amerika,
yang
menamakan
diri
sebagai
gaya
internasional.
Kota dan gaya hidup modern mendorong hidup tidak alami. Angin sejuk
datang pada kondisi panas lembab, berarti kertas harus disimpan dalam tempat
aman atau terlempar. Besi berkarat, material yang memburuk dan jamur tumbuh
lebih cepat di negara tropis. Bekerja dalam ruang, seperti kebanyakan pekerjaan
penghuni kota, terasa tidak nyaman dan produktivitasnya rendah. Kebanyakan
bangunan pada kota di daerah tropis mengadopsi AC sebagai obat mujarap.
Keuntungan AC lebih jauh seperti itu. Jika harga dan penurunan kualitas
lingkungan tidak diperhatikan, arsitektur dapat hanya mementingkan gaya. Untuk
dua alasan ini, hal tersebut dapat menghasilkan masalah kenyamanan
lingkungan dengan menghabiskan sumber daya, hal tersebut merupakan
tanggung jawab arsitek.
Tantangan untuk mengartikan sebuah istilah modern untuk arsitektur tropis
adalah bukan hanya masalah iklim tetapi juga berhubungan dengan adaptasi
gaya hidup modern untuk transformasi budaya setempat pada kota modern. Hal
tersebut mungkin untuk menahan gaya vernakular untuk desain pemukiman
dengan ventilasi alami, atau tipologi bangunan lain seperti kantor dan pusat
belanja.
1.3. Etika, Poetic, Arsitektur Berkelanjutan dan Kontemporer
Perez-Gomez (2005) dalam Ethic and poetics in architectural education,
menyatakan bahwa arsitek memiliki tanggung jawab untuk membuat pernyataan
sosial dan kondisi budaya dengan pekerjaannya. Ilmu mencapai batasnya, dan
keindahan bukan hanya memberi es pada kue atau hanya merenungkan tetapi
juga hakikat tanggung jawab seorang arsitek.
Kemudahan bersama arsitek dapat membuat payung gaya internasional
untuk menurut pembuatan bentuk, mencapai emotivisme. (Bess, 1996) dalam
arsitektur yang menghapuskan segala aspek konteks, iklim, lingkungan dan
bahkan kebutuhan manusia. Keindahan dalam arsitektur menjadi ekspresi dan
referensi diri. Untuk memberikan hak, emotivisme telah memberikan beberapa
hal menarik dan inspirasi mengagumkan dalam berarsitektur, contohnya museum
Guggenheim di Bilbao oleh F. Gehry atao opera Sidney oleh Jorn Utzon.
Arsitek harus memiliki kontribusi untuk umat manusia. Bagaimana? Apapun
bidang personal atau individu kontributor, buku ini mendukung komunitarianisme.
Susan Hagan (2001) mengusulkan kontrak moral diantara arsitektur dan
lingkungan. Sejak tahun 1970, banyak arsitek seperti Tay Kheng Soon dan Ken
Yeang di Malaysia dan Singapura telah mengkritisi arsitek yang membatasi
menunjukkan
bagaimana
dimensi
sosioekonomi
tidak
hanya
Bangunan Hijau.
Sistem EEWH melengkapi aturan bangunan dan perencanaan bangunan
lama dengan kriteria yang relevan dengan pembangunan berkelanjutan dari
sebuah kota. Di Singapura, sistem sejenis juga dikembangkan, yang bernama
Green Marks, akan tetapi sistem ini sudah ditetapkan sebagai sebuah perintah
dan diintegrasikan dengan aturan perencanaan dan bangunan.
Q.M. Mahtab-uz-Zaman, Jalal Ahmad, Fuad H. Mallick dan A.Q.M. Abdullah
mencoba mengevaluasi ketidakmemadainya aturan perencanaan dan bangunan
yang ada sekarang dengan kriteria lingkungan sehingga dapat menjadi acuan
untuk membentuk sebuah aturan baru yang berintegrasi secara kualitas
keberlanjutan di Dhaka. Mereka membicarakan sebuah proposal baru tentang
aturan Rasio Luasan Area (FAR) dalam Penelitian Rasio Bangunan Rumah
Tinggal Perkotaan: Studi kasus Peraturan Perencanaan dan Pembangunan di
Kota Dhaka. Aturan FAR baru ini berusaha mencari perhitungan kenyamanan
lingkungan dalam dan luar ruangan: membentuk lebih banyak area hijau untuk
mengurangi efek pemanasan kota, sebisa mungkin menambah ruang luar untuk
aktifitas sosial; membentuk keseimbangan ekologi dan menyediakan area
berkedudukan rendah sebagai area resapan air dan mekanisme pencegahan
banjir secara keseluruhan, kesemuanya berpotensi untuk mempertinggi kualitas
lingkungan dan sosial dalam sebuah kota.
1.5.3. Pengaruh Lingkungan Kota
Di wilayah tropis, sangatlah penting untuk menyediakan kondisi alami di luar
ruang yang kondusif sehingga bisa digunakan sebagai tempat aktifitas sosial
dalam lingkup kota, yang mencakup memadainya pencahayaan, pembayangan
dari radiasi sinar matahari, dan sistem penghawaan yang baik. Lingkungan luar
yang lebih dingin dan lebih terang juga memberikan kontribusi pada kualitas
lingkungan interior dari masing-masing bangunan. Dalam Perancangan Kota
Berkepadatan Penduduk Tinggi: Studi ukuran dari Morfologi Kota dan Performa
Lingkungan (chapter9) Edward Ng, Tak-Yan Chan, Vicky Cheng, Nyuk Hien
Wong dan Meiqi Han membahas mengenai bagaimana mengubah skylines dari
bangunan tinggi dalam lingkungan terbangun yang sangat padat di Singapura
dan Hong Kong dapat menciptakan performa pencahayaan dan penghawaan
alami di ruang luar. Secara signifikan, performa yang dibutuhkan tersebut lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kondisi dimana bangunan berseragam tingginya,
dan hal ini membuahkan sebuah pemikiran ulang mengenai zona tinggi yang
simpel dalam master planning.
Panas yang berlebihan dalam lingkungan kota dapat menyebabkan pengaruh
negatif yang serius untuk penghuni kota yang akhirnya menghasilkan tekanan
panas dan energi yang digunakan lebih tinggi karena kebutuhan dari AC.
Kegiatan di luar ruang menjadi kurang nyaman, dan AC lebih jauh dapat
memperbanyak
kuantum
menambah polusi.
panas,
menambah
permasalahan,
juga
dapat
Housing Model for the Old 36 Street Quarter in Hanoi, Vietnam, Shoichi Ota
membahas mengenai bagaimana kualitas lingkungan yang kondusif yang dapat
diterima untuk dalam jangka panjang dalam banyak kota industri tua dengan
percobaan yang modern yang mengisi struktur permukiman.
Dia membahas
mengenai konsep space blocks oleh arsitek, Kazuhiro Kojima, dimana struktur
blok modern tersebut dirancang dan diatur untuk penyerapan maksimal, yang
menunjukkan tingkat keberhasilan dalam proyek ini dengan perkiraan untuk
kenyamanan
termal
pembayangan.
yang
termasuk
di
dalamnya
penghawaan
dan
arsitek dan perencana untuk menggunakan kembali sejarah kota industri seperti
ini untuk pengguna baru dengan keyakinan bahwa disana tidak akan ada
ketimpangan dalam kualitas lingkungan.
Jose
Roberto
Gracia
Chaves
mendiskusikan
proyek
perbedaan
Hal ini terlihat logis dengan harapan bahwa pendekatan arsitektur terkini
akan secara natural mengarah pada sebuah arsitektur tropis keberlanjutan, tetapi
bagaimanapun permasalahan dari bahasan arsitektur tropis yang telah dibahas
dalam pendahuluan tetap hidup dan berlanjut menjadi perdebatan. Kami
mengakhiri buku ini dengan sebuah diskusi filosofi pada chapter terakhir,
disajikanoleh Anoma Pieris dalam Apakah Keberlanjutan Berlanjut? Membedah
Paradigma Tropikal dalam Arsitektur Asia
Kami berharap buku ini akan memacu refleksi yang lebih dalam dan lebih
meneliti
sampai
kepada
isu
arsitektur
tropis
keberlanjutan
yang