Pada tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building
Council mengeluarkan sebuah standar yang bernama Leadership in Energy
and Environmental Design (LEED) standards. Adapun Dasar kualifikasinya
adalah sebagai berikut :
2. Pelestarian air
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini
dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan
pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai
berikut.
Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang
mengikuti bentuk tapak yang ada.
Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan
mendesain bangunan secara vertikal.
Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak
lingkungan.
Misalnya ruang keluarga atau ruang makan yang dihubungkan dengan taman
belakang. Selain dapat meningkatkan estetika hal ini juga dapat menambah
efisiensi energi serta mengurangi kesan bangunan yang jenuh.
Hingga saat ini telah banyak bangunan yang menggunakan prinsip arsitektur
hijau terutama di negara-negara maju. Kali ini kita mengambil contoh sebuah
universitas di Singapura.
Nanyang Technological University Singapura
Bangunan ini juga terkenal karena adanya Green roof yang melengkung di
atas bangunan yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Ruang ini
difungsikan sebagai tempat berkumpul yang indah di tengah suasana kota
yang padat.
Adaptasi dengan lingkungan sekitar
Tidak hanya itu, atap ini juga berfungsi sebagai insulasi termal dan penangkap
air hujan yang kemudian digunakan untuk irigasi di area lankap bangunan.
Secara desain rumput yang ditanam pada atap juga menjadi bentuk
penyesuaian pola yang menyatu dengan lingkungan sekitar.
Perspektif
Demikian tentang arsitektur hijau, kita berharap aliran desain seperti ini lebih
banyak berkembang sehingga mengurangi polusi Metropolitan serta
menyelamatkan alam dari kerusakan.
Gedung ini menggunakan teknik-teknik kinerja konsumsi energi yang rendah (Ir Jimmy Priatman, M Arch
dalam http://www.forumdesain.com/forumdisplay.php?s=9ff3306a50a65f44af44953577de49e2&f=16)
Perpustakaan Nasional Singapura dianugerahi top ranking dalam kategori "Energy Efficiency and
Conservation Best Practices Competition for Energy Efficient Buildings: New and Existing“ pada ASEAN
Energy Awards di Singapura, 23 Augustus 2007.
Perpustakaan Nasional Singapura dirancang sebagai state-of-the art nya perpustakaan untuk di iklim
tropis.
Dibuka untuk umum di tahun 2005
Terdiri dari 16 lantai dengan luas tiap lantai kira-kira 58,000 m2 terbentang antara dua blok utama yang
dihubungkan dengan jembatan gantung.
Kira-kira 6,000-8,000 m2 dirancang sebagai 'green spaces.' Kehadiran landskap yang teduh, telah
mengurangi temperatur permukaan bangunan. Panas diteruskan ke udara bebas, sehingga
meningkatkan kondisi termal dalam ruangan.
Bangunan ini adalah innovative 'green' (environmentally-responsive) tropical building dengan penerapan
teknik bioclimatic design termasuk sistem passive rendah-energi, bangunan yang respon terhadap iklim
dan konfigurasi bentuk, sistem fasad yang efektif serta penerapan landskap bioklimatik.
The Events Plaza, untuk 'outdoor' events seperti pameran, terletak di lantai dasar. Dengan sistem
penghawaan alami dan dapat diakses umum setiap saat.
Bangunan ini dibentuk sedemikian rupa agar sebagian besar ruang dalam terlindung dari radiasi
langsung sinar matahari. Faktor lain seperti sun shading, penghawaan alami, design fasad yang
responsif, pewarnaan bangunan dan pemanfaatan ruang luar dikombinasikan sebagai strategi kolektif
untuk penghematan energi tanpa mengurangi kenyamanan.