Anda di halaman 1dari 5

TUGAS REVIEW

Materi : Arsitektur Hijau


Mata kuliah : Green Arsitektur
Dosen Pengampu : ~ Dr.Eng. Puteri Fitriaty, ST., MT
~ Andi Jiba Rifai B., ST., MT

Disusun Oleh:
Andi Ahmad Firdaus
F221 20 028

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
Latar Belakang
Perkembangan industri kontruksi dan meningkatnya pembangunan gedung dan
infrastruktur di negara-negara berkembang seperti Indonesia berperan besar terjadinya global
warming. Hal ini dikarenakan pembangunan membutuhkan sumber daya alam sebagai
sumber material, baik pada saat pembangunan maupun pada saat perawatannya. Faktor inilah
yang menyebabkan terjadinya eksploitasi sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan.
Berdasarkan survey IPCC (2006),yang merupakan lembaga penelitian dibawah WMO United
Nations, menyatakan gedung-gedung besar dapat mengkonsumsi 40% dari minyak bumi dan
sumberdaya alam dan 60% dari konsumsi listrik dunia.
Pencarian solusi untuk mengatasi kondisi seperti ini perlu melibatkan berbagai disiplim
ilmu, salah satunya ialah disiplin ilmu arsitektur. Dalam disiplin ilmu arsitektur terdapat
beberapa konsep yang dapat menjadi solusi untuk mengatasi global warming dan degradasi
kualitas lingkungan, salah satunya yaitu konsep arsitektur berkelanjutan. Selain Suistainable
Architecture, juga terdapat konsep Green Architecture yang merupakan turunan dari konsep
Suistainable Architecture. Pada dasarnya konsep Green Architecture lebih mengarah pada
mengefisiensikan pemakaian energi, air, dan bahan-bahan, mereduksi dampak bangunan
terhadap kesehatan melalui tata letak, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan bangunan,
penggunaan material reuse, recycle,renewable (Mauro Rahardjo dalam Nurkhamdani,
2010:51).
Isu tentang Green Building yang dalam hal ini juga disebut sebagai Arsitektur Hijau
(Green Architecture) mulai muncul setelah isu lingkungan yang bermuara pada pemanasan
global (globalwarming) muncul. Arsitektur/bangunan hijau menjadi sebuah 'gerakan'
khususnya bagi para praktisi di bidang arsitektur bangunan dan lingkungan binaan untuk
merespon dampak dari kondisi lingkungan yang terjadi dalam beberapa dekade ini.
Gerakan arsitektur hijau merupakan upaya bagi para arsitek/developer untuk dapat lebih
bijak dalam mengelola bangunan dan lingkungan, sehingga tidak saja dapat bermanfaat bagi
generasi saat ini, namun juga bagi generasi mendatang.
ARSITEKTUR HIJAU

A. Pengertian Arsitektur Hijau


Arsitektur hijau atau green architecture adalah suatu pendekatan pada
bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada
kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitektur hijau meliputi lebih dari hanya sekedar
bangunan tempat bernaung manusia dengan segala fungsinya (Nirwono Yoga dalam
Nurkamdhani, 2010). Pada intinya Arsitektur hijau diibaratkan keselarasan hidup
manusia dan alam yang terangkum dalam konsep arsitektur hijau.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipenuhi saat
membangun green building,  antara lain.
 Penggunaan air dan sumber daya lainnya harus dilakukan secara efisien.
 Memanfaatkan energi terbarukan pada bangunan, seperti memasang panel surya dan
turbin udara.
 Langkah-langkah pengurangan polusi dan limbah. Apabila memungkinkan,
diperlukan adanya tempat untuk melakukan daur ulang limbah.
 Mempertimbangkan kualitas hidup penghuni yang ada di dalamnya.
 Desain bangunan yang dirancang supaya bisa beradaptasi dengan perubahan
lingkungan.

B. Prinsip Arsitektur Hijau


 Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus
meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin
memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).
 Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan
harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi
yang ada.
 Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan
sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat
digunakan di masa mendatang /
 Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan
sumber daya alam
 Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni
bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya
jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu
sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak
merusak lingkungan yang ada ).
 Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang
bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi
semua kebutuhannya.
 Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan /
Holism : Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai
kebutuhan bangunan kita.

C. Sifat – Sifat Pada Bangunan Berkonsep Green Architecture


Green architecture (arsitekture hijau) mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran
dari para arsitek akan keterbatasan alam dalam menyuplai material yang mulai
menipis.Alasan lain digunakannya arsitektur hijau adalah untuk memaksimalkan
potensi site.
Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang juga mendukung konsep
arsitektur hijau, sehingga penggunaan material dapat dihemat. Green’ dapat
diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah
lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik).

D. Penerapan Arsitektur Hijau


Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
_Jakarta Selatan_

Gedung Utama Kementerian PUPR dibangun dengan konsep green building


dengan estimasi penghematan listrik sekitar 40% dan penghematan  konsumsi air
hingga 35%. Desain keseluruhan gedung memperhatikan lebih banyak penerangan
alami dari sinar matahari pada siang hari serta menerapkan sensor penerangan yang
secara otomatis akan memadamkan lampu ketika tidak ada orang di ruangan.
Kawasan Kampus PUPR juga menerapkan sistem daur ulang penggunaan air
untuk menghemat konsumsi air melalui sistem rain water harvesting, recycling, dan
reuse. Air hujan yang turun di area resapan dialirkan masuk dalam drainase,
selanjutnya ditampung dalam ground water tank dan didaurulang sebagai air untuk
menyiram tanaman, flushing urinoir dan suplai air untuk cooling tower.
Selain itu, ruangan kantor di setiap lantai dilengkapi dengan toilet, musala
beserta tempat wudu, pantry dan ruangan ibu dan anak (nursery) untuk memberikan
kenyamanan pegawai untuk keperluan menyusui atau pumping. Area sekitar Gedung
juga dilengkapi dengan jalur pejalan kaki dengan guiding block untuk pengguna
difabel dan taman sebagai ruang terbuka hijau dengan bangku-bangku taman. 
KESIMPULAN
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green architecture
apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah
terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga
menyangkut masalah pemakaian energi.Oleh karena itu bangunan berkonsep green
architecture mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan aspek – aspek
pendukung lainnya.

Anda mungkin juga menyukai