dalam dunia pembangunan di
Indonesia. Apalgi dengan ekonomi masyarakat Indonesia yang minim membuat
rencana ini hanya terbatas kepada pengembang bangunan dengan modal besar
dan kalangan menegah ke atas.

Green Building lebih dari sebuah konsep untuk hidup berkelanjutan,


tetapi bisa membangun harapan untuk masa depan. Oleh karena itu, kesadaran
masyarakat Indonesia harus ditingkatkan untuk mengetahui pentingnya
membuat bangunan dengan konsep Green Construction. Apapun yang
dilakukan manusia untuk pelestarian lingkungan dan perbaikan lingkungan mau
sekecil apapun memang sangat berarti seperti membuang sampah pada
tempatnya, itu pun masih belum tercapai sempurna. Dengan usia yang menipis
karena perubahan iklim, kekurangan energi yang semakin meningkat dan
masalah kesehatan, memang masuk akal untuk membangun gedung yang tahan
lama,menghemat energi, mengurangi limbah dan polusi, dan meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan. Upaya-Upaya untuk mewujudkan Green
Construction:

a. Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya Green Construction bagi


dunia pembangunan di Indonesia.
b. Membuat bangunan-bangunan yang berbahan dasar ramah lingkungan.
c. Mengatur tata letak kota yang sesuai dengan konsep Green Construction yang
berwawasan lingkungan.
d. Membangun sistem bangunan yang effisien dalam menggunakan energi.
e. Membangun Green Construction dengan menggunakan material yang dapat di
perbaharui, didaur ulang, dan digunakan kembali serta mendukung konsep
efisiensi energi.
f. Mengolah limbah-limbah yang bermanfaat untuk dijadikan material bahan
dasar.
g. Membangun Green Construction yang sesuai dengan kondisi alam, dan iklim
wilayah Indonesia.
h. Inovasi untuk mengembangkan green building terus dilakukan sebagai upaya
untuk menghemat energi dan mengurangi masalah-masalah lingkungan.
i. Pemilihan material yang pas agar Green Building bisa bertahan lebih lama.
j. Penggunaan teknologi-teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan agar tidak
merusak ekosistem sekitar.

Indonesia telah memasang target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
sebesar 26% pada tahun 2020. Hal ini seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca (RAN – GRK). Demi mendukung upaya nasional tersebut
Pemerintah Kota Jakarta telah berkomitmen untuk turut mengurangi emisi gas rumah
kaca melalui Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung
Hijau. Berdasarkan peraturan tersebut, seluruh gedung di Jakarta mulai April 2013
harus memenuhi persyaratan gedung ramah lingkungan atau green building.
Dibandingkan negara tetangga, Singapura, Indonesia saat ini memang jauh tertinggal
dalam menerapkan green building. Saat ini di Singapura telah terdapat setidaknya
11.000 bangunan yang bersertifikasi green building. Diantara tantangan dari penerapan
konsep green building di Indonesia adalah saat ini biaya pembangunan green building
di Indonesia saat ini lebih mahal dari bangunan biasa.

Bintang Nugroho, Deputy of Organization and Events Green Building Council


Indonesia menyebutkan, cost untuk membangun green building bersertifikasi platinum
lebih tinggi 10% dari gedung biasa, gold (6%), silver (3%), sementara sertifikasi bronze
tidak ada bedanya.

Pemerintah Singapura mengatasi tantangan ini dengan memberikan insentif berupa


uang bagi pengembang yang membangun gedung dengan konsep green building.
Menurut Ignesjz Kemalawarta, Ketua Badan Sertifikasi dan Advokasi Real Estat
Indonesia (REI), Pemerintah Indonesia bisa memberikan insentif antara lain berupa
pemotongan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Meskipun demikian, seiring berjalan
waktu, biaya pembangunan green building pasti akan turun. Sebagai perbandingan, di
Amerika Serikat saat ini biaya pembangunan green building tidak berbeda dengan
bangunan biasa.

Walaupun harus mengeluarkan biaya besar di awal konstruksinya, konsep green


building justru akan mengurangi biaya operasional bangunan. Naning Adiwoso,
Chairman GBCI menyatakan bahwa sebuah gedung komersil yang mengikuti standar
penilaian Greenship biasanya mampu melakukan penghematan energi antara 26%
sampai 40% setiap bulannya. Penghematan tersebut bersumber pada berkurangnya
volume penggunaan AC, penerangan gedung, serta penggunaan air. Ketua Umum
Asosiasi Manajemen Properti Indonesia (AMPRI), Irwan Sendjaja menambahkan
bahwa biaya operasional gedung yang semakin meningkat dapat diatasi dengan
menerapkan konsep green building. Menurutnya, sebuah gedung yang disewakan akan
menghabiskan biaya operasional listrik lebih hemat 20 – 30% tiap bulannya. Meskipun
investasi awal saat pembangunan lebih besar dari bangunan biasa, namun saat
operasional justru pengelola gedung mendapatkan keuntungan dari penghematan
penggunaan energi dan air.
Selain itu, menurut Direktur Manager IEN Consultant Poul E Kristensen, dengan
konsep hemat energi yang tepat, konsumsi energi suatu gedung dapat diturunkan hingga
50%, dengan hanya menambah investasi sebesar 5% saat pembangunannya. IEN
merupakan konsultan green building di Kuala Lumpur, Malaysia. Keberhasilan
menekan konsumsi energi hingga 50% tersebut telah terbukti dalam pembangunan
green building di Malaysia. ”Dengan iklim dan tipikal gedung yang sama, gedung
hemat energi di Indonesia diperkirakan juga dapat menekan konsumsi energi dengan
persentase yang sama,” ujarnya.

Director of Rating and Technology Green Building Council Indonesia (GBCI) Rana
Yusuf Nasir mengatakan 98% gedung di Jakarta merupakan bangunan eksisting dan
2% merupakan bangunan baru. Hal ini juga menjadi tantangan lain bahwa sebagian
besar bangunan eksisting di Jakarta belum sesuai dengan konsep green building.
Menurut Hadjar Seti Adji, Green Program Representative Manager PT Pembangunan
Perumahan (persero), konsep green building dapat terbagi menjadi dua yaitu Passive
Design yang dikerjakan oleh arsitek dan Active Design yang dikerjakan oleh mekanik.
Sebuah bangunan dapat diperbaiki menjadi green building dengan merubah passive
design dan active design-nya. Konsep perubahan bangunan menjadi green building
akan lebih baik diterapkan di passive design-nya karena akan mengemat biaya yang
banyak. Contohnya adalah perencanaan sirkulasi udara yang baik sehingga mengurangi
penggunaan AC. Selain itu, perubahan orientasi arah bangunan juga dapat mengurangi
panas dalam ruangan. Dengan teknolgi sensor pencahayaan yang sensitif terhadap
gerakan manusia, efisiensi energi juga dapat lebih ditingkatkan.

D. Kriteria Green Building

Kriteria bangunan hijau menurut GREENSHIP dari Green Building Council Indonesia
(GBCI) menyediakan alat rating dan sertifikasi untuk bangunan ramah lingkungan. Ini
adalah langkah penting untuk membantu terciptanya bangunan hijau di Indonesia.
Gerakan bangunan hijau bertujuan untuk merancang bangunan berkesinambungan
dalam jangka panjang. Sepanjang masa hidup bangunan yang tidak berkesinambungan
akan lebih memberatkan dibandingkan menguntungkan dalam tiga aspek utama yaitu
lingkungan, sosial dan ekonomi.
Bangunan hidup dalam sebuah siklus yaitu desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan,
renovasi dan perobohan. Menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan dan memakai sumber daya dengan efisien di seluruh siklus hidup bangunan
secara umum adalah penting dalam bangunan hijau. GREENSHIP mendefinisikan lebih
lanjut kriteria bangunan hijau dalam 5 kategori.
1. Tepat Guna Lahan
Tepat Guna Lahan adalah kategori kriteria-kriteria pertama yang menekankan
pentingnya menjaga kawasan hijau kota untuk manfaat lingkungan. Oleh karena itu
kategori ini mendorong pelestarian kawasan hijau dan pembangunan pada daerah non-
hijau yang sudah ada. Memilih situs yang terhubung dengan jaringan transportasi,
khususnya sistem transportasi umum dengan kemungkinan penggunaan sepeda masuk
menjadi kriteria, karena akan mengakibatkan penggunaan energi yang lebih sedikit
untuk transportasi dan dampak ekologis yang lebih ringan. Lansekap situs bangunan
adalah penting untuk memaksimalkan manfaat lingkungan yang didapat dari lahan
hijau. Kenyamanan manusia melalui kualitas iklim mikro di sekitar bangunan dan situs
juga dianggap sebagai target tepat guna lahan. Kriteria lainnya adalah pada kualitas air
limpasan hujan untuk mengurangi beban sistem drainase lingkungan.
2. Efisiensi dan Konservasi Energi
Efisiensi dan Konservasi Energi mendefinisikan kriteria-kriteria untuk penghematan
energi demi manfaat lingkungan dan manfaat ekonomis. Pemasangan Sub-Meter listrik
dipandang sebagai dasar untuk manajemen energi lebih lanjut. Laju transfer termal
keseluruhan antara lingkungan dan bangunan adalah kriteria yang menentukan
penggunaan energi untuk kenyamanan termal di dalam gedung. Langkah-langkah lain
untuk membuat penggunaan energi lebih efisien memberikan poin plus. Hal ini dapat
berasal dari penggunaan energi yang efisien untuk pencahayaan buatan, sistem
transportasi vertikal dan AC. Penghematan Energi untuk ini dapat dilakukan lebih lanjut
dengan penggunan pencahayaan alami yang optimal dan ventilasi alami di tempat
umum. Adanya pengurangan emisi CO2 akan memberikan poin tambahan. Poin juga
diberikan jika ada energi terbarukan yang dihasilkan di lokasi bangunan.
3. Konservasi Air
Kategori Konservasi Air menggunakan meteran air untuk mengukur pemakaian air
dalam operasi bangunan sebagai dasar untuk manajemen air yang lebih baik.
Pengurangan penggunaan air dengan menerapkan tindakan penghematan dianggap
sebagai kriteria. Untuk mencapai tujuan ini, tindakan-tindakan ini diperlukan seperti
menggunakan perlengkapan hemat air, daur ulang air dari misalnya air bekas pakai dan
air hujan. Poin tersedia jika air berasal dari sumber lain selain dari air tanah atau PAM
digunakan untuk mengairi lansekap.
4. Sumber dan Siklus Material
Dalam kelompok kriteria Sumber dan Siklus Material, penggunaan material yang
memiliki dampak tinggi terhadap penipisan ozon adalah tidak disarankan. Penggunaan
bahan limbah, material yang ramah lingkungan, kayu bersertifikat, bahan pra-fabrikasi
adalah dianjurkan. Bahan dengan komponen dari Indonesia dan bahan dari daerah di
dalam radius 1000 km dari lokasi konstruksi memenuhi syarat untuk tambahan poin.
5. Kesehatan dan Kenyamanan
Kesehatan dan Kenyamanan Dalam Ruang mendefinisikan Bangunan Hijau, karena
menekankan pentingnya penghuni bangunan. Untuk mempertahankan kualitas tertentu
udara dalam ruangan adalah dianjurkan untuk memiliki pertukaran secara cukup dengan
udara luar. Kualitas udara dalam ruangan terjaga dengan memonitor konsentrasi CO2,
pengendalian asap rokok dan pengurangan polusi kimia. Tingginya tingkat kenyamanan
penghuni akan tercapai dengan adanya kriteria seperti pemandangan keluar gedung,
kenyamanan visual, kenyamanan termal dan kelembaban, serta tingkat kebisingan yang
nyaman.

6. Pengelolaan Lingkungan Bangunan


Kategori terakhir diberikan untuk Pengelolaan Lingkungan Bangunan. Pemisahan
sampah sederhana di gedung yang akan menyederhanakan proses daur ulang mendapat
tambahan poin. Dua kriteria mendorong adanya pengurangan limbah konstruksi dan
pengelolaan sampah terpadu mencakup bagaimana sampah harus dikelola. Kehadiran
seorang GREENSHIP Professional selama proses desain akan memberikan kontribusi
untuk rating positif. Operasi aktual dari perencanaan awal harus disertai system
komisioning yang baik dan benar. Penyampaian data bangunan hijau, penerapan
prinsip-prinsip bangunan hijau selama aktivitas fit-out dan melakukan survei pengguna
gedung akan memberikan poin lebih untuk kategori ini
Berikut merupakan rangkuman isi dari GREENSHIP New Building Versi 1.1
GREENSHIP New Building Versi 1.1 merupakan hasil revisi dari GREENSHIP New
Building Versi 1.0 yang akan berlaku mulai tanggal 23 Februari 2012.

Tahap penilaian GREENSHIP terdiri dari :


1. Design Recognition (DR), dengan maksimum
2. Final Assessment (FA), dengan maksimum nilai 101 poin

Setiap kategori terdapat beberapa kriteria yang memiliki jenis berbeda, yaitu:

Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus dipenuhi
sebelum dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria kredit dan kriteria
bonus. Apabila salah satu prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria
bonus dalam kategori yang sama dari gedung tersebut tidak dapat dinilai. Kriteria
Prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria lainnya.

Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus dipenuhi.
Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan gedung tersebut.
Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat nilai dan apabila tidak
dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan mendapat nilai.
Kriteria bonus adalah kriteria yang hanya ada pada kategori tertentu yang
memungkinkan pemberian nilai tambahan. Hal ini dikarenakan selain kriteria ini tidak
harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang terjadi di lapangan. Oleh
karena itu, gedung yang dapat memenuhi kriteria bonus dinilai memiliki prestasi
tersendiri

Sebelum melalui proses sertifikasi, proyek harus memenuhi kelayakan yang


ditetapkan oleh GBC Indonesia. Kelayakan tersebut antara lain:

1. Minimum luas gedung adalah 2500 m2


2. Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan RT RW/K
setempat
3. Kepemilikan rencana Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)/Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)
4. Mesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa
5. Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran
6. Kesesuaian gedung terhadar standar aksesibilitas penyandang cacat
7. Kesediaan data gedung untuk diakses GBC Indonesia terkait proses sertifikasi
E. KESIAPAN REGULASI

Empat peraturan yang telah mengakomodasi terkait green construction adalah:

I. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan


Gedung;
II. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010 tentang
Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan;
III. Peraturan Gubernur (Pergub) Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 38 Tahun
2012 tentang Bangunan Hijau;
IV. Rancangan Peraturan Menteri (Rapermen) Pekerjaan Umum Tentang Pedoman
Teknis Bangunan Hijau.

Kajian terhadap setiap peraturan tentang bangunan hijau yang ada di Indonesia
diperoleh pengetahuan sebagai berikut:

a) 42 pasal/ayat yang mengatur tentang perencanaan bangunan hijau;


b) 53 pasal/ayat yang mengatur pada tahap pelaksanaan atau proses konstruksi;
c) 26 pasal/ayat yang mengatur pada tahap operasional bangunan

Peraturan yang baru diberlakukan adalah PerMen PUPR No. 05/PRT/M/2015


tentang Bangunan Gedung Hijau yang diharapkan diterapkan di seluruh
kabupaten/kota di Indonesia. Untuk itu, perlu dilakukan pendampingan kepada
pemerintahan daerah dan pelaku kepentingan guna mendorong penyusunan peraturan
serta menyiapkan kelembagaan dan kapasitas sumberdaya manusia yang memadai.
Dengan adanya peraturan tersebut diatas akan terjadi perubahan signifikan dalam
mengelola bangunan, yaitu tidak hanya mengutamakan aspek teknis, keselamatan,
kesehatan, kenyamanan sesuai kriteria teknis yang berlaku, namun juga lebih efisien
sumber daya serta selaras, serasi, dan harmonis dengan lingkungannya.
F. KELUARAN MODEL GREEN CONSTRUCTION

Model assessment green construction telah diujicobakan dalam beberapa proyek


konstruksi di beberapa kota di Indonesia. Namun dalam paper ini hanya ditampilkan
satu, yaitu proyek A sebagai contoh untuk menggambarkan keluaran model assessment
green construction. Nilai yang ditampilkan adalah capaian di tingkat aspek green
construction yang dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a) Nilai Aspek Green Construction Ideal (NAGCI),


b) Nilai Aspek Green Construction Terbaik (NAGCT),
c) Nilai Aspek Green Construction (NAGC) adalah nilai yang dicapai oleh proyek
(gambar Capaian Nilai Aspek Green Construction).
DAFTAR PUSTAKA
http://reckruitman.blogspot.co.id/2015/06/makalah-green-building.html
http://e-journal.uajy.ac.id/6282/2/TS113027.pdf
https://id.scribd.com/doc/298605938/Makalah-Green-Building-doc
https://www.fobuma.com/id/blog/pos_greenship
http://gbcindonesia.org/greenship/rating-tools/download/doc_download/72-ringkasan-
greenship-nb-v1-1-id
http://www.rumahku.com/artikel/read/6-kriteria-penilaian-dalam-mendesain-green-building-
414448/1
https://www.academia.edu/17235218/Implementasi_Green_Construction_Sebagai_Upaya_M
encapai_Pembangunan_Berkelanjutan_di_Indonesia?auto=download

Anda mungkin juga menyukai