GREEN BUILDING
DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAJAR:
Lima kriteria yang mesti dicermati di sebuah green building, berlaku untuk semua
jenis bangunan :
1. Sustainable site.
Di sini, pengadaan lahan untuk sebuah kompleks hunian tak boleh menciderai
lingkungan. Lokasi tersebut tak boleh meraibkan sebuah sawah ataupun ladang yang menjadi
tempat parkir air. Bagaimanapun, lokasi tersebut sebaiknya sudah punya jalan akses dan
sarana transportasi memadai. Itu agar ekologi tak terciderai proses pembuatan jalan. Lantas,
proses pembukaan lahan tersebut perlu diperhatikan. Kalau dengan cara membabat habis
lahan lantas menanam pohon baru, berarti kriteria pertama ini kurang diperhatikan. Efisiensi
lahan juga perlu diperhatikan. Rumah berpenghuni empat orang sudah tentu tak perlu seluas
1.000 m2.
2. Water efficient.
Lebih baik sebuah rumah didesain hemat energi sedari awal. Contoh: menggunakan
air hujan ataupun air hujan yang diolah kembali, serta menggunakan kloset irit air.
3. Indoor environmental quality.
Sebuah hunian lebih baik tak menggunakan bahan-bahan bangunan yang
menimbulkan polusi, antara lain cat yang menimbulkan polusi udara atau karpet yang proses
pembuatannya menggunakan gas beracun.
4. Energy and atmosphere.
Di sini, sebuah hunian mesti dirancang hemat energi, antara lain dirancang agar tak
banyak menggunakan pendingin udara. Terkait itu, di iklim subtropis seperti Indonesia,
ventilasi yang lebar-banyak bisa dimanfaatkan untuk menurunkan suhu ruangan
5. Material resource.
Satu ciri green building adalah menggunakan material bangunan ramah lingkungan.
Itu antara lain sedapat mungkin mengurangi bahan impor. Sebab, bahan impor otomatis
melahap banyak energi dalam pengiriman. Pun, satu hunian lebih baik tak menggunakan
material yang perlu waktu lama untuk dibarui seperti kayu jati; sedapat mungkin, material
daur ulang digunakan.
Konsep reduce-reuse-recycle adalah cara efektif dalam mengaplikasikan gaya hidup
ramah lingkungan. Dengan menerapkan ketiganya secara konsisten di seluruh elemen
bangunan, terciptalah produk arsitektur hijau yang diidamkan.
· Reduce
Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan yang memiliki dampak terhadap
lingkungan. Salah satunya kayu, yang semakin menipis persediaannya akibat penebangan
liar. Untuk itu desain rumah ini dibuat dengjan material yang mudah didapat dan diperbarui.
Reduce juga berarti hemat energi. Desain rumah ini memiliki banyak bukaan untuk
memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami agar tidak perlu menggunakan lampu dan
pendingin udara pada siang hari.
· Reuse
Arsitek memanfaatkan kembali material kontainer sebagai dinding. Penggunaan kontainer
dianggap lebih efisien, efektif secara ruang, dan lebih ringan. Ruangan-ruangannya dapat
didesain fleksibel. Pengguna ruang juga dapat menggeser dinding kontainer untuk
mendapatkan atau menambah fungsi ruang baru tanpa mengurangi sirkulasi udara dan
pencahayaan langsung ke ruangan.
· Recycle
Rumah ini menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang, seperti semen, batu bata,
aluminium, kaca, dan keramik. Hal ini dilakukan sebagai bentuk optimalisasi terhadap
penggunaan bahan baku alternatif dan mengurangi pemakaian sumber daya alam yang sulit
diperbarui.
· Renewable sources
Dimana segalanya diperoleh dari alam, yang telah dikelola dan dipanen secara
berkelanjutan atau diperoleh secara local untuk mengurangi biaya transportasi, serta
diselamatkan dari bahan reklamasi di lokasi terdekat.
Gambar 2. Contoh desain green building
C. PELAKSANAAN GREEN BUILDING
Suatu keterpaduan dari perencanaan atau desain, penggunaan bahan ( alam atau
buatan ), sistim bangunan, sistim utilitas dan metode konstruksi yang inovatif mewujudkan
terjadinya green building, seperti skematik gambar dibawah ini :
Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan
komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan. Perancangan bangunan harus menyertakan
fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan
arsitektur, perancangan struktur, perancangan interior dan lain-lain.
Penerangan bangunan harus mempelajari masalah pencahayaan sehingga bangunan
dapat berfungsi seperti yang diharapkan. Selain itu, perancang bangunan harus juga
memperhatikan manfaat penerangan atau pencahayaan alam selama masih dapat
dimanfaatkan. Pemanfaatan cahaya matahari selain memberikan panas (radiasi) juga
memberikan cahaya yang bermanfaat sekali bagi semua kehidupan di darat dan air, maka
cahaya matahari sangat diperlukan khususnya dalam pencahayaan bangunan, tujuan
pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerang alami dalam bangunan adalah sebagai
berikut:
a. Menghemat energi dan biaya operasional bangunan,
b. Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari mengandung ultraviolet yang
memberikan efek psikologis bagi manusia dan memperjelas kesan ruang,
c. Mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan, baik sebagai sumber
penerangan langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan cahaya matahari ke dalam ruang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
dilihat dari arah jauhnya sinar matahari dan komponen / bidang-bidang yang membantu
memasukan dan memantulkan cahaya matahari. Surut jauhnya sinar matahari ini berbeda -
beda pada setiap daerah. Pada umumnya, cahaya matahari yang jauh ke permukaan tanah /
bangunan dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Cahaya matahari langsung jatuh pada bidang kerja.
b. Refleksi pantulan cahaya matahari dari benda yang berada di luar rumah dan masuk
melalui jendela.
c. Refleksi / pantulan cahaya matahari dari halaman ,yang untuk kedua kalinya di
pantulkan kembali oleh langit-langit dan dinding kearah bidang kerja.
d. Cahaya yang jatuh dilantai dan dipantulkan lagi oieh langi-langit besarnya refleksi
cahaya matahari ini sangat dipengaruhi oleh bahan pemantulan dan warna.