Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II


SEMESTER GENAP (6)

GREEN BUILDING

NIM : 1421042013
NAMA : Adnan Fauzan A. Husaini
PRODI : S1 ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batuwangala dalam Gupta (2013) menyatakan bahwa green building atau bisa disebut
dengan bangunan hijau adalah suatu konsep dalam mendesain, membangun, mengelola dan
memelihara bangunan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan penghuni, meningkatkan
produktivitas penghuni bangunan, menggunakan bahan-bahan alam dengan baik, dan
mengurangi dampak buruk bangunan terhadap lingkungan. Dengan kata lain, konsep green
building sangat mempertimbangan lingkungan dalam setiap aspek konstruksi bangunan.
Sementara itu, menurut Green Building Council Indonesia (GBCI) bangunan hijau merupakan
bangunan baru yang direncanakan dan dilaksanakan, atau bangunan yang sudah terbangun yang
dioperasikan dengan memerhatikan faktor-faktor lingkungan/ekosistem dan memenuhi kinerja:
bijak guna lahan, kualitas udara dalam ruangan, hemat air, hemat energi, hemat bahan, dan
mengurangi limbah. Keuntungan membangun sebuah bangunan hijau adalah sebagai berikut.

1. Desain yang lebih kompak dan efisien sehingga mengoptimalkan fungsi-fungsi gedung.

2. Efisiensi yang tinggi dalam konsumsi energi listrik dan air.

3. Hemat biaya dalam operasional sehari-hari untuk energi dan konsumsi air.

4. Kesehatan jasmani dan rohani yang lebih baik bagi pengguna gedung,

5. Produktivitas dan kinerja yang meningkat pada pengguna gedung.

6. Biaya pemeliharaan dan operasional yang rendah dalam jangka panjang.

7. Preferensi pasar yang lebih tinggi, terutama perusahaan internasional dan multinasional.

8. Didapatkannya pengakuan internasional sebagai produk unggulan dalam industri rancang


bangun.

9. Munculnya ketertarikan yang tinggi, baik pada konsumen/klien atau pun karyawan
karena sebuah produk/perusahaan yang memerhatikan lingkungan.

10. Tumbuhnya sikap ramah lingkungan pada para penggunanya, yang diharapkan dapat
meneruskan sikap tersebut di rumah tangga masing-masing dan menimbulkan efek
multiplier.

Green Building Council Indonesia (GBCI)


Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia
(GBCI) adalah lembaga mandiri (non-government) dan nirlaba (non-for profit) yang
berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik
terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan.
GBCI merupakan Emerging Member dari World Green Building Council (WGBC) yang
berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 97 negara dan hanya memiliki satu
GBC di setiap negara.
GBCI didirikan pada tahun 2009 dan diselenggarakan oleh sinergi di antara para pemangku
kepentingan yang meliputi :

1. Profesional bidang jasa konstruksi,


2. Kalangan industri sektor bangunan dan properti,

3. Pemerintah,

4. Institusi pendidikan dan penelitian

5. Asosiasi profesi dan masyarakat peduli lingkungan.

Salah satu program GBCI adalah menyelenggarakan kegiatan Sertifikasi Bangunan Hijau di
Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas Indonesia yang disebut greenship.
Greenship
Greenship adalah sistem penilaian bangunan yang merupakan bentuk dari salah satu
upaya untuk menjembatani konsep ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan dengan praktik
yang nyata. Hadirnya perangkat rating ini diharapkan dapat mendorong transformasi di industri
bangunan, sehingga praktik-praktik ramah lingkungan dapat diterapkan di Indonesia. Setiap
bangunan yang mendeklarasikan diri sebagai bangunan hijau akan dinilai dan disertifikasi
berdasarkan kriteria-kriteria baku yang ada dalam sistem pemeringkatan ini. Kriteria penilaian
Greenship bukan merupakan penemuan baru, melainkan kumpulan dan pengelompokan dari
praktik-praktik terbaik di industri bangunan yang kemudian diidentifikasi oleh GBCI. Sistem
rating ini juga dapat mengedukasi industri bangunan dan khalayak umum tentang aspek-aspek
yang harus dipenuhi sebuah bangunan hijau. Dokumen sistem pemeringkatan Greenship dibagi
menjadi tiga, yaitu Greenship Interior Space (untuk perencanaan, operasional, dan pemeliharaan
ruangan dalam gedung), Greenship Existing Building (untuk manajemen, operasional dan
pemeliharaan bangunan yang sudah terbangun dan dioperasionalkan), dan Greenship New
Building (untuk perencanaan dan aktivitas konstruksi bangunan baru dalam tahap desain). (Laila,
2014)
Berdasarkan kategori yang ditentukan oleh GBCI, dalam Greenship EB terdapat enam kategori
Green Building:
1. Appropriate Site Development
Kategori ini mencakup akses ke sarana-sarana umum, pengurangan kendaraan bermotor,
penggunaan sepeda, lansekap tumbuhan hijau, heat island effect, pengurangan beban
volume limpasan air hujan, site management, perhatian terhadap bangunan atau sarana di
sekitarnya.

2. Energy Efficiency and Conservation


Kategori ini mencakup optimalisasi efisiensi penggunaan energi pada bangunan,
komisioning ulang pada peralatan pengkondisian udara, penghematan energi pada sistem
pencahayaan dan pengkondisian udara, pencatatan dan pengawasan penggunaan energi,
operasi dan perawatan peralatan AC, penggunaan energi terbarukan dan pengurangan
emisi energi.

3. Water Conservation
Kategori Water Conservation meliputi sub metering konsumsi air, pemeliharaan dan
pemeriksaan sistem plambing, efisiensi penggunaan air bersih, pengujian kualitas air,
penggunaan air daur ulang, penggunaan sistem filtrasi untuk menghasilkan air minum,
pengurangan penggunaan air dari sumur dalam dan penggunaan kran auto stop.
4. Material Resources and Cycle
Kategori ini mencakup penggunaan refrigerant, penggunaan materi yang ramah
lingkungan, pengelolaan sampah, pemilahan sampah, pengelolaan limbah B3 dan
penyaluran barang bekas.
5. Indoor Health and Comfort
Kategori ini mencakup kualitas udara ruangan, pengaturan lingkungan asap rokok,
pengawasan gas CO2 dan CO, pengukuran kualitas udara dalam ruang, pengukuran
kenyamanan visual, pengukuran tingkat bunyi dan survei kenyamanan gedung.

6. Building Environment Management


Kategori ini mencakup inovasi peningkatan kualitas bangunan, tersedianya dokumen-
dokumen tentang bangunan yang lengkap, adanya tim yang menjaga prinsip green
building dan pelatihan dalam pengoperasian dan perawatan aspek-aspek green building
secara lengkap.

B. A
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Green Building
Pengertian Green Building dalam konteks arsitektur bangunan tidak terlepas dengan
pengertian arsitektur bioklimatik, arsitektur ramah lingkungan maupun arsitektur hemat energi.
Karena untuk menuju kualifikasi bangunan hijau, suatu produk konstruksi bangunan gedung
tentu saja perlu bersifat ramah lingkungan dan hemat energi, dimana pendekatan bioklimatik bisa
dipakai sebagai dasar konsep desain. Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada
rancangan bangunan dimana struktur, ruang, dan kosntruksi bangunan tersebut dapat menjamin
adanya kondisi nyaman bagi penghuninya.Penggunaan perangkat elektro-mekanik dan energi
tak terbarukan adalah seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan pemanfaatan energi dari
alam sekitar bangunan tersebut. (ENEA , IN-ARCH, 1989)

Dengan demikian, maka pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada hakekatnya
bertitik tolak dari dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain yang responsif terhadap
lingkungan global yaitu kondisi kenyamanan manusia dan penggunaan energi secara pasif (J
Priatman,1997)
Secara umum definisi bangunan hijau menurut Office of the Federal Environmental
Executive (AS), adalah bangunan yang meningkatkan efisiensi bangunan dan lahannya terhadap
penggunaan energi, air, dan bahan, dan mengurangi dampak negative terhadap kesehatan,
lingkungan melalui penataan tapak, desain, konstruksi, operasional, pemeliharaan serta akibat
produk limbahnya.
Sepadan dengan pengertian menurut GBCI (Green Building Council Indonesia, 2010),
bahwa bangunan hijau (green building) adalah bangunan baru yang direncanakan dan
dilaksanakan atau bangunan sudah terbangun yang dioperasikan dengan memperhatikan faktor-
faktor lingkungan/ekosistem dan memenuhi kinerja: bijak guna lahan, hemat air, hemat
energi, hemat bahan kurangi limbah, kualitas udara dalam ruangan.
Adapun pengertian menurut India Green Building Council, bahwa bangunan hijau harus
hemat air, efisiensi energi, mengkonservasi sumber daya alam, mengurangi limbah, memberikan
ruangan lebih sehat dibandingkan dengan bangunan konvensional. Namun secara lebih teknis,
bahwa suatu bangun arsitektur dikatakan tergolong dalam klasifikasi arsitektur atau bangunan
hijau secara terukur apabila memiliki kapasitas atau kinerja terukur yakni untuk
meminimalkan produksi ekuivalen CO2, baik ditinjau dari segi desain, saat pelaksanaan
konstruksi maupun saat beroperasi. Pada saat beroperasinya bangunan, indikator konsumsi
energi listrik dalam satuan kWh dikonversikan kedalam produk kg CO2, sehingga semakin
hemat energi listrik maka semakin baik kontribusinya untuk turut meredam peningkatan
pemanasan global, dan menyumbangkan suatu nilai tertentu dalam proses kuantifikasi suatu
bangunan agar termasuk dalam kualifikasi bangunan hijau dengan rating atau star tertentu.
Di Negara-negara yang telah menerapkan Green Building ada 6 kriteria yang diukur, yakni :
Pengolahan lahan sekitar,
Penggunaan air,
Penggunaan energi, material dan dari mana sumber material itu,
Kualitas di dalam ruangan, dan inovasi.
Masing-masing kriteria ini dibagi-bagi lagi menjadi beberapa poin. Tiap poinnya diberi
nilai yang berbeda. Jika satu gedung mampu mengumpulkan nilai sejumlah tertentu, barulah ia
bisa diberikan sertifikat green building.
Dalam Wikipedia, green building dapat disebut juga green construction atau sustainable
building. mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan dan sumber daya yang efisien sepanjang siklus hidup bangunan: dari tapak untuk
desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan pembongkaran. Di bidang arsitektur dan
teknik sipil, konstruksi (construction) adalah suatu proses yang terdiri dari membangun atau
perakitan infrastruktur.

B. Ciri Bangunan Green Building


Green building dapat dicirikan sebagai bangunan yang :
Menggunakan energi yang seminimal mungkin.
Memanfaatkan ruang alam
Menggunakan energi yang dapat diperbaharui
Menggunakan bahan yang bersifat ramah lingkungan
Menggunakan bahan atau material yang bersifat reuse, reduce, dan recycle.
Sistem gedung yang menghasilkan limbah yang dalam batas toleransi berdasarkan aspek
lingkungan hidup.
Bangunan hijau didesain untuk mereduksi dampak lingkungan terbangun pada kesehatan
manusia dan alam, melalui :
Efesiensi dalam penggunaan energi, air dan sumber daya lain
Perlindungan kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas pekerja
Mereduksi limbah / buangan padat, cair dan gas
Mengurangi polusi / pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan
lingkungan

C. Konsep Green Building


Arti yang sebenarnya green building tersebut yaitu sebuah konsep tentang merencanakan
suatu bangunan yang ramah terhadap lingkungan.
Konsep serupa adalah natural building, yang biasanya pada skala yang lebih kecil dan
cenderung untuk berfokus pada penggunaan material-material yang digunakan yaitu material-
material yang tersedia secara lokal. Konsep ini ada untuk dapat memenuhi kebutuhan generasi-
generasi berikutnya mulai dari sekarang.
Konsep green building ini berupa pemaksimalan fungsi bangunan dalam beberapa aspek,
yaitu:

1. Life cycle assessment (Uji AMDAL)

Dalam melakukan suatu perencanaan bangunan seharusnya melakukan kajian AMDAL apakah
dalam pengadaan bangunan tersebut dapat mempengaruhi lingkungan sekitar baik itu segi sosial,
ekonomi ataupun alam sekitar. Karena jika itu memberikan pengaruh yang cukup besar maka
bangunan tersebut sudah menyalahi konsep dasar dari green building.
2. Efisiensi Desain Struktur

Dasar dalam setiap proyek


konstruksi bermula pada tahap
konsep dan desain. dalam
Tahap konsep, pada
kenyataannya ini merupakan salah satu langkah utama
dalam proyek yang memiliki dampak terbesar pada biaya
dan kinerja proyek. Tujuan utama adalah merencanakan
bangungan yang memiliki konsep green building adalah
untuk meminimalkan dampak yang akan disebabkan dalam bangunan tersebut baik itu selama
pelaksanaan dan selama penggunaan. Perencanaan bangunan gedung yang tidak efisien dalam
struktur juga memberikan efek buruk terhadap lingkungan, yaitu pemakaian bahan bangunan
yang sangat banyak sehingga terjadi pemborosan.

3. Efisiensi Energi

Green Building sering mencakup langkah-langkah untuk


mengurangi konsumsi energi baik energi yang diperlukan
untuk kehidupan sehari-hari, seperti kondisi bangunan yang
segi mudahnya angin dan sinar matahari yang mudah masuk
kedalam bangunan.. Selain itu selain segi operasional, segi
pelaksanaan juga harus diperhatikan. Studi LCI US Database
Proyek bangunan yang menunjukkan dibangun dengan kayu
akan menghasilkan energi pempuangan yang lebih rendah
daripada bangunan gedung yang bahan bangunannya menggunakan dengan batu bata, beton atau
baja.
Untuk mengurangi penggunaan energi operasi, penggunaan jendela yang se-efisiensi
mungkin dan insulasi pada dinding, plafon atau tempat masuknya aliran udara ke dalam
bangunan gedung. Strategi lain, desain bangunan surya pasif, sering dilaksanakan di rumah-
rumah rendah energi. Penempatan jendela yang efektif (pencahayaan) dapat memberikan cahaya
lebih alami dan mengurangi kebutuhan penerangan listrik di siang hari.

4. Efisiensi Air

Konsep green building juga memperhatikan mengenai


penggunaan air. Sekarang, banyak konsep desain rumah yang
mengabaikan tentang penggunaan air. Mostly, rumah-rumah
mengandalkan penggunaan air tanah yang berasal dari sumur
dangkal ataupun dalam tanpa memberikan maasukan tambahan
air kepada tanah yang berakibat turunnya permukaan air tanah
dan turunnya permukaan tanah permukaan. Kurangnya
kesadaran masyarakat untuk membuat penyimpanan atau
memberikan asupan air kepada tanah di lingkungan yang ada
disekitarnya. Solusinya yaitu dengan membuat tandon air
penadah hujan di bawah tanah atau membuat sumur resapan penadah air hujan. Sistem penadah
hujan yang mana ketika air turun di atas bangunan gedung yang kemudian direkayasa
sedemikian rupa sehingga direncanakan air akan berkumpul pada satu tempat dan dialirkan
menuju sumur resapan untuk menghindari terjadinya penurunan permukaan air tanah.

5. Efisiensi Material
Berbicara mengenai bangunan maka akan menjurus kepada
penggunaan material yang ada. Hal ini ada hubungannya
dengan efisiensi dari desain struktur. Selain struktur, segi
arsitektural juga diperhatikan seperti penggunaan dinding yang
terlalu tebal, penggunaan material yang berat yang memberikan efek pada kekuatan struktur
yang lebih dll. Sehingga semakin banyak material yang digunakan maka akan memberikan efek
kepada pengeluaran dana, impact terhadap lingkungan, pengeluaran energi dalam konstruksi, dll.

D. Penerapan Aspek Green Building


Penerapan aspek Green Building dari segi design bangunan yaitu :
1. Bentuk dan Orientasi Bagunan
Gedung Menteri Kementerian Pekerjaan Umum memiliki bentuk massa bangunan yang tipis,
baik secara vertikal maupun horizontal. Sisi tipis di puncak gedung didesain agar mampu
menjadi shading bagi sisi bangunan dibawahnya sehingga dapat membuat bagian tersebut
menjadi lebih sejuk. Pada desain gedung ini memiliki area opening yang lebih banyak di sisi
timur. hal ini dikarenakan cahaya pada sore hari (matahari barat) lebih bersifat panas dan
menyilaukan.
2. Shading & Reflektor
Shading light shelf bermanfaat mengurangi panas yang masuk ke dalam gedung namun tetap
memasukan cahaya dengan efisien. Dengan light shelf, cahaya yang masuk kedalam bangunan
dipantulkan ke ceilin. Panjang shading pada sisi luar light shelf ditentukan sehingga sinar
matahari tidak menyilaukan aktifitas manusia di dalamnya. Cahaya yang masuk dan dipantulkan
ke ceiling tidak akan menyilaukan namun tetap mampu memberikan cahaya yang cukup.
3. Sistem Penerangan
Sistem penerangan dalam bangunan menggunakan intelegent lighting system yang dikendalikan
oleh main control panel sehingga nyala lampu dimatikan secara otomatis oleh motion sensor &
lux sensor. Dengan begitu, penghematan energy dari penerangan ruang akan mudah dilakukan.
4. Water Recycling System
Water Recycling System berfungsi untuk mengolah air kotor dan air bekas sehingga dapat
digunakan kembali untuk keperluan flushing toilet ataupun sistem penyiraman tanaman. Dengan
sistem ini, penggunaan air bersih dapat dihemat dan menjadi salah satu aspek penting untuk
menunjang konsep green building.

E. Material Yang Digunakan Green Building


Penggunaan material bangunan yang sesuai dengan penerapan bangunan hijau (green
building) memiliki peranan untuk menekan pemanasan global. Infrastruktur bangunan dengan
kesesuaian bahan material menjadi elemen penting dalam membentuk konsep green
building.
Setiap rancangan infrastruktur dengan bahan materialnya memiliki pengaruh terhadap
koefisien lingkungan.Penggunaan bahan material yang sesuai akan menciptakan bangunan yang
efisien dalam memanfaatkan sumber energi,seperti air,cahaya,dan listrik. Perkembangan desain
struktur rumah dan gedung yang cepat juga turut memengaruhi perkembangan penggunaan
bahan material.
Lima kriteria yang mesti dicermati di sebuah green building, berlaku untuk semua jenis
bangunan :
1. Sustainable site.
Di sini, pengadaan lahan untuk sebuah kompleks hunian tak boleh menciderai
lingkungan. Lokasi tersebut tak boleh meraibkan sebuah sawah ataupun ladang yang menjadi
tempat parkir air. Bagaimanapun, lokasi tersebut sebaiknya sudah punya jalan akses dan sarana
transportasi memadai. Itu agar ekologi tak terciderai proses pembuatan jalan. Lantas, proses
pembukaan lahan tersebut perlu diperhatikan. Kalau dengan cara membabat habis lahan lantas
menanam pohon baru, berarti kriteria pertama ini kurang diperhatikan. Efisiensi lahan juga perlu
diperhatikan. Rumah berpenghuni empat orang sudah tentu tak perlu seluas 1.000 m2.
2. Water efficient.
Lebih baik sebuah rumah didesain hemat energi sedari awal. Contoh: menggunakan air
hujan ataupun air hujan yang diolah kembali, serta menggunakan kloset irit air.
3. Indoor environmental quality.
Sebuah hunian lebih baik tak menggunakan bahan-bahan bangunan yang menimbulkan
polusi, antara lain cat yang menimbulkan polusi udara atau karpet yang proses pembuatannya
menggunakan gas beracun.
4. Energy and atmosphere.
Di sini, sebuah hunian mesti dirancang hemat energi, antara lain dirancang agar tak
banyak menggunakan pendingin udara. Terkait itu, di iklim subtropis seperti Indonesia, ventilasi
yang lebar-banyak bisa dimanfaatkan untuk menurunkan suhu ruangan.
5. Material resource.
Satu ciri green building adalah menggunakan material bangunan ramah lingkungan. Itu
antara lain sedapat mungkin mengurangi bahan impor. Sebab, bahan impor otomatis melahap
banyak energi dalam pengiriman. Pun, satu hunian lebih baik tak menggunakan material yang
perlu waktu lama untuk dibarui seperti kayu jati; sedapat mungkin, material daur ulang
digunakan.
Konsep reduce-reuse-recycle adalah cara efektif dalam mengaplikasikan gaya hidup
ramah lingkungan. Dengan menerapkan ketiganya secara konsisten di seluruh elemen bangunan,
terciptalah produk arsitektur hijau yang diidamkan.
- Reduce
Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan yang memiliki dampak terhadap
lingkungan. Salah satunya kayu, yang semakin menipis persediaannya akibat penebangan liar.
Untuk itu desain rumah ini dibuat dengjan material yang mudah didapat dan diperbarui.
Reduce juga berarti hemat energi. Desain rumah ini memiliki banyak bukaan untuk
memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami agar tidak perlu menggunakan lampu dan
pendingin udara pada siang hari.
- Reuse
Arsitek memanfaatkan kembali material kontainer sebagai dinding. Penggunaan kontainer
dianggap lebih efisien, efektif secara ruang, dan lebih ringan. Ruangan-ruangannya dapat
didesain fleksibel. Pengguna ruang juga dapat menggeser dinding kontainer untuk mendapatkan
atau menambah fungsi ruang baru tanpa mengurangi sirkulasi udara dan pencahayaan langsung
ke ruangan.
- Recycle
Rumah ini menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang, seperti semen, batu bata,
aluminium, kaca, dan keramik. Hal ini dilakukan sebagai bentuk optimalisasi terhadap
penggunaan bahan baku alternatif dan mengurangi pemakaian sumber daya alam yang sulit
diperbarui.
- Renewable sources
Dimana segalanya diperoleh dari alam, yang telah dikelola dan dipanen secara berkelanjutan
atau diperoleh secara local untuk mengurangi biaya transportasi, serta diselamatkan dari bahan
reklamasi di lokasi terdekat.

F. Manfaat Green Building


Manfaat yang diperoleh dari green building :
A. Manfaat lingkungan
Meningkatkan dan melindungi keragaman ekosistem
Memperbaiki kualitas udara
Memperbaiki kualitas air
Mereduksi limbah
Konservasi sumber daya alam
B. Manfaat Ekonomi
Mereduksi biaya operasional
Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau
Meningkatkan produktivitas penghuni
Mengoptimalkan kinerja daur hidup ekonomi
C. Manfaat Sosial
Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni
Meningkatkan kualitas estetika
Mereduksi masalah dengan infrastruktur lokal
Meningkatkan kualitas hidup keseluruhan
G. Contoh Green Building
Permintaan untuk mengadopsi sumber energi hijau dalam kehidupan sehari-hari telah
mendorong banyak arsitek untuk merancang gedung pencakar langit yang dapat menggunakan
sumber energi yang dapat diperbarui. Atap bangunan ini menggunakan sinar matahari dan
sumber energi hijau lainnya. Berikut adalah daftar gedung dengan konsep berkelanjutan yang
dirancang untuk memiliki atap hijau:
1. Cactus Building di Qatar
Estetika arsitek GO Group telah merancang struktur kaktus-
terinspirasi energi-efisien untuk pemerintah Qatar. Bangunan ini
beberapa fitur cerdas nuansa yang membuka dan menutup
sesuai dengan kekuatan matahari. Bangunan hijau memiliki
kubah botani juga.

2. Waldspirale di Jerman
Waldspirale merupakan sebuah apartemen di Darmstadt,
Jerman, dibangun tahun 1990-an. Namanya berarti spiral
berpohon, merefleksikan plan dari bangunan itu dan juga
memiliki taman di atas atapnya. Arsiteknya Heinz M.
Springmann, bangunan ini selesai dibangun tahun 2000

3. Roof Garden on Fifth Ave di New York


Ini taman di sebuah bangunan di Fifth Ave, New York City.
Konon pada adegan film spiderman bersama kekasihnya
diambil di lokasi ini.

4. City Hall building di Chicago

Untuk menghemat energi dan uang untuk biaya pendingin ruangan saat musim panas, sebuat
taman hijau dicptakan di atas bangunan City Hall Chicago tahun 2000. Saat ini ribuan jenis
tenaman tumbuh di sini dengan lebih dari 150 species tanaman
dan sanggup menghemat tagihan utilitas hingga $5000 dollar
per-tahunnya.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Greenship adalah sistem penilaian bangunan yang merupakan bentuk dari salah satu
upaya untuk menjembatani konsep ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan dengan praktik
yang nyata. Hadirnya perangkat rating ini diharapkan dapat mendorong transformasi di industri
bangunan, sehingga praktik-praktik ramah lingkungan dapat diterapkan di Indonesia. Setiap
bangunan yang mendeklarasikan diri sebagai bangunan hijau akan dinilai dan disertifikasi
berdasarkan kriteria-kriteria baku yang ada dalam sistem pemeringkatan ini.
Penggunaan material bangunan yang sesuai dengan penerapan bangunan hijau (green
building) memiliki peranan untuk menekan pemanasan global. Infrastruktur bangunan dengan
kesesuaian bahan material menjadi elemen penting dalam membentuk konsep green building.
Green Building dalam konteks arsitektur bangunan tidak terlepas dengan pengertian
arsitektur bioklimatik, arsitektur ramah lingkungan maupun arsitektur hemat energi. Karena
untuk menuju kualifikasi bangunan hijau, suatu produk konstruksi bangunan gedung tentu saja
perlu bersifat ramah lingkungan dan hemat energi, dimana pendekatan bioklimatik bisa dipakai
sebagai dasar konsep desain. Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan
bangunan dimana struktur, ruang, dan kosntruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya
kondisi nyaman bagi penghuninya.

B. SARAN
Dengan pembahasan masalah ini diharapkan kita sebagai warga negara dapat menerapkan
manfaat dari bangunan green building di Indonesia. Oleh karena itu, kita harus dapat menguasai
dan memahami seluk beluk apa yang ada di Indonesia, baik iklim, budaya, kondisi alam dan
sebagainya agar dapat menerapkan atau pengaplikasikannya dalam pembangunan yang ada di
indonesia.
Sumber:

http://aulianuranjainah.blogspot.com/2013/09/green-building.html

http://archiholic99danoes.blogspot.com/2011/11/bangunan-hijau-green-building.html

http://archzal.blogspot.com/2011/03/pengertian-green-building.html

http://helmizulmar.blogspot.com/2012/06/definisi-greenbuilding-adalah-bangunan.html

http://rizqifirdha.blogspot.com/2012/10/green-building-for-better_23.html

Anda mungkin juga menyukai