Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

PENGANTAR REKAYASA INFRASTRUKTUR DAN LINGKUNGAN

GREEN BUILDING

OLEH:

CICI RAHMAWATI

E1F121004

TEKNIK REKAYASA INFRASTRUKTUR DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laju pertambahan penduduk di Kota Kendari secara langsung meningkatkan
sarana hunian beserta fasilitas pendukungnya. Kebutuhan utilitas permukiman
seringkali tidak cukup tersedia secara memadai karena keterbatasan pelayanan kota di
mana permukiman tersebut berada. Tidak tersedianya rencana induk utilitas kota,
serta tidak cukupnya peraturan yang membatasi perluasan bangunan rumah
mendorong terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan perusakan kawasan
permukiman. Kawasan permukiman atau perumahan cenderung rentan terhadap
banjir. Tidak memadainya sistem drainase serta berkurangnya area resapan akibat
pertumbuhan permukiman yang tidak terkendali hanya sedikit dari sejumlah
penyebab sering terjadinya banjir.
Melonjaknya kebutuhan sarana hunian bagi warga di kota-kota negara
berkembang cenderung sulit dielakkan. Kecepatan pertumbuhan manusia di kota
memerlukan imbangan kecepatan dalam penyediaan sarana hunian untuk
mengakomodasi. Berbagai masalah di sektor permukiman pun muncul akibat
minimnya fasilitas sarana dan prasarana penunjang kehidupan warga. Pembangunan
permukiman/ perumahan diperlukan bagi peningkatan kualitas hidup manusia.
Meskipun demikian, disadari atau tidak tidak, pembangunan seringkali
menimbulkan masalah lingkungan dan memicu terjadinya bencana, yang justru
menurunkan kualitas hidup.

Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap


perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal
pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat,
mengurangi pengunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam
ruangan dan memperhatikan kesehatan penghuninya. (Helmizulhar.blogspot.com,
2012)
Istilah green building merupakan upaya untuk menghasilkan bangunan
dengan menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber
daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

Ada 6 aspek yang menjadi pedoman dalam evaluasi penilaian green building oleh
tim GBCI (Green Building Council Indonesia) yang terdiri dari :

1. Tepat Guna Lahan (Approtiate Site Development / ASD)

2. Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency & Conservation / EEC)

3. Konservasi Air (Water Conservation / WAC)

4. Sumber dan Siklus Material (Material Resource and Cycle / MRC)

5. Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and Comfort / IHC)

6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management /

BEM)

Penerapan aspek green building dari segi desain bangunan ada 4 yaitu :

1. Bentuk Bangunan

2. Shading & Reflektor

3. Sistem Penerangan

4. Water Recycling System

Ada beberapa aspek utama dalam Green Building yaitu :

1. Material

2. Energi

3. Air

4. Kesehatan
Beberapa manfaat dalam green building adalah manfaat lingkungan, manfaat
ekonomi dan manfaat sosial. Green building adalah bangunan yang berkelanjutan.
Green building sendiri memberikan banyak manfaat tetapi di samping itu, green
building juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Meskipun green building
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, green building juga mempunyai
hambatan dalam proses pembangunannya.

Dalam rangka memenuhi atau membantu green building dalam prosesnya,


penelitian ini bertujuan untuk menemukan atau membantu memecahkan kesulitan
yang terjadi pada green building dalam proses pembuatannya. Masalah yang terdapat
dalam proses pengembangan green building adalah kesadaran tentang green building,
komitmen perusahaan dalam green building, tingkat pengembangan green building di
Kota Kendari, manfaat keuangan green building dan peran utama dalam
mengembangkan green building.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Green Building Itu?
b. Bagaimana Penerapan Green Building Pada bangunan Rumah Tinggal?
1.3 Tujuan
a. Dapat memahami apa Green Building Itu?
b. Dapat memahami dan mengetahui Penerapan Green Building Pada bangunan
Rumah Tinggal?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Green Building

Green Architecture didefinisikan sebagai sebuah istilah yang menggambarkan


tentang ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan dan dapat dikembangkan menjadi
pembangunan berkesinambungan. Green Architecture dikenal sebagai konstruksi
hijau atau bangunan yang berkelanjutan ini adalah praktek membuat struktur dan
menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya
yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi,
operasi, pemeliharaan, renovasi dan dekonstruksi. Praktek ini memperluas dan
melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan dan
kenyamanan.

Tujuan umumnya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi


dampak keseluruhan lingkungan yang dibangun untuk kesehatan manusia dan
lingkungan alam oleh:

 Efisiensi menggunakan energi, air dan sumber daya lain.


 Kesehatan penghuni melindungi dan meningkatkan produktivitas
manusia itu sendiri.
 Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan.
(Sumber:ismiy.wordpress.com–Bangunan Arsitektur Ramah
Lingkungan)

Arsitektur hijau saat ini memiliki tolak ukur dan sistem peringkat. Hampir
setiap Negara memiliki penilaian terhadap bangunan hijau. Indonesia memiliki sistem
pengukuruan arsitektur hijau yang dilakukan oleh Green Building Council Indonesia
(GBCI).
Beberapa aspek yang dinilai dalam penilaian bangunan rumah oleh GBCI
adalah tata guna lahan (appropriate site development), konservasi dan efisiensi energi
dan konservasi air. Aspek ini merupakan point penting dari penilaian karena
menyangkut definisi green architecture itu sendiri, yaitu sebuah istilah yang
menggambarkan tentang ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan dan dapat
dikembangkan menjadi pembangunan berkesinambungan.

Menurut Green Building Council Indonesia (GBCI : 2010), bangunan hijau


adalah bangunan baru yang direncanaan dan dilaksanakan atau bangunan sudah
terbangun yang dioperasikan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan atau
ekosistem dan memenuhi kinerja: bijak guna lahan, hemat air, hemat energi, hemat
bahan, mengurangi limbah serta kualitas udara dalam ruangan.

Menurut Kriss (2014), green building adalah sebuah konsep holistic yang
dimulai dengan pemahaman bahwa lingkungan yang dibangun dapat menimbulkan
dampak; baik dampak positif dan dampak negatif pada lingkungan hidup, juga orang-
orang yang tinggal di bangunan tersebut setiap hari. Green building adalah sebuah
usaha untuk memperbesar dampak positif dan mencegah dampak negatif selama
umur pakai bangunan.

Upaya-Upaya untuk mewujudkan Green Building:

a. Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya Green Construction bagi dunia


pembangunan di Indonesia.

b. Membuat bangunan-bangunan yang berbahan dasar ramah lingkungan.

c. Mengatur tata letak kota yang sesuai dengan konsep Green Building yang
berwawasan lingkungan.

d. Membangun sistem bangunan yang effisien dalam menggunakan energi.

e. Membangun Green Building dengan menggunakan material yang dapat di


perbaharui, didaur ulang, dan digunakan kembali serta mendukung konsep efisiensi
energi.
f. Mengolah limbah-limbah yang bermanfaat untuk dijadikan material bahan dasar.

g. Membangun Green Construction yang sesuai dengan kondisi alam, dan iklim
wilayah Indonesia.

h. Inovasi untuk mengembangkan green building terus dilakukan sebagai upaya untuk
menghemat energi dan mengurangi masalah-masalah lingkungan.

i. Pemilihan material yang pas agar Green Building bisa bertahan lebih lama.

j. Penggunaan teknologi-teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan agar tidak


merusak ekosistem sekitar.

2.2 Penerapan Green Building Pada bangunan Rumah Tinggal

Pada era saat ini dimana kerusakan terhadap


lingkungan semakin parah setiap harinya, manusia
dituntut untuk lebih perduli terhadap keberlanjutan
lingkungan hidup. Pemanasan global yang
diakibatkan oleh polusi dari aktifitas manusia, dan
juga perusakan hutan untuk kebutuhan manusia
menyebabkan alam semakin kehilangan daya
dukung kehidupannya. Oleh karena itu, kesadaran
terhadap keberlanjutan lingkungan ini harus
diterapkan dalam segala aspek kehidupan manusia.
Hal ini tentu memerlukan peran dari
berbagai pihak, salah satunya adalah peran seorang desainer, baik yang berprofesi
sebagai arsitek, desainer interior, produk, grafis, maupun desainer di bidang lainnya.
Peran penting seorang desainer terhadap edukasi pengguna terhadap kesadaran
lingkungan telah dimulai dari konsep, pemilihan bahan/material yang akan
digunakan, sistem produksi, hingga marketing.
Konsep desain yang ramah lingkungan ini dikenal dengan istilah ‘green
building’. Green building ini adalah suatu konsep untuk memperkenalkan metode
perancangan yang ramah lingkungan, serta efisiensi dan efektifitas penggunaan
energi serta sumber daya yang digunakan. Metode perancangan berkonsep ‘green
building’ ini dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, serta pemakaian di tangan
pengguna.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Rachmayanti & Roesli, (2014), Green
Architecture adalah suatu bentuk metode perancangan arsitektur ataupun interior
bangunan yang mampu meminimalisir berbagai pengaruh serta elemen desain yang
dapat membahayakan bagi kesehatan manusia ataupun lingkungan. Dengan
menggunakan pendekatan ini, diharapkan bangunan dapat memberikan manfaat lebih
bagi pengguna, antara lain bangunan dapat lebih tahan lama, hemat energi,
minimalisasi biaya perawatan bangunan, dan bangunan dapat lebih nyaman dan sehat
untuk ditinggali.
Pada rumah tinggal, konsep Green building dapat diaplikasikan melalui cara-
cara berikut ini:

 MEMPERBANYAK BUKAAN

Yang dimaksud bukaan pada bangunan adalah pintu, jendela, taman dalam
ruang, skylight (jendela pada atap). Dengan memperbanyak bukaan pada
suatu bangunan, maka akan meminimalisir pemakaian energi listrik yang
digunakan untuk lampu atau air conditioner ruangan. Dengan memaksimalkan
penggunaan cahaya dan sirkulasi alami juga akan lebih menyehatkan baik
secara psikis maupun psikologis penghuni bangunan.
 PENGGUNAAN TANAMAN DALAM/LUAR RUANG

Tanaman hijau alami telah terbukti


mampu menyegarkan pandangan mata dan
suasana ruang secara keseluruhan. Dalam
beberapa penelitian juga membuktikan
bahwa peletakan tanaman hijau dalam
ruangan juga mampu meningkatkan
produktifitas penghuni ruang. Metode
peletakan tanaman dalam ruang itu sendiri
dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satu caranya adalah dengan
menggunakan vertical garden, penggunaan tanaman sansievera dalam pot, taman mini
di belakang/ tengah ruangan, ,maupun tanaman sebagai hiasan ruang.

 MENGGUNAKAN MATERIAL DAUR ULANG

Konsep daur ulang dengan mengolah kembali barang bekas yang tidak terpakai
menjadi barang dengan nilai fungsi guna yang baru, adalah suatu tindakan praktis dari
kepedulian terhadap lingkungan.
 MENGOLAH SUMBER DAYA SECARA MANDIRI

Konsep Green building akan lebih maksimal apabila suatu bangunan mampu
mendapatkan dan mengolah energi yang dibutuhkannya sendiri. Hal paling sederhana
adalah dengan penggunaan sel surya untuk menghasilkan listrik yang dibutuhkan
untuk peralatan elektronik yang ada pada suatu bangunan. Sedangkan lebih
kompleksnya, suatu bangunan diharapkan dapat mengolah kebutuhan air dan
memiliki pengelolaan sampahnya sendiri. (Afza, n.d.);(GBYD, n.d.)
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Green Architecture didefinisikan sebagai sebuah istilah yang menggambarkan


tentang ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan dan dapat dikembangkan menjadi
pembangunan berkesinambungan. Green Architecture dikenal sebagai konstruksi
hijau atau bangunan yang berkelanjutan ini adalah praktek membuat struktur dan
menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya
yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi,
operasi, pemeliharaan, renovasi dan dekonstruksi. Praktek ini memperluas dan
melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan dan
kenyamanan.

Tujuan umumnya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi


dampak keseluruhan lingkungan yang dibangun untuk kesehatan manusia dan
lingkungan alam oleh:

 Efisiensi menggunakan energi, air dan sumber daya lain.


 Kesehatan penghuni melindungi dan meningkatkan produktivitas
manusia itu sendiri.
 Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan.
(Sumber:ismiy.wordpress.com–Bangunan Arsitektur Ramah
Lingkungan)
Pada rumah tinggal, konsep Green building dapat diaplikasikan melalui
cara-cara berikut ini:

 MEMPERBANYAK BUKAAN

Yang dimaksud bukaan pada bangunan adalah pintu, jendela, taman dalam ruang,
skylight (jendela pada atap). Dengan memperbanyak bukaan pada suatu
bangunan, maka akan meminimalisir pemakaian energi listrik yang digunakan
untuk lampu atau air conditioner ruangan. Dengan memaksimalkan penggunaan
cahaya dan sirkulasi alami juga akan lebih menyehatkan baik secara psikis
maupun psikologis penghuni bangunan.

 PENGGUNAAN TANAMAN DALAM/LUAR RUANG

Tanaman hijau alami telah terbukti mampu menyegarkan pandangan mata dan
suasana ruang secara keseluruhan. Dalam beberapa penelitian juga membuktikan
bahwa peletakan tanaman hijau dalam ruangan juga mampu meningkatkan
produktifitas penghuni ruang. Metode peletakan tanaman dalam ruang itu sendiri
dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satu caranya adalah dengan
menggunakan vertical garden, penggunaan tanaman sansievera dalam pot, taman mini
di belakang/ tengah ruangan, ,maupun tanaman sebagai hiasan ruang.

 MENGGUNAKAN MATERIAL DAUR ULANG

Konsep daur ulang dengan mengolah kembali barang bekas yang tidak terpakai
menjadi barang dengan nilai fungsi guna yang baru, adalah suatu tindakan praktis dari
kepedulian terhadap lingkungan
 MENGOLAH SUMBER DAYA SECARA MANDIRI

Konsep Green building akan lebih maksimal apabila suatu bangunan mampu
mendapatkan dan mengolah energi yang dibutuhkannya sendiri. Hal paling sederhana
adalah dengan penggunaan sel surya untuk menghasilkan listrik yang dibutuhkan
untuk peralatan elektronik yang ada pada suatu bangunan. Sedangkan lebih
kompleksnya, suatu bangunan diharapkan dapat mengolah kebutuhan air dan
memiliki pengelolaan sampahnya sendiri. (Afza, n.d.);(GBYD, n.d.)

3.2 SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika laporan diatas masih terdapat banyak

kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki laporan tersebut

dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para

pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Afza, F. A. (n.d.). Penerapan Green Design atau Eco Design dalam Desain Interior |
InteriorDesign.id. Retrieved February 4, 2020, from https://interiordesign.id/green-
design-interior/

GBYD. (n.d.). Prinsip & Pengertian SUSTAINABLE DESIGN – BliExperience.


Retrieved February 4, 2020, from
https://bliexperience.wordpress.com/2016/02/24/prinsip-pengertian-sustainable-
design/

Rachmayanti, S., & Roesli, C. (2014). GREEN DESIGN DALAM DESAIN


INTERIOR DAN ARSITEKTUR. HUMANIORA, 5(2), 930–939.

http://e-journal.uajy.ac.id/6282/2/TS113027.pdf

A.K., Rintulebda. 9 November 2012. Green Building Solusi Global Warming.


http://www.undip.ac.id/index.php/arsip-berita-undip/78-latest-news/2068-green-
building-solusi-global-warming

Ghini, I. (2009, 19, April) Konstruksi Bangunan Rumah Ramah

Lingkungan. Kompas Forum [online]. Tersedia:

http://forum.kompas.com/green-global-warming/18518-konstruksi-bangunan-umah-
ramah-lingkungan-cyprus-house.html

Kresna. (2011) Bangunan Hijau (Green Building). [online]. Tersedia:


http://newkidjoy.blogspot.com/2011/05/bangunan-hijau-green-building.html [20
Oktober 2012].

http://Makalah Green Buliding/MAKALAH GREEN BUILDING.htm


http://en.wikipedia.org/wiki/Green_building

Anda mungkin juga menyukai