Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hardiansyah Samosir

Nim : 190160028
Mata kuliah : Fisika Bangunan

1. Pandangan hazard potency melihat kota Lhokseumawe adalah:


Penelitian seismik pantul dangkal di perairan Lhoksemawe dilakukan untuk
mengetahui kondisi geologi di bawah permukaan dasar laut. Adanya potensi bahaya
geologi suatu daerah penelitian dapat diketahui dengan menganalisis kondisi
geologinya. Hasil interpretasi rekaman seismik memperlihatkan struktur geologi sesar,
pengangkatan, pelipatan dan intrusi. Sesar-sesar aktif yang terdapat di darat umumnya
menerus hingga ke pantai dan lepas pantai. Untuk menentukan daerah yang mungkin
dapat mengakibatkan terjadinya bahaya geologi maka dibuat zonasi berdasarkan
morfologi dasar laut.

Penelitian seismik pantul dangkal dan pemeruman direkam dalam lintasan yang sama
dengan menghasilkan rekaman sepanjang 1176 kilometer (Gambar 1). Jumlah lintasan
sebanyak 33 lintasan yang terdiri dari 5 lintasan berarah utara-selatan dan 28 lintasan
relatif sejajar garis pantai dengan arah barat-timur. Arah lintasan utara-selatan dilakukan
untuk mendapatkan perkembangan patah normal dan perubahan ketebalan dari setiap
unit dalam rekaman seismik.

Sedangkan lintasan sejajar garis pantai dimaksudkan untuk mendapatkan arah utama
struktur regional (patahan regional) yang berarah relatif baratlaut-tenggara. Dari hasil
pengukuran kedalaman dasar laut (pemeruman) dibuat peta batimetri daerah penelitian
dengan interval 50 meter, seperti pada Gambar 3. Kontur kedalaman laut dari mulai
kedalaman 50 meter hingga 1350 meter. Kedalaman laut 200 m berjarak sekitar 4
kilometer hingga 5 kilometer dari garis pantai. Kedalaman laut 200 meter mencapai jarak
20 kilometer dari pantai terdapat di bagian timur daerah penelitian.

Sedangkan kedalaman 200 meter dengan jarak 4 km dari garis pantai terjadi di
bagian tengah dan barat. Morfologi dasar laut yang agak landai dan datar yaitu dari
mulai garis pantai hingga kedalaman 200 meter. Di kedalaman lebih dari 200 meter ke
arah lepas pantai morfologi dasar lautnya curam dan bergelombang. Ketidak teraturan
garis kontur kedalaman laut menunjukkan bahwa morfologi permukaan dasar laut
bergelombang dan tidak teratur. Kontur kedalaman yang menunjukkan adanya tinggian
dan cekungan berada agak di bagian tengah daerah penelitian yang terdapat pada
kedalaman laut sekitar 1200 meter.

2. Performa kualitas akustik yang baik dalam suatu auditorium dipengaruhi pula oleh
faktorfaktor subjektif dan objektif hasil desain interior bidang-bidang penutupnya (lantai,
dinding pembatas, dan plafon) serta dimensi yang dipengaruhi oleh kapasitas
maksimum penonton. Selain itu, penggunaan dan peletakan bahan-bahan pelapis
bersifat absorbtif atau reflektif yang melingkupinya. Tujuan penelitian ini untuk
melakukan pengukuran dan analisis kinerja akustik pada sebuah studi kasus auditorium
multifungsi untuk mengetahui kondisi background noise level dan kinerja akustik
auditorium sehingga dapat dilakukan perbaikan yang diperlukan.
Kinerja akustik ruang auditorium menyatakan kemampuan auditorium tersebut untuk
menjalankan fungsinya, yaitu bagaimana pendengar dapat menangkap dan memahami
dengan baik dan utuh suara yang telah dipancarkan oleh pembicara atau pemusik.
Ukuran kinerja akustik dari auditorium dinyatakan dengan tingkat bising latar belakang
(background noise level), distribusi tingkat tekanan bunyi, dan respon impuls ruang.
Untuk itu, pengukuran kualitas akustik ruang auditorium dilakukan melalui 3 (tiga)
tahapan untuk mendapatkan 3 (tiga) parameter objektif ruang. Tahap pertama,
pengukuran tingkat bising latar belakang (background noise level) untuk mengetahui
besaran kriteria kebisingan (Noise Criteria) dalam ruang auditorium terhadap kondisi
kebisingan lingkungan yang dari dalam atau luar gedung seperti area parkir, lalu lintas
jalan raya maupun peralatan mekanikal atau elektrikal yang berada di dalam gedung
seperti AC, sound system, dan sebagainya. Tahap kedua, pengukuran distribusi Tingkat
Tekanan Bunyi (TTB), berguna untuk mengetahui distribusi suara di dalam ruang
auditorium tersebut. Tahap ketiga, pengukuran respon impuls berupa waktu dengung
(Reverberation Time), waktu peluruhan (Early Decay Time), D50 (Definition), C50 dan
C80 (Clarity), serta TS (Centre Time). Pengukuran dilakukan pada auditorium
multifungsi di Universitas Kristen Petra dengan mengacu standar yang telah diakui untuk
pengukuran akustik ruang yaitu ISO-3382.

3. Bunyi pantul yang datangnya hanya sebagian yang bersamaan dengan bunyi asli
sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas disebut gaung atau kerdam.
Gaung atau kerdam dapat terjadi di gedung studio radio, bioskop dan lain-lain. Untuk
menghindari terjadinya gaung, pada dinding gedung-gedung tersebut biasanya dilapisi
bahan yang dapat meredam bunyi disebut bahan akustik. Misalnya, kain wol, kapas,
karton, papan karton, gabus, dan karet busa.

4. Denah yang baik untuk rumah yang dibangun di daerah gempa adalah sebagai berikut :
a) Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris terhadap dua sumbu bangunan dan
tidak terlalu Panjang.
b) Bila dikehendaki denah bangunan yang tidak simetris, maka denah bangunan
tersebut harus dipisahkan dengan alur pemisah sedemikian rupa sehingga denah
bangunan merupakan rangkaian dari denah yang simetris.
c) Sela sela pemisah harus direncanakan detailnya dan dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga tetap bebas dari kotoran atau benda-benda penghalang.
d) Penempatan dinding-dinding penyekat dan bukaan pintu/ jendela harus dibuat
simetris terhadap sumbu denah bangunan .

Contoh penempatan dinding penyekat


5. Pada benda hitam :
Radiasi benda hitam akan memancarkan cahaya yang dapat dilihat jika suhu objek
cukup tinggi. Titik Draper adalah temperatur dimana semua padatan memancarkan
warna merah redup, berkisar 798 K.[19][20] Pada 1000 K, bukaan kecil pada rongga
dinding benda buram yang dipanaskan, dilihat dari luar, berwarna merah; pada 6000 K,
akan terlihat putih. Tidak peduli bagaimana oven itu dibuat atau materialnya dari apa,
selama semua cahaya diserap oleh dindingnya, maka dapat dianggap perkiraan yang
baik untuk radiasi benda-hitam. Spektrum dan warna cahaya yang keluar menjadi
gungsi temperatur rongga saja. Grafik yang berisi jumlah energi didalam oven per
satuan volume dan per satuan interval frekuensi yang diplot vs frekuensi, disebut kurva
benda-hitam. Kurvanya berbeda-beda untuk tiap suhu.

Pada benda tidak hitam :


Dalam kehidupan sehari-hari, saat kita menyalakan api unggun, berada dekat tungku
perapian, maka kita yang berada di dekat nyala api tersebut akan merasakan hangat.
Jumlah radiasi kalor yang diserap ataupun dipancarkan oleh suatu benda bergantung
pada warna benda. benda-benda yang berwarna terang merupakan penyerap dan
pemancar kalor yang buruk. Itula sebabnya kita tidak dianjurkan memakai baju berwarna
hitam di siang hari, karena baj berwarna hitam akan membuat kita semakin kepanasan.

6. A) Gempa Tektonik

Proses terjadinya gempa tektonik berawal dari interaksi antar lempeng yang


menyebabkan lempengan lain masuk atau menyusup kebawah biasa disebut dengan
Subduksi. Gempa bumi ataupun getaran akan berubah menjadi semakin besar apabila
terdapat sesuatu yang mengganjal namun kemudian ikut menyusup secara tiba tiba dan
mendadak. Hal ini yang terkadang menimbulkan tanah retak dan menelan berbagai
gedung dan sebagainya.

b) Gempa Vulkanik

Gempa kedua datang dari fenomena gunung meletus atau bencana akibat
keluarnya magma dari perut bumi. Gunung memiliki masa aktif, dimana gunung bisa
meletus dan mengeluarkan magma akibat tekanan yang ada dan juga energi bebatuan
yang memang sudah waktunya dikeluarkan atau diletuskan. Anda tentu tahu bahwa erupsi
gunung biasanya diawali dengan getaran atau gesekan antar magma dan perut bumi yang
akhirnya menimbulkan gempa. Jika gunung tersebut ada di laut maka menimbulkan gempa
disertai gelombang laut atau bencana tsunami.

c) Gempa Ekstraterestrial

Gempa selanjutnya yang cukup jarang terjadi, namun tetap ditakuti oleh banyak orang.
Gempa ini disebut gempa ekstraterestrial yang disebabkan oleh adanya meteor atau benda
langit yang masuk dan membentur atmosfer bumi. Hal ini dilakukan oleh atmosfer agar bisa
melindungi dari bumi dan tidak menolak benda untuk masuk. Sehingga menimbulkan
getaran dan akhirnya terasa atau terjadi gempa.
7. 1. Faktor suhu
Faktor suhu merupakan salah satu faktor alam yang berpengaruh kepada kerusakan
bangunan. Suhu yang ekstrim dan terjadi terus menerus menyebabkan kerusakan
struktur bangunan terutama struktur di bagian luar bangunan. Beberapa contoh
komponen yang harus dilindungi karena pengaruh suhu adalah lapisan water proofing
diatas atap plat beton, cat pada listplank kayu, serta cat eksterior yang sering terkena
panas dan dingin secara terus menerus.

2. Faktor Air Hujan


Faktor air hujan menjadi salah satu penyebab kerusakan gedung. Kasus yang sering
terjadi akibar faktor air hujan adalah kebocoran atap, talang, rembesan atap plat beton.

3. Faktor Angin
Faktor angin merupakan salah satu faktor alam yang menyebabkan kerusakan
komponen gedung. Salah satu komponen gedung yang sering terkena dampak akibat
angin adalah elemen penutup atap genteng. Pada serangan angin yang kencang,
menimbulkan gerakan-gerakan pada atap yang menyebabkan atap mudah bergeser
satu sama lain sehingga atap genteng mudah lepas ketika terjadi angin kencang.

4. Faktor Gempa
Gempa yang terjadi akibat pergerakan kulit bumi, runtuhan kulit bumi, maupun gempa
akibat aktifitas geung berapi sering menyebabkan kerusakan pada gedung. Besar
kecilnya energi gempa yang diterima bangunan sangat tergantung pada kedalaman
gempa, jenis tanah yang di lalui, serta jarak bangunan ke pusat gempa.

5. Faktor Petir
Walaupun kerusakan akibat faktor petir relatif jarang, namun hal ini tidak bisa dianggap
sepele. Jenis kerusakan yang sering terjadi akibat faktor 11 petir adalah komponen
instalasi listrik, jaringan telepon, serta jaringan internet dalam suatu gedung.

6. Faktor Hama
Faktor hama yang sering mengganggu operasional suatu gedung adalah rayap.
Komponen yang paling sering diserang rayap adalah komponen bangunan gedung yang
terbuat dari kayu.

Anda mungkin juga menyukai