Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL SEMINAR (AR.

4370)

PERIODE SEMESTER GASAL 2020 / 2021

Penerapan Model Sayap Kupu – Kupu sebagai Selubung


Bangunan

Disusun Oleh

Patricia Margaret Manoppo

17.A1.0016

Dosen Pembimbing

Gustav Anandhita, S.T, M.Ars

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat bimbingan dan rahmat-Nya
penulis bisa menyelesaikan proposal seminar berjudul “Penerapan Model Sayap Kupu
– Kupu sebagai Selubung Bangunan” guna pemenuhan persyaratan mata kuliah
Seminar di Program Studi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik
Soegijapranata.

Penulisan proposal ini meneliti tentang pengaruh fasad bangunan terhadap konsumsi
energi pada sebuah bangunan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menjadi
salah satu solusi dalam rangka penghematan energi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak. Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dra. B. Tyas Susanti, MA, PhD selaku Dekan Fakultas Arsitektur dan Desain
Universitas Katolik Soegijapranata,
2. Christian Moniaga, S.T, M.Ars selaku Kepala Program Studi Arsitektur
Universitas Katolik Soegijapranata,
3. Ir. Supriyono, MT selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Seminar
4. Gustav Anandhita, S.T, M.T selaku dosen pembimbing
5. Seluruh pihak yang tidak bisa dituliskan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Diharapkan dengan penulisan proposal ini bisa bermanfaat waktu
kedepannya.

Semarang, 29 Oktober 2020

Penulis,

Patricia Margaret Manoppo


HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL SEMINAR
JUDUL:

Penerapan Model Sayap Kupu – Kupu sebagai Selubung Bangunan

Nama Lengkap : Patricia Margaret Manoppo

N.I.M. : 17.A1.0016

Mata Kuliah : Seminar

Program Studi : Arsitektur

Fakultas : Fakultas Arsitektur dan Desan

Program Studi Arsitektur

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Alamat : UNIKA Soegijapranata Semarang

Jl. Pawiyatan Luhur IV No. 1 Bendan Duwur, Semarang, 50234

Pembimbing : Gustav Anandhita, S.T, M.T

Dosen Koordinator : Ir. Supriyono, MT

Semarang, 29 Oktober 2020


Menyetujui
,

Pembimbing Penyusun

Gustav Anandhita, S.T, M.T Patricia Margaret Manoppo


NPP : NIM : 17.A1.0016
Abstrak

Sumber daya alam yg ada di bumi saat ini mulai menipis. Oleh karena itu diperlukan
teknologi yang mampu mengolah kembali sumber daya yang ada atau mampu untuk
mengefisiensi energi yang digunakan. Teknologi yang ingin diterapkan adalah teknologi
kinetic façade yang dipercaya mampu menjadi solusi untuk hal tersebut. Biomimetik
merupakan disiplin ilmu yang mempelajari cara hidup makhluk hidup untuk
menyelesaikan suatu masalah. Arsitektur biomimetik disini menggunakan model dari
sayap kupu – kupu. Sayap kupu – kupu memiliki mikrostruktur yang dapat menangkap
cahaya matahari. Kulit bangunan dinilai efektif dalam rangka penghematan energi.
Metode yang ingin diterapkan kedalam bangunan adalah Biomimetic Adaptive Building
Skins (Bio-ABS) yaitu penggabungan dari biomimetics dan adaptive building skins.
Berdasarkan riset awal yang sudah dilakukan penerapan Bio-ABS dan kinetic façade ini
mampu mengefisiensi energi yang dibutuhkan secara signifikan tergantung kondisi iklim
lokasi.
Kata kunci: Biomimetik, Bio-ABS, Kinetic façade, Energy Efficiency
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan hal yang pokok dalam suatu siklus kehidupan, yang
dihasilkan oleh Sumber Daya Alam (SDA). Dikarenakan pertumbuhan manusia yang
pesat, maka kebutuhan energi akan kian meningkat. Sedangkan, keadaan SDA yang
ada di bumi kian hari terus menyusut, dan sekarang sudah sangat menipis. Hal ini
lantas sudah menjadi masalah serius yang perlu dicari jalan keluarnya.

Meningkatnya pertumbuhan manusia, maka akan berbanding lurus dengan


meningkatnya kebutuhan akan pembangunan. Pembangunan semakin hari semakin
meningkat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bangunan – bangunan yang ada saat
ini kurang adaptif dengan keadaan lingkungan yang sudah memburuk.

Energi listrik yang selama kita gunakan sebagian besar berasal dari pembangit
listrik dengan bahan bakar batubara, solar, diesel, dan gas alam. Kegiatan ini
menghasilkan emisi gas rumah kaca (Emisi GRK) yang mempertipis lapisan ozon.
Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa terjadi
peningkatan emisi GRK sebesar 114% dari tahun 2010 hingga 2017 [1].

Fasad bangunan atau selubung memiliki peran yang penting pada suatu
bangunan. Selubung bangunan merupakan lapisan pertama yang menghubungkan
bangunan dan dunia luar. Di era sekarang fasad tidak hanya berasal satu material.
Menurut penelitian yang sudah ada ditemukan bahwa, fasad kinetik mampu
menghemat energi dan memberikan kenyamanan di interior bangunan [2].

Kupu – kupu memiliki respon yang cukup menarik dengan sinar matahari.
Terdapat berbagai macam kupu – kupu yang berasal dari genus dan spesies yang

1
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, ‘Statistik
Tahun 2018 Direktorat Jendral Perubahan Iklim’, 2019
<http://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/statistik_PPI_2018_opt.pdf>.
2
Jialiang Wang and Jing Li, ‘Bio-Inspired Kinetic Envelopes for Building Energy Efficiency Based on Parametric
Design of Building Information Modeling’, Asia-Pacific Power and Energy Engineering Conference, APPEEC, 2010
<https://doi.org/10.1109/APPEEC.2010.5449511>.
berbeda – beda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kupu – kupu Blue
Morpho (Morpho peleides limpida) bahwa mikrostruktur sayap kupu – kupu mampu
mengrefleksikan kembali sinar matahari hingga 20% [3]. Selain itu kupu – kupu akan
mengepakkan sayapnya, ketika permukaan sayap terpapar cahaya matahari terlalu
banyak[4].

Dengan kondisi emisi GRK terus meningkat setiap tahunnya maka diperlukan
efisiensi dalam penggunaan energi. Diharapkan bangunan mampu adaptif dengan
keadaan lingkungan. Dengan menggunakan rekayasa teknologi dan disiplin ilmu
biomimikri diharapkan mampu mengefisiensi konsumsi energi agar lebih optimal.

Penerapan biomimikri sayap kupu – kupu pada fasad bangunan diperkirakan


akan memperkecil sinar matahari yang matahari yang masuk kedalam bangunan.
Dengan mengecilnya sinar matahari yang masuk maka konsumsi energi yang
dibutuhkan dalam bangunan juga lebih efisien.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut;

1. Bagaimana respon sayap kupu – kupu Blue Morpho terhadap sinar matahari?
2. Bagaiamana implementasi sayap kupu – kupu Blue Morpho sebagai elemen
arsitektural?
3. Bagaimana pengaruh penerapan bentuk sayap kupu – kupu Blue Morpho
sebagai fasad kinetik dengan konsumsi energi dalam bangunan?

1.3 Tujuan
3
Daniel W. Koon and Andrew B. Crawford, ‘Insect Thin Films as Sun Blocks, Not Solar Collectors’, Applied Optics,
39.15 (2000), 2496 <https://doi.org/10.1364/AO.39.002496>.
4
Cheng Chia Tsai and others, ‘Physical and Behavioral Adaptations to Prevent Overheating of the Living Wings of
Butterflies’, Nature Communications, 11.1 (2020), 1–14 <https://doi.org/10.1038/s41467-020-14408-8>.
Tujuan penelitian dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui manfaat penerapan sayap kupu – kupu sebagai elemen arsitektural.
2. Mengetahui pengaruh penerapan fasad kinetik terhadap bangunan.
3. Membuktikan bahwa dengan menerapkan bentuk sayap kupu – kupu sebagai
fasad kinetik bangunan mampu mengefisiensi penggunaan energi dalam
bangunan.

1.4 Keaslian Penelitian

No. Judul Jurnal Topik Tahun Nama Penulis


Daniel Aeleneia,b,
Adaptive Façade: concept, Laura Aeleneic, and
1. Fasad 2016
applications, research questions Catarina Pacheco
Vieirab
Biomimetic adaptive building Aysu KURU, Philip
skins: Energy and OLDFIELD, Stephen
2. Biomimetic 2019
environmental regulation in BONSER, Francesco
buildings FIORITO
Bio-inspired Kinetic Envelopes
for Building Energy Efficiency
3. Fasad 2010 Jialiang Wang, Jing LI
based on Parametric Design of
Building Information Modeling
Insect thin films as sun blocks, Sayap kupu Daniel W. Koon and
4. 2000
not solar collectors - kupu Andrew B. Crawford
Radwanul Hasan
Theoretical and experimental
Siddique, Silvia
analysis of the structural pattern
5. Kupu - kupu 2013 Diewald, Juerg
responsible for the iridescence
Leuthold, and Hendrik
of Morpho butterflies
Holscher
Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Biomimetik

Istilah “biomimietik” pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuan Amerika


bernama Otto Schmitt pada tahun 1969. Menurut Schmitt, biomimetik merupakan
proses meniru bentuk, struktur, fungsi, atau bahan yang diproduksi dan menghasilkan
sebuah produk baru. Pada tahun 1997, Janine Benyus mendirikan Biomimicry Institute.
Konsep biomimikri sering disalah artikan bahwa bangunan dibangun terlihat semirip
mungkin dengan organisme tertentu. Aplikasi biomimetik adalah mengambil
pembelajaran dari alam yang lalu digunakan dalam peningkatan teknologi [5].

Biomimikri berasal dari kata bios dan mimesis. Bios memiliki arti hidup, dan
mimesis memiliki arti meniru untuk menghasilkan suatu disiplin ilmu baru. Biomimikri
mempelajari cara hidup yang ada di alam lalu menerapkanya guna memecahkan
masalah yang ada[6]. Penggunaan istilah biomimikri dan biomimetik memiliki arti yang
sama karena sama – sama meniru cara kerja alam untuk diterapkan dalam kehidupan
manusia[7].

2.1.2 Biomimetic Adaptive Building Skins (Bio-ABS)

Menurut penelitian yang sudah dilakukan bahwa Adaptive Building Skins (ABS)
atau selubung bangunan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan mampu
mengefisiensi energi menyesuaikan parameter yang ada di dalam atau luar ruangan [8].
Konsep Biomimetic Adaptive Building Skins (Bio-ABS) merupakan intergrasi dari
biomimetik dan selubung bangunan yang mampu beradaptasi. Biomimetik sebagai
5
Nihal Amer, ‘Biomimetic Approach in Architectural Education: Case Study of “Biomimicry in Architecture” Course’,
Ain Shams Engineering Journal, 10.3 (2019), 499–506 <https://doi.org/10.1016/j.asej.2018.11.005>.
6
Rajshekhar Rao, ‘Biomimicry in Architecture (2nd Ed.)’, International Journal of Advanced Research in
Civil,Structural,Environmental and Infrastructure Engineering and Developing, 1.3 (2014), 101–7
<https://doi.org/10.1080/17508975.2017.1309949>.
7
‘Perbedaan Utama - Bionics vs Biomimetics’, 2020 <https://id.bccrwp.org/compare/difference-between-bionics-
Biomimetik berasalAdaptive Building
8 sebagai penghasil
+
and-biomimetics/#:~:text=Biomimikri dari dua kata,dari
Skins sebagai
= Bio-ABS sebagai
desain alami atau proses.>.
Daniel Aelenei, Laura Aelenei, and Catarina Pacheco Vieira, ‘Adaptive Façade: Concept,
desain
Questions’, Energy Procedia, 91 (2016), 269–75produk desain
Applications,
tipologi
<https://doi.org/10.1016/j.egypro.2016.06.218>.
fasad Research
inspirasi desain dan selubung bangunan merupakan hasil desain menghasilkan fasad
bangunan yang mampu beradaptasi dengan alam [9].

Dalam aplikasinya Bio-ABS dibagi menjadi 4 bagian yaitu skala, bentuk adaptasi,
biomimetic, dan tingkat kinerja. Bagian pertama yaitu skala ukuran dari sistem yang
akan terdefinisi sebagai selubung bangunan, fasad, komponen fasad, dan sub
komponen fasad. Bagian kedua adalah bentuk adaptasi yang dilakukan oleh sistem,
mulai dari fungsi, respon, dan stimulusnya. Fungsi dari sistem ini bisa menjadi shading,
ventilasi, penghangat, pendingin, mengatur kelembaban, memperbaiki udara,ataupun
penghasil energi. Respon yang dihasilkan bisa terjadi perubahan panas, cahaya, udara,
air dan energi. Stimulus untuk mengontrol sistem dibedakan menjadi dua yaitu intrinsik
atau ekstrinsik berdasarkan faktor intrinsisk yakni berasal dari faktor lingkungan dan
faktor ekstrinsik berasal dari stimulus buatan.

Bagian ketiga adalah biomimetic. Ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan yaitu
secara top down (TD), dan bottom up (BU). Pendekatan secara BU adalah pendekatan
biomimetik yang berhubungan langsung dengan masalah yang diangkat, dan
pendekatan secara TD sebaliknya. Terdapat 3 level adaptasi yaitu morfologis, fisiologis,
dan perilaku pada sistem. Adaptasi secara morfologis yaitu secara bentuk dan struktur,
adaptasi secara fisiologis yaitu secara sifat, dan adaptasi perilaku yaitu secara perliaku
makhluk hidup yang di mimik. Beberapa tipe adaptasi yang dihasilkan adalah secara
bentuk, struktur, tekstur, sifat, respon kimiawi, dan gerak nasti berdasatkan makhluk
hidup yang di mimik.

Bagian keempat adalah kinerja dari sistem yang dihasilkan, diperlukan target
kinerja yang diinginkan dari sistem yang diterapkan untuk meningkatkan kinerja
bangunan mulai dari kenyamanan termal, kenyamanan visual, kualitas udara dalam
ruangan, dan kebutuhan energi. Analisa yang dilakukan untuk menentukan seberapa
efektif dalam meningkatkan kinerja bangunan melalui simulasi digital, atau ekseperimen
langsung di tempat atau uji laboratorium. Parameter umum yang digunakan adalah

9
Aysu Kuru and others, ‘Biomimetic Adaptive Building Skins: Energy and Environmental Regulation in Buildings’,
Energy and Buildings, 205 (2019), 109544 <https://doi.org/10.1016/j.enbuild.2019.109544>.
perpindahan cahaya matahari yang masuk, kelembaban, sirkulasi udara, suhu udara,
dan lainnya[10].

2.1.3 Kinetic Façade

Kinetic façade adalah fasad arsitektural yang mampu bergerak secara dinamis
tanpa mempengaruhi struktur bangunan. Secara umum terdapat empat gerak
transformasi geometris yaitu gerak translasi, rotasi, scaling, dan perubahan bentuk
material. Secara skematik seperti gambar yang ada dibawah [11].

 Translasi : bergerak ke arah vektor


 Rotasi : bergerak memutar di sekitar axis
 Scaling : berubah ukuran, baik menyempit atau meluas
 Perubahan bentuk : berubah bentuk, tergantung pada jenis materialnya

Penggunaan kinetic façade mampu untuk mengefisiensi energi yang ada adalah
pergerakan di sudut optimal 85 – 135 o. Kalkulasi perkiraan energi bisa disimulasikan
menggunakan rumus dibawah ini[12],

10
Wang, J., & Li, J. (2010). Bio-inspired Kinetic Envelopes for Building Energy Efficiency based on Parametric Design
of Building Information Modeling. 2010 Asia-Pacific Power and Energy Engineering Conference.
doi:10.1109/appeec.2010.5449511 .
11
Jules Moloney, Designing Kinetics For.
12
Bram Michael Wayne, Danny Santoso Mintorogo, and Lilianny Sigit Arifin, ‘Biomimicry Kinetic Facade as
Renewable Energy’, 2.2 (2019), 1–10.
2.1.4 Kupu – Kupu

Kupu – kupu merupakan serangga pada ordo Lepidoptera atau serangga yang
memiliki sayap sisik[5]. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mikrostruktur sayap
kupu – kupu yang memiliki berbagai permainan spektrum warna. Pada sayap kupu –
kupu juga ditemukan lapisan tipis kitin yang mampu mengurangi cahaya yang diserap
sebesar 20%[6].

Menurut penelitian yang sudah dilakukan, sayap kupu – kupu memiliki struktur
bentuk sarang lebah (honeycombed) pada permukaan sayap kupu – kupu yang mampu
secara efektif memblok sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan [9].

Struktur sayap pada kupu – kupu digunakan untuk menghasilkan warna yang ada
pada sayap kupu – kupu. Kutikula pada sayap kupu – kupu terdiri berbagai macam
lapisan nano dan mikro, lapisan kitin, secara transparan. Dengan skala kutikula yang
berbeda – beda ini yang menyebabkan cahaya yang masuk tidak rata dan terdifraksi.

Tulang rusuk yang menonjol di sisi punggung mendifraksi gelombang cahaya yang
masuk dan menyebabkan cahaya menyebar saat cahaya bergerak di ruang antara
struktur. Gelobang – gelmbang cahaya yang terdifraksi ini kemudian saling menganggu
dan menyebabkan sebagian cahaya dipantulkan kembali. Menurut penelitian yang telah
dilakukan, morfologi mikrostruktur sayap kupu – kupu mampu memantulkan cahaya biru
hingga 75% dengan sudut kemiringan 100 o pada satu bidang dan 15o pada bidang
lainnya[8].

Jenis kupu – kupu yang akan dimimik adalah kupu – kupu Blue Morpho berasal dari
genus Morpho dengan nama latin Morpho peleides limpida. Kupu kupu jenis ini memiliki
bentuk sayap yang sedikit memanjang. Kupu kupu Blue Morpho memiliki struktur
iridescent yang memiliki nano-struktur seperti bentuk pohon natal dari bentuknya
melekuk – lekuk[13]. Pola bentuk seperti ini yang menyebabkan struktur mampu untuk
merefleksikan kembali sebagian cahaya yang masuk. Secara garis besar nano-struktur
dibawah dibagi menjadi 3 bagian penting yang mengarah ke bagian luar yaitu bentuk
punggung yang seperti “pohon natal”, lapisan lamella yang melekuk – melekuk seperti
“cabang”, dan jarak diantara “bukit-bukit”.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Tsai et al, 2020) kupu – kupu akan
mengepakkan sayapnya ketika terpapar cahaya terlalu banyak. Percobaan yang
dilakukan adalah dengan menyorot kupu – kupu dengan lampu senter selama beberapa
detik lalu kupu – kupu merespon dengan mengepakkan sayapnya [14].

2.1.5 Aerogel

Aerogel merupakan salah satu insulator panas yang cukup efektif dalam
penggunaannya. Aerogel terdiri dari nanopartikel yang tersusun dalam jaringan tiga
dimensi yang terbuat dari silica[15]. Umumnya terdapat tiga bentuk penerapan aerogel
yaitu, monolithic aerogel, granular aerogel, encapsulated granular aerogel. Untuk
monolithic aerogel belum dijual secara komersial,

Aerogel memiliki konduktivitas panas yang rendah dibandingkan bahan – bahan


insulator panas lainnya. Aerogel memiliki konduktivitas panas sebesar 0,004 W/m.K
dengan nilai konduktivitas panas yang sangat rendah membuktikan bahwa aerogel
[16]
merupakan insulator panas yang baik .

13
Koon and Crawford, Koon, D. W., & Crawford, A. B. (2000). Insect thin films as sun blocks, not solar collectors.
Applied Optics, 39(15), 2496. doi:10.1364/ao.39.002496 .
14
Tsai and others. (2020). Physical and behavioral adaptations to prevent overheating of the living wings of
butterflies. Nature Communications, 11(1). doi:10.1038/s41467-020-14408-8 .
15
Elkimkor, ‘Teknologi Nano Isolator Aerogel’, Institut Teknologi Sepuluh November, 2012
<https://elkimkor.com/2012/10/06/teknologi-nano-isolator-aerogel/#:~:text=Aerogel adalah busa silica
dengan,mobil%2C bahan isolator dalam tekstil%2C> [accessed 30 October 2020].
16
Buro Happold, ‘Aerogel Insulation for Buildings’, Designing Buildings Wiki, 2020
<https://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Aerogel_insulation_for_buildings> [accessed 30 October 2020].
(Kiri) Foto pemasangan aerogel pada dinding bangunan, (Kanan) Gambar
termografik dinding bangunan ketika sudah dipasang lapisan aerogel [17].

2.2 Kerangka Teori


Biomimikri adalah disiplin ilmu yang meniru cara kerja alam atau makhluk hidup
kedalam suatu sistem guna untuk menyelesaikan suatu masalah. Biomimikri dan
biomimetik sama – sama meniru sistem alam untuk diterapkan dalam kehidupan
manusia.
Menurut Aelenei et al, 2006, selubung bangunan mampu mengefisiensi
penggunaan energi di dalam bangunan ketika selubung bangunan tersebut mampu
beradaptasi dengan lingkungan dengan menggunakan parameter luar atau dalam
ruangan. SIstem yang ada pada selubung bangunan akan dapat mengefisiensi energi
ketika mampu beradaptasi dengan alam (Kuru et al, 2019). Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan (Wang, 2010) penerapan bio-inspired kinetic envelopes juga
dinyatakan mampu dalam rangka efisiensi energi di dalam bangunan.
Kupu – kupu secara umum akan selalu mengepakan sayapnya. Menurut Tsai et al,
2020, gerak kepakan sayap kupu – kupu selain untuk terbang adalah untuk merespon
saat cahaya terlalu banyak masuk kedalam sayap kupu – kupu.

17
Ruben Baetens, Bjørn Petter Jelle, and Arild Gustavsen, ‘Aerogel Insulation for Building Applications: A State-of-
the-Art Review’, Energy and Buildings, 43.4 (2011), 761–69 <https://doi.org/10.1016/j.enbuild.2010.12.012>.
2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan konsep pemikiran biomimikri. Terdapat
4 tahapan yaitu scoping, discovering, creating, dan evaluating[18]. Dimulai dari tahap
pertama yaitu menentukan konteks masalah yang akan diteliti serta fungsi dari hasil
penelitian. Tahap kedua yaitu mencari dan menemukan konsep alam atau makhluk
hidup yang akan digunakan guna untuk menyelesaikan masalah yang diteliti. Tahap
ketiga mulai membuat model atau prototype untuk penerapan konsep makhluk hidup
yang di mimik sesuai dengan desain dan fungsi yang diinginkan. Tahap keempat
adalah mengevaluasi kinerja dari sistem yang telah dibuat dalam menyelesaikan
masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini, pada tahap pertama, fungsi sistem yang ingin dibuat adalah
bagaimana fasad bangunan mampu untuk mengefisiensi penggunaan energi di dalam
bangunan. Tahap kedua, model yang akan digunakan adalah mikrostruktur dari sayap
kupu – kupu yang menurut penelitian - penelitian sebelumnya mampu untuk
menghalangi sinar matahari. Tahap ketiga, modelling sistem dibuat menggunakan
aplikasi komputer. Tahap keempat, mengevaluasi apakah penggunaan fasad dengan
memimik mikrostruktur sayap kupu – kupu akan secara efektif mampu mengefisiensi
penggunaan energi dari dalam bangunan.

18
‘Biomimicry Thinking’, Biomimicry 3.8 <https://biomimicry.net/the-buzz/resources/designlens-biomimicry-
thinking/> [accessed 30 October 2020].
Bab III
Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Sample

Populasi dalam penelitian ini adalah kupu – kupu yang tergolong dalam ordo
Lepidoptera dengan menggunakan kupu – kupu Blue Morpho (Morpho peleides
limpida) sebagai sample hewan yang di mimik. Sample kedua adalah gedung …
sebagai variable tetap yang akan diteliti penggunaan energinya dan perbandingan
menggunakan fasad kinetik dan tidak.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode eksperimental. Dilakukan


dengan eksperimen terhadap pengaruh selubung bangunan terhadap penggunaan
energi dalam bangunan. Dari eksperimen yang dilakukan maka akan didapat data yang
bersifat kuantitatif.

3.3 Metode Penelitian


3.4.1 Kajian literatur
Langkah awal yang dilakukan adalah mengkaji literatur untuk mendapatkan
konsep, teori, serta metode yang ingin digunakan. Kajian literatur terhadap
penelitian - penelitian mengenai pengaruh fasad kinetik terhadap penggunaan
energi pada bangunan, serta penelitian mengenai respon sayap kupu – kupu
terhadap sinar matahari, serta bentuk dari sayap kupu – kupu itu sendiri. Kajian
literatur diperlukan untuk mengetahui faktor – faktor yang mampu mendukung
keberhasilan penelitian ini.
3.4.2 Pembuatan model sayap kupu – kupu
Berdasarkan hasil kajian literatur yang telah diperoleh, akan dilakukan
eksperimen pembuatan model sayap kupu – kupu sebagai fasad kinetik
bangunan. Sampel kupu – kupu yang digunakan adalah kupu – kupu Blue
Morpho (Morpho peleides limpida). Pembuatan model menggunakan aplikasi
Rhinocerros dan Grasshopper.
3.4.3 Penerapan model sebagai selubung bangunan
Setelah dilakukan pembuatan model sayap kupu – kupu, dilakukan eksperimen
penerapan model sayap kupu – kupu sebagai fasad kinetik bangunan. Pada
eksperimen ini, variabel – variabel yang digunakan adalah;
 Variabel bebas : Fasad bangunan umum, dan fasad kinetik dengan
menggunakan model sayap kupu – kupu
 Variabel terikat : Besar sinar matahari yang masuk kedalam bangunan
menggunakan fasad bangunan umum dan fasad kinetik dengan model
sayap kupu – kupu
 Variabel kontrol : Gedung … dan simulasi cuaca.

3.4.4 Simulasi cuaca


Untuk mendukung keberhasilan penelitian ini, akan dilakukan simulasi cuaca
terhadap gedung. Simulasi cuaca dilakukan menggunakan aplikasi komputer
yaitu Rhinocerros, Grasshopper, dan Ladybug.

3.4.5 Pengambilan sample dan data


Setelah dilakukan eksperimen diatas, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel
dan data besar sinar matahari yang masuk kedalam bangunan berdasarkan
variabel – variabel penelitian yang sudah ditentukan.

3.4.6 Analisa data


Langkah selanjutnya adalah menganalisa data yang sudah didapatkan untuk
melihat hubungan serta pengaruh fasad kinetik dengan model sayap kupu –
kupu terhadap besar cahaya matahari yang masuk kedalam bangunan. Melalui
analisa ini akan diketahui formulasi fasad kinetik dengan model sayap kupu –
kupu yang paling optimal.

3.4.7 Penarikan kesimpulan dan rekomendasi


Tahap ini berupa rangkuman kesimpulan mengenai penelitian yang telah
dilakukan. Pada tahap ini juga akan dipaparkan apakah metode ini layak untuk
diterapkan secara real atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai