STUDI KASUS
Intiland Tower atau yang lebih dikenal dengan nama Wisma Dharmala Sakti
merupakan bangunan perkantoran yang dirancang oleh salah satu arsitek terkenal
yaitu Paul Rudolph. Gedung Intiland Tower terletak di Kawasan Pusat Bisnis
(CBD) Jl. Jendral Sudirman, Jakarta dan bangunan ini menjadi landmark ikonik di
area Sudirman, Jakarta. Gedung ini berdiri diatas lahan seluas 0,8 hektar, yang
terletak pada perempatan Jl. Jendral Sudirman dan KH. Mas Mansyur. Bangunan
ini mempunyai 23 lantai dan 3 basement dan total luas bangunan ini mencapai
30.986 m² dan total luas ruang perkantoran area yang disewakan mencapai 25.578
m². Sisanya dipergunakan sebagai kantor pusat perusahaan dan sejumlah anak
perusahaan Intiland.
Gambar 3.2 : Fasad Keramik pada Bangunan Intiland / Wisma Dharmala Sakti
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gedung yang dibangun pada tahun 1984-1985 ini di desain dengan sangat
unik, pada bagian fasad pada bangunan dilapisi dengan keramik putih. Penggunaan
keramik bertujuan untuk melindungi beton dari air sehingga menurunkan potensi
tumbuhnya jamur yang dapat merusak/mengurangi kekuatan beton serta dapat
memperpanjang umur beton. Wisma Dharmala Sakti Jakarta juga mengadopsi
budaya landed- Paul Rudolph’s Design Principles on High-Rise Office Buildings
in Indonesia 385 architecture yang ada di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu
usaha yang ditujukan agar bangunan tidak menyebabkan sick building syndrome.
Kanopi yang dapat
memberikan kesan
pembayangan pada
keseluruhan
bangunan. Dengan
adanya teritis ini,
sinar matahari
langsung yang masuk
ke dalam bangunan
dapat disaring, hal ini
menyebabkan suhu
panas tidak terlalu
banyak masuk ke
dalam bangunan
Permainan fasad yang sangat menarik dan artistik pada bangunan Wisma
Dharmala Sakti Jakarta juga memiliki banyak kelebihan dalam kaitannya dengan
iklim tropis lembap. Bangunan ini terinsipirasi dari bentuk atap-atap di Indonesia
yang memiliki overstek karena merespon iklim tropisnya. Overstek pada bangunan
ini berfungsi sebagai teritis yang memberikan pembayangan pada keseluruhan
bangunan. Dengan adanya teritis ini, sinar matahari langsung yang masuk ke dalam
bangunan dapat disaring, hal ini menyebabkan suhu panas tidak terlalu banyak
masuk ke dalam bangunan, dengan demikian, penggunaan penghawaan buatan
dapat diminimalisir. Selain itu, penggunaan skylight untuk memasukkan
pencahayaan alami juga menyebabkan pencahayaan buatan dapat diminimalisir,
terutama pada siang hari dan berhasil menghemat penggunaan listrik untuk
penghawaan buatan dan pencahayaan buatan sebesar 20% pada bangunan ini.
Kantilever pada Bangunan
Intiland / Wisma Dharmala
Sakti yang terlihat di denah.
Kantilever ini juga befungsi
untuk meletakkan tanaman-
tanaman agar terkesan asri dan
sejuk
Gambar 3.5 : Bidang Kaca pada Fasad Bangunan Intiland / Wisma Dharmala Sakti
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Pada Wisma Dharmala Sakti Jakarta, untuk memaksimalkan masuknya
cahaya matahari ke dalam ruangan, maka fasad bangunan yang bersinggungan
langsung dengan bagian luar bangunan dirancang menggunakan bidang transparan
(kaca). Selain itu, penggunaan skylight pada lobby dan griya tawang juga ditujukan
untuk memasukkan cahaya alami ke dalam bangunan. Pencahayaan buatan pada
Wisma Dharmala Sakti Jakarta selalu dilengkapi dengan lempeng perunggu.
Lempeng perunggu ini berfungsi untuk mengurangi rasa silau yang berlebihan,
sekaligus memberikan suasana ruang yang lebih hangat (memantulkan warna
coklat-keemasan).
Void pada
Bangunan Intiland /
Wisma Dharmala
Sakti yang berfungsi
untuk memasukkan
udara sejuk ke
dalam bangunan dan
memasukkan
pencahayaan alami
Didalam bangunan ini terdapat void yang cukup besar sehingga udara sejuk
dapat masuk ke dalam bangunan. Pada perencanaan awal, bangunan ini sebenarnya
tidak perlu menggunakan pendingin ruangan. Namun seiring berjalannya waktu dan
efek rumah kaca telah memberi panas yang cukup parah dan tidak menentu,
akhirnya bangunan ini menggunakan pendingin ruangan pada ruang ruang tertentu.
Tetapi pada koridor tidak diperlukan pendingin ruangan karena udara sejuk masih
dapat masuk dan untuk pencahayaan lampu pada siang hari juga tidak terlalu
diperlukan pada koridor karena cahaya matahari masih dapat masuk ke dalam
bangunan melalui void. Pada bagian canopy juga terdapat tanaman rambat yang
menghiasi fasad bangunan Wisma Dharmala Sakti, dengan adanya tanaman rambat
yang hijau memberikan suasana asri dan sejuk.
Tanaman rambat
pada bagian canopy
dan memberikan
suasana asri dan
sejuk
Gambar 3.11 : Skema Masuknya Angin dah Sinar Matahari ke Dalam Ruangan
(Sumber : Archdaily.com)
Bangunan ini juga menerapkan unsur Light and Shadow yang berasal dari
Shape bangunan yang mana mengikuti pergerakan arah cahaya matahari. Sehingga
melindungi permukaan bangunan dari panas matahari yang mampu memancar ke
dalam bangunan seperti mengurangi sinar matahari panas masuk ke ruangan
sehingga jumlah sinar masuk untuk penerangan alami terpenuhi. Serta pada fasad
bangunan menggunakan kaca jenis Panasa Grey yang berfungsi sebagai
penetralisir sinar matahari yang berlebih masuk ke dalam ruangan serta terhindar
dari silau matahari. Ukuran jendela kaca cukup besar yang memberikan view ke
luar bangunan cukup menarik.
Pencahayaan alami yang masuk ke
dalam bangunan dan menciptakan
unsur light and shadow pada ruang
dalam Intiland Tower Surabaya
Gambar 3.13 : Jenis Kaca Panasa Grey yang Terdapat Pada Fasad Intiland Tower Surabaya
(Sumber : Archdaily.com)
Gambar 3.14 : Kanopi dari Bahan Aluminium Spandrill pada Fasad Intiland Tower Surabaya
(Sumber : Archdaily.com)
Pada bagian kanopi dan teras banguann terdapat tanaman merambat yang
bertujuan untuk mengurangi kebisingan serta polusi dari luar bangunan, mencegah
fluktuasi suhu yang ekstrim dan pada akhirnya akan mencegah terjadinya korosi
pada bangunan. Tanaman merambat juga sangat efektif untuk menjaga udara
didalam bangunan lebih sejuk. Menggunakan bentuk kolom diagonal yang
merupakan ciri khas bangunan Intiland Tower yang memberikan kesan tidak
terkungkung oleh kekakuan struktur pada bangunan itu sendiri sehingga kesan
dinamis yang terlihat pada fasad bangunan Intiland Tower sangat indah dan unik.
Bagian kanopi terdapat
tanaman rambat yang
berfungsi untuk
mengurangi kebisingan
serta polusi dari luar
bangunan dan mencegah
fluktuasi suhu yang
ekstrim
South Quarter,
Jakarta yang
terletak di Jalan
TB Simatupang,
Jakarta Selatan.
Gambar 3.20 : Detail louver (kisi-kisi) yang terdapat pada fasad South Quarter, Jakarta
(Sumber : wkkarchitects.com)
Pada bagian South Quarter terdapat satu bangunan yang memiliki bentuk
seperti dome atau kubah, bangunan South Quarter dome ini merupakan fasilitas
yang memenuhi kebutuhan food and beverage serta menjadi tempat untuk
melakukan interaksi bisnis. Pada bagian atap kubah restoran Jakarta Selatan ini
terbuat dari material membran. Material ini terbilang ringan, aman, dan pada saat
yang bersamaan mampu menyuplai udara ke dalam kubah. Material yang
dipergunakan juga transparan sehingga cahaya matahari dapat masuk dengan
leluasa dan menerangi seluruh area dome. Selain itu, para pengunjung tetap dapat
menikmati suasana diluar dome walaupun mereka berada di dalam ruangan. Pada
bagian South Quarter dome ini juga terdapat motif kubah yang dipenuhi dengan
salah satu ornamen khas Indonesia yaitu batik. Dalam hal ini, ornamen batik yang
dipilih adalah batik Cirebon dengan motif Mega Mendung. Hal ini membuat South
Quarter Dome sukses memadukan antara desain modern dengan budaya tradisional
Indonesia.