Anda di halaman 1dari 8

Arsitektur Tropis Berkelanjutan

Dalam lingkup sosial dan lingkungan


1.1. Arsitektur Tropis dan Modernisme
Satu alasan bahwa pengembangan riset dalam lingkup arsitektur tropis
adalah terletak pada sejarah modernisme di eropa dan amerika. Baru-baru ini
ahli modernisme seperti Le Corbusier dan Oscar Niemeyer mengerti bahwa
modernisme dalam arsitektur tidak diambil secara umum tanpa beberapa
pengenalan konteks perubahannya. Alvar Aalto, memenangkan modernisme di
negara skandinavia, juga mengatur pentingnya mengerti tentang konteks daerah,
iklim, dan sosial. Di Amerika, Frank Lloyd Wright menemukan periode arsitektur
Usonian dalam mengatur dasar arsitektur dalam lokalitas. Pergerakan seni dan
keahlian di Inggris terlalu mendasar pada tradisi lokal dan melindungi
budayanya.
Kebanyakan pada arsitektur tropis dipindahkan dari negara beriklim sedang
seperti

amerika,

yang

menamakan

diri

sebagai

gaya

internasional.

Ketidakcocokan dari pemindahan telah diargumentasikan oleh banyak sekolah


arsitektur, seperti Victor Olgyay (1952) seorang penulis lingkungan, bersama
Aladar Olgyay (1963), Maxwell Fry (1956) dan Jane Drew (1964), dan didampingi
oleh Arsitek Paul Rudolf, Richard Neutra, dan beberapa ahli lain. Kemudahan
gaya internasional adalah dapat dipindahkan dan hemat energi, hal ini
merupakan solusi permasalahan lingkungan.
Negara-negara tropis telah menunjukkan pertumbuhan yang belum pernah
terjadi sebelumnya dalam kurun waktu 50 tahun dan secara seimbang
mengangkat perkembangan ekonomi, teknologi dan bahan. Tidak hanya
persoalan yang dihadapi negara tropis sama dengan negara lain, tampaknya
negara tropis akan menjadi pemimpin ekonomi, dan perkembangan urban pada
masa depan dunia. Faktanya perkembangan negara tropis masa depan belum
pernah terjadi sebelumnya dengan permasalahan dan tantangan baru bagi
arsitek dan perencana dunia dengan memerlukan ide segar dari pemikir terbaik
kita.
1.2. Iklim sebagai Penumbuh Desain
Suatu titik permulaan kebiasaan dari kebanyakan negara tropis adalah iklim.
Dalam langkah mudahnya, arsitektur tropis modern telah diadaptasikan terhadap
tren modern dalam desain dan konstruksi terhadap iklim dengan pertimbangan
beberapa perubahan dalam gaya hidup. Seringkali ada eksplorasi terhadap
ruang terbuka dan semi terbuka, beranda dan balkon.

Kota dan gaya hidup modern mendorong hidup tidak alami. Angin sejuk
datang pada kondisi panas lembab, berarti kertas harus disimpan dalam tempat
aman atau terlempar. Besi berkarat, material yang memburuk dan jamur tumbuh
lebih cepat di negara tropis. Bekerja dalam ruang, seperti kebanyakan pekerjaan
penghuni kota, terasa tidak nyaman dan produktivitasnya rendah. Kebanyakan
bangunan pada kota di daerah tropis mengadopsi AC sebagai obat mujarap.
Keuntungan AC lebih jauh seperti itu. Jika harga dan penurunan kualitas
lingkungan tidak diperhatikan, arsitektur dapat hanya mementingkan gaya. Untuk
dua alasan ini, hal tersebut dapat menghasilkan masalah kenyamanan
lingkungan dengan menghabiskan sumber daya, hal tersebut merupakan
tanggung jawab arsitek.
Tantangan untuk mengartikan sebuah istilah modern untuk arsitektur tropis
adalah bukan hanya masalah iklim tetapi juga berhubungan dengan adaptasi
gaya hidup modern untuk transformasi budaya setempat pada kota modern. Hal
tersebut mungkin untuk menahan gaya vernakular untuk desain pemukiman
dengan ventilasi alami, atau tipologi bangunan lain seperti kantor dan pusat
belanja.
1.3. Etika, Poetic, Arsitektur Berkelanjutan dan Kontemporer
Perez-Gomez (2005) dalam Ethic and poetics in architectural education,
menyatakan bahwa arsitek memiliki tanggung jawab untuk membuat pernyataan
sosial dan kondisi budaya dengan pekerjaannya. Ilmu mencapai batasnya, dan
keindahan bukan hanya memberi es pada kue atau hanya merenungkan tetapi
juga hakikat tanggung jawab seorang arsitek.
Kemudahan bersama arsitek dapat membuat payung gaya internasional
untuk menurut pembuatan bentuk, mencapai emotivisme. (Bess, 1996) dalam
arsitektur yang menghapuskan segala aspek konteks, iklim, lingkungan dan
bahkan kebutuhan manusia. Keindahan dalam arsitektur menjadi ekspresi dan
referensi diri. Untuk memberikan hak, emotivisme telah memberikan beberapa
hal menarik dan inspirasi mengagumkan dalam berarsitektur, contohnya museum
Guggenheim di Bilbao oleh F. Gehry atao opera Sidney oleh Jorn Utzon.
Arsitek harus memiliki kontribusi untuk umat manusia. Bagaimana? Apapun
bidang personal atau individu kontributor, buku ini mendukung komunitarianisme.
Susan Hagan (2001) mengusulkan kontrak moral diantara arsitektur dan
lingkungan. Sejak tahun 1970, banyak arsitek seperti Tay Kheng Soon dan Ken
Yeang di Malaysia dan Singapura telah mengkritisi arsitek yang membatasi

dirinya pada diskusi linguistik dan gaya tanpa mengikutsertakan perubahan


pikiran pada lingkungan dan kota.
Persepsi bersama bahwa lingkungan yang berkelanjutan bukan tampak
nyata dan arsitektur yang mengikuti tren dengan tampak berkelanjutan akan
gagal dan tidak bekerja secara ekologis. Lucius Burckhardt (1992) menyatakan
bahwa arsitektur ekologis atau lebih tepatnya, rumah ekologis merupakan
permasalahan dari tahun 1970, yang dialihkan menjadi jebakan. Mereka nampak
baik di majalah, memenangkan hadiah, tetapi gagal dalam mengukur kualitas
lingkungan. Dia meyakinkan bahwa hal tersebut tidak nyata terlihat sebagai
bangunan ekologis, tetapi yang lainnya dapat membangun image sebagai rumah
ekologis atau dapat menghitung bagaimana dapat hemat energi dan bagaimana
cara membersihkan lingkungan. Masalah dengan pilihan kedua adalah tidak ada
seorangpun yang akan mengambil foto dari publikasi arsitektur tersebut. Mungkin
masalah ini dapat dihindari jika kita dapat membawa pada dua dimensi bersama.
William McDonough (1996) lepas pada praktisi arsitektur yang tidak
bertanggungjawab dengan mencari keuntungan dengan waktu pendek, dan
mengusulkan perubahan dengan sebuah deklarasi kemerdekaan (mirip dengan
permasalahan yang dikeluarkan sejak hari bumi pertama sekitar 1970). Dia
mengklaim bahwa arsitek memiliki peran penting, dimana desain menjadi
pernyataan penting dari tujuan manusia. Dia mendalilkan bahwa peran baru
arsitek adalah sebagai pemimpin dalam pengembangan arti baru, kemakmuran,
produktivitas dan kualitas hidup. Dalam Prinsip Hannover, dia juga mengusulkan
kriteria untuk taksiran apakah sebuah solusi desain adalah selamat dan pantas.
Dalam arsitektur kontemporer, ada tren mengenai komersialisasi dari
gambar yang menggairahkan, menjengkelkan, dengan internet dan layar datar.
Juhani Pallamaa (1996) dalam The Eyes of The Skin, mengkritisi bahwa
hegemoni dari visi arsitektur dan mengusulkan untuk lebih banyak cara untuk
merasakan dan pengalaman dari lingkungan dan tempat. Pallamaa (1993) juga
menyakinkan bahwa arsitektur akan mengambil fungsionalisme dengan misi
sosial. Dengan pengertian lebih baik dan berpengalaman. Mengangkat dari
metaforik ke arah ekologis fungsional. Tzonis dan Lefaivre (1990) dalam Critical
Regionalism meniru posisi Mumford bahwa arsitek modern dapat dan
seharusnya mengikutsertakan tempat dan komunitas, menggunakan inovasi
dalam teknologi dan cara progresif, dapat meyakinkan secara berkelanjutan
sebaik perubahan dan pertumbuhan pada masa depan. Donald Watson (1991,
1995) dalam pemikiran arsitektur yang baik, meyakinkan bahwa arsitektur

mencakup permasalahan berkelanjutan dari konteks yang berhubungan dengan


persepsi Le Corbusier untuk arsitektur yang ideal.
1.5 ESAI PILIHAN
1.5.1 Dimensi Lingkungan Sosial dalam Konteks Kehidupan Bangunan
Tinggi Berkepadatan Tinggi
Apakah mungkin memiliki arsitektur modern vernakular dengan kepadatan
tinggi? Dapatkah merancang aturan untuk para arsitek dengan pendekatan
bioklimatik yang termasuk di dalamnya dimensi sosial? Dalam Dimensi
Lingkungan Sosial: Bangunan Tinggi Semi Terbuka Tropis di Singapura (Chapter
5), Joo-Hwa Bay, Na Wang, Qian Liang dan Ping Kong memperlihatkan sebuah
contoh dari kampong bangunan tinggi di Singapura, dan membicarakan
kerangka kerja yang memungkinkan untuk memahami hubungan dalam dimensi
lingkungan sosial

di lingkungan hunian tropis semi terbuka. Mereka juga

membentuk seperangkat aturan untuk rencana ke depan yang menujukkan


potensi sosio-klimatik, yang memberikan saran sebuah langkah dalam
bioklimatik, yang tersaji secara grafik dan struktur kualitatif dan rancangan
pemikiran heuristic untuk para arsitek.
Apakah metode tersebut sesuai dengan lingkungan binaan keberlanjutan?
Apakah hal ini membatasi kriteria sains bangunan, ketidaktersediaan aspek sosio
ekonomi yang berhubungan dengan arsitektur? Dalam Metode Perkiraan
Lingkungan dari Sudut Pandang Arsitektur Berkelanjutan: Sebuah Analisa di
Konteks Permukiman Singapura (Chapter 6), Boon-Lay Ong dan Chi-Nguyen
Cam

menunjukkan

bagaimana

dimensi

sosioekonomi

tidak

hanya

mengkontribusi keberlanjutan aspek kualitas berhuni, tapi juga aspek kuantitatif


lingkungan.

Mereka mengusulkan bahwa kriteria sosio-ekonomi seharusnya

dibentuk dan diintegrasi dengan kriteria lingkungan dalam kesinambungan


pembangunan permukiman.

1.5.2. Kebijakan, aturan perencanaan dan bangunan


Pembahasan lain dari metode kesinambungan adalah untuk zona iklim yang
lebih dingin. Dalam Kebijakan dan Sistem Evaluasi Bangunan Hijau di Iklim
Subtropis Taiwan. Hsien-Te Lin membahas mengenai sistem perkiraan yang
aplikatif untuk konteks tropis dan subtropis Asia.

Dia menjelaskan sistem

evaluasi bangunan hijau dengan empat ketegori, Ekologi, Penghematan Energi,


Pengurangan Buangan Limbah dan Kesehatan (EEWH), dan sembilan kategori
lingkungan lainnya, serta menyederhanakan yang lokasinya di Taiwan. Sistem
tersebut telah diperbarui sesuai dengan standar metode evaluasi untuk
bangunan hijau oleh departemen interior Taiwan sejak 1999, sebagai kerangka
kerja untuk Promosi

Program Penghijauan dan sebagai perintah kebijakan

Bangunan Hijau.
Sistem EEWH melengkapi aturan bangunan dan perencanaan bangunan
lama dengan kriteria yang relevan dengan pembangunan berkelanjutan dari
sebuah kota. Di Singapura, sistem sejenis juga dikembangkan, yang bernama
Green Marks, akan tetapi sistem ini sudah ditetapkan sebagai sebuah perintah
dan diintegrasikan dengan aturan perencanaan dan bangunan.
Q.M. Mahtab-uz-Zaman, Jalal Ahmad, Fuad H. Mallick dan A.Q.M. Abdullah
mencoba mengevaluasi ketidakmemadainya aturan perencanaan dan bangunan
yang ada sekarang dengan kriteria lingkungan sehingga dapat menjadi acuan
untuk membentuk sebuah aturan baru yang berintegrasi secara kualitas
keberlanjutan di Dhaka. Mereka membicarakan sebuah proposal baru tentang
aturan Rasio Luasan Area (FAR) dalam Penelitian Rasio Bangunan Rumah
Tinggal Perkotaan: Studi kasus Peraturan Perencanaan dan Pembangunan di
Kota Dhaka. Aturan FAR baru ini berusaha mencari perhitungan kenyamanan
lingkungan dalam dan luar ruangan: membentuk lebih banyak area hijau untuk
mengurangi efek pemanasan kota, sebisa mungkin menambah ruang luar untuk
aktifitas sosial; membentuk keseimbangan ekologi dan menyediakan area
berkedudukan rendah sebagai area resapan air dan mekanisme pencegahan
banjir secara keseluruhan, kesemuanya berpotensi untuk mempertinggi kualitas
lingkungan dan sosial dalam sebuah kota.
1.5.3. Pengaruh Lingkungan Kota
Di wilayah tropis, sangatlah penting untuk menyediakan kondisi alami di luar
ruang yang kondusif sehingga bisa digunakan sebagai tempat aktifitas sosial
dalam lingkup kota, yang mencakup memadainya pencahayaan, pembayangan
dari radiasi sinar matahari, dan sistem penghawaan yang baik. Lingkungan luar
yang lebih dingin dan lebih terang juga memberikan kontribusi pada kualitas
lingkungan interior dari masing-masing bangunan. Dalam Perancangan Kota
Berkepadatan Penduduk Tinggi: Studi ukuran dari Morfologi Kota dan Performa

Lingkungan (chapter9) Edward Ng, Tak-Yan Chan, Vicky Cheng, Nyuk Hien
Wong dan Meiqi Han membahas mengenai bagaimana mengubah skylines dari
bangunan tinggi dalam lingkungan terbangun yang sangat padat di Singapura
dan Hong Kong dapat menciptakan performa pencahayaan dan penghawaan
alami di ruang luar. Secara signifikan, performa yang dibutuhkan tersebut lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kondisi dimana bangunan berseragam tingginya,
dan hal ini membuahkan sebuah pemikiran ulang mengenai zona tinggi yang
simpel dalam master planning.
Panas yang berlebihan dalam lingkungan kota dapat menyebabkan pengaruh
negatif yang serius untuk penghuni kota yang akhirnya menghasilkan tekanan
panas dan energi yang digunakan lebih tinggi karena kebutuhan dari AC.
Kegiatan di luar ruang menjadi kurang nyaman, dan AC lebih jauh dapat
memperbanyak

kuantum

menambah polusi.

panas,

menambah

permasalahan,

juga

dapat

Sumber panas dalam lingkup kota juga dipengaruhi oleh

material bangunan, dimana panas dapat mempengaruhi combustion process,


AC, dan bangunan hijau dalam menyumbang polusi atmosfer. Dalam Exploring
the Urban Heat Island Effect in Singapore Nyuk-Hien Wong dan Yu Chen
membahas mengenai penelitian mereka dalam beberapa efek Panas Pulau Kota
(UHI) pada lingkungan kota di Singapura, dan menawarkan beberapa saran
untuk menanggulangi pengaruh tersebut.
Dalam Thermal Environment Study of Urban Canyons Elias Salleh
mengobservasi bahawa ruang luar kota (kota berkontur) di antara bangunan
yang berbeda ketinggian mengakibatkan perbedaan kondisi iklim mikro yang
akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap aktifitas sosial. Secara umum,
masyarakat pedalaman jurang lebih banyak mendapatkan pembayangan radiasi
matahari dan nyaman karena kecepatan angin yang lebih rendah, jika
dibandingkan dengan masyarakat di tempat yang lebih rendah Dia menawarkan
beberapa aturan mendesain kota dengan ketinggian yang terjal, dengan studi
empiris di Kuala Lumpur, Malaysia.

Studinya juga memberikan informasi

mengenai perkiraan lingkungan di kota industri, khususnya kota industri tua,


sebagai alternatif pilihan keputusan perencanaan untuk konservasi dan
pembaharuan.
1.5.4. Proyek Percobaan Berkesinambungan

Seringkali kota industri tua ditemui di banyak kota, yang membuat


keputusan-keputusan dari pembangunan ulang untuk mengatasi masalah panas
dan polusi lingkungan.

Dalam Tropical and Traditional: Inventing a New

Housing Model for the Old 36 Street Quarter in Hanoi, Vietnam, Shoichi Ota
membahas mengenai bagaimana kualitas lingkungan yang kondusif yang dapat
diterima untuk dalam jangka panjang dalam banyak kota industri tua dengan
percobaan yang modern yang mengisi struktur permukiman.

Dia membahas

mengenai konsep space blocks oleh arsitek, Kazuhiro Kojima, dimana struktur
blok modern tersebut dirancang dan diatur untuk penyerapan maksimal, yang
menunjukkan tingkat keberhasilan dalam proyek ini dengan perkiraan untuk
kenyamanan

termal

pembayangan.

yang

termasuk

di

dalamnya

penghawaan

dan

Contoh pengalaman ini menawarkan saran dan harapan untuk

arsitek dan perencana untuk menggunakan kembali sejarah kota industri seperti
ini untuk pengguna baru dengan keyakinan bahwa disana tidak akan ada
ketimpangan dalam kualitas lingkungan.
Jose

Roberto

Gracia

Chaves

mendiskusikan

proyek

perbedaan

pengalaman berhuni dalam ECOPET 21: Sebuah Sistem Inovasi Keberlanjutan


Bangunan untuk Komunitas Ekologi dalam Wilayah Tropis (Chapter 13). Dia
menjelaskan manfaat, prinsip dan keseluruhan proses sistem konstruksi
keberlanjutan yang inovatif yang disebut ECOPET 21 untuk sebuah prototipe
perumahan, terintegrasi dengan aplikasi prinsip desain bioklimatik, teknologi
keberlanjutan untuk perbaharuan energi dan perencanaan lingkungan. Banyak
yang dapat dipelajari dari pengalaman poryek ini untuk berpikir mengenai masa
depan pembangunan perumahan berkelanjutan.
1.6. MENGACU KEPADA ARSITEKTUR TROPIS BERKELANJUTAN
Bahasan ini mendefinisikan beragam dimensi dan menyajikan penelitian
terakhir, serta memikirkan mengenai kondisi terkini sekeliling dari arsitektur
tropis. Bagaimanapun, isu terbaru ini relevan dengan tulisan arsitektur lain di
dunia ini juga. Frank Llyod Wright dikenal dengan perkataannya mengenai
bangunannya yang tidak terpaku pada gaya apapun akan tetapi didesain dengan
gaya sederhana. Sentuhan gaya disini bukan sebagai pengalaman visual tetapi
konsekuensi terhadap cara pandang partikular dalam sebuah desain ataupun
dalam proses desain.

Hal ini terlihat logis dengan harapan bahwa pendekatan arsitektur terkini
akan secara natural mengarah pada sebuah arsitektur tropis keberlanjutan, tetapi
bagaimanapun permasalahan dari bahasan arsitektur tropis yang telah dibahas
dalam pendahuluan tetap hidup dan berlanjut menjadi perdebatan. Kami
mengakhiri buku ini dengan sebuah diskusi filosofi pada chapter terakhir,
disajikanoleh Anoma Pieris dalam Apakah Keberlanjutan Berlanjut? Membedah
Paradigma Tropikal dalam Arsitektur Asia
Kami berharap buku ini akan memacu refleksi yang lebih dalam dan lebih
meneliti

sampai

kepada

isu

arsitektur

mengikutsertakan lingkungan dan dimensi sosial.

tropis

keberlanjutan

yang

Anda mungkin juga menyukai