Anda di halaman 1dari 12

GREEN ARSITEKTUR

OLEH :

SRI INDAH CAHYANI

F22120045

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerusakan alam menjadi salah satu bencana besar bagi dunia, tidak terkecuali
seperti pemanasan global, pembuangan limbah, polusi dan lain-lain. Keseimbangan
antara lingkungan dan sekitarnya juga merupakan hal yang sangat penting, mengingat
generasi penerus kita semua akan menikmati keindahan serta kekayaan alamnya.
Namun, dari kita semua semakin sedikit yang peduli tentang hal tersebut. Banyak
penyebab yang membuat alam kita rusak, sebut saja seperti didirikannya bangunan
tanpa melihat lingkungan sekitarnya, yang hanya mementingkan fungsi serta estetika
tanpa melihat pohon-pohon yang tumbuh di area tersebut.

Indonesia merupakan negara yang sangat sensitif dengan terkenanya bencana


alam dan buatan, banyak orang-orang yang tidak peduli mengapa hal ini terjadi.
Seperti baru-baru ini yang sedang memanasnya kabut asap di Riau dan sekitarnya, hal
ini disebabkan oleh pembakaran hutan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Namun, ada kalanya kabut asap juga disebabkan secara alami, seperti dari gunung
meletus, maupun cuaca yang panas sehingga terjadinya gesekan antara pohonpohon
yang mengakibatkan kebakaran.

Begitu juga dengan bangunan, dimana bangunan juga menyumbang


kerusakan pada lingkungan disekitarnya. Hal ini disebabkan banyaknya pemakaian
kaca yang berlebih serta tidak memikirkan iklim. Bukan hanya itu, terkadang orang-
orang lebih mementingkan berdirinya sebuah bangunan dibanding pohon. Hal ini tentu
menjadi permasalahan yang besar bagi kelangsungan hidup kita untuk kedepannya.

Berdasarkan permasalahan, tentu harus ada solusi untuk menghentikannya,


setidaknya mengurangi konstribusi bangunan dalam perusakan lingkungan. Salah satu
caranya adalah mendirikan sebuah bangunan dengan penerapan konsep arsitektur
hijau. Arsitektur hijau merupakan sebuah konsep dimana bangunan yang akan
didirikan harus memiliki kriteria yang mendukung alam sekitar, dengan memiliki
beberapa prinsip seperti dapat memanfaatkan energi, berusaha untuk menghindari
sumber daya yang beresiko, dapat memenuhi kebutuhan terhadap pemilik bangunan,
ramah lingkungan serta harus menyesuaikan dengan iklim setempat. Sebagai contoh
bangunan yang akan diteliti merupakan bangunan museum geologi, mengingat
Indonesia memiliki letak geografis yang kompleks serta kekayaan alam baik dari luar
maupun perut bumi. Museum geologi merupakan sebuah bangunan bersifat publik
yang bertujuan untuk memamerkan bendabenda nyata dan bersejarah demi
kepentingan pendidikan maupun kesenangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Arsitektur Hijau ?
2. Bagaimana Prinsip-prinsip Arsitektur Hijau ?
3. Bagaimana Penerapan Konsep Arsitektur Hijau pada Bangunan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Arsitektur Hijau
2. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Arsitektur Hijau
3. Untuk mengetahui Penerapan Konsep Arsitektur Hijau pada Bangunan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Arsitektur Hijau

Arsitektur hijau merupakan arsitektur yang mencakup lingkungan sekitar


serta berpatokan kepedulian mengenai pemeliharaan atau perlindungan terhadap
lingkungan di dunia dengan menggunakan terhadap energy efficient (efisiensi energi),
(sustainable concept) konsep berkelanjutan, serta holistic application (penerapan
holistik) (Priatman, 2002). Arsitektur hijau juga merupakan sebuah pengenalan untuk
merencanakan arsitektur dengan meminimalisir dampak buruk terhadap kesehatan
manusia maupun lingkungan sekitarnya, sehingga memiliki tujuan utama seperti
menciptakan eco desain, kepedulian terhadap lingkungan, menciptakan arsitektur
yang alami serta arsitektur yang berkelanjutan (Rusadi, Purwatiasning, & Satwikasari,
2019).

Dapat disimpulkan bahwa aristektur hijau merupakan salah satu konsep yang
lebih memanfaatkan sumber daya alam dibanding sumber daya buatan, hal ini
mengingat kesadaran kita akan dampak-dampak yang ditimbulkan jika terus-menerus
menggunakan sumber energi buatan terhadap manusia maupun bangunan itu sendiri.
Karena arsitektur hijau juga merupakan sebuah konsep yang mempelajari
berkelanjutan, maksudnya adalah arsitektur hijau mengurangi pemakaian sumber
energi yang tidak dapat diperbaharui dengan tujuan agar tidak cepat habis pakai dan
menjamin untuk generasi yang akan datang agar bisa merasakan juga (Afifah, Anisa,
& Hakim, 2018).

Seperti efek rumah kaca mengakibatkan perubahan iklim yang ekstrim,


terganggunya ekologis, bahkan terjadinya suhu yang meningkat. Sehingga arsitektur
hijau dapat menerapkan untuk mengembangkan efisiensi penggunaan energi dan air,
serta penggunaan material-material yang mereduksi pengaruh bangunan dengan
manusia terhadap kesehatan (Henriyanto, 2016). Sehingga arsitektur hijau menjadi
langkah untuk merancang suatu bangunan, baik itu kawasan maupun perkotaan yang
tidak berdampak terhadap meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer, dan memikirkan
bagaimana merancang bangunan dengan meminimalisir energi fosil, produksi CO2,
serta berupaya untuk merancang bangunan dengan mencegah dampak negatif atau
seminimal mungkin terhadap lingkungan sekitar (Karyono, 2010).
B. Prinsip-prinsip Arsitektur Hijau

Pada tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building
Council mengeluarkan sebuah standar yang bernama Leadership in Energy and
Environmental Design (LEED) standards. Adapun Dasar kualifikasinya adalah
sebagai berikut :
1. Pembangunan yang berkelanjutan
Diusahakan menggunakan kembali bangunan yang ada dan dengan
pelestarian lingkungan sekitar. Tersedianya tempat penampungan tanah, Taman
diatas atap, penanaman pohon sekitar bangunan juga dianjurkan
2. Pelestarian air
Dilakukan dengan berbagai cara termasuk diantaranya pembersihan dan
daur ulang air bekas serta pemasangan bangunan penampung air hujan. Selain
itu penggunaan dan persediaan air harus juga di pantai secara berkelanjutan
3. Peningkatan efisiensi energi
Dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya membuat layout dengan
orientasi bangunan yang mampu beradaptasi dengan perubahan musim terutama
posisi matahari.
4. Bahan bangunan terbarukan
Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah usahakan menggunakan
bahan daur ulang atau bisa juga dengan menggunakan bahan terbarukan sehingga
membutuhkan sedikit energi untuk diproduksi. Bahan bangunan ini idealnya
adalah bahan bangunan lokal dan bebas dari bahan kimia berbahaya. Sifat bahan
bangunan yang baik dalam arsitektur hijau adalah bahan mentah tanpa polusi
yang dapat bertahan lama dan juga bisa didaur ulang kembali.
5. Kualitas lingkungan dan ruangan
Dalam ruangan diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi bagaimana
pengguna merasa dalam sebuah ruangan itu. Hal ini seperti penilaian terhadap
kenyamanan dalam sebuah ruang yang meliputi ventilasi, pengendalian suhu, dan
penggunaan bahan yang tidak mengeluarkan gas beracun.
Sementara Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo
Sustainable Future mengungkapkan bahwa Arsitektur Hijau memiliki kriteria sebagai
berikut :
1. Conserving Energy (Hemat Energi)
Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu
memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah
lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi
matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi,
antara lain:
• Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan
dan menghemat energi listrik.
• Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal
sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang
diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah
menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari
untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
• Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah.
Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu
otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang
dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
• Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur
intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam
ruangan.
• Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan,
yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
• Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan
oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
• Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan
lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan
lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya
dengan cara:
• Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
• Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan
udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
• Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan
membuat kolam air di sekitar bangunan.
• Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk
mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal
ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan
pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
• Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti
bentuk tapak yang ada.
• Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain
bangunan secara vertikal.
• Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang
sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi
pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada
dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur
bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di
atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture
pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain.
C. Penerapan Konsep Arsitektur Hijau pada Bangunan (Nanyang Technological
University Singapura)

Nanyang Technologial University adalah salah satu universitas terbesar di


bagian barat daya negara Singapura.

Gedung studi teknik yang dibangun diatas lahan seluas 200 hektar terbilang
cukup unik. Kenapa ? Karena terlihat pada semua tampak, ada sebuah tekanan yang
sangat spontan dari bangunan ini sendiri, yaitu warna hijau. Apakah ini yang disebut
Green Architecture?

Jawabannya adalah iya. Mengapa? Secara fasad, bangunan ini,

1. Memiliki konsep high perfomance building & earth friendly.

Dapat dilihat dari dinding bangunan, terdapat kaca di beberapa bagiannya.


Fungsinya adalah untuk menghemat penggunaan elektrisiti untuk bangunan
terutama dari segi pencahayaan dari lampu. Menggunakan energi alam seperti
angin, sebagai penyejuk lingkungan. Bahan-bahan bangunan yang digunakan
cenderung ramah pada lingkungan seperti keramik dengan motif kasar pada lantai
untuk mengurangi pantulan panas yang dihasilkan dari dinding yang berkaca.
Kolam air pada tengah kampus berfungsi selain dapat memantulkan sinar lampu,
juga dapat mereduksi panas matahari sehingga udara tampak sejuk dan lembab.
2. Memiliki konsep sustainable
Pembangunannya sangat di konsepkan, menelaah lahan lingkungan
wilayah yang sangat terbatas, dengan konsep alamiah dan natural, dipadukan
dengan konsep teknologi tinggi, bangunan ini memungkinkan terus bertahan
dalam jangka panjang karena tidak merusak lingkungan sekitar yang ada.
3. Memiliki konsep future healthly.
Dapat dilihat dari beberapa tanaman rindang yang mengelilingi bangunan,
membuat iklim udara yang sejuk dan sehat bagi kehidupan sekitar, lingkungan
tampak tenang, karena beberapa vegetasi dapat digunakan sebagai penahan
kebisingan. Dinding bangunan curtain wall dilapisi alumunium dapat berguna
untuk UV protector untuk bangunan itu sendiri. Tentunya ini semua dapat
memberi efek positif untuk kehidupan.

Pada bagian atap gedung, terdapat tangga untuk para pengguna yang akan
menuju lantai atas. Ini dapat meminimalisasi penggunaan listrik untuk lift atau
eskalator. Tentu lebih menyehatkan, selain sejuk karena disepanjang anak tangga
terdapat rumput yang digunakan sebagai green roof, pengguna juga
mendapatkan sinar matahari.
4. Memiliki konsep climate supportly.

Dengan konsep penghijauan, sangat cocok untuk iklim singapura yang


masih tergolong tropis(khatulistiwa). Pada saat penghujan, dapat sebagai resapan
air, dan pada saat kemarau, dapat sebagai penyejuk udara.
5. Memiliki konsep esthetic usefully.

Penggunaan green roof pada kampus ini, selain untuk keindahan dan agar
terlihat menyatu dengan alam, juga dapat digunakan sebagai water catcher sebagi
proses pendingin ruangan alami karena sinar matahari tidak diserap beton secara
langsung. Ini juga menurunkan suhu panas di siang hari dan sejuk di malam
hari untuk lingkungan sekitarnya. Desainnya yang melengkung digunakan agar
penyerapan matahari oleh kulit bangunan dapat di minimalisasikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bangunan Nanyang


Technologial University sudah cukup tergolong sebagai bangunan Green
Architecture. Konsepnya yang sangat pas, dan tentunya masih mementingkan 3 unsur
utama dalam arsitektur yaitu Struktur, Fungsi & Estetika yang dipadukan dengan
konsep Green. Keegoisan seorang arsitek dalam membangun harus sudah mulai
dipikirkan sejak sekarang. Karena, Green Architecture tidak hanya berdampak positif
bagi lahan, mengundang estetika yang unik, fungsi yang bagus, tapi juga bagi
kehidupan manusia dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang. Namun tetap harus
dipikirkan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada / holism.

B. Saran

Bangunan dengan Konsep Green Arsitektur perlu dikembangkan dan


disosialisasikan kepada masyarakat luas agar lingkungan lebih lestari dan
meningkatkan peradaban di skala kota. Dalam hal ini pemerintah, pemerintah kota,
masyarakat dan arsitek diharuskan ikut andil dalam pelaksanaan desain arsitektur
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ghiyas Ghurotul Muhajjalin, Anggana Fitri Satwikasari, (2020). Kajian


Penerapan Konsep Arsitektur Hijau Pada Bangunan Museum Geologi Studi Kasus;
Museum Fossa Magna Jepang

Arsitur Studio, (2020). Pengertian Green Architecture, Prinsip dan Contohnya

Karyono, T. H. (2010). Green Architecture Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di


Indonesia. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Jojo Fidwello, (2011). GREEN ARCHITECTURE

Anda mungkin juga menyukai