Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS PENERAPAN KONSEP BANGUNAN HIJAU

BERPEDOMAN GREENSHIP PADA GEDUNG C6


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :
TAVINA NILAWATI
NIM 180523630106

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
APRIL 2021
RINGKASAN
Nilawati, Tavina. 2021. Analisis Penerapan Konsep Bangunan Hijau Berpedoman
GREENSHIP Pada Gedung C6 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Malang. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas
Negeri Malang.

Kata Kunci : GREENSHIP, Rating Tools, green building

Penelitian ini didasari kepedulian peneliti terhadap keadaan lingkungan


sekitar yang mengalami kenaikan suhu dari waktu ke waktu. Kenaikan suhu yang
terjadi sering kita sebut dengan pemanasan global atau global warming. Ternyata
Indonesia menduduki posisi Top 10 lebih tepatnya posisi ke delapan sebagai negara
penghasil gas emisi terbanyak di dunia menurut versi World Resources Institute
melalui unggahannya pada tanggal 30 Desember 2020. Setelah diselidiki dengan
mencari sumber literatur yang ada disekitar, salah satu penyebab dari pemanasan
global tersebut adalah kegiatan konstruksi yang bersifat tidak ramah lingkungan.
Dari permasalahan ini, pemerintah sudah menemukan solusi dengan menciptakan
regulasi yang mengatur sebuah sebuah bangunan agar menjadi bangunan hijau atau
green building. Bangunan dapat dikatakan berkonsep green building jika
memenuhi aspek – aspek yang disebutkan dalam rating tools. GREENSHIP
merupakan rating tools yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia
yang kemudian disingkat dengan GBCI. Di dalamnya terdapat beberapa aspek yang
mengatur standar – standar bangunan hijau di Indonesia. Dalam setiap aspek
memiliki tolok ukur yang menjadi patokan sebuah bangunan dapat dikatakan
bangunan hijau atau bukan.

Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui syarat dan


kelayakan bangunan agar dapat dinilai sebagai bangunan green building,
mengetahui kesesuaian objek penelitian dengan konsep green building pada
pedoman GREENSHIP oleh GBCI dan peringkat yang diperoleh objek penelitian
tersebut, dan menentukan evaluasi yang harus dilakukan untuk perbaikan pada hal
– hal yang kurang sesuai dengan pedoman GREENSHIP oleh GBCI. Untuk
mencapai tujuan tersebut, tentu saja peneliti memiliki metode penelitian yang harus
dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan di Gedung C6 Fakultas Ilmu

ii
Keolahragaan Universitas Negeri Malang. Pengambilan data penelitian ini berupa
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Setelah semua data terkumpul,
peneliti dapat melanjutkan langkah selanjutnya yaitu analisis data. Data yang
diperoleh akan disesuaikan dengan nilai yang ada di rating tools dengan demikian
akan terjadi proses pengolahan data. setelah itu ditentukanlah peringkat sesuai
dengan nila yang diperoleh. Hal – hal yang dirasa kurang dalam proses
pemeringkatan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan peringkat
bangunan tersebut.

Penelitian ini akan menghasilkan data berupa syarat kelayakan sebuah


bangunan dapat dikatakan sebagai bangunan hijau, analisis pemeringkatan berupa
nilai – nilai sesuai tolok ukur setiap aspek pada rating tools beserta peringkat
bangunannya, dan evaluasi yang membangun agar dapat meningkatkan kualitas
bangunan manjadi bangunan hijau yang berperingkat lebih tinggi.

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
RINGKASAN .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1 Green Building .........................................................................................4
2.2 Rating Tools .............................................................................................5
2.3 GREENSHIP ............................................................................................5
2.4 Penelitian Terdahulu ..............................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................18
3.1 Rancangan Penelitian .............................................................................18
3.2 Data Penelitian .......................................................................................20
3.3 Analisis Data Penelitian .........................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia menduduki posisi Top 10 lebih tepatnya posisi ke delapan sebagai
negara penghasil gas emisi terbanyak di dunia menurut versi World Resources
Institute melalui unggahannya pada tanggal 30 Desember 2020. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa di Indonesia masih terdapat beberapa kegiatan yang menyebabkan
pemanasan global meningkat. Salah satu kegiatan yang menyumbang efek
pemanasan global berasal dari bidang konstruksi. Bangunan – bangunan yang
menyebabkan efek rumah kaca dapat memicu meningkatnya pemanasan global. Hal
ini diminimalisir oleh pemerintah melalui regulasi yang menghimbau penyedia jasa
maupun pengguna jasa konstruksi untuk menerapkan konsep bangunan hijau. Di
dalam regulasi tersebut terdapat beberapa kriteria bangunan berkonsep green
building yang harus dipenuhi. Regulasi ini diharapkan dapat menjadi pedoman agar
dapat mengurangi pemanasan global yang ditunjang dengan rekayasa ulang
penggunaan energi. Selanjutnya pedoman ini disebut sebagai sistem pemeringkatan
(rating tools).
Setiap negara memiliki sistem pemeringkatan berupa kriteria – kriteria
bangunan hijau sesuai dengan kebutuhan negara mereka masing – masing. Seperti
halnya di Indonesia, bangunan berkonsep green building di Indonesia diatur oleh
Green Building Council Indonesia yang kemudian disingkat dengan GBCI dalam
sebuah seperangkat tolok ukur sebagai perangkat penilaian dan pemeringkatan yang
disebut GREENSHIP. GREENSHIP sendiri dirumuskan bersama pelaku sektor
bangunan dan para ahli dibidang yang berkaitan seperti, arsitek, industri bangunan,
desainer interior, teknisi mekanikal elektrikal, arsitek lansekap, dan lain
sabagainya. GREENSHIP mengusung enam kategori yang mengatur konsep
bangunan hijau diantaranya, tepat guna lahan (Appropiate Site Developmnet),
efisiensi dan konservasi energi (Energy Efficiency & Conservation), konservasi air
(Water Conservation), sumber & siklus material (Material Resources & Cycle),
kualitas udara & kenyamanan udara dalam ruang (Indoor Air Health & Comfort),
manajemen lingkungan bangunan (Building & Environment Management).

1
2

Berdasarkan penelitian terdahulu, dengan judul “Implementasi Konstruksi


Hijau Pada Proyek Apartmen Grand Kamala Lagoon Tower Emerald Bekasi”
memiliki kemiripan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti.. Akan tetapi
masih hal yang kurang dari penelitian ini. Maka, peneliti akan mengembangkan
penelitian yang ada dengan menambah poin evaluasi dan metode pengambilan data
yang berbeda. Apabila dalam penelitian Implementasi Konstruksi Hijau Pada
Proyek Apartmen Grand Kamala Lagoon Tower Emerald Bekasi menggunakan site
engineer manager sebagai narasumber, pada penelitian ini peneliti menggunakan
pengguna gedung sebagai narasumber karena kondisi objek penelitian yang
berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar konsep green
building sudah diterapkan pada bangunan yang digunakan sebagai objek penelitian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, ada beberapa
rumusan masalah yang harus diselesaikan. Beberapa diantaranya yaitu.
1. Bagaimana syarat dan kelayakan bangunan agar dapat dinilai sebagai bangunan
green building ?
2. Bagaimana kesesuaian objek penelitian dengan konsep green building pada
pedoman GREENSHIP oleh GBCI dan apa peringkat yang diperoleh objek
penelitian tersebut ?
3. Bagaimana evaluasi yang harus dilakukan untuk perbaikan pada hal – hal yang
kurang sesuai dengan pedoman GREENSHIP oleh GBCI ?

1.3 Tujuan
Dalam penulisan penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
sebagai berikut :
1) Dapat menjelaskan syarat dan kelayakan bangunan agar dapat dinilai sebagai
bangunan green building.
2) Dapat menganalisis kesesuaian objek penelitian dengan konsep green building
pada pedoman GREENSHIP oleh GBCI dan peringkat yang diperoleh objek
penelitian tersebut.
3) Dapat menentukan evaluasi yang harus dilakukan untuk perbaikan pada hal –
hal yang kurang sesuai dengan pedoman GREENSHIP oleh GBCI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Green Building


Green building adalah suatu konsep yang diciptakan sebagai solusi dalam
menghadapi permasalahan lingkungan. Bangunan yang dihasilkan berupa
bangunan ramah lingkungan. Dengan adanya green building ini diharapkan dapat
menjadi pengaruh baik bagi lingkungan, mengurangi pemakaian air dan sumber
daya alam, serta meminimalisir limbah bangunan yang dapat merusak stabilitas
ekosistem disekitarnya. Green building juga menerapkan penggunaan energi
terbarukan sebagai alternatif untuk menekan pemakaian sumber daya alam secara
berlebihan.
Green building memiliki prinsip – prinsip yang harus diterapkan dalam proses
pembangunan bangunan ramah lingkungan. Prinsip – prinsip green building yang
pertama yakni hemat energi, dimana kita harus menekan pemakaian energi yang
ada pada bangunan tersebut. Terutama pada pemakaian energi listrik, sumber energi
yang paling banyak dihabiskan oleh sebuah bangunan. Yang kedua yakni
meminimalisir penggunaan sumber daya alam. Contoh terdekat yang dapat
diangkat yaitu penggunaan sumber daya alam air. Rumah ramah lingkungan harus
lebih bijaksana dalam penggunaan sumber daya air. Konservasi air yang tepat pada
bangunan sangat diperlukan. Yang ketiga, menyesuaikan kedaan tapak. Dimulai
dari proses perencanaan, desain yang digunakan untuk rumah berkonsep green
building harus bisa menyesuaikan dengan kadaan tapak di lapangan. Contohnya
seperti lahan yang memiliki tingkat elevasi yang berbeda – beda, bisa menggunakan
desain rumah jenis split level. Yang keempat yakni bangunan ramah lingkungan
harus mendukung kenyamanan penghuni bangunan. Yang kelima, meperhatikan
iklim sekitar tempat didirikan bangunan. Mengapa demikian? Karena hal tersebut
berkepentingan dengan desain yang cocok dengan iklim sekitar. Selain itu, hal
tersebut juga berpengaruh dalam pemilihan material yang sesuai dengan iklim
dimana bangunan tersebut didirikan. Yang terakhir adalah menetapkan seluruh
prinsip green building secara keseluruhan sesuai dengan tolok ukur setiap aspek.
Selain prinsip, green building juga memiliki tiga sifat khusus yang melekat
dan menjadi identitas bagi bangunannya. Yang pertama adalah Sustainable

3
4

(berkelanjutan), yang berarti dapat berfungsi seiring dengan perkembangan zaman


tanpa adanya re-building (pembangunan ulang) maupun perubahan – perubahan
yang signifikan pada bangunan. Selanjutnya yaitu Earthfriendly (ramah
lingkungan), dimana bangunan tersebut bersifat ramah terhadap lingkungan, energi,
dan sumber daya alam lainnya. Yang terakhir yakni high performance building,
seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, bangunan green
building harus menerapkan teknologi tinggi dengan penggunaan energi seminimal
mungkin.
Pada penerapan green building ada beberapa aspek yang mana dari aspek –
aspek tersebut menjadi tolok ukur dalam pengimplementasian bangunan hijau.
Berikut merupakan aspek utama green building :
1) Material
Material yang dipilih untuk membuat bangunan green building tentunya
berasal dari material - material pilihan. Material tersebut harus diperoleh dari
sekitar lingkungan pembangunan, alam, dan merupakan sumber energi terbarukan.
Daya tahan yang dimiliki harus layak dan teruji, mengandung bahan – bahan daur
ulang agar dapat meminimalisir produksi limbah bangunan.
2) Energi
Piranti interior maupun eksterior harus menggunakan barang – barang yang
hemat energi. Bangunan juga harus memiliki jendela yang cukup agar dapat
memasukkan cahaya alami dari luar untuk menghemat penggunaan energi yang
diserap saat pemakaian lampu. Penggunaan panel surya dapat mengurangi biaya
listrik yang ditanggung oleh bangunan.
3) Air
Menggunakan peralatan air beraliran rendah untuk menghemat air,
menampung air hujan untuk didaur ulang kemudian dimanfaatkan untuk menyiram
tanaman dan toilet. Bangunan memiliki sumber air alternatif yang bersifat ramah
lingkungan.
4) Kesehatan
Menggunakan bahan – bahan bangunan dan piranti yang tidak mengandung
bahan – bahan yang beracun. Memiliki sirkulasi udara yang cukup dalam ruangan
5

dengan memasang ventilasi. Menjaga kualitas udara agar kuman dan mikroba
lainnya tidak mudah hidup di dalam bangunan.

2.2 Rating Tools


Rating tools atau alat pemeringkatan adalah suatu alat yang digunakan
sebagai tolok ukur ketercapaian dari beberapa aspek penilaian yang ada
didalamnya. Rating tools pada green building merupakan perangkat penilaian yang
digunakan sebagai indikator ketercapaian suatu bangunan terhadap konsep
bangunan ramah linkungan.
Setiap negara memiliki rating tools masing – masing, dimana setiap rating
tools tersebut disesuaikan dengan permasalahan lingkungan maupun kebutuhan
dari negara masing – masing. Seperti halnya Amerika Serikat, mereka memiliki
LEED sebagai rating tools green building yang digunakan di negara mereka, Green
Mark di Singaapura, Green Star di Australia dan lain sebagainya. Berdasarkan
instansi yang mengeluarkan, Indonesia memiliki 2 jenis rating tools, yakni rating
tools yang dikeluarkan oleh pemerintah dan yang dikeluarkan oleh Green Building
Council Indonesia (GBCI). Sitem pemeringkatan yang dikeluarkan oleh
pemerintah diatur dalam Permen PUPR Republik Indonesia Nomor
02/PRT/M/2015 dan SE Kementrian PUPR Nomor 86/SE/DC/2016. Sedangkan
yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia berupa alat atau sistem
pemeringkatan yang diberi nama GREENSHIP.

2.3 GREENSHIP
Dalam penelitian kali ini, rating tools yang digunakan sebagai bahan
indikator penelitian yaitu GREENSHIP. GREENSHIP merupakan alat
pemeringkatan yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI)
sebagai tolok ukur bangunan ramah lingkungan dengan mempertimbangkan
karakter alam, kondisi, serta peraturan dan standard yang ada di Indonesia. Terdapat
5 jenis GREENSHIP, diantaranya GREENSHIP New Building, GREENSHIP
Existing Building, GREENSHIP Interior Space, GREENSHIP Homes,
GREENSHIP Neighbourhood.
GREENSHIP New Building merupakan perangkat penilaian untuk bangunan
baru. Didalamnya terdapat beberapa kategori dan kriteria yang harus dipenuhi
6

untuk bangunan baru dapat disebut sebagai bangunan hijau. Beberapa kategori
diantaranya adalah : tepat guna lahan (Apropriate Site Development-ASD) dengan
kriteria area dasar hijau, pemilihan tapak, aksesbilitas komunitas, transportasi
umum, fasilitas pengguna sepeda, lansekap pada lahan iklim mikro, dan manajemen
air limpasan hijan; efisiensi dan konservasi energi (Energy Efficeincy and
Conservation-EEC) dengan kriteria pemasangan sub meter, perhitungan OTTV,
langkah penghematan energi, pencahayaan alami, ventilasi, pengaruh perubahan
iklim, dan energi terbarukan dalam tapak; konservasi air (Water Conservation-
WAC) dengan kriteria meteran air, perhitungan penggunaan air, pengurangan
penggunaan air, fitur air, daur ulang air, sumber air alternatif, penampungan air
hujan, dan efisensi penggunaan air lansekap; sumber dan siklus material (Material
Resources and Cycle-MRC) dengan kriteria refrigeran fundamental, penggunaan
gedung dan material bekas, material ramah lingkungan, penggunaan refrigeran
tanpa ODP, kayu bersertifikat, material prafabrikasi, dan material regional;
kesehatan dan kenyamanan dalam ruang (Indoor Health and Comfort-IHC) dengan
kriteria introduksi udara luar, pemantauan kadar CO2, kendali asap rokok di
lingkungan, polutan kimia, pemandangan keluar gedung, kenyamanan visual,
kenyamanan termal, dan tingkat kebisingan; manajemen lingkungan bangunan
(Building Environment Management-BEM) dengan kriteria dasar pengelolaan
sampah, GP sebagai anggota tim proyek, polusi dari aktivitas konstruksi,
pengelolaan sampah tingkat lanjut, sistem komisioning yang baik dan benar,
penyerahan data green building, kesepakatan dalam melakukan aktivitas fit, dan
survei penggunaan gedung.
GREENSHIP Existing Building merupakan perangkat penilaian untuk gedung
terbangun. Didalamnya terdapat beberapa kategori dan kriteria yang harus dipenuhi
untuk gedung terbangun dapat disebut sebagai bangunan hijau. Beberapa kategori
diantaranya adalah : tepat guna lahan (Apropriate Site Development-ASD) dengan
kriteria site management policy, motor vehicle reduction policy, community
accessibility, motor vehicle reduction, site landscaping, heat island effect, storm
water management, site management, building neightbourhood; efisiensi dan
konservasi energi (Energy Efficeincy and Conservation-EEC) dengan kriteria
policy and energy management plan, minimum buildng energy performance,
7

optimized efficiency building energy performance, testing re-commisioning or


retro-commisioning, system energy performance, energy monitoring and control,
operation and maintanance, on site renewable energy, less energy emission;
konservasi air (Water Conservation-WAC) dengan kriteria water managemnet
policy, water sub-metering, water monitoring control, fresh water efficiency,
kualitas air, recycled water, potable water, deep well reduction, water tap
efficiency; sumber dan siklus material (Material Resources and Cycle-MRC)
dengan kriteria refrigeran fundemental, material purchasing policy, waste
management policy, penggunaan tanpa ODS, material purchasing practice, waste
management practice, hazardous waste management, management of used good;
kesehatan dan kenyamanan dalam ruang (Indoor Health and Comfort-IHC) dengan
kriteria larangan merokok, outdoor air introduction, enviromental tabacco smoke
control, pengaturan kadar CO2 dan CO, polutan fisika, kimia, dan biologi,
kenyamanan termal, kenyamanan visual, acoustic level, bulding user survey;
manajemen lingkungan bangunan (Building Environment Management-BEM)
dengan kriteria operation and maintanance policy, inovasi, design intent and
owner’s project requirement, green operational and maintanance team, green
occupancy/lease, operation and maintenance training.
GREENSHIP Interior Space merupakan perangkat penilaian untuk ruang
dalam. Didalamnya terdapat beberapa kategori dan kriteria yang harus dipenuhi
untuk gedung tersebut dapat disebut sebagai bangunan hijau. Beberapa kategori
diantaranya adalah : tepat guna lahan (Apropriate Site Development-ASD) dengan
kriteria kebijakan pengurangan kendaraan bermotor, gedung bersertifikat
GREENSHIP, aksesbilitas pengguna, fasilitas sepeda, pengurangan ruang untuk
kendaraan bermotor, dan lansekap; efisiensi dan konservasi energi (Energy
Efficeincy and Conservation-EEC) dengan kriteria kampanye konservsi energi,
komisioning sederhana, kontrol sistem MVAC, densitas daya pencahayaan dan
kontrol, pemantauan energi dan kontrol, dan peralatan elektrik; konservasi air
(Water Conservation-WAC) dengan kriteria kampanye konservasi air, alat pengatur
keluaran air, pemantauan penggunaan air, dan air minum; sumber dan siklus
material (Material Resources and Cycle-MRC) dengan kriteria kebijakan
pembelian, kebijakan pengelolaan limbah, penggunaan refrigeran tanpa ODP,
8

melestarikan material bekas, kayu bersertifikat, material berdampak lingkungan


rendah, bahan pembersih yang ramah lingkungan, praktek pengelolaan limbah, dan
praktek pembelian; kesehatan dan kenyamanan dalam ruang (Indoor Health and
Comfort-IHC) dengan kriteria kampanye bebas asap rokok, introduksi udara luar,
pemantauan kadar CO2, polutan kimia, pengendalian sumber pencemar di dalam
ruangan, polutan biologi, kenyamanan visual, pemandangan ke luar dan cahaya
matahari, kenyamanan suhu udara, tingkat kebisingan, tanaman dalam ruang,
pengendalian hama, dan survei terhadap pengguna ruang; manajemen lingkungan
bangunan (Building Environment Management-BEM) dengan kriteria pelatihan
konsep hijau, GA/GP sebagai anggota tim proyek, aktivitas fit out ramah
lingkungan, invensi, dan aktivitas hijau.
GREENSHIP Homes merupakan perangkat penilaian untuk rumah tinggal.
Didalamnya terdapat beberapa kategori dan kriteria yang harus dipenuhi untuk
rumah tinggal agar dapat disebut sebagai bangunan hijau. Beberapa kategori
diantaranya adalah : tepat guna lahan (Apropriate Site Development-ASD) dengan
kriteria kesesuaian lokasi, area dasar hijau, area hijau, infrastruktur pendukung,
aksesbilitas komunitas, pengendalian hama, transportasi umum, dan penanganan air
limpasan hujan; efisiensi dan konservasi energi (Energy Efficeincy and
Conservation-EEC) dengan kriteria meteran listrik, analisis desain pasif, sub
meteran, pencahayaan buatan, pengkondisian udara, reduksi panas, piranti rumah
tangga hemat energi, dan sumber energi terbarukan; konservasi air (Water
Conservation-WAC) dengan kriteria meteran air, alat keluaran hemat air,
penggunaan air hujan, irigasi hemat energi, dan pengelolaan air limbah; sumber dan
siklus material (Material Resources and Cycle-MRC) dengan kriteria refrigeran
fundamental, refrigeran bukan perusak ozon, penggunaan material bekas, material
dari sumber yang ramah lingkungan, material dengan proses produksi ramah
lingkungan, kayu bersertifikat, material pra fabrikasi, material lokal, dan jejak
karbon; kesehatan dan kenyamanan dalam ruang (Indoor Health and Comfort-IHC)
dengan kriteria non asbestos, sirkulasi udara bersih, pencahayaan alami,
kenyamanan visual, minimalisasi sumber polutan, tingkat kebisingan, dan
kenyamanan spatial, ; manajemen lingkungan bangunan (Building Environment
Management-BEM) dengan kriteria dasar pengelolaan sampah, desain konstruksi
9

berkelanjutan, panduan bangunan rumah, aktivitas ramah lingkungan, pengelolaan


sampah, keamanan, inovasi, dan desain rumah tumbuh.
GREENSHIP Neighborhood merupakan perangkat penilaian untuk kawasan.
Didalamnya terdapat beberapa kategori dan kriteria yang harus dipenuhi untuk
daerah kawasan dapat disebut sebagai kawasan hijau. Beberapa kategori
diantaranya adalah : peningkatan ekologi lahan (Land Ecological Enhancement-
LEE) dengan kriteria area dasar hijau, area hijau untuk publik, pelestarian habitat,
revitalisasi lahan, iklim mikro, dan lahan produktif; pergerakan dan konektivitas
(Movement and Connectivity-MAC) dengan kriteria analisa pergerakan orang dan
barang, jaringan dan fasilitas untuk pejalan kaki, kawasan terhubung, strategi desain
jalur pejalan kaki, transportasi umum, utilitas dan fasilitas umum, aksesbilitas
universal, jaringan dan tempat penyimpanan sepeda, dan parkir bersama;
manajemen konservasi air (Water Management and Conservation-WMC) dengan
kriteria skematik air di kawasan, air alternatif, manajemen limpasan air hujan,
pelestarian badan air dan lahan basah, dan manajemen limbah cair; limbah padat
dan material (Solid Waste and Material-SWM) dengan kriteria manajemen limbah
padat - tahap operasional, manajemen limbah padat tingkat lanjut – tahap
operasional, manajemen limbah konstruksi, material regional untuk infrastruktur
jalan, material daur ulang dan bekas untuk infrastruktur jalan; strategi kesejahteraan
masyarakat (Community Wellbeing Strategy-CWS) dengan kriteria fasilitas bagi
masyarakat, manfaat sosial dan ekonomi, kepedulian masyarakat, kawasan
campuran, kebudayaan lokal, dan lingkungan yang aman; bangunan dan energi
(Building dan Energy-BAE) dengan kriteria bangunan hijau GREENSHIP, hunian
berimbang, efisiensi energi dalam kawasan, energi alternatif, pengurangan polusi
cahaya, dan pengurangan polusi suara; inovasi pengembangan dan inovasi
(Innovation and Future Development-IFD) dengan kriteria pemberdayaan GA/GP,
pengelolaan kawasan, dan inovasi.

Dari beberapa jenis GREENSHIP yang sudah dijelaskan diatas, penelitian ini
membutuhkan GREENSHIP New Building sebagai tolok ukur penelitian untuk
memenuhi kebutuhan analisis data. Berikut merupakan ringkasan kategori dan
kriteria GREENSHIP New Building yang disajikan dalam tabel.
10

Tabel 2.1 Kategori dan Kriteria GREENSHIP New Building

Nilai
Keterangan
Kategor dan Kriteria Kriteria
Per Kategori
Maksimum
Tepat Guna Lahan (Apropriate Site Development-ASD)
ASD P Area dasar hijau P
ASD 1 Pemilihan tapak 2
ASD 2 Aksesbilitas komunitas 2
1 kriteria
ASD 3 Transportasi umum 2
prasyarat; 7
ASD 4 Fasilitas pengguna sepeda 2
kriteria kredit
ASD 5 Lansekap pada lahan 3
ASD 6 Iklim mikro 3
ASD 7 Manajemen air limpasan hujan 3
Total nilai kategori ASD 17 16,8%
Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficeincy and Conservation-EEC)
EEC P1 Pemasangan sub-meter P
EEC P2 Perhitungan OTTV P
2 kriteria
EEC 1 Langkah penghematan energi 20
prasyarat; 4
EEC 2 Pencahayaan alami 4
kriteria
EEC 3 Ventilasi 1
kredit; 1
EEC 4 Pengaruh perubahan iklim 1 kriteria bonus
EEC 5 Energi terbarukan dalam tapak 5
(bonus)
Total nilai kategori EEC 26 25,7 %
Konservasi Air (Water Coservation-WAC)
WAC P1 Meteran air P
WAC P2 Perhitungan penggunaan air P
WAC 1 Pengurangan penggunaan air 8
2 kriteria
WAC 2 Fitur air 3
prasyarat; 6
WAC 3 Daur ulang air 3
kriteria kredit
WAC 4 Sumber air alternatif 2
WAC 5 Penampungan air hujan 3
WAC 6 Efsensi penggunaan air lansekap 2
Total nilai kategori WAC 21 20,8%
Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle MRC)
MRC P Refrigeran fundamental P
MRC 1 Penggunaan gedung dan material 2
bebas
1 kriteria
MRC 2 Material ramah lingkungan 3
prasyarat; 6
MRC 3 Penggunaan refrigeran tanpa ODP 2
kriteria kredit
MRC 4 Kayu bersertifikat 2
MRC 5 Material prafabrikasi 3
MRC 6 Material regional 2
Total nilai kategori MRC 14 13,9%
Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort-IHC)
IHC P Introduksi udara luar P
11

IHC 1 Pemantauan kadar CO2 1 1 kriteria


IHC 2 Kendali asap rokok di lingkungan 2 prasyarat; 7
IHC 3 Polutan kimia 3 kriteria kredit
IHC 4 Pemandangan keluar gedung 1
IHC 5 Kenyamanan visual 1
IHC 6 Kenyamanan termal 1
IHC 7 Tingkat kebisingan 1
Total nilai kategori IHC 10 9,9%
Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment Management-BEM)
BEM P Dasar pengelolaan sampah P
BEM 1 GP sebagai anggota tim proyek 1
BEM 2 Polusi dari aktivitas konstruksi 2
BEM 3 Pengelolaan sampah tingkat lanjut 2
1 kriteria
BEM 4 Sistem komisioning yang baik dan 3
prasyarat; 7
benar
kriteria kredit
BEM 5 Penyerahan data green building 2
BEM 6 Kesepakatan dalam melakukan 1
aktivitas fit
BEM 7 Survei pengguna gedung 1
Total nilai kategori BEM 13 12,9%
Total nilai keseluruhan 101 100%

Peringkat pada GREENSHIP tahap final assessment terdiri dari empat


peringkat sebagai berikut.
1. Platinum : minimum persentase 73% dengan 86 poin
2. Gold : minimum persentase 57% dengan 67 poin
3. Silver : minimum persentase 46% dengan 54 poin
4. Bronze : minimum persentase 35% dengan 41 poin

2.4 Penelitan Terdahulu


Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi
untuk melaksanakan penelitian ini :

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Judul Nama/Tahun Perlakuan yang Hasil Penelitian


Penelitian Penelitian Diberikan
1 Penerapan Soraya Rizky - Analisis Penerapan green
Green Nabilla, penerapan green building belum
Building di dkk/2018 building sepenuhnya
12

Perkantoran - Memberikan dilaksanakan.


Menara Suara rekomendasi Rekomendasi dari
Merdeka, pada aspek yang penulis berupa
Semarang belum terpenuhi pemanfaatan sistem
daur ulang air,
manajemen sampah,
pemanfaatan solar
panel, dan regulasi
pembatasan waktu
lembur karyawan.
2 Evaluasi Erizal, - Melakukan Hasil perhitungan
Aspek Green dkk/2019 penilaian dan yang diperoleh,
Building Pada pemeringkatan gedung AHN
Gedung Andi terhadap kriteria Rektorat IPB
Hakim green building memperoleh 55 poin
Nasoetion dari 117 poin
Rektorat IPB maksimal (47%)
sehingga
mendapatkan
perangkat silver.
3 Implementasi Nadia - Pengisian Hasil analisis
Konstruksi Khairarizki, kuesioner pencapaian
Hijau Pada dkk/ MAGC diisi implementasi
Proyek oleh site konstruksi hijau
Apartmen engineer pada Proyek Grand
Grand manager Kamala Lagoon
Kamala - Wawancara Tower Emerald
Lagoon untuk deskripsi kurang baik dalam
Tower implementasi menerapkan
Emerald setiap indikator konstruksi hijau.
Bekasi dngan site
13

engineer
manager
- Observasi
keadaan
lapangan
- Studi
dokumentasi

5 Kajian Taufiq Lilo - Observasi


Penerapan Adi Sucipto, - Wawancara
Green dkk/2014 mendalam
Building Pada - Kuesioner untuk
Gedung Bank pengguna
Indonesia gedung
Surakarta - Studi
dokumentasi
dengan
mengkaji
dokumen –
dokumen
pelaksanaan
proyek
6 Penilaian Anik - Observasi Hasil penilaian
Kriteria Ratnaningsih, - Wawancara menunjukan gedung
Green dkk/2019 dengan pihak IsDB Engineering
Building Pada pengelola Biotechnology
Pembangunan gedung menyandang
Gedung IsDB - Studi peringkat Bronze
Project dokumentasi dengan presentase
Berdasarkan berdasarkan nilai sebesar
Skala Indeks dokumen – 38,96%. Peringkat
Menggunakan dokumen dapat dinaikan
14

Greenship pelaksanaan dengan cara


Versi 1.2 proyek meningkatkan RTH,
- Melakukan melengkapi
penilaian dan dokumen AMDAL,
pemeringkatan pengelolaan limbah,
- Evaluasi dan dan energi
rekomendasi konservasi air.
8 Penerapan Oni Indah - Analisis Gedung
Konsep Cahyani/2018 implementasi perpustakaan
Green berdasarkan Universitas
Architecture observasi yang Indonesia telah
Pada mengacu aspek – memenuhi aspek –
Bangunan aspek green aspek green
Perpustakaan architecture. architecture dengan
Universitas - Wawancara baik. Akan tetapi
Indonesia terhadap terdapat kekurangan
pengunjung atau pada aspek
pengguna manajemen
perpustakaan. lingkungan
bangunan (Building
& Environment
Management
(BEM)).
9 Konsep Annisa - Menganalisis Gedung Spazio
Green Fikriyah dan sudah menerapkan
Building Pada Tasya, mengevaluasi konsep bangunan
Bangunan dkk/2017 penerapan green green building
Kantor building dengan memperoleh
53 poin dari 117 poin
maksimal.
Rekomendasi yang
diajukan dapat
15

meningkatkan
peringkat gedung
menjadi platinum.
10 Analisis Uswatun - Interview Fungsi bangunan
Kebijakan Hasanah/2019 menggunaan yang terkena
Penerapan kuesioner prasyarat green
Green - Studi building sesuai
Building Di dokumentasi dengan IMB Kota
Kota Medan dengan Medan, evaluasi
Dengan mengumpulkan prasyarat teknis,
Metode dokumen – manfaat penerapan
Analytical dokumen yang green building.
Hierarcky diperlukan
Process
(AHP) Dan
Metode Life
Cycle Costing
(LCC)
11 Analisis Oktavi Elok - Mencari data Semua aspek green
Penerapan Hapsari/2018 dari literatur building sudah
Green kemudian diterapkan dengan
Building Pada dianalisis dan baik. Penerapan
Bangunan diolah lalu konsep ini juga
Pendidikan dijabarkan menunjang kegiatan
sebagai hasil belajar mengajar dan
penelitian membentuk karakter
siswa.
12 Penerapan Rahmat - Menggunakan Dari hasil penelitian,
Sistem Rejoni, metode survei Perumahan Sinbad
Perangkat dkk/2016 - Membandingkan bukan merupakan
Penilaian antara perangkat perumahan hijau
Pada hijau yang ada di karena hasil
16

Kawasan lapangan dengan perhitungan hanya


Perumahan, parameter setiap dapat menghasilkan
Studi Kasus perangkat hijau. 6 poin saja.
Kawasan Sedangkan untuk
Perumahan di mendapatkan
Kota Bogor, sertifikat minimal
Indonesia harus mencapai 34
poin.
14 Consideration Mario - Analisis BOMA-Best dan
of The Use Patenaude, dokumenter dari LEED tidak cukup
Phase in dkk/2015 3 program memperhitungkan
Certification sertifikasi yang penggunaan
Program for digunakan di bangunan. Penguni
Residental Amerika Utara cenderung
Green berdasarkan meremehkan
Building bangunan, dampak lingkungan
sistem, dan dari bangunan
kegunaan tempat tinggal.
Peluang yang
memungkinkan
yakni melalui
mekanisme
sederhana dengan
emmberikan
informasi yang nyata
dan dapat
diterapkan.
15 Kajian Green Hizkia - Meganalisa dan Terdapat 10 dari 17
Construction Kurniawan T, mengevaluasi penerapan green
dkk/2013 pelaksanaan construction oleh
green PT. Mikroland
construction Property
17

Development.
Dengan demikian
Perumahan Beranda
Bali telah
menerapkan 60%
faktor – faktor yang
mempengaruhi
green construction.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dijelaskan pada tabel diatas.
ada beberapa hal yang bisa dijadikan referensi bahkan evaluasi oleh peneliti.
Penelitian yang mendekati sempurna menurut penulis yaitu penelitian dengan judul
“Implementasi Konstruksi Hijau Pada Proyek Apartmen Grand Kamala Lagoon
Tower Emerald Bekasi”. Akan tetapi masih ada beberapa hal yang kurang dari
penelitian ini. Maka, peneliti akan mengembangkan penelitian yang ada dengan
menambah poin evaluasi dan metode pengambilan data yang berbeda. Apabila
dalam penelitian Implementasi Konstruksi Hijau Pada Proyek Apartmen Grand
Kamala Lagoon Tower Emerald Bekasi menggunakan site engineer manager
sebagai narasumber, pada penelitian ini peneliti menggunakan pengguna gedung
sebagai narasumber karena kondisi objek penelitian yang berbeda.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Berikut merupaka diagram alir metode penelitian yang digunakan sebagai
alur pengerjaan penelitian ini :

Menentukan objek
penelitian

Pengumpulan data :
- Obeservasi
- Wawancara
- Dokumentasi

Analisis data :

- Pemeringkatan
GREENSHIP
- EVALUASI

Kesimpulan dan saran

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan (mixed methods)


antara metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Peneliti
memilih metode ini dikarenakan menyesuaikan kebutuhan data penelitian.
Penelitian kuantitatif digunakan untuk menganalisis pemeringkatan gedung
menggunakan indikator sistem pengukuran GREENSHIP oleh Green Building
Council Indonesia (GBCI). Sedangkan penelitian kualitatif digunakan untuk
menggambarkan keadaan di lapangan dan evaluasi terhadap objek penelitian.

18
19

Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan dengan cara observasi.


Dimana peneliti harus terjun ke lapangan melihat kondisi secara langsung untuk
disesuaikan dengan aspek – aspek green building pada sistem pengukuran
GREENSHIP oleh Green Building Council Indonesia (GBCI). Ada 6 aspek utama
yang digunakan sebagai tolok ukur penelitian ini, yakni tepat guna lahan
(Apropriate Site Development-ASD), efisiensi dan konservasi energi (Energy
Efficeincy and Conservation-EEC), konservasi air (Water Conservation-WAC),
sumber dan siklus material (Material Resources and Cycle-MRC), kesehatan dan
kenyamanan dalam ruang (Indoor Health and Comfort-IHC), manajemen
lingkungan bangunan (Building Environment Management-BEM. Dalam setiap
aspek terdapat tolok ukur yang mengandung poin – poin penilaian. Dari data yang
diperoleh saat observasi dapat dinilai sesuai tolok ukur pada setiap aspek. Lalu
dijumlah untuk melakukan pemeringkatan. Setelah melakukan pemeringkatan.
Selain itu, peneliti juga mendokumentasikan hasil observasi yang digunakan
sebagai acuan untuk melakukan evaluasi terhadap kekurangan yang ada pada proses
pemeringkatan terhadap objek penelitian yang dikerjakan. Pendekatan yang
digunakan merupakan pendekatan deskriptif, yaitu menggambarkan kedaan
dilapangan dan memberikan evaluasi terhadap data yang diperoleh di lapangan.

3.2 Data Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Gedung C6 Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang. Peneliti memilih lokasi ini karena gedung tersebut
masih tergolong baru, artinya ketika pembangunan masih baru – baru ini
seharusnya sudah menerapkan bangunan berkonsep green building seperti yang
disarankan oleh pemerintah. Dibawah ini merupakan denah lokasi penelitian yang
akan dilaksanakan.
20

Gambar 3.2 Denah Universitas Negeri Malang

Tujuan utama melakukan penelitian di lokasi ini yaitu mengetahui seberapa


jauh penerapan green building pada Gedung C6 Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang dan memberikan evaluasi untuk kedepannya. Peneliti
akan fokus pada pemeringkatan nilai aspek – aspek green building pada sistem
pengukuran GREENSHIP oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) dan
evaluasi terhadap objek penelitian. Data yang harus diperoleh merupakan data
pengamatan gedung dan pengambilan gambar untuk mendokumentasikan keadaan
lapangan. Dokumen tersebut dibutuhkan sebagai data untuk mendiskripsikan
keadaan di lapangan yang selanjutnya dievaluasi sebagaimana baiknya konsep
green building yang harus diterapkan. Selain itu, peneliti juga melakukan
wawancara kepada beberapa pengguna gedung untuk keperluan data penelitian.
21

Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara mendalam.


Wawancara mendalam merupakan cara pengumpulan data dengan mewawancarai
narasumber secara langsung bertatap muka.

3.3 Analisis Data Penelitian


Analisis data yang digunakan berupa data angka yang diperolah dari nilai
pemeringkatan green building menggunakan indikator sistem pengukuran
GREENSHIP oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) dan data selain angka
berupa gambar hasil observasi yang dideskripsikan dengan kata – kata yang
evaluatif terhadap objek yang diteliti.
Data berupa angka akan dianalisis dengan cara menjumlahkan poin – poin per
aspek pada sistem pemeringkatan GREENSHIP untuk menghasilkan kelas
peringkat data penelitian. Data berupa dokumentasi akan dianalisis secara deskriptif
untuk menjelaskan keadaan objek penelitian yang perlu dievaluasi. Setelah
melakukan pemeringkatan dan evaluasi, maka akan menghasilkan kesimpulan dan
saran pada objek penelitian maupun pelaksanaan penelitian.
22

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, O. I. (2018). Penerapan Konsep Green Architecture Pada Bangunan


Perpustakaan Universitas Indonesia. Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi,
17(2), 76–85. https://doi.org/10.35760/dk.2018.v17i2.1946

Dwi, J. U., Kistiani, F., & Kurniawan, H. (2013). KAJIAN GREEN


CONSTRUCTION STUDI KASUS: PERUMAHAN BERANDA BALI.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Erizal, Chadirin, Y., & Furi, I. M. (2019). Evaluasi Aspek Green Building Pada
Gedung Andi Hakim Nasoetion Rektorat IPB. Jurnal Manajemen Aset
Infrastruktur & Fasilitas, 3(2), 131–152.
https://doi.org/10.12962/j26151847.v3i2.5888

Hapsari, O. E. (2018). Analisis Penerapan Green Building Pada Bangunan


Pendidikan (Studi Kasus : Green School Bali). Al-Ard: Jurnal Teknik
Lingkungan, 3(2), 54–61. https://doi.org/10.29080/alard.v3i2.334

Hasanah, U. (2019). Analisis Kebijakan Penerapan Green Building Di Kota Medan


Dengan Metode Analytical Hierarcky Process ( AHP ) Dan Metode Life Cycle
Costing ( LCC ). Kajian Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 4(2), 1–12.

Khairarizki, N., & Iyati, D. W. (n.d.). Implementasi Konstruksi Hijau Pada Proyek
Apartemen Grand Kamala Lagoon Tower Emerald Bekasi.
Arsitektur.Studentjournal.Ub.Ac.Id, 91.
http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma/article/view/370

Nabilla, S. R. (2018). Penerapan Green Building Di Perkantoran Menara Suara


Merdeka, Semarang. Nature: National Academic Journal of Architecture,
5(2), 124. https://doi.org/10.24252/nature.v5i2a5

Patenaude, M., & Plouffe, S. (2015). Consideration of the use phase in certification
programs for residential green building. Journal of Green Building, 10(1),
150–168. https://doi.org/10.3992/jgb.10.1.150

Prameswari, P. A., Pratomo, P., & Herianto, D. (2016). Pengaruh Pemanfaatan PET
pada Laston Lapis Pengikat Terhadap Parameter Marshall. Jurnal Rekayasa
23

Sipil Dan Desain (JRSDD), 4(2), 294–305.

Ratnaningsih, A., Hasanuddin, A., & Hermansa, R. (2019). Penilaian Kriteria Green
Building Pada Pembangunan Gedung IsDB Project Berdasarkan Skala Indeks
Menggunakan Greenship Versi 1.2 (Studi Kasus: Gedung Engineering
Biotechnology Universitas Jember). Berkala Sainstek, 7(2), 59.
https://doi.org/10.19184/bst.v7i2.12153

Rejoni, Sulistyantara, Fatimah, Perumahan, K., Kawasan, S. K., Di, P., & Bogor,
K. (2016). Penerapan Sistem Perangkat Penilaian Pada. Jurnal Lanskap
Indonesia, 8, 14–27.

Tasya, A. F., & Putranto, A. D. (2017). Konsep Green Building Pada Bangunan
Kantor (Studi Kasus: Spazio Office, Surabaya). Jurnal Mahasiswa Jurusan
Arsitektur, 5(4), 1–8.
http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma/article/view/418/399

Anda mungkin juga menyukai