Anda di halaman 1dari 13

FISIKA-

TEKNOLOGI
BANGUNAN I

ANALISA PENCAHAYAAN &


AKUSTIK RUANGAN

Wahid Mulyarasyid /
1410089123 (noreguler)
Abstrak

Ruang audio visual adalah sebuah ruang yang dilengkapi dengan sarana
audio dan visual .Ruang ini biasa difungsikan mahasiswa di fakultas seni media
rekam sebagai tempat memutar video atau hasil karya film pendek.

Tata Pencahayaan merupakan salah satu aspek penting dalam perancangan


interior ruang tersebut. Merupakan syarat pokok untuk memenuhi fungsi ruangan ,
cahaya juga dapat direkayasa untuk menjadi hal yang mendukung suasana dalam
pengunaan ruang. Melalui analisa deskriptif banyak hal-hal yang diterapkan untuk
memanfaatkan cahaya sebagai elemen pokok dalam interior ruang audio visual
tersebut.

Sedangkan akustik suara harus dirancang dengan sistem yang tepat untuk
ruangan audio visual , utamanya dari segi penerapan akustiknya. Kondisi akustik
ruang kuliah Audio Visual harus dirancang dengan pemikiran yang matang, sehingga
tidak terjadi dengung dan feedback saat penggunaannya.

Kata kunci : ruang audio visual,tata pencahayaan,akustik suara


1.PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Faktor pendengaran (audio) dan penglihatan (visual) merupakan faktor yang


mempengaruhi seorang mahasiswa dalam memaksimalkan penyerapan proses
belajar mengajar yang mereka alami. Proses pembelajaran tersebut akan tercapai
lebih maksimal apabila didukung dengan fasilitas yang memadai.Proses
pembelajaran Fakultas Seni Media Rekam yang banyak mengunakan komunikasi
secara audio visual haruslah ditunjang dengan fasilitas ruang audio visual yang baik
pula.Sebagai sarana mempresentasikan hasil karya berupa video atau film pendek
mereka.Salah satu ruang audio visual terdapat di lantai 3 gedung Fakultas Seni
Media Rekam ISI Yogyakarta.

Secara fungsi utama ruang sebagai tempat memutar video dan film pendek
yang tentunya faktor audio visual sangat berpengaruh.Pemutaran film pada ruangan
tanpa audio yang baik tentu tidak akan maksimal bagi penggunanya.Juga
pencahayaan pada ruang yang kurang baik tentu akan menggangu fungsi secara
visualnya. Dengan terpenuhinya ruang dengan pencahayaan dan akustik suara yang
baik tentu akan memaksimalkan fungsi ruang audio visual.

Ruang audio visual yang difungsikan sebagai ruang untuk memutar video
atau hasil karya film pendek mahasiswa haruslah memenuhi fungsinya.Dipandang
dari perspektif dunia desain interior berbagai aspek perlu diperhatikan.Aspek
penting yang harus diperhatikan yaitu pencahayaan dan akustik suara.Sebagai aspek
penting untuk memenuhi nilai fungsi ruang audio visual yang baik.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang di ajukan adalah

1. Bagaimana pembentukan tata pencahayaan buatan pada ruang audio


visual.
2. Bagaimana pembentukan tata akustik suara pada ruang audio visual.
3. Apakah tata pencahayaan dan tata akustik suara pada ruang audio
visual di lantai 3 gedung Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta
bisa dikatakan sudah memenuhi fungsi ruangnya secara baik.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tingkat fungsional dari


pencahayaan buatan dan akustik suara yang ada pada ruang audio visual lantai 3
gedung Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta . Sehingga manfaat yang dapat
dipetik dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek-aspek yang harus
diperhatikan dalam merancang pencahayaan buatan dan akustik suara pada ruang
audi visual.

2.ANALISIS

2.1 KAJIAN TEORI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, akustik merupakan ilmu
fisika yang mempelajari suara. Sedangkan menurut Satwiko (2004:124), akustik
berarti ilmu tentang bunyi. Dengan demikian, sistem akustik adalah ilmu yang
mempelajari tentang mutu suara dan bunyi yang dihasilkan. Akustik sendiri
berhubungan dengan organ pendengar, suara, atau ilmu bunyi.
Sistem akustik dalam sebuah ruangan merupakan keadaan sebuah ruang
yang mempengaruhi mutu bunyi yang terjadi di dalamnya. Akustik ruang ini sendiri
banyak dikaitkan dengan hal yang mendasar seperti perubahan suara karena
pantulan dan juga gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain. Banyak
material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan. Material-material tersebut
biasanya digunakan untuk memperjelas suara yang dihantarkan dalam ruang atau
juga mengurangi kejelasan suara yang timbul.

Menurut Satwiko (2004:125), bunyi adalah gelombang getaran mekanis


dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal
manusia, dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Namun, batasan-batasan
ini dapat menurun karena faktor usia dan faktor subjektif lainnya, misalnya
kebiasaan. Bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang merambat
secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat perantara serta
ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran. Bunyi tidak dapat
terdengar pada ruang hampa udara, karena bunyi membutuhkan zat perantara
untuk menghantarkan bunyi, baik zat padat, cair, maupun gas.

Frekuensi bunyi (sound frequency) sendiri berarti jumlah getaran per detik
dan diukur dengan Hz (Hertz). Semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi bunyi yang
dihasilkan. Frekuensi percakapan manusia berada pada 600-4000 Hz. Telinga
manusia paling peka terhadap rentang frekuensi antara 100-3200 Hz (panjang
gelombang antara 10 cm 3 m). Kepekaan telinga manusia berada untuk frekuensi
yang berbeda. Dengan energi yang sama, frekuensi tinggi lebih mudah didengar,
sedangkan frekuensi rendah merambat lebih jauh.

Cahaya adalah energi yang terpancar. Cahaya biasanya terpancar ke semua


arah dan menyebar ke area yang lebih besar ketika keluar dari sumbernya. Ketika
menyebar, cahaya juga berbeda intensitas menurut jarak dari sumbernya. (Ching,
Francis D.K, and Binggeli, Corky. 2011. Interior Desain dengan Ilustrasi, 2nd Edition.
Jakarta: Indeks)

Pencahayaan buatan dibagi menjadi dua bagian:

Pencahayaan umum (general lighting). Pencahayaan umum adalah pencahayaan


yang diterapkan pada suatu ruangan untuk memberikan cahaya standar yang
memiliki iluminasi rata2 di tiap luasan ruangan.

Pencahayaan khusus (special lighting). Pencahayaan khusus adalah pencahayaan


yang difungsikan untuk hal yang lebih spesifik. Jika pada pencahayaan umum yang
menjadi pertimbangan adalah bagaimana memberikan jumlah iluminasi rata pada
setiap luasan ruang sedangkan pada pencahayaan khusus pertimbangannya adalah
bagaimana mengekspos sesuatu, membuat suatu suasana, dan lebih mengutamakan
aspek estetika.

Dalam merencanakan instalasi pencahayaan, ada 6 kriteria yang perlu


diperhatikan untuk mendapatkan pencahayaan yang baik, yaitu yang memenuhi
fungsi supaya mata kita dapat melihat dengan jelas dan nyaman. Kelima kriteria ini
saling mempengaruhi dan tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah karena masing-
masing bergantung satu sama lain dalam menghasilkan kualitas pencahayaan yang
optimal. Keenam kriteria tersebut, antara lain:

a. Kuantitas atau jumlah cahaya pada permukaan tertentu (lighting


level) atau tingkat kuat penerangan.
b. Distribusi kepadatan cahaya (luminance distribution).
c. Pembatasan agar cahaya tidak menyilaukan mata (limitation of glare).
d. Arah pencahyaan dan pembentukan bayangan (light directionality
and shadows).
e. Warna cahaya dan refleksi warnanya (light colour and colur
rendering).
f. Dan terakhir kriteria yang dapat mempengaruhi pencahayaan yang
optimal, yaitu kondisi dan iklim ruang.

(Darmasetiawan, Christian, dan Puspakesuma, Lestari. 1991. Teknik


Pencahayaan dan Tata Letak Lampu, Jilid 1. Jakarta: Gramedia
Widiasarana.)

2.2 DATA SURVEY LAPANGAN

A. PENCAHAYAAN BUATAN
a. Pencahayaan umum (general lighting)
Terdapat 14 titik lampu TL downlight dengan 2 lampu dalam satu kap
dengan reflector diruangan audio visual dengan ukuran 12 x 8 m
b. Pencahayaan khusus (special lighting)
Terdapat 15 titik lampu spotlight diruangan audio visual dengan
ukuran 12 x 8 m
Ruang audio visual FSMR
Sumber:dokumen pribadi

Ruang audio visual FSMR saat sosialisasi MFI

sumber:google
B. AKUSTIK RUANG

Terdapat material peredam suara berupa spon bertekstur yang


dipasang melingkar ruangan hanya bagian depan (stage) saja yang tidak
terdapat material.Bagian itu biasanya digunakan untuk menempatkan layar
sebagai background proyektor.
Pada bagian lantai dipasang material berupa karpet yang menutupi seluruh
permukaan lantai ruang audio visual yang dibuat berundak.
Pada bagian plafon terdapat material berupa gypsum yang dibuat berlevel
tanpa material penutup.

Karpet sebagai penutup permukaan lantai ruang audio visual FSMR


Sumber:dokumen pribadi
Material busa bertekstur sebagai penutup dinding ruangan
Sumber:dokumen pribadi

C. Data fisik Ruangan


Site ruang berada di lantai 3 gedung animasi Fakultas Seni Media
Rekam ISI Yogyakarta.
Ukuran ruangan 12 x 8 m
Luas = 96 m2
Kapasitas kursi +/- 100 orang
Lantai berpola berundak dengan 8 level
2.3 ANALISA

Pencahayaan umum adalah pencahayaan yang diterapkan pada suatu


ruangan untuk memberikan cahaya standar yang memiliki iluminasi rata-rata di tiap
luasan ruangan.Pada ruang audio visual Terdapat 14 titik lampu TL downlight
dengan 2 lampu dalam satu kap dengan reflector diruangan audio visual dengan
ukuran 12 x 8 m.kap dengan reflector membuat cahaya tidak mengarah langsung
kemata sehingga membuat pengguna ruang lebih nyaman.

Ditinjau dari (Darmasetiawan, Christian, dan Puspakesuma, Lestari. 1991. Teknik


Pencahayaan dan Tata Letak Lampu, Jilid 1. Jakarta: Gramedia Widiasarana.)

Secara tingkat kuat penerangan ruangan audio visual di lantai 3 gedung


Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta sudah memenuhi standar ,seluruh bagian
ruang. Kap dengan reflector membuat cahaya tidak mengarah langsung ke mata
sehingga membuat pengguna ruang lebih nyaman.Warna lampu putih sudah
memenuhi fungsi pencahayaan umum pada ruangan.

Pencahayaan khusus adalah pencahayaan yang difungsikan untuk fungsi yang


lebih spesifik. Jika pada pencahayaan umum yang menjadi pertimbangan adalah
bagaimana memberikan jumlah iluminasi rata pada setiap luasan ruang sedangkan
pada pencahayaan khusus pertimbangannya adalah bagaimana mengekspos
sesuatu, membuat suatu suasana, dan lebih mengutamakan aspek estetika.Secara
fungsi ruang audi visual sebagai tempat pemutaran film tentunya pencahayaan
butatan berupa pencahayaan khusus sangat dipentingkan.Sebagai pendukung
suasana tentunya saat pemutaran film general light akan dimatikan karna akan
mengganggu visual pemutaran film.Dan akan diganti dengan penggunaan beberapa
spotlight dengan intensitas penerangan yang lebih kecil.Agar pengguna ruang lebih
focus dalam melihat tayangan film dari lcd yang juga menghasilkan cahaya sendiri.

Ruangan audio visual di lantai 3 gedung Fakultas Seni Media Rekam ISI
Yogyakarta Terdapat material peredam suara berupa spon bertekstur yang dipasang
melingkar ruangan hanya bagian depan (stage) saja yang tidak terdapat
material.Bagian itu biasanya digunakan untuk menempatkan layar sebagai
background proyektor.

Material spon peredam suara sudah cukup fungsional karna suara yang
dihasilkan didalam ruang tidak menghasilkan gema dengan frekuensi gelombang
tinggi.Kualitas suara didalampun cukup baik dan sudah memenuhi nilai fungsi
ruangan sebagai tempat pemutaran film yang menghasilkan suara.Dari luar ruangan
suara yang dihasilkan dalam ruangan tidak mengganggu ruang lain .Suara yang
dihasilkan dari dalam ruang tidak terdengar keras dari luar sehingga tidak
mengganggu area disekitar ruang.

Pada bagian lantai dipasang material berupa karpet yang menutupi seluruh
permukaan lantai ruang audio visual yang dibuat berundak.Meminimalisir gema dari
suara yang dihasilkan sehingga tidak terdengar bising keatas.Penggunaan material
karpet sebagai material akustik peredam suara cukup efisien karena harga yang
tidak terlalu tinggi namun sudah cukup mendukung fungsi akustik ruang.
3.KESIMPULAN

Ruang audio visual yang terdapat di lantai 3 gedung Fakultas Seni Media
Rekam ISI Yogyakarta.Menurut analisis peneliti sudah memenuhi standar
pencahayaan yang baik pada ruang.Ditinjau dari berbagai sumber kajian teori
ruangan tersebut sudah memenuhi kriteria-kriteria pencahayaan yang baik.Begitu
pula pada system akustik ruang suara yang dihasilkan didalam ruang cukup
baik.Suara tidak menimbulkan gema yang mengganggu pendengaran pengguna
ruang.Tingkat kebisingan dari luar ruangpun cukup rendah dan tidak mengganggu
area disekitar ruang.

DAFTAR REFERENSI

Satwiko, P. 2004. Fisika Bangunan, Edisi 1. Yogyakarta: ANDI

Ching, Francis D.K, and Binggeli, Corky. 2011. Interior Desain dengan Ilustrasi, 2nd Edition. Jakarta:
Indeks

Darmasetiawan, Christian, dan Puspakesuma, Lestari. 1991. Teknik Pencahayaan dan Tata Letak
Lampu, Jilid 1. Jakarta: Gramedia Widiasarana

http://fotografiindonesia.net/2015/01/06/sosialisasi-masyarakat-fotografi-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai