3. Material
Arsitetur hijau menuntut penggunaan material yang tidak
mengontaminasi lingkungan dan membahayakan manusia.
Material terbarukan seperti kayu, bambu, dahan, daun, dan
lainnya merupakan salah satu material yang re-use dan recycle. Material dari tumbbuhan merupakan material yang
dalam pembentukannya menyerapa CO2 dari udara. Hal ini
berbeda
dengan
material
non-organik
yang
dalam
pembentukannya justru mengemisi CO2 ke udara karena
memerlukan bahan bakar. Meskipun demikian, sejumah
material non-organik yang dalam proses pembuatannya tidak
konsumtif energi dan tidak mencemari lingkungan, tetap di
rekomendasikan dalam konsep arsitektur hijau.
4. Air
Konsumsi air dalam satuan waktu per individu merupakan
salah satu parameter dominan yang di ukur dalam konsep
arsitektur hijau. Bangunan yang rendah dalam konsumsi
airnya akan mendapat nilai baik atau tinggi dalam konsep
arsitektur hijau.
5. Limbah
Filosopi utama daam aspek ini adalah bagaimana agar limbah bangunan seminimal
mungkin mencemari lingkungan. Pembuangan limbah dengan frekuensi tinggi, atau
selang waktu pembuangan pendek, peluang tanah atau alam dalam mempurifikasi
limbah menjadi sangat kecil. lingkungan dalam skaa kecil dan besar akan tercemar,
alam tercemar dan akhirnya vegetasi tercemar, manusia pun kesehatan dan
keberllangsungan hidupnya. Oleh karena itu, dalam konsep arsitektur hijau, semakin
rendah kemampuan lahan mempurifikasi limbah karena besarnya limbah yang di
buang atau karena terbatasnya lahan yang mempurifikasi limbah, maka semakin
tinggi nilai atau tingkatan hijau bangunan tersebut.
6. Kualitas ruang dalam.
Kualitas ruang dalam menyangkut kimiawi udara dan kualitas fisik ruangan. Dengan
komposisi udara yang baik, suatu ruangan di anggap bersih atau sehat secara kimiawi.
Sedangkan kualitas fisik ruang terkait dengan kenyamanan fisik ruang.
Bagaimana pengguna banguna dapat merasakan nyaman dari semua aspek
kenyamanan fisik, yakni kenyamanan spasial (ruang), kenyamanan termal (suhu),
kenyamanan
visual
(penglihatan/cahaya),
kenyamanan
auditorial
(pendengaran/suara), kenyamanan olfaktual (penciuman/bau). Demikian, jika
pengguna bangunan dapat merasakan ruang dengan dimensi yang mencukupi untuk
menyelenggarakan aktivitas di sertai dengan kenyamanan fisik sebuah bangunan
maka tingkat hijau bangunan di nilai tinggi.
Land rover ben ainslie racing merupakan sebuah bangunan dengan komitmen untuk menjadi tim
olahraga paling berkelanjutan di Inggris, telah menciptakan markas yang menampilkan semua yang
berkelanjutan. Ia menunjukkan bahwa keberlanjutan tidak hanya dapat memperbaiki kondisi kerja dan
dampak lingkungan yang lebih rendah tetapi memberikan penghematan biaya yang signifikan.
Efisiensi dalam waktu, energi dan bahan sebagai akibat dari BREEAM dan BIM melaju penghematan
50% dalam penyampaian program yang telah menyebabkan penghematan keuangan yang signifikan
2. LEED (Leadersip in Energy and Enviromental Design)
LEED dicetuskan oleh United States Green Building Council (USGBC) tahun 1998, standar
ini mengembangkan konsep BREEAM untuk allikasi yang lebih praktis. LEED digunakan
untuk menilai bangunan atau lingkunan binaan, baik dalam tahap pra-rancangan maupun
sudah terbangun. Parameter yang digunakan LEED lebih simpel dibanding BREEAM, namun
lebih variatif dibanding sejumlah standar lain di luar BREEAM. Diantara tolak ukur yang
digunakan dalam LEED untuk merating tingkat hijau suatu bangunan atau lingkungan binaan
adalah:
Keberlanjutan tapak
Penghematan air
Penghematan energi
Atmosfer
Material dan sumber daya
Kualitas lingkungan ruang dalam
Inovasi dan proses desain.
Standar LEED memberikan kemungkinan skor tertinggi penilaian 69, dimana didalamnya
diberikan empat penggolongan sertifikasi, yakni Certified (26-32 points), Silver (33-38
points), Gold (39-51 points), dan Platinum (52-69 points).
untuk mengaplikan rancangan bangunan yang berkonsep hijau. Lembaga ini di dukung oleh
sektor industri dan pemerintah secara bersama-sama.
Green star memiliki tiga kategori kualitas lingkungan pada suatu bangunan:
(1) Best Practice, (2) Australian Excellence, dan (3) World Leadership. Pengelompokan ini
didasarkan atas penilaian dari sembilan hal, antara lain: manajemen, kualitas lingkungan di
dalam ruangan, transportasi, energi, air, bahan material, penggunaan lahan dan ekologi, inovasi
dan emisi. Best practice atau 4 Green Star merupakan kategori terendah dengan hasil penilaian
sebesar 45-59. Australian Excellence atau 5 Green Star sebesar 60-74, dan yang terbaik adalah
World Leadership atau 6 Green Star dengan hasil penilaian sebesar 75-100.
(CH2 in melbourne)
CH2 (Council House 2) adalah gedung pemerintahan Melbourne yang diresmikan pada tahun
2006. Gedung ini dirancang dengan kolaborasi bersama Design Incorporated Melbourne dan
melibatkan beberapa ahli lingkungan. Saat ini CH2 disebut-sebut sebagai bangunan yang
paling sustainable di dunia karena dinilai mampu mengurangi penggunaan listrik sebesar 85
persen, penggunaan air sebesar 72 persen, penggunaan gas sebagai penghangat ruangan
sebesar 87 persen dan hanya menghasilkan emisi sebesar 13 persen. CH2 dirancang tidak
hanya untuk meningkatkan penghematan energi dan air, tetapi juga untuk meningkatkan
kenyamanan penghuninya melalui kualitas internal lingkungan gedung yang baik.
CH2 memberikan pendekatan baru dalam mendesain perkantoran, menciptakan model bagi
orang lain untuk belajar dan meniru. Pada tahun 2010, CH2 berhasil mendapatkan predikat 6
Green Star dan sejumlah penghargaan lainnya di bidang arsitektur (sustainable architecture,
green building dan best commercial architecture) dan lingkungan.
CH2 memiliki sistem pendingin internal yang terintegrasi. Saat malam hari jendela gedung
akan terbuka sehingga udara dingin dari luar gedung akan masuk dan mendinginkan udara di
dalam ruangan serta panel-panel pendingin yang menempel pada langit-langit dan pondasi
ruangan. Panel yang telah didinginkan berfungsi untuk membuat ruangan di pagi hingga siang
hari tetap sejuk.
Air juga memiliki peran yang sangat penting pada sistem ini. Ketika siang hari, beberapa
menara setinggi 15 meter akan mengalirkan air dingin (shower). Beberapa bagian di antaranya
akan menguap sehingga mendinginkan ruangan di tiap-tiap lantai gedung. Sebagian lainnya
akan berfungsi untuk mendinginkan panel-panel pendingin ruangan.
Penggunaan air pada sistem ini bersifat reusable (berulang). Uap air yang telah digunakan
akan mengalami peningkatan suhu dari 22 derajat celcius menjadi 25 derajat celcius, sehingga
dengan sendirinya ia akan naik ke atas.Turbin angin yang berada pada atap gedung juga
membantu proses tersebut. Kemudian uap air ditampung dalam sebuah kolam yang berada
pada atap gedung untuk kemudian digunakan kembali.
Ornamen kayu yang menempel di bagian timur dinding CH2 dibentuk sedemikian rupa
sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan ketika jam kerja sedang
berlangsung. Dengan demikian, penggunaan cahaya lampu dapat dikurangi. CH2 sendiri
menggunakan sistem cahaya buatan untuk penerangan lampu. Dengan menggunakan sistem
tersebut, intensitas cahaya lampu secara otomatis akan menyesuaikan terhadap tingkat
aktivitas dalam suatu ruangan.
Pada atap gedung juga dipasang panel surya seluas 25 meter persegi yang berfungsi sebagai sumber
energi listrik CH2. Listrik yang dihasilkan dari panel tersebut sebesar 3,5 kW. Namun, panel tersebut
belum cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan listrik gedung. Oleh karena itu, 30% kebutuhan
listrik dari CH2 berasal dari pembangkit mini berbahan bakar gas. Selain listrik, pembangkit yang
terletak di atap
gedung ini berfungsi menghasilkan panas sehingga CH2 mengurangi ketergantungannya pada
jaringan listrik umum. Pembangkit listrik ini menghasilkan emisi karbon dioksida jauh lebih
rendah dari pembangkit listrik batu bara.
Saat ini Melbourne menetapkan persyaratan green star sebagai standar minimum bagi
pengembangan tiap bangunan baru maupun renovasi. Green star melakukan penilaian
terhadap sistem lingkungan pada gedung-gedung di Australia. Program ini diperkenalkan pada
tahun 2003 oleh Green Building Council of Australia. Program ini mempertimbangkan
beberapa hal yang dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan, seperti inovasi
bangunan yang berkelanjutan, kesehatan penghuni, dan penghematan biaya.
CH2 sendiri menjadi gedung pertama yang mendapatkan predikat sebagai World Leadership.
Bahkan sejak adanya CH2 dan diluncurkannya program Green Star, semakin banyak gedunggedung di Melbourne, juga di Australia, yang mengikuti langkah CH2 menjadi gedung ramah
lingkungan, baik itu sebagai gedung baru maupun hasil renovasi dari gedung-gedung
sebelumnya. Semoga kota-kota di Indonesia bisa meniru dan bahkan mengembangkan konsep
ecocity seperti Kota Melbourne.
5. GREEN MARK (Standar Bangunan Hijau Singapore)
BCA Green Mark merupakan acuan penilaian bangunan hijau untuk menilai kinerja dan
dampak yang ditimbulkan suatu bangunan terhadap lingkungan. Stan yang dikeluarkan oleh
Building Council Association (BCA) Singapore pada bulan januari 2005 ini mencoba
menstimulasi pengembangan bangunan yang ramah lingkungan dan mendorong para
pengembang, arsitek, kontraktor, agar lebihh sadar terhadap perlunya penerapan konsep
arsitektur hijau, arsitektur ramah lingkungan dari sejak rancangan masih berwujud konsep,
hingga pada tahap rancangan dan pembangunan.
Tingkat hijau suatu bangunan atau proyek diukur berdasarkan beberapa kriteria atau parameter,
yakni:
Efesiensi penggunaan energi
Efesiensi penggunaan air
Perlindungan terhadap lingkungan
Kualitas fisik ruang dalam
Aspek hijau lainnya
Inovasi desain
CASBEE didirikan oleh sebuah komite penelitian pada tahun 2001 sebagai bagian dari proyek
industri bersama pemerintah akademik. CASBEE untuk New Konstruksi (NC) adalah alat
penilaian pertama, diterbitkan pada tahun 2003.
Kinerja dihitung melalui Built Environment Efeciency (BEE) Indikator, di mana BEE = Q / L.
Ada 5 peniaian penghargaan, dinyatakan secara bintang lima: Superior: S (BEE3.0 dan Q
50), Very Good: A (BEE1.5), Good: B + (BEE1.0), Slighty Poor: B- (BEE 0,5) dan Poor:
C (BEE < 0.5)
Sebuah bangunan yang berkelanjutan adalah salah satu yang dirancang berdasarkan kriteria:
untuk menghemat energi dan sumber daya, mendaur ulang bahan dan meminimalkan
emisi beracun zat seluruh siklus hidupnya,
untuk menyelaraskan dengan iklim setempat, tradisi, budaya dan lingkungan
sekitarnya,
untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan
tetap menjaga kapasitas ekosistem di daerah dan tingkat global.