A. Pengertian
Gubernur adalah jabatan politik di Indonesia. Gubernur merupakan kepala daerah untuk
wilayah provinsi.
Kata "gubernur" bisa berasal dari bahasa Portugis "governador", bahasa
Spanyol "gobernador", atau bahasa Belanda "gouverneur". Bentuk Belanda ini mirip dengan
bentuk bahasa Perancis dan arti harafiahnya adalah "pemimpin", "penguasa", atau "yang
memerintah".
Gubernur dipilih bersama wakilnya dalam satu paket pasangan yang dipilih secara
langsung oleh rakyat di provinsi setempat untuk masa jabatan 5 tahun, sehingga dalam hal ini
gubernur bertanggung jawab kepada rakyat. Gubernur terpilih kemudian dilantik
oleh Presiden, dan dapat juga dilantik oleh Mendagri atas nama Presiden. Selain itu, gubernur
juga berkedudukan sebagai wakil pemerintah pusat di wilayah provinsi bersangkutan, sehingga
dalam hal ini, gubernur bertanggung jawab kepada presiden. Dan kewenangan gubernur diatur
dalam UU No 32 Tahun 2004 dan PP No 19 Tahun 2010.
Pada dasarnya, gubernur memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan
pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD provinsi.
Gubernur bukanlah atasan bupati atau wali kota, namun hanya sebatas membina,
mengawasi, dan mengkoordinasi penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota.
Hubungan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota bukan subordinat, di
mana masing-masing pemerintahan daerah tersebut mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, berupa penyerahan wewenang
kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
B. Tugas Gubernur
1. Memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama
DPRD;
2. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
3. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang
RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan
RKPD;
4. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang
RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan
RKPD;
5. Mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
6. Mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah; dan
7. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Kewenangan Gubernur :
1. Mengajukan rancangan Perda;
2. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;
3. Menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah;
4. Mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh Daerah
dan/atau masyarakat;
5. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
D. Kewajiban Gubernur :
1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
2. Menaati seluruh ketentuan peraturan perundangundangan;
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
4. Menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah;
5. Menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;
6. Melaksanakan program strategis nasional; dan
7. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan semua Perangkat
Daerah.
c. Bagian Ketatalaksanaan
Bagian Ketatalaksanaan dipimpin oleh Kepala Bagian yang mempunyai tugas pokok
mengumpulkan bahan pembinaan dan petunjuk teknis penataan sistem kerja dan prosedur
kerja, standarisasi saran dan prasarana, analisa dan evaluasi dibidang pembukuan
ketatalaksanaan dan pembinaan pelayanan publik.
d. Bagian Kelembagaan
Bagian Kelembagan dipimpin oleh kepala bagian yang mempunyai tugas pokok
mengumpulkan bahan pembinaan dan petunjuk teknis penataan kelembagaan perangkat daerah
provinsi, kabupaten/kota dan kelembagaan pemerintahan lainya pengelolaan administrasi
dalam rangka penyusunan dan evaluasikinerja perangkat daerah sesuai standar sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
e. Bagian Kepegawaian
Bagian Kepegawaian dipimpin oleh kepala bagian yang mempunyai tugas pokok
pengelolaan administrasi kepegawaian di lingkungan sekretariat daerah.
Kantor Gubernur Sulawesi Selatan adalah pusat pemerintah provinsi Sulawesi Selatan yang
mengendalikan kabupaten / kota yang terdapat dalam Provinsi Sulawesi Selatan.
Untuk memenuhi syarat adanya pengawasan yang baik bagi kabupaten/kota dibentuklah
struktur organisasi yang memisahkan fungsi-fungsi operasional, penyimpanan dan pencatatan.
F. Uraian Tugas Struktur Sub-sub Organisasi
1. Sub Bagian Tata Usaha
Mencatat, mengadministrasi, mendistribusikan dan merapikan data kedalam file, serta
menyiapkan Alat Tulis kantor .
URAIAN TUGAS
a. Menyiapkan bahan administrasi program kegiatan;
b. Mempelajari dan menjabarkan petunjuk, disposisi atasan guna menunjang kelancaran
pelaksanaan tugas;
c. Mempelajari peraturan perundang-undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis administrasi dan ketatausahaan;
d. Menerima dan membaca surat masuk maupun keluar untuk mengetahui kebenaran
alamat yang dituju;
e. Mencatat nomor, tanggal dan perihal surat masuk ke dalam buku agenda;
f. Mendistribusikan konsep maupun naskah dinas yang telah di disposisi oleh atasan
untuk segera diproses maupun ditindaklanjuti;
g. Menyimpan dan merawat arsip in-aktif ke dalam file yang telah disediakan;
h. Menginventarisir data program kegiatan dari Instansi terkait guna bahan pengolahan
data;
i. Menyimpan dan merawat data program kegiatan ke dalam file yang telah ditentukan
guna mempermudah pencarian data yang dibutuhkan;
j. Mengajukan permohonan alat tulis kantor dengan Nota Dinas sesuai dengan kebutuhan
dan program kegiatan;
k. Mengambil alat tulis kantor yang telah disetujui oleh Atasan untuk didistribusikan
kepada yang membutuhkan guna kelancaran pelaksanaan tugas;
l. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada atasan baik secara lisan maupun tertulis;
m. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan baik secara lisan maupun tertulis
sebagai bahan perumusan kebijakan; dan
n. Melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang tugas.
Mengadministrasi pendidikan pegawai dan pelatihan pegawai, ijin belajar dan tugas belajar
serta pelayanan administrasi kepegawaian lainnya.
URAIAN TUGAS
a. Mempelajari tugas dan petunjuk kerja yang diberikan atasan;
b. Menyiapkan bahan konsep program kegiatan administrasi pendidikan pegawai;
c. Mencatat, menghimpun, meneliti berkas dan mengetik surat pengantar serta menyiapkan
data dan kelengkapan administrasi pendidikan dan pelatihan pegawai izin belajar dan
tugas;
d. Mencatat, menghimpun, meneliti berkas dan mengetik surat pengantar serta meyiapkan
data dan kelengkapan administrasi permohonan izin belajar pegawai;
e. Mencatat, menghimpun, meneliti berkas dan mengetik surat pengantar serta meyiapkan
data dan kelengkapan administrasi pendidikan dan pelatihan pegawai.
f. Mencatat, menghimpun, meneliti berkas, menghimpun dan mengetik surat pengantar serta
meyiapkan data dan kelengkapan administrasi permohonan bantuan pendidikan pegawai;
g. Mengarsip kedalam file mutasi dan pendidikan pegawai berkas-berkas yang telah selesai
diproses dan tidak berkelanjutan;
h. Melayani permintaan administrasi kepegawaian dari masing-masing personil yang
memerlukan pelayanan administrasi pegawai;
i. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan baik lisan maupun tertulis;
j. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan baik lisn maupun tertulis sebagai
bahan perumusan kebijakan; dan
k. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan yang berhubungan dengan tugas.
A. KEBUTUHAN RUANG
1. Pimpinan
Gubernur
Wakil Guberur
Sekretariat daerah
2. Dinas
DINAS SOSIAL
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
DINAS KEBUDAYAAN DAN KEPARIWISATAAN
DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL & menengah
DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
Dinas bina Marga
DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DINAS PENDAPATAN DAERAH
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
INSPEKTORAT PROVINSI SULAWESI SELATAN
BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
BADAN LINTAS KABUPATEN DAN KOTA
BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
KANTOR PENGHUBUNG PEMERINTAH PROV. SULSEL
SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS DAERAH KORPRI
3. Biro Organisasi dan Kepegawaian
Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian
Bagian Tata Usaha, Analisis dan formasi Jabatan
Bagian Ketatalaksanaan
Bagian Kelembagaan
Bagian Kepegawaian
4. Sub-sub Organisasi
Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Analisis Jabatan
Sub Bagian Formasi Jabatan
Sub Bagian Pembakuan Tatalaksana.
Sub Bagian Tatalaksana Umum
Sub Bagian Pembinaan Pelayanan Publik
Sub Bagian Penataan Kelembagaan Provinsi
Sub Bagian Pembinaan Kelembagaan Kabupaten/Kota.
Sub Bagian Kinerja Perangkat Daerah Provinsi
Sub Bagian Pengembangan Pegawai.
Sub Bagian Mutasi Pegawai
Sub Bagian Umum Kepegawaian
B. Tata Massa
KONFIGURASI MASSA
Berikut ini mengkategorikan bentuk-bentuk dengan penambahan menurut sifat hubungan yang muncul
diantara bentuk-bentuk komponennya sebaik konfigurasi keseluruhannya.
a. Bentuk Terpusat
Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengelilingi satu bentuk dominant yang
berada tepat di pusatnya. Bentuk-bentuk terpusat menuntut adanaya dominasi secara visual
dalam keteratuan geometris, bentuk yang harus ditempatkan terpusat, misalnya seperti bola,
kerucut, ataupun silinder. Oleh karena sifatnya yang terpusat, bentuk-bentuk tersebut sangat
ideal sebagai struktur yang berdiri sendiri, dikelilingi oleh lingkunganya, mendominasi sebuah
titik didalam ruang, atau menempati pusat suatu bidang tertentu. Bentuk ini dapat menjadi
symbol tempat-tempat yang suci atau penuh penghormatan, atau untuk mengenang kebesaran
seseorang atau suatu peristiwa.
b. Bentuk Linier
Terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur
berangkaian pada sebuah baris. Bentuk garis lurus
atau linier dapat diperoleh dari perubahan secara
proposional dalam dimensi suatu bentuk atau
melalui pengaturan sederet bentuk-bentuk
sepanjang garis. Dalam kasus tersebut deretan
bentuk dapat berupa pengulangan atau memiliki
Gambar sifat serupa dan diorganisir oleh unsur lain yang
terpisah dan lain sama sekali seperti sebuah dinding
atau jalan.
Gambar
- Bentuk garis lurus dapat dipotong-potong atau dibelokkan sebagai penyesuaian terhadap
kondisi setempat seterti topografi, pemandangan tumbuh-tumbuhan, maupun keadaan
lain yang ada dalam tapak.
- Bentu garis lurus dapat diletakkan dimuka atau menunjukkan sisi suatu ruang luar atau
membentuk bidang masuk ke suatu ruang di belakangnya.
- Bentuk linier dapat dimanipulasi untuk membatasi sebagian.
- Bentuk linier dapat diarahkan secara vertical sebagai suatu unsur menara untuk
menciptakan sebuah titik dalam ruang.
- Bentuk linier dapat berfungsi sebagai unsure pengatur sehingga bermacam-macam
unsure lain dapat ditempatkan disitu.
c. Bentuk Radial
Gambar
Gambar 2.4
Merupakan suatu komposisi dari bentuk-bentuk linier yang berkembang kearah luar
dari bentuk terpusat dalam arah radial. Suatu bentuk radial terdiri dari atas bentuk-bentuk
linier yang berkembang dari suatu unsure inti terpusat kearah luar menurut jari-jarinya. Bentuk
ini menggabungkan aspek-aspek pusat dan linier menjadi satu komposisi.
Inti tersebut dapat dipergunakan baik sebagai symbol ataupun sebagai pusat fungsional
seluruh organisasi. Posisinya yang terpusat dapat dipertegas dengan suatu bentuk visual
dominant, atau dapat digabungkan dan menjadi bagian dari lengan-lengan radialnya.
Lengan-lengan radial memiliki sifat-sifat dasar yang serupa dengan bentuk linier, yaitu
sifat ekstrovertnya. Lengan-lengan radial dapat menjangkau ke luar dan berhubungan atau
meningkatkan diri dengan sesuatu yang khusus di suatu tapak. Lengan-lengan radial dapat
membuka permukaanya yang diperpanjang untuk mencapai kondisi sinar matahari, angin,
pemandangan atau ruang yang diinginkan.
Organisasi bentuk radial dapat dilihat dan dipahami dengan sempurna dari suatu titik
pandang di udara. Bila dilihat dari muka tanah, kemungkinan besar unsure pusatnya tidak akan
dengan jelas, dan pola penyeberan lengan-lengan linier menjadi kabur atau menyimpang akibat
pandangan perspektif.
d. Bentuk Cluster.
Suatu organisasi kelompok dapat juga terdiri dari bentuk-bentuk yang umumnya setara dalam
ukuran, wujud dan fungsi. Bentuk-bentuk ini secara visual disusun menjadi sesuatu yang koheren,
organisasi nonhirarki, tidak hanya melalui jarak yang saling berdekatan namun juga melalui kesamaan
sifat visual yang dimilikinya.
Sejumlah bentuk perumahan kelompok dapat dijumpai dalam berbagai bentuk arsitektur
tradisional dari berbagai kebudayaan. Meskipun tiap kebudayaan melahirkan suatu jenis yang unik
sebagai tanggapan terhadap faktor kemampuan teknis, iklim dan sosial budaya, pengorganisasian
perumahan kelompok ini pada umumnya mempertahankan individualitasnya masing-masing unitnya
serta suatu tingkat keragaman moderat dalam konteks keseluruhan penataan.
e. Bentuk Grid
Merupakan bentuk-bentuk modular yang dihubungkan dan diatur oleh grid-grid tiga
dimensi. Grid adalah suatu system perpotongan dua garis-garis sejajar atau lebih yang berjarak
teratur. Grid membentuk suatu pola geometric dari titik-titik yang berjarak teratur pada
perpotongan garis-garis grid dan bidang-bidang beraturan yang dibentuk oleh garisgaris grid itu
sendiri.
Grid yang paling umum adalah yang berdasarkan bentuk geometri bujur sangkar.
Karena kesamaan dimensi dan sifat semetris dua arah, grid bujur sangkar pada prinsipnya, tak
berjenjang dan tak berarah. Grid bujur sangkar dapat digunakan sebagai skala yang membagi
suatu permukaan menjadi unit-unit yang dapat dihitung dan memberikannya suatu tekstur
tertentu. Grid bujur sangkar juga dapat digunakan untuk menutup beberapa permukaan suatu
bentuk dan menyatukannya dengan bentuk geometri yang berulang dan mendalam.
Bujur sangkar, bila diproyeksikan kepada dimensi ketiga, akan menimbulkan suatu
jaringan ruang dari titik-titik dan garis-garis referensi. Di dalam kerangka kerja modular ini,
beberapa bentuk dan ruang dapat diorganisir secara visual.
C. UTILITAS
Berbagai bangunan yang megah yang dirancang oleh seorang arsitek itu tidak dapat
berfungsi dengan baik tanpa memperdulikan adanya kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya kenyamanan, kesehatan, keselamatan, komunikasi, dan
mobilitas dalam bangunan.
Utilitas merupakan suatu ilmu pengetahuan teknik arsitektur di samping ilmu-ilmu lain
mengenai bangunan yang harus dipelajari oleh seorang arsitek dalam kooordinasi merancang
bangunan.
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan,
komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.
Dasar pertimbangan pemakaian sistem utilitas dan perlengkapan bangunan adalah :
1. Kemudahan dalam penggunaan dan pemeliharaan
2. Kesederhanaan jaringan sistem
3. Kecilnya faktor resiko crossing antar jaringan
4. Keamanan terhadap pelaku aktivitas
5. Keamanan terhadap lingkungan
C. UTILITAS BANGUNAN
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan,
komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.
Dalam perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas
yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, perancangan
struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.
Adapun perancangan utilitas bangunan terdiri dari :
1. Perancangan Plumbing dan Sanitasi
2. Perancangan Transportasi Dalam Bangunan
3. Perancangan Pembuangan Sampah
4. Perancangan Penghawaan
5. Perancangan Pencahayaan
6. Perancangan Tata Suara
7. Perancangan penangkal petir
8. Perancangan Pencegahan Kebakaran
9. Perancangan Telepon/PABX
10. Perancangan CCTV dan sekuriti sistem
11. Perancangan Alat Pembersih Bangunan
Dengan memperhatikan serta mempelajari semua perancangan tersebut diatas maka
diharapkan perancang atau seorang arsitek bangunan dapat memberikan hasil perancangan yang
optimal mengenai sistem Utilitas Bangunan.
Beberapa cara untuk mengurangi konsumsi energi di dalam rumah antara lain:
Pengudaraan/penghawaan alami:
Orientasi bangunan diletakkan antara lintasan matahari dan angin. Letak gedung yang paling
menguntungkan apabila memilih arah dari timur ke barat. Bukaan-bukaan menghadap
Selatan dan Utara agar tidak terpapar langsung sinar matahari.
Bangunan sebaiknya berbentuk persegi panjang, hal ini menguntungkan dalam penerapan
ventilasi silang
Gambar9. Penempatan bukaan pada bagian bawah dinding di atas penutup lantai.
Gambar10. Bukaan pada atap difungsikan sebagai pengalir panas
Dengan penempatan yang lebih tinggi, 30 cm di atas permukaan lantai, hasil yang diperoleh
lebih maksimal di banding peletakan bukaan tepat di atas lantai.
3. Wind tunnel
Konsep wind tunnel sebagai pengarah aliran udara lebih tepat digunakan pada ruang-ruang
terbuka. angin yang dialirkan ke area yang sempit dari tempat terbuka yang luas memiliki
kecepatan yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih besar sehingga hembusan angin diharapkan
menjangkau ke daerah yang lebih jauh.
4. Ventilasi silang
Penataan Pencahayaan
Menggunakan lampu hemat energi;
Mengatur jadwal penyalaan lampu, misalnya dengan mengaktifkan timer;
Menambah alat penghemat energi lampu (penggunaan dimmer, daylight sensor, zoning,
present/movement detector, sensor ultrasonik);
Mematikan lampu saat ruang tidak digunakan (pasang peringatan di setiap saklar dan pintu
keluar);
Menghindari penggunaan satu saklar yang dihubungkan dengan beberapa titik lampu.
Kondisi ini membuat pemakaian tidak fleksibel karena menyalakan satu lampu berarti
beberapa lampu lain ikut menyala;
Memakai lampu dengan jumlah yang sesuai.
Meminimalisasi penggunaan pencahayaan buatan
Meletakkan bukaan sesuai fungsi ruang yang mendukung aktifitas di dalamnya.
Membuat perbedaan ketinggian atap atau memakai skylight untuk memasukkan cahaya
dari atas.
Mengatur posisi ketinggian jendela terhadap lantai untuk meminimalisasi masuknya
cahaya berlebih.
F. Pengaturan Air Bersih, Kotor dan Air Panas
1. Sistem Air Bersih
Tangki Atap
Pada sistem Tangki Atap air ditampung lebih
dahulu dalam tangki bawah. (dipasang pada lantai
terendah bangunan atau dibawah muka tanah),
kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang
biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai
tertinggi bangunan. Dari tangki ini, air didistribusikan ke
seluruh bangunan. Sistem Tangki Atap diterapkan
karena alasan-alasan sebagai berikut :
3. Air Panas
Air panas adalah air bersih yang dipanaskan dengan alat tertentu dan digunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan tertentu. Sistem air panas ini dapat dipasang pada bangunan perumahan,
perkantoran, restoran, hotel, apartemen, penginapan, rumah sakit dan bangunan umum. Pada
daerah yang beriklim sejuk atau dingin air panas dibutuhkan, oleh Karena itu system plambing air
panas ini menggunakan pipa besi tuang atau tembaga yang dibalut
dengan benang-benang asbes sebagai isolator supaya panasnya
tidak terbuang.
Alat pemanas yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
a. Pemanas air dengan gas, air mengalir sesaat, dan melewati
pipa-pipa yang dipanaskan.
c. Pemas air energy surya dimana tabung penyimpan dipasang diatas atap bangunan untuk
mendapatkan panas matahari.
Sistem transportasi dalam hal ini merupakan sistem pengangkut untuk memuat manusia ke
tingkat elevasi bangunan beritngkat. Sistem transportasi ini dapat berupa transportasi vertikal
(Elevator/Lift) dan sistem transportasi tangga berjalan (Eskalator). Dalam konstruksi gedung
bertingkatmaintanance terhadap instalasi transportasi ini perluh secara berkala diperhatikan agar
memberikan tingkat kenyamanan dan keselamatan bagi penggunanya misalnya pengecekan mesin,
rantai/slink dan sistem elektrikal pada elevator/lift dan begitu pula pada instalasi sistem
transportasi eskalator.
Suatu bangunan yang besar dan tinggi memerlukan suatu alat transportasi (angkut) untuk
memberikan suatu kenyamanan dalam berlalu lintas dalam bangunan. Bentuk alat transportasi
tersebut adalah :
Elevator atau biasa disebut dengan lift merupakan alat angkut untuk mengangkut orang atau barang
dalam suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat dipasang untuk bangunan yang tingginya lebih dari
4 lantai, karena kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan tugasnya hanya mampu
dilakukan sampai 4 lantai.
Untuk menentukan kriteria perancangan lift penumpang yang perlu diperhatikan adalah :
1. Sistem gearless
Yaitu mesin yang berada diatas, untuk perkantoran, hotel, apartemen, rumah sakit dan
sebagainya (sekarang ada juga lift yang mesinnya disamping).
2. Sistem hydrolic
Yaitu mesin dibawah, hanya terbatas pada 3-4 lantai, biasanya digunakan untuk lift
makanan dan uang. Sekarang system hydrolic juga dipakai untuk penumpang manusia
contoh di Bandara Kuala Lumpur.
1. Lift pit
Merupakan tempat pemberhentian akhir yang paling bawah, berupa buffer sangkar dan
buffer beban penyeimbang. Karena letaknya yang paling bawah, harus dibuat dari dinding
kedap air.
Tempat meluncurnya sangkar/kereta lift, terdapat pintu2 masuk ke kereta lift, tempat
meluncurnya beban penyeimbang, meletakkan rel peluncur dan beban penyeimbang.
3. Ruang mesin
Tempat meletakkan mesin/ motor traksi lift, dan tempat control panel (yang mengatur
jalannya kereta)
Bentuk dan macam lift tergantung pada fungsi dan kegunaan gedung
1. Lift Penumpang (yang tertutup) Lift yang sering kita jumpai di kantor keempat sisinya
tertutup dan disesuaikan dengan kebutuhan standart.
2. Lift Penumpang (yang transparan) Lift yang salah satu atau semua sisi interiornya tembus
pandang (kaca) biasanya disebut juga lift panorama. Dalam gedung (mall, pusat
perbelanjaan) biasanya diletakkan di Hall
3. Lift untuk Rumah Sakit Karena fungsinya untuk RS maka dimensi besarannya memanjang
dengan 2 pintu pada sisinya. Ranjang pasien dapat terakomodasi dengan layak
4. Lift untuk kebakaran (barang) Ruangannya tertutup, interior sederhana, digunakan jika
terjadi kebakaran. Interiornya harus tahan kebakaran minimal 2 jam dengan ruang
peluncurnya terbuat dari beton (dinding tahan api).
Horizontal berupa konveyor
Konveyor merupakan suatu alat angkut untuk orang atau barang dalam arah yang mendatar/
horizontal. Dipasang dalam keadaan datar atau sudut kemiringan kurang dari 10 derajat.
Alat ini digunakan dalam jarak tertentu (gunanya untuk menghemat tenaga). Alat ini dipasang di
bandara, terminal, pabrik.
Gambar Konveyor
Miring berupa escalator
Eskalator adalah suatu alat angkut yang lebih dititik beratkan pada pengangkutan orang dengan
arah yang miring dari lantai bawah miring ke lantai atasnya. Standart kemiringan antara 30-35
derajat. Dengan kemiringan lebih dari 10 derajat sudah masuk kategori escalator.
Panjang escalator disesuaikan dengan kebutuhan, lebar untuk satu orang kurang lebih 60 cm, untuk
2 orang sekitar 100-120 cm. Mesin escalator terletak dibawah lantai. Karena terdiri dari segmen
tiap anak tangga maka escalator dapat diset untuk bergerak maju atau mundur.
H. Perancangan Pembuangan Sampah
Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
(termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human wastetidak termasuk
didalamnya) dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam,
diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan
jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan
sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali
(Outerbridge, ed., 1991).
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak
ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan
sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport,
pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut :
1. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi
ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh karena itu dalam menentukan metode
penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah
pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan dengan suatu
studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen
Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan
sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang
adalah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.
2. Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan
sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana
suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai
ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penanganan sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan (shorting),
pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini
adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce)
3. Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS. Umunmya
dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.
4. Pengangkutan (transfer and transport)
Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan pengolahan sampah
atau lokasi pembuangan akhir.
5. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif yang tersedia
dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah :
a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan
(compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.
b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah
menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan
teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena
teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari
bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat
proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk
buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang
lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara
pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi
listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang
cukup besar dengan kapasitas 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga
energi listrik ( 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya
proses pengelolaan.
6. Pembuangan akhir
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan
kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, di mana
sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi.
Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang
direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-
kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
Dewasa ini masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat perhatian dari
semua fihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin
berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui bersama bahwa sampah yang tidak ditangani
dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan. Gangguan yang
ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika lingkungan.
Beberapa permasalahan yang timbul dalam sistem penanganan sampah sistem yang terjadi selama
ini adalah :
a. Dari segi pengumpulan sampah dirasa kurang efisien karena mulai dari sumber sampah sampai
ke tempat pembuangan akhir, sampah belum dipilah-pilah sehingga kalaupun akan diterapkan
teknologi lanjutan berupa komposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk pemilahan menurut
jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal ini akan memerlukan dana maupun menyita
waktu.
b. Pembuangan akhir ke TPA dapat menimbulkan masalah, diantaranya :
- Perlu lahan yang besar bagi tempat pembuangan akhir sehingga hanya cocok bagi kota yang
masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. bila kota menjadi semakin bertambah jumlah
penduduknya, maka sampah akan menjadi semakin bertambah baik jumlah dan jenisnya. Hal ini
akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi TPA.
- Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri serta bibit penyakit lain juga
dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat tercium dari puluhan bahkan ratusan meter yang
pada akhirnya akan mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.