4370)
Disusun Oleh
17.A1.0016
Dosen Pembimbing
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat bimbingan dan rahmat-Nya
penulis bisa menyelesaikan proposal seminar berjudul “Penerapan Model Sayap Kupu
– Kupu sebagai Selubung Bangunan” guna pemenuhan persyaratan mata kuliah
Seminar di Program Studi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik
Soegijapranata.
Penulisan proposal ini meneliti tentang pengaruh fasad bangunan terhadap konsumsi
energi pada sebuah bangunan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menjadi
salah satu solusi dalam rangka penghematan energi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak. Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Dra. B. Tyas Susanti, MA, PhD selaku Dekan Fakultas Arsitektur dan Desain
Universitas Katolik Soegijapranata,
2. Christian Moniaga, S.T, M.Ars selaku Kepala Program Studi Arsitektur
Universitas Katolik Soegijapranata,
3. Ir. Supriyono, MT selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Seminar
4. Gustav Anandhita, S.T, M.T selaku dosen pembimbing
5. Seluruh pihak yang tidak bisa dituliskan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Diharapkan dengan penulisan proposal ini bisa bermanfaat waktu
kedepannya.
Penulis,
N.I.M. : 17.A1.0016
Pembimbing Penyusun
Sumber daya alam yg ada di bumi saat ini mulai menipis. Oleh karena itu diperlukan
teknologi yang mampu mengolah kembali sumber daya yang ada atau mampu untuk
mengefisiensi energi yang digunakan. Teknologi yang ingin diterapkan adalah teknologi
kinetic façade yang dipercaya mampu menjadi solusi untuk hal tersebut. Biomimetik
merupakan disiplin ilmu yang mempelajari cara hidup makhluk hidup untuk
menyelesaikan suatu masalah. Arsitektur biomimetik disini menggunakan model dari
sayap kupu – kupu. Sayap kupu – kupu memiliki mikrostruktur yang dapat menangkap
cahaya matahari. Kulit bangunan dinilai efektif dalam rangka penghematan energi.
Metode yang ingin diterapkan kedalam bangunan adalah Biomimetic Adaptive Building
Skins (Bio-ABS) yaitu penggabungan dari biomimetics dan adaptive building skins.
Berdasarkan riset awal yang sudah dilakukan penerapan Bio-ABS dan kinetic façade ini
mampu mengefisiensi energi yang dibutuhkan secara signifikan tergantung kondisi iklim
lokasi.
Kata kunci: Biomimetik, Bio-ABS, Kinetic façade, Energy Efficiency
Bab I
Pendahuluan
Energi merupakan hal yang pokok dalam suatu siklus kehidupan, yang
dihasilkan oleh Sumber Daya Alam (SDA). Dikarenakan pertumbuhan manusia yang
pesat, maka kebutuhan energi akan kian meningkat. Sedangkan, keadaan SDA yang
ada di bumi kian hari terus menyusut, dan sekarang sudah sangat menipis. Hal ini
lantas sudah menjadi masalah serius yang perlu dicari jalan keluarnya.
Energi listrik yang selama kita gunakan sebagian besar berasal dari pembangit
listrik dengan bahan bakar batubara, solar, diesel, dan gas alam. Kegiatan ini
menghasilkan emisi gas rumah kaca (Emisi GRK) yang mempertipis lapisan ozon.
Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa terjadi
peningkatan emisi GRK sebesar 114% dari tahun 2010 hingga 2017 [1].
Fasad bangunan atau selubung memiliki peran yang penting pada suatu
bangunan. Selubung bangunan merupakan lapisan pertama yang menghubungkan
bangunan dan dunia luar. Di era sekarang fasad tidak hanya berasal satu material.
Menurut penelitian yang sudah ada ditemukan bahwa, fasad kinetik mampu
menghemat energi dan memberikan kenyamanan di interior bangunan [2].
Kupu – kupu memiliki respon yang cukup menarik dengan sinar matahari.
Terdapat berbagai macam kupu – kupu yang berasal dari genus dan spesies yang
1
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, ‘Statistik
Tahun 2018 Direktorat Jendral Perubahan Iklim’, 2019
<http://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/statistik_PPI_2018_opt.pdf>.
2
Jialiang Wang and Jing Li, ‘Bio-Inspired Kinetic Envelopes for Building Energy Efficiency Based on Parametric
Design of Building Information Modeling’, Asia-Pacific Power and Energy Engineering Conference, APPEEC, 2010
<https://doi.org/10.1109/APPEEC.2010.5449511>.
berbeda – beda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kupu – kupu Blue
Morpho (Morpho peleides limpida) bahwa mikrostruktur sayap kupu – kupu mampu
mengrefleksikan kembali sinar matahari hingga 20% [3]. Selain itu kupu – kupu akan
mengepakkan sayapnya, ketika permukaan sayap terpapar cahaya matahari terlalu
banyak[4].
Dengan kondisi emisi GRK terus meningkat setiap tahunnya maka diperlukan
efisiensi dalam penggunaan energi. Diharapkan bangunan mampu adaptif dengan
keadaan lingkungan. Dengan menggunakan rekayasa teknologi dan disiplin ilmu
biomimikri diharapkan mampu mengefisiensi konsumsi energi agar lebih optimal.
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut;
1. Bagaimana respon sayap kupu – kupu Blue Morpho terhadap sinar matahari?
2. Bagaiamana implementasi sayap kupu – kupu Blue Morpho sebagai elemen
arsitektural?
3. Bagaimana pengaruh penerapan bentuk sayap kupu – kupu Blue Morpho
sebagai fasad kinetik dengan konsumsi energi dalam bangunan?
1.3 Tujuan
3
Daniel W. Koon and Andrew B. Crawford, ‘Insect Thin Films as Sun Blocks, Not Solar Collectors’, Applied Optics,
39.15 (2000), 2496 <https://doi.org/10.1364/AO.39.002496>.
4
Cheng Chia Tsai and others, ‘Physical and Behavioral Adaptations to Prevent Overheating of the Living Wings of
Butterflies’, Nature Communications, 11.1 (2020), 1–14 <https://doi.org/10.1038/s41467-020-14408-8>.
Tujuan penelitian dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui manfaat penerapan sayap kupu – kupu sebagai elemen arsitektural.
2. Mengetahui pengaruh penerapan fasad kinetik terhadap bangunan.
3. Membuktikan bahwa dengan menerapkan bentuk sayap kupu – kupu sebagai
fasad kinetik bangunan mampu mengefisiensi penggunaan energi dalam
bangunan.
Biomimikri berasal dari kata bios dan mimesis. Bios memiliki arti hidup, dan
mimesis memiliki arti meniru untuk menghasilkan suatu disiplin ilmu baru. Biomimikri
mempelajari cara hidup yang ada di alam lalu menerapkanya guna memecahkan
masalah yang ada[6]. Penggunaan istilah biomimikri dan biomimetik memiliki arti yang
sama karena sama – sama meniru cara kerja alam untuk diterapkan dalam kehidupan
manusia[7].
Menurut penelitian yang sudah dilakukan bahwa Adaptive Building Skins (ABS)
atau selubung bangunan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan mampu
mengefisiensi energi menyesuaikan parameter yang ada di dalam atau luar ruangan [8].
Konsep Biomimetic Adaptive Building Skins (Bio-ABS) merupakan intergrasi dari
biomimetik dan selubung bangunan yang mampu beradaptasi. Biomimetik sebagai
5
Nihal Amer, ‘Biomimetic Approach in Architectural Education: Case Study of “Biomimicry in Architecture” Course’,
Ain Shams Engineering Journal, 10.3 (2019), 499–506 <https://doi.org/10.1016/j.asej.2018.11.005>.
6
Rajshekhar Rao, ‘Biomimicry in Architecture (2nd Ed.)’, International Journal of Advanced Research in
Civil,Structural,Environmental and Infrastructure Engineering and Developing, 1.3 (2014), 101–7
<https://doi.org/10.1080/17508975.2017.1309949>.
7
‘Perbedaan Utama - Bionics vs Biomimetics’, 2020 <https://id.bccrwp.org/compare/difference-between-bionics-
Biomimetik berasalAdaptive Building
8 sebagai penghasil
+
and-biomimetics/#:~:text=Biomimikri dari dua kata,dari
Skins sebagai
= Bio-ABS sebagai
desain alami atau proses.>.
Daniel Aelenei, Laura Aelenei, and Catarina Pacheco Vieira, ‘Adaptive Façade: Concept,
desain
Questions’, Energy Procedia, 91 (2016), 269–75produk desain
Applications,
tipologi
<https://doi.org/10.1016/j.egypro.2016.06.218>.
fasad Research
inspirasi desain dan selubung bangunan merupakan hasil desain menghasilkan fasad
bangunan yang mampu beradaptasi dengan alam [9].
Dalam aplikasinya Bio-ABS dibagi menjadi 4 bagian yaitu skala, bentuk adaptasi,
biomimetic, dan tingkat kinerja. Bagian pertama yaitu skala ukuran dari sistem yang
akan terdefinisi sebagai selubung bangunan, fasad, komponen fasad, dan sub
komponen fasad. Bagian kedua adalah bentuk adaptasi yang dilakukan oleh sistem,
mulai dari fungsi, respon, dan stimulusnya. Fungsi dari sistem ini bisa menjadi shading,
ventilasi, penghangat, pendingin, mengatur kelembaban, memperbaiki udara,ataupun
penghasil energi. Respon yang dihasilkan bisa terjadi perubahan panas, cahaya, udara,
air dan energi. Stimulus untuk mengontrol sistem dibedakan menjadi dua yaitu intrinsik
atau ekstrinsik berdasarkan faktor intrinsisk yakni berasal dari faktor lingkungan dan
faktor ekstrinsik berasal dari stimulus buatan.
Bagian ketiga adalah biomimetic. Ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan yaitu
secara top down (TD), dan bottom up (BU). Pendekatan secara BU adalah pendekatan
biomimetik yang berhubungan langsung dengan masalah yang diangkat, dan
pendekatan secara TD sebaliknya. Terdapat 3 level adaptasi yaitu morfologis, fisiologis,
dan perilaku pada sistem. Adaptasi secara morfologis yaitu secara bentuk dan struktur,
adaptasi secara fisiologis yaitu secara sifat, dan adaptasi perilaku yaitu secara perliaku
makhluk hidup yang di mimik. Beberapa tipe adaptasi yang dihasilkan adalah secara
bentuk, struktur, tekstur, sifat, respon kimiawi, dan gerak nasti berdasatkan makhluk
hidup yang di mimik.
Bagian keempat adalah kinerja dari sistem yang dihasilkan, diperlukan target
kinerja yang diinginkan dari sistem yang diterapkan untuk meningkatkan kinerja
bangunan mulai dari kenyamanan termal, kenyamanan visual, kualitas udara dalam
ruangan, dan kebutuhan energi. Analisa yang dilakukan untuk menentukan seberapa
efektif dalam meningkatkan kinerja bangunan melalui simulasi digital, atau ekseperimen
langsung di tempat atau uji laboratorium. Parameter umum yang digunakan adalah
9
Aysu Kuru and others, ‘Biomimetic Adaptive Building Skins: Energy and Environmental Regulation in Buildings’,
Energy and Buildings, 205 (2019), 109544 <https://doi.org/10.1016/j.enbuild.2019.109544>.
perpindahan cahaya matahari yang masuk, kelembaban, sirkulasi udara, suhu udara,
dan lainnya[10].
Kinetic façade adalah fasad arsitektural yang mampu bergerak secara dinamis
tanpa mempengaruhi struktur bangunan. Secara umum terdapat empat gerak
transformasi geometris yaitu gerak translasi, rotasi, scaling, dan perubahan bentuk
material. Secara skematik seperti gambar yang ada dibawah [11].
Penggunaan kinetic façade mampu untuk mengefisiensi energi yang ada adalah
pergerakan di sudut optimal 85 – 135 o. Kalkulasi perkiraan energi bisa disimulasikan
menggunakan rumus dibawah ini[12],
10
Wang, J., & Li, J. (2010). Bio-inspired Kinetic Envelopes for Building Energy Efficiency based on Parametric Design
of Building Information Modeling. 2010 Asia-Pacific Power and Energy Engineering Conference.
doi:10.1109/appeec.2010.5449511 .
11
Jules Moloney, Designing Kinetics For.
12
Bram Michael Wayne, Danny Santoso Mintorogo, and Lilianny Sigit Arifin, ‘Biomimicry Kinetic Facade as
Renewable Energy’, 2.2 (2019), 1–10.
2.1.4 Kupu – Kupu
Kupu – kupu merupakan serangga pada ordo Lepidoptera atau serangga yang
memiliki sayap sisik[5]. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mikrostruktur sayap
kupu – kupu yang memiliki berbagai permainan spektrum warna. Pada sayap kupu –
kupu juga ditemukan lapisan tipis kitin yang mampu mengurangi cahaya yang diserap
sebesar 20%[6].
Menurut penelitian yang sudah dilakukan, sayap kupu – kupu memiliki struktur
bentuk sarang lebah (honeycombed) pada permukaan sayap kupu – kupu yang mampu
secara efektif memblok sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan [9].
Struktur sayap pada kupu – kupu digunakan untuk menghasilkan warna yang ada
pada sayap kupu – kupu. Kutikula pada sayap kupu – kupu terdiri berbagai macam
lapisan nano dan mikro, lapisan kitin, secara transparan. Dengan skala kutikula yang
berbeda – beda ini yang menyebabkan cahaya yang masuk tidak rata dan terdifraksi.
Tulang rusuk yang menonjol di sisi punggung mendifraksi gelombang cahaya yang
masuk dan menyebabkan cahaya menyebar saat cahaya bergerak di ruang antara
struktur. Gelobang – gelmbang cahaya yang terdifraksi ini kemudian saling menganggu
dan menyebabkan sebagian cahaya dipantulkan kembali. Menurut penelitian yang telah
dilakukan, morfologi mikrostruktur sayap kupu – kupu mampu memantulkan cahaya biru
hingga 75% dengan sudut kemiringan 100 o pada satu bidang dan 15o pada bidang
lainnya[8].
Jenis kupu – kupu yang akan dimimik adalah kupu – kupu Blue Morpho berasal dari
genus Morpho dengan nama latin Morpho peleides limpida. Kupu kupu jenis ini memiliki
bentuk sayap yang sedikit memanjang. Kupu kupu Blue Morpho memiliki struktur
iridescent yang memiliki nano-struktur seperti bentuk pohon natal dari bentuknya
melekuk – lekuk[13]. Pola bentuk seperti ini yang menyebabkan struktur mampu untuk
merefleksikan kembali sebagian cahaya yang masuk. Secara garis besar nano-struktur
dibawah dibagi menjadi 3 bagian penting yang mengarah ke bagian luar yaitu bentuk
punggung yang seperti “pohon natal”, lapisan lamella yang melekuk – melekuk seperti
“cabang”, dan jarak diantara “bukit-bukit”.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Tsai et al, 2020) kupu – kupu akan
mengepakkan sayapnya ketika terpapar cahaya terlalu banyak. Percobaan yang
dilakukan adalah dengan menyorot kupu – kupu dengan lampu senter selama beberapa
detik lalu kupu – kupu merespon dengan mengepakkan sayapnya [14].
2.1.5 Aerogel
Aerogel merupakan salah satu insulator panas yang cukup efektif dalam
penggunaannya. Aerogel terdiri dari nanopartikel yang tersusun dalam jaringan tiga
dimensi yang terbuat dari silica[15]. Umumnya terdapat tiga bentuk penerapan aerogel
yaitu, monolithic aerogel, granular aerogel, encapsulated granular aerogel. Untuk
monolithic aerogel belum dijual secara komersial,
13
Koon and Crawford, Koon, D. W., & Crawford, A. B. (2000). Insect thin films as sun blocks, not solar collectors.
Applied Optics, 39(15), 2496. doi:10.1364/ao.39.002496 .
14
Tsai and others. (2020). Physical and behavioral adaptations to prevent overheating of the living wings of
butterflies. Nature Communications, 11(1). doi:10.1038/s41467-020-14408-8 .
15
Elkimkor, ‘Teknologi Nano Isolator Aerogel’, Institut Teknologi Sepuluh November, 2012
<https://elkimkor.com/2012/10/06/teknologi-nano-isolator-aerogel/#:~:text=Aerogel adalah busa silica
dengan,mobil%2C bahan isolator dalam tekstil%2C> [accessed 30 October 2020].
16
Buro Happold, ‘Aerogel Insulation for Buildings’, Designing Buildings Wiki, 2020
<https://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Aerogel_insulation_for_buildings> [accessed 30 October 2020].
(Kiri) Foto pemasangan aerogel pada dinding bangunan, (Kanan) Gambar
termografik dinding bangunan ketika sudah dipasang lapisan aerogel [17].
17
Ruben Baetens, Bjørn Petter Jelle, and Arild Gustavsen, ‘Aerogel Insulation for Building Applications: A State-of-
the-Art Review’, Energy and Buildings, 43.4 (2011), 761–69 <https://doi.org/10.1016/j.enbuild.2010.12.012>.
2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan konsep pemikiran biomimikri. Terdapat
4 tahapan yaitu scoping, discovering, creating, dan evaluating[18]. Dimulai dari tahap
pertama yaitu menentukan konteks masalah yang akan diteliti serta fungsi dari hasil
penelitian. Tahap kedua yaitu mencari dan menemukan konsep alam atau makhluk
hidup yang akan digunakan guna untuk menyelesaikan masalah yang diteliti. Tahap
ketiga mulai membuat model atau prototype untuk penerapan konsep makhluk hidup
yang di mimik sesuai dengan desain dan fungsi yang diinginkan. Tahap keempat
adalah mengevaluasi kinerja dari sistem yang telah dibuat dalam menyelesaikan
masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini, pada tahap pertama, fungsi sistem yang ingin dibuat adalah
bagaimana fasad bangunan mampu untuk mengefisiensi penggunaan energi di dalam
bangunan. Tahap kedua, model yang akan digunakan adalah mikrostruktur dari sayap
kupu – kupu yang menurut penelitian - penelitian sebelumnya mampu untuk
menghalangi sinar matahari. Tahap ketiga, modelling sistem dibuat menggunakan
aplikasi komputer. Tahap keempat, mengevaluasi apakah penggunaan fasad dengan
memimik mikrostruktur sayap kupu – kupu akan secara efektif mampu mengefisiensi
penggunaan energi dari dalam bangunan.
18
‘Biomimicry Thinking’, Biomimicry 3.8 <https://biomimicry.net/the-buzz/resources/designlens-biomimicry-
thinking/> [accessed 30 October 2020].
Bab III
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah kupu – kupu yang tergolong dalam ordo
Lepidoptera dengan menggunakan kupu – kupu Blue Morpho (Morpho peleides
limpida) sebagai sample hewan yang di mimik. Sample kedua adalah gedung …
sebagai variable tetap yang akan diteliti penggunaan energinya dan perbandingan
menggunakan fasad kinetik dan tidak.