Anda di halaman 1dari 22

TUGAS 2 / STUDI PRESEDEN

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 5


BANGUNAN HIGHRISE BUILDING

OLEH: KELOMPOK 20

MEILIANI KHUMAIRA F22118022


MUH.RIFALDI F22118002
MOH.ARYA AIRLANGGA F22118168
1. Menara Pinisi, Universitas Negeri Makassar (UNM), Makassar

 Arsitek : Yu Sing

 Lokasi : Makassar

 Tahun : 2009

 Fungsi : Menara, Gedung Pusat Pelayanan Akademik UNM

 Tema : Intangible Metaphor

Menara Phinisi Universitas Negeri Makassar adalah gedung Pusat Pelayanan Akademik (GPPA)
Universitas Negeri Makassar. Gedung ini terdiri atas 17 lantai. Tim desain: Yu Sing, Benyamin K
Narkan, Eguh Murthi Pramono, Iwan Gunawan. Gedung ini memiliki ketinggian 97,50 meter, masing-
masing lantai pada bangunan ini memiliki tinggi 3,5 meter sudah merupakan standart tinggi minimal
suatu ruangan. Gedung yang nama lainnya Tellu Cappa (tiga puncak) ini, merupakan hasil rancangan
Yu Sing. Kampus UNM menjadi gedung tertinggi pertama di Indonesia dengan menggunakan sistem
fasade Hiperbolic Paraboloid.

 Konsep Desain dan Bentuk :

Menara Phinisi UNM mengambil konsep Perahu Phinisi, perahu khas Bugis Makassar yang
sejak dahulu kala perahu pinisi ini tangguh dalam mengarungi samudra. Kearifan lokal adalah sumber
utama pembangunan gedung ini. Kearifan lokal itu berupa logo UNM, Perahu Phinisi, falsafah hidup
orang Sulawesi Selatan dan Rumah Tradisional Makassar.

2
Gedung pinisi sengaja dibangun dengan bentuk menyerupai Perahu Pinisi atas dasar prinsip
konsep desain yaitu :

1. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang agung, besar, luas, dalam, megah, dan Makassar adalah
salah satunya.

2. Nilai-nilai filosofi, budaya, dan arsitektur tradisional merupakan potensi yang besar sebagai
sumber inspirasi yang tidak pernah lapuk oleh zaman.

3. Adaptasi potensi dan kebijakan lokal tersebut terhadap konteks masa kini merupakan langkah
penting untuk memelihara dan sekaligus mengembangkan kekayaan budaya daerah

4. Penggalian rangkaian adaptasi kekayaan nilai-nilai tersebut sebagai sumber inspirasi desain
arsitektur akan menghasilkan arsitektur kelas dunia tanpa kehilangan identitas dan konteks lokal.

Sementara untuk filosofi arsitekturnya diambil seperti pada rumah tradisional Makassar yang
terdiri dari 3 bagian (kolong/awa bola, badan/lotang, dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi struktur
kosmos (alam bawah, alam tengah, dan alam atas). Gedung ini terdiri dari 3 bagian yaitu: bagian
bawah berupa kolong/panggung, bagian badan berupa podium yang terdiri dari 3 lantai dan bagian
kepala berupa menara yang terdiri dari 12 lantai yang merupakan metafora layar dari perahu phinisi.

3
Gedung Pusat Pelayanan Akademik UNM seperti pada Rumah Tradisional Makassar yang terdiri dari
3 bagian (kolong/awa bola, badan/lotang, dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi struktur kosmos
(alam bawah, alam tengah, dan alam atas), GPPA UNM juga teriri dari 3 bagian:

1. Bagian bawah berupa kolong/panggung.

Bagian kolong ini posisinya terletak 2 meter di atas jalan agar bangunan terlihat lebih megah
dari lingkungan sekitarnya. Lantai kolong didesain menyatu dengan lansekap yang didesain miring
sampai ke pedestrian keliling lahan.

Bangunan bawah/kaki terdiri dari 2 bagian yaitu bagian landasan dan kolong, sebagai berikut :

a. Landasan merupakan 1 lantai semi besmen yang berfungsi sebagai area parkir dan servis. Bagian
landasan ini didesain seolah-olah terletak di bawah lansekap yang ditinggikan sampai 2 meter,
membentuk pagar alami sekeliling lahan. Seluruh lahan di sekeliling bangunan difungsikan sebagai
hutan universitas. Di depan landasan bagian Barat terdapat danau buatan yang berbentuk segitiga
dengan kolam-kolam yang berundak. Danau buatan ini berfungsi sebagai kolam penyaringan alami
dari air hujan dan air kotor bekas pakai yang akan digunakan kembali sebagai sumber air bersih
untuk penyiraman toilet dan taman.

b. Bagian kolong merupakan ruang terbuka di bawah podium sebagai ruang sosialisasi bersama.
Ketinggiannya 1,5 kali ketinggian lantai lainnya untuk memberikan kesan luas dan lega. Di lantai
ini terdapat fungsi kantin kampus yang sifatnya semi terbuka. Bagian landasan yang menghadap ke
arah kampus eksisting didesain sebagai amphitheater dengan tangga-tangga sebagai tempak duduk
di sepanjang sisi Timur bangunan.

2. Bagian badan berupa podium.

4
Podium terdiri dari 3 lantai, simbol dari 3 bagian badan pada Rumah Tradisional Makassar
(bagian depan/lotang risaliweng, ruang tengah/Lotang ritenggah, dan ruang belakang/Lontang
rilaleng). Bagian podium ini juga bermakna ganda sebagai simbol dari tanah dan air.

Bangunan Podium memiliki denah yang berbentuk trapesium dengan sisi miringnya menghadap
ke jalan utama pada sisi Barat. Bangunan yang miring merupakan respon terhadap sudut lahan dan
juga sebagai strategi untuk memperpanjang fasad bangunan serta sebagai kontrol visual dari luar
bangunan.

Dalam proses desain, bangunan podium dibelah menjadi 4 bagian sesuai dengan simbol falsafah
hidup masyarakat Sulawesi Selatan yang terdiri dari empat persegi (makna 4 unsur/kesadaran
manusia akan diberikan metafora ke dalam bagian bangunan yang lainnya).

- Bangunan terbelah menjadi 4 bagian, bentuk tersebut terinspirasi dari deretan perahu pinisi yang
berada di pinggir pantai.

- Tepat di tengah sumbu axis bagian belakang bangunan menara, terdapat void kosong berbentuk
elips yang memotong bangunan podium. Di bagian paling bawah void berfungsi sebagai kolam air
mancur yang dengan di kelilingi ramp. Void kosong di bagian tengah merupakan metafora dari
lingkaran berwarna terang di pusat logo UNM, yang dijelaskan sebagai pusat kajian ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. Di puncaknya terdapat exhaust turbine untuk mengalirkan
uap kolam sebagai elemen pendinginan suhu bangunan, merupakan yang metafora 3 layar segitiga
yang menghadap ke arah void.

Bangunan podium juga merupakan metafora dari unsur tanah dan air. Dinding bangunan podium
berupa kaca reflektor sinar matahari yang berwarna kecoklatan seperti warna tanah, dengan sirip-sirip
penahan matahari yang terbuat dari stainless steel yang memantulkan cahaya seperti air. Sirip-sirip ini
juga didesain sebagai bagian dari facade bangunan dengan pola ombak.

5
3. Bagian kepala berupa menara.

Gambar denah Menara Pinisi

Menara terdiri dari 12 lantai yang merupakan metafora dari layar perahu Pinisi dan juga
bermakna ganda sebagai simbol dari angin dan api. Fasad layar mewakili unsur angin, sedangkan
puncak menara merupakan penyederhanaan dari bentuk lidah api.

Bangunan menara memiliki denah berbentuk trapesium simetris, dengan façade pada kedua sisi
miringnya pada sisi utara dan selatan menggunakan sistem struktur HIPERBOLIC PARABOLOID.
Untuk membentuk suatu expresi yang dinamis, maka Fasad menara dibuat merotasi secara ritmik.
Dengan menggunakan sistem hiperbolic paraboloid tersebut, fasad menara merupakan metafora dari
layar utama perahu pinisi. Kanopi-kanopi horisontal pada fasade sisi Utara dan Selatan ini dapat juga
berfungsi sebagai photovoltaic untuk mengkonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Pada
fasad sisi Barat dan Timur menara terdapat dinding ornamen 3 dimensi yang terbentuk dari rangkaian
bidang-bidang segitiga, sebagai penahan matahari.

Dengan tinggi 17 lantai, kampus ini didesain dengan konsep utama yang identik dengan
pendalaman kearifan lokal yang dipadukan dengan teknologi modern terkini. Selain itu, menara
Phinisi UNM menggunakan sistem fasade Hiperbolic Paraboloid, yang merupakan ekspresi futuristik
dari aplikasi kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi. Nilai arsitektur Menara Phinisi UNM
menjadi lebih dari sekedar sosok estetis, tetapi juga memiliki keagungan nilai-nilai.

Bangunan terbelah menjadi 4 bagian (yang terinspirasi dari deretan perahu pinisi di pinggir
pantai) menciptakan lorong angin dan jalur masuk bagi cahaya matahari ke dalam seluruh ruang-
ruang dalam podium. Tepat di tengah sumbu axis bagian belakang bangunan menara, terdapat void
kosong berbentuk elips yang memotong bangunan podium. Di bagian paling bawah void. Di bagian
paling bawah void berfungsi sebagai kolam air mancur yang selalu bergemericik dengan ramp yang
mengelilingi void.

Fasad terbuat dari kaca reflector matahari yang bewarna kecoklatan seperti warna tanah,
kemudian di padukan dengan stailes steel yang didesain menyerupai sirip yang berfungsi sebagai
penahan matahari. Desain gedung ini, menggunakan fasade diagonal, horizontal dan vertikal.
Perwujudan dari perahu phinisi dan rumah tradisional Makasar dapat dirasakan baik pada eksterior
6
maupun interior bangunan. Bangunan UNM Phinisi terdiri dari 17 lantai dan mempunyai bukaan pada
selubung bangunan disetiap lantai dengan luasan dan bentuk yang sama, kecuali bagian depan pada
samping kiri kanan bangunan.

Selain menerapkan konsep kearifan lokal berupa konsep perahu phinisi, bangunan ini juga
menerapkan konsep hemat energi dan ramah lingkungan.

KONSEP HEMAT ENERGI

Bangunan ini pun memiliki konsep hemat energi, memaksimalkan energi yang di hasilkan dari
alam. Dan diantaranya adalah bagian bagian sistem yang di fungsikan sebagai pendingin suhu agar
lebih sejuk dan memberi kesan ketenangan, sebagai berikut : Panggung, Lorong angin, Kolam,
Danau buatan, berfungsi sebagai sistem penyaringan air kotor dan air hujan untuk digunakan
kembali.Taman atap (di atas podium), Hutan universitas dan ventilasi silang bangunan.

Sistem pemanfaatan cahaya alami pada bangunan yaitu sebagai berikut :

 Bangunan yang terbelah-belah memungkinkan cahaya alami dapat menerangi semua ruang
dalam.

Gambar pembagian ruang pada menara pinisi

 Sirip-sirip secondary skin dan kaca reflektor matahari mengurangi radiasi panas matahari
langsung.

Gambar secondary skin pada bangunan

 Kanopi-kanopi photovoltaic pada fasad bagian samping menara

7
 Dan kincir angin vertikal (pada taman atap podium) sebagai sumber energi listrik berkelanjutan.
Saat ini sudah ada teknologi photovoltaic yang dapat langsung digunakan sebagai energi
pendingin ruangan / AC tanpa melalui konversi menjadi energi listrik. Dengan demikian tidak
akan ada energi yang terbuang di dalam proses konversi energi.

KONSEP RAMAH LINGKUNGAN

Kanopi
photovoltaic

Seiring kebutuhan lingkungan yang mengharuskan untuk pelestarian lingkungan maka


bangunan ini dituntut sebagai bangunan yang ramah lingkungan. Selain itu mengoptimalkan
desain untuk mendukung proses belajar dan sosialisai dengan nyaman pun perlu di lakukan,
dengan memaksimalkan lahan sekeliling bangunan GPPA UNM untuk di manfaatkan sebagai
lansekap. Berikut adalah elemen lansekap yang di bangun :

1. Hutan kampus di sekeliling bangunan GPPA UNM, hutan kampus dengan berbagai jenis pohon
peneduh antara lain berfungsi sebagai berikut:

 Penyaring debu dan kebisingan suara dari jalan dan lingkungan sekitar.

 Sumber penghasil Oksigen dan penyerap polutan.

 Pembentuk ekosistem baru bagi berbagai burung, kupu-kupu, atau serangga lainnya.

 Pagar pembatas alami antara jalan / orang luar dengan bangunan / penghuni kampus.

2. Pemisahan antara jalur kendaraan dengan jalur pejalan kaki.

8
3. Parkir dan drop off kendaraan diletakkan pada lantai semi besmen, jalan penghubung antara
kampus eksisting dengan GPPA UNM dialihfungsikan menjadi jalur pedestrian dengan pohon-
pohon peneduh di kiri-kanannya.

4. Danau buatan dan kolam elips, elemen mediatif dapat timbul dari percikan air kolam.

5. Ruang terbuka bersama, ruang yang terletak di bawah podium di fungsian sebagai ruang
terbuka bersama yang dilengkapi dengan kantin kampus, berbagai tempat duduk-duduk, tempat
belajar, dan fasilitas hot spot.

6. Teater terbuka.

7. Amphitheatre sebagai penghubung antara ruang terbuka bersama dengan kampus eksisting.
Amphitheatre ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk melakukan berbagai pertunjukkan seni
dan budaya atau acara informal lainnya.

8. Taman atap.Taman di atas atap podium sebagai ruang meditasi dan sumber inspirasi, yang juga
turut membantu mengurangi dampak pemanasan global dengan mengembalikannya sebagai ruang
hijau.

Dari segi desain bentuk bangunan ini cukup menarik dan unik. Bentuk dan langgam
dekonstruksi yang tersamar menjadikan bangunan ini sebagai point of interest dengan lingkungan
sekelilingnya, namun terkait filosofi sebagai bangunan pendidikan, sebaiknya bentuk dan pola
desain bukan seperti ini karena sedikit agak bertentangan dengan filosofi pendidikan yang
mengangkat nilai-nilai kebenaran (lurus, tegas, jelas) nilai-nilai kejujuran dan open minded
( polos,terbuka, menerima ).

Selain itu, dilihat dari bentuk bangunan yang megah, sehingga bentuk seperti ini memerlukan
biaya pemeliharaan yang cukup besar, dikarenakan banyaknya folded material dan sirip-sirip
fasade yang merupakan material alucarbon, dimana material ini merupakan penangkap debu yang
lumayan kuat sehingga permukaan sirip-sirip bangunan ini mudah sekali kotor bahkan jika diterpa
hujan bisa ditumbuhi lumut dan sekalipun susah untuk tersapu air. Sehingga keadaan ini harus
mendapat perhatian yang cukup dengan perawatan yang harus dilakukan secara berkala guna
menjaga estetika dari bangunan megah ini.

Dilihat dari filosofi, bentuk bangunan ini dipengaruhi oleh filosofi lokalitas kedaerahan
Makassar sebagai suku pelaut ulung yang terkenal dengan kapal phinisinya, Bentuk tower yang
menjulang 17 lantai ini didesain berbentuk layar phinisi, adapun bagian podium yang merupakan
bangunan berlantai 4 ini didesain dengan filosofi rumah panggung dengan lantai dasar yang
kosong sesuai bentuk rumah panggung bugis Makassar.

9
Gambar landskap di sekitar Menara Pinisi

 Pembagian Ruang Menara Phinisi:

Menara Phinisi terdiri atas 17 lantai dengan ketinggian 97,50 meter, masing-masing
lantai pada bangunan ini memiliki tinggi 3,5 meter sudah merupakan standart tinggi minimal
suatu ruangan. Adapun pembagian ruang yang ada pada menara Phinisi yaitu sebagai berikut:

1. Basement : Parkiran

2. Lantai 1 : Pintu masuk utama, Lobby

3. Lantai 2 : BAAK, Humas dan ruang Pers, PSE, ICT,UPT P3G, Ballroom

4. Lantai 3 : Keuangan, LPM, Perlengkapan dan P2T, UPT PPL, Ruang Teater, ICT, UPT
P3G

5. Lantai 4 : Mushalla, Kabag Umum, Subag Rumah Tangga, Subag Kumtala, ICT, Ruang
Teater, UPT Pusat Bahasa, UPT P3G

6. Lantai 5 : Kantor Perwakilan Fakultas, Sertifikasi Dosen

10
7. Lantai 6 : Ruangan PR I, Ruangan PR III, KA BAUK, Kepegawaian

8. Lantai 7 : Ruangan Rektor, Tata usaha

9. Lantai 8 : PR II, PR IV, KA Bapsi, Kabag dan Staf Bapsi

10. Lantai 9 : UPT ICT Center

11. Lantai 10 : Lembaga Penelitian

12. Lantai 11 : Lembaga Penelitian

13. Lantai 12 : UPT Mata Kuliah Umum (MKU), UPT Penjamin Mutu, UPT LKPM, UPT
Testing Center, UPT Unit Manajemen Aset (UMA), LBH, Career Development Center
(CDC), LP4, LPSE, Kantor Urusan Internasional

14. Lantai 13 : Pusdiklat Kepala Sekolah, Arsiparis UNM

15. Lantai 14 : Ruang Sidang Senat

16. Lantai 15, 16, dan 17 tidak terbuka untuk umum.

 Tampilan Bangunan :

Dari segi tampilan bangunan sangat menarik. Tampilan bangunan juga cukup unik karena
memiliki tampilan yang berbeda dengan bangunan yang ada di sekitarnya, sehingga menjadikan
bangunan ini sebagai pusat perhatian atau point of interest. Walaupun dalam konsep desain yang
diterapkan cenderung pada pendalaman kearifan lokal yaitu berupa penggunaan filosofi kapal
11
pinisi dan rumah adat Makassar namun pada desain tampilan bangunan terkesan modern dan
futuristik, karena dipadukan dengan teknologi modern terkini. Selain itu, menara Phinisi UNM
menggunakan sistem fasade Hiperbolic Paraboloid, yang merupakan ekspresi futuristik dari
aplikasi kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi. Nilai arsitektur Menara Phinisi UNM
menjadi lebih dari sekedar sosok estetis, tetapi juga memiliki keagungan nilai-nilai.

2. GEDUNG RS Sammy Ofer di Pusat Medis Sourasky di Tel Aviv

ARSITEK : Ranni Ziss Architects & Sharon


Architects

LOKASI : Tel Aviv, Palestina


TAHUN : 2011
FUNGSI : Pusat pelayanan kesehatan
TINGGI : 53 meter ( 12 Lantai)

Bangunan yang terletak di pusat Tel Aviv, dirancang sebagai kubus monolitik yang
dilapisi kaca dengan balkon tersembunyi merah yang menonjol . Bangunan ini dirancang untuk
terhubung dengan bangunan rumah sakit "Bauhaus" yang bersejarah dan berdekatan melalui
sebuah atrium. Bangunan ini terdiri dari 38.000 m 2 (409.000 kaki 2 ) dan mencakup dua belas
lantai medis seluas 3.100 m 2 (33.300 kaki 2 ) per lantai dan tiga lantai parkir bawah tanah yang
dirancang dengan kemungkinan untuk diubah menjadi rumah sakit darurat dengan 650 tempat
tidur. 15.000 m 2 (161.400 kaki 2) lantai "terlindung" di bawah tanah dirancang agar tahan
terhadap perang kimia dan biologi. Pembangunan gedung ini dimungkinkan melalui sumbangan
keluarga Sammy Ofer ke Tel Aviv Sourasky Medical Center pada tahun 2005. Sumbangan
pribadi mendukung pembangunan dasar dan amplop gedung serta pemasangan pusat kardiologi
di lantai. 0–2. Unit medis lain yang diselesaikan di shell lantai 3–9, setelah gedung dibuka pada
tahun 2011.

Strategi Desain

Tujuan utama dari Sourasky Tel Aviv Medical Center dalam desain gedung rumah sakit 1
adalah untuk membangun struktur terbesar untuk memperbesar area yang dibangun rumah
sakit untuk pengembangan di masa depan. Manajemen rumah sakit memutuskan untuk
memaksimalkan luas dan tinggi bangunan dengan menerapkan tekanan pada batasan
12
pedoman perencanaan kota. Tujuan ini menghasilkan strategi desain yang bertujuan untuk
membangun "wadah dengan kapasitas" untuk mengisi program medis yang tidak diketahui di
masa mendatang. Hasilnya, bangunan itu dirancang sebagai alas dan selubung dengan tujuh
lantai cangkang untuk penyelesaian pemasangan di masa mendatang, menerapkan metode
pemisahan sistem antara apa yang relatif stabil dan apa yang relatif dapat diubah.

Perencanaan

Gedung 1 RS pada awalnya direncanakan untuk menampung divisi kardiologi. Manajemen


rumah sakit memutuskan untuk merelokasi semua unit jantung rumah sakit, klinik, dan unit
operasi ke satu lokasi pusat. Program jantung menempati kurang dari 30% bangunan di tiga
lantai utama, menyisakan tujuh lantai untuk pemrograman dan perencanaan masa depan
( Tabel 2 , Gambar 4).

Dua pusat di gedung 2 rumah sakit direncanakan secara terpisah dalam periode proyek yang
berbeda. Pusat onkologi dirancang untuk menawarkan perawatan kanker yang komprehensif,
termasuk kemoterapi yang dipercepat linier, radioterapi, dan brachytherapy, pengobatan
komplementer, dan program penjangkauan untuk pencegahan dan deteksi dini kanker. Pusat
jantung diprogram untuk mengkonsolidasikan semua diagnosis kardiovaskular, perawatan,
penelitian, dan program pengurangan risiko penyakit, termasuk operasi jantung dan vaskular,
kardiologi intervensi, elektrofisiologi, pencitraan kardiovaskular lanjutan, dan perawatan
intensif jantung. Konsep utama perencanaan adalah untuk membuat dua divisi pusat untuk
menerapkan model perawatan medis terintegrasi dan untuk meningkatkan perawatan yang
berpusat pada pasien.

Kubus monolitik di gedung rumah


sakit 1 direncanakan untuk
memungkinkan perubahan fungsi
dengan tidak mengungkapkan
penggunaan interior. Keputusan sadar
untuk menyelesaikan fasad kaca
eksterior pada tahap awal saat interior
masih dalam pembangunan
mencerminkan motivasi untuk
13
menciptakan ilusi "seluruh bangunan" yang lengkap. Kelompok bangunan di gedung rumah
sakit 2, sebaliknya, direncanakan untuk menekankan pemisahan fungsional dari dua pusat
kesehatan sebagai dua bangunan lengkap, dan bagian luarnya dirancang untuk membedakan
lantai fungsional tertentu, seperti lantai atas onkologi. pusat yang direncanakan untuk
laboratorium penelitian. Program lantai kemudian diubah menjadi klinik rawat jalan
tambahan, tetapi desain eksterior yang menekankan tetap.

Proses Desain

Proses desain gedung rumah sakit 1, yang dimulai pada tahun 2005, mencerminkan berbagai
konsep untuk menangani fungsi medis masa depan yang tidak diketahui, anggaran yang ketat,
peraturan, dan kendala lingkungan. Tim desain menggunakan metode pengembangan opsi desain
dan studi kapasitas untuk mendukung pengambilan keputusan oleh manajemen rumah
sakit. Proses desain yang panjang selama lebih dari 12 tahun melibatkan banyak profesional dan
pembuat keputusan yang berbeda. Banyak manajer medis rumah sakit diganti, sehingga desain
dipertimbangkan ulang dan permintaan opsi desain alternatif. Pengembangan proyek secara
bertahap, menggunakan pemisahan sistem, memungkinkan arsitek membagi beban kerja antara
dua kantor kolaboratif dan mengontrol pengembangan proyek oleh tim desain, manajer proyek,
dan konsultan yang berbeda.

Konstruksi berdasarkan Tahapan


14
Bangunan rumah sakit 1 dibangun dalam lima tahap utama: (1) rumah sakit darurat
bawah tanah, (2) bangunan dasar dan selubung Lantai 1–10 termasuk lantai atap mekanis, (3)
pemasangan interior lantai 0–3, ( 4) kesesuaian interior lantai 4–6, dan (5) kesesuaian interior
untuk lantai 7–10 . Tahapan pentahapan, dibagi dengan lantai di dalam gedung, menciptakan
proses penyesuaian dari bawah ke atas. Meskipun proses penundaan penyelesaian ini
direncanakan, namun tetap menimbulkan tantangan baik bagi konstruksi maupun
pengoperasian unit yang sedang berjalan.

Perubahan dalam Praktek

Mengikuti studi proses evolusi bangunan rumah sakit 1 pada tahun 2005-2018,
mendokumentasikan perubahan yang dilakukan pada bangunan selama proses desain, tahap
konstruksi, dan okupansi ( Pilosof, 2018 ), penelitian ini menggambarkan perbedaan yang
signifikan. fungsi medis di gedung, termasuk divisi onkologi, neurologi, dermatologi, penyakit
dalam, klinik rawat jalan, dan laboratorium penelitian, mengubahnya menjadi pusat medis
multidisiplin ( Tabel 2 dan Gambar 4). Tujuh lantai kerangka, dirancang untuk penyelesaian di
masa depan, memberikan kesempatan bagi manajemen rumah sakit untuk merelokasi divisi
onkologi mereka dan memusatkan perawatan kanker di satu lokasi, untuk meningkatkan efisiensi
rumah sakit dan perawatan yang berpusat pada pasien. Perubahan fungsi utama dari pusat
jantung menjadi pusat kanker dapat dijelaskan dengan perubahan kebutuhan karena kanker
menjadi penyebab kematian nomor satu dan secara statistik melampaui penyakit jantung. 

Selain itu, manajemen rumah sakit memutuskan untuk merelokasi fungsi lain ke gedung
karena lokasi mereka sebelumnya memerlukan renovasi atau perluasan atau karena mereka
menerima dana untuk membangun kembali unit medis tertentu. Rumah sakit juga menambahkan
dua lantai shell ke gedung sebelum konstruksi dimulai, yang membutuhkan desain ulang sistem
utama gedung termasuk struktur, Mekanik.

15
DESAIN DAN FUNGSI

Perbedaan dalam strategi desain arsitektural — merancang untuk fungsi medis masa depan yang
tidak diketahui versus desain untuk fungsi tertentu — berdampak besar pada perencanaan
bangunan, proses desainnya, fase konstruksi, model pendanaan, dan perubahan dari waktu ke
waktu. Pendekatan desain untuk fungsi medis masa depan yang tidak diketahui mengarah pada
desain kubus monolitik dengan lantai cangkang interior horizontal untuk pengisi di masa depan,
dan pendekatan desain untuk fungsi medis tertentu mengarah ke sekelompok dua struktur dengan
pusat medis terpisah vertikal. Kedua strategi tersebut membatasi pilihan bangunan untuk tumbuh
dan berkembang. Bentuk eksterior mereka ditentukan sebelumnya, hanya menyisakan ruang
cangkang untuk penyelesaian di masa depan yang semuanya ditempati dalam beberapa
tahun. Akhirnya, Keterbatasan kedua luas bangunan menuntut adanya kompromi pada program
pembangunan. Misalnya, tidak ada rumah sakit yang memasukkan departemen hematologi
dengan divisi onkologi meskipun bangunan tersebut diprogram sebagai pusat kanker yang
komprehensif .  strategi horizontal di gedung rumah sakit , memungkinkan perubahan ukuran
dan bentuk unit. Area lantai yang lebih besar, digunakan untuk fungsi medis yang sama di setiap
lantai, dibandingkan dengan divisi dua sayap dengan fungsi berbeda, memberikan fleksibilitas
penggunaan antar unit dan meningkatkan kolaborasi antara staf unit .

Untuk merancang fungsi masa depan yang tidak diketahui, tim desain gedung rumah
sakit menggabungkan perencanaan skenario dengan studi kapasitas skematik awal, yang terbukti
efektif dalam pengembangan strategi desain untuk fleksibilitas. . Pendekatan ini terbukti dalam
konfigurasi tidak sistematis dari poros MEP yang ditempatkan sesuai dengan kebutuhan spesifik
setiap unit dengan superposisi antar lantai, tanpa mempertimbangkan perubahan kebutuhan di

masa mendatang .Tim desain gedung rumah sakit juga menggunakannya sebagai metode untuk
tahapan proyek, tetapi tujuan utamanya adalah untuk menunda keputusan tentang penggunaan
tujuh dari dua belas lantainya untuk pertimbangan selanjutnya. Kebutuhan untuk merancang
lantai shell untuk fungsi yang tidak diketahui mengarah pada konfigurasi grid struktural

16
sistematis kolom dan poros MEP. Temuan ini juga terlihat dari refleksi para arsitek pada desain
mereka. Dalam visi arsitek bangunan rumah sakit , bangunan tersebut dirancang agar fleksibel
dan memberikan ruang yang optimal untuk kemajuan kedokteran di masa depan.

Kesimpulan

Studi tersebut menunjukkan bahwa strategi desain arsitektur, yang dikembangkan pada
tahap awal proses desain, berdampak besar pada proses evolusi fasilitas rumah sakit di masa
mendatang. Hasilnya menggambarkan dampak dari dua pendekatan arsitektural — desain
untuk fungsi yang tidak diketahui versus desain untuk fungsi tertentu — pada perkembangan
bangunan dari waktu ke waktu, evolusi yang berorientasi horizontal versus evolusi yang
berorientasi vertikal, yang menentukan kemampuan untuk membuat perubahan selama proses
desain , fase konstruksi dan hunian. Proses evolusi horizontal, dipimpin oleh strategi desain
arsitektur untuk merancang fungsi masa depan yang tidak diketahui, mendukung perubahan
program medis di gedung dan meningkatkan fleksibilitas penggunaan antar unit medis di
lantai yang sama. Proses evolusi vertikal, dipimpin oleh strategi desain arsitektur untuk
merancang fungsi tertentu, membatasi perubahan program medis dan membatasi fleksibilitas
penggunaan dan kolaborasi unit dengan unit lain yang terletak di lantai berbeda. Studi
tersebut juga menemukan bahwa ukuran dan konfigurasi lantai bangunan berdampak besar
pada fleksibilitas unit medis. Pemisahan sistem efisien di kedua proyek, namun desain
sistematis dari grid struktural kolom dan poros MEP untuk tujuan fleksibilitas, bertentangan
dengan pendekatan "yang dibuat khusus" untuk menemukan kolom dan poros MEP sesuai
dengan kebutuhan spesifik fungsi tersebut. , ditemukan mendukung berbagai program medis
yang berubah. membatasi perubahan program medis dan membatasi fleksibilitas penggunaan
dan kolaborasi unit dengan unit lain yang terletak di lantai berbeda. Studi tersebut juga
menemukan bahwa ukuran dan konfigurasi lantai bangunan berdampak besar pada
fleksibilitas unit medis. Pemisahan sistem efisien di kedua proyek, namun desain sistematis
dari grid struktural kolom dan poros MEP untuk tujuan fleksibilitas, bertentangan dengan
pendekatan "yang dibuat khusus" untuk menemukan kolom dan poros MEP sesuai dengan
kebutuhan spesifik fungsi tersebut.

3. GEDUNG 400 RECORD DI


DALLAS, TEXAS

17
ARSITEK : Gensler
LOKASI : Dallas,texas USA

BANGUNAN : Kantor
TAHUN : 2017
TINGGI : 17 Lantai

NIAT DESAIN: 
400 Record, sebelumnya dikenal sebagai Gedung Belo, didesain ulang, diganti namanya,
dan diposisikan ulang dengan mempertimbangkan karyawan, calon penyewa, dan masyarakat
sekitar. Bangunan aslinya berasal dari masa ketika desain yang berfokus ke dalam dihargai. Ide
di balik proyek ini adalah mengubah bangunan pribadi dan sederhana ini menjadi ruang publik
dengan meningkatkan pengalaman jalan dengan desain yang terbuka dan menarik. Dengan
merekonstruksi bangunan kuno menjadi ruang transparan dan elegan, 400 Record kini
menghidupkan kembali area yang kurang dimanfaatkan di pusat kota Dallas.

DESKRIPSI PROYEK:
Gedung 400 Record vintage, dibangun pada 1980-an, adalah menara 17 lantai yang
hampir kosong yang terletak di daerah yang kurang dimanfaatkan di pusat kota Dallas. Seperti
banyak bangunan dari periode ini, lantai dasarnya tidak tembus cahaya dan membagi ranah
publik dan privat untuk melindungi penghuni bangunan dari jalan. Dinding permukaan tanah
yang kokoh, ruang publik yang keras dan sepi, dan tidak ramah, penanam berat menciptakan
kondisi tepi yang tajam dan kedap air yang memperkuat penghematan bangunan.

RUANG & FUNGSI :


Mengikuti keinginan klien untuk mengubah benteng menjadi ruang yang transparan,
menarik, dan energik, reposisi mengikis perimeter bangunan untuk mengaburkan pemisahan
antara ruangan dalam dan luar ruangan, publik dan privat, lobi dan jalan. Desainnya menciptakan
pengalaman pejalan kaki yang mengundang dan mengaktifkan keberadaan jalan gedung. Dengan
visi yang lebih besar tentang menara sebagai katalisator perubahan, proyek ini menghadirkan
keanggunan yang ringan dan terbuka yang menggerakkan Dallas lebih jauh untuk menjadi kota
yang dinamis dan dapat dilalui dengan berjalan kaki.

18
Sebagai undangan lebih lanjut bagi pengunjung,
tangga spiral kaca yang dramatis, terlihat dari luar,
menarik perhatian dan menarik para tamu ke restoran
pahatan yang tergantung di atas lobi. Restoran yang
dirancang secara dramatis disajikan sebagai elemen
pahatan mengambang emas dan mewujudkan makan
sebagai pertunjukan, melanjutkan keterlibatan
bangunan dengan ranah publik. Eksteriornya dibalut
segi logam lapuk yang membuat restoran ini menjadi
patung publik yang memikat.

Salah satu fitur renovasi yang paling mencolok adalah kanopi louvered 10.000 FT yang tampak
meluncur melalui gedung, memberikan keteduhan untuk alun-alun luar ruangan yang besar dan
koneksi visual antara luar dan dalam. Fasad kaca yang nyaris mulus menggantikan dinding yang
sebelumnya buram, mengaburkan pembagian ruang publik dan pribadi, serta menyediakan akses
visual ke pameran karya seni khusus di seluruh lobi.

Tampilan gedung baru akan mencakup


konsep restoran baru oleh restoran
Dallas Sharon Hage , taman langit baru di atas
gedung dan lobi berdinding kaca. Rencana lain
untuk pengulangan termasuk peningkatan pintu
masuk gedung, pusat kebugaran baru, dan pusat
pelayanan baru.

Bekas alun-alun tidak teduh dan tidak


ramah. Untuk melarutkan tepi yang keras dan menghidupkan ruang, penghalang asli dihilangkan
atau dilunakkan dengan bentuk organik. Lansekap bekerja dengan kanopi untuk memberikan
keteduhan dan kenyamanan dari unsur-unsurnya dan menawarkan bantuan alami yang disambut
baik dalam konteks perkotaan yang sangat tinggi. Bekas solarium atap adalah ruang yang parah
dan kosong yang seluruhnya terlalu panas untuk ditempati, tetapi desain baru mengubah ruang
19
tersebut menjadi teras terbuka terbuka dengan pemandangan cakrawala Dallas yang spektakuler.

400 Record berusaha untuk mengintegrasikan dirinya ke dalam struktur perkotaan kota, dan
memungkinkan orang untuk mendapatkan kembali pengalaman mereka di Dallas pada skala
yang paling dasar dan humanistik. Proyek ini berupaya untuk meningkatkan pengalaman jalanan
dan memberikan keindahan, cahaya, dan ruang untuk dijelajahi.

BENTUK & TAMPILAN:

Melihat tidak perlu membalut ulang seluruh bangunan, Zapata dan Goggin mengganti
dinding kokoh di permukaan tanah dengan kaca, transparansi dan pengalaman pengunjung
menjadi tujuan utamanya. Gestur penyambutan dimulai dari luar, sebenarnya, di alun-
alun. Runtuh penghalang antara itu dan trotoar. Di pergi pekebun. Langkah terbesar menuju
keramahan pejalan kaki adalah kanopi, kerangka putihnya dan kisi-kisi yang menunjukkan
keteduhan dan penutup.
Namun, keberadaan kanopi tidak berhenti di situ. Kisi-kisi bersudut itu tampak
menembus dinding tirai untuk melintasi langit-langit lobi yang tingginya dua kali. Seperti yang
dicatat Zapata, "Mereka mulai dari luar dan bergerak sepenuhnya melalui gedung ke sisi lain."
Intervensi minimal membuat efek maksimal. Sekarang diterangi sinar matahari yang cemerlang,
dengan meja resepsionis onyx yang bercahaya di bagian dalam dengan latar belakang ubin
porselen abu-abu pucat, lobinya tampak seperti galeri-esque. Itulah maksudnya, karena Hartland-
Mackie ingin sekali berbagi tembolok seni kontemporer tingkat atas yang baru diperolehnya
dengan orang yang lewat.

20
Sebagai gambar awal, patung luar ruangan Aaron Curry, sebuah gerakan hitam bersudut,
tampak besar di alun-alun. Bekerja di dalam lobi mohon pemeriksaan lebih dekat juga. Tentu,
pejalan kaki bisa mengintip dari sisi jalan. Mereka sama-sama bebas untuk langsung
masuk. Mereka yang melakukannya mungkin tertarik pada konglomerasi pecahan yang tertanam
di lantai, menyerupai temuan arkeologi saat ini. Itu adalah karya Daniel Arsham.

Tapi "patung" terbesar di lobi sebenarnya adalah arsitektur, kandang terapung restoran
Bullion. Ini adalah trapesium terbalik dengan kulit sisik ikan keemasan yang berkilau. Sebagian
kantilever di atas alun-alun, volumenya didukung oleh kolom bundar yang dibalut baja tahan
karat mengkilap — pendekatan campuran logam yang mirip dengan yang digunakan pada
perhiasan. Sebuah silinder kaca bening membungkus tangga upacara menuju restoran. Bertingkat
melalui bagian tengah tangga adalah patung bonafit lainnya, "kalung" raksasa berwarna merah
tua milik Jean-Michel Othoniel.

Daftar Pustaka

21
 Nurul Jamala, Ramli Rahim, Rosady Mulyadi.Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan
Binaan Indonesia (IPLBI) 8, B 076-083. Analisis Bentuk Fasade Gedung Menara Phinisi
(Studi Kasus: Nilai Iluminasi pada Ruang Kerja)

 Syavir Latif, Nurul Jamala, Syahriana. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia 6 (1), 59-64.
Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung
menara Phinisi UNM

 http://adnyjulian.blogspot.com/2016/?m=1

 https://www.google.com/amp/s/dokumen.tips/amp/documents/kritik-arsitektur-
pinisi.html

 https://profesi-unm.com/2017/11/24/lengkap-ini-daftar-letak-ruangan-menara-pinisi-
unm/

 https://www.arsitag.com/article/10-arsitektur-bangunan-tinggi-yang-unik-di-indonesia

 https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1937586720927026

 https://www.interiordesign.net/projects/15336-gensler-brings-glamour-to-a-dallas-office-
tower/

 https://www.architectmagazine.com/project-gallery/400-record_o
 https://www.bizjournals.com/dallas/news/2015/04/27/an-inside-look-at-the-latest-
multimillion-dollar.html

22

Anda mungkin juga menyukai