Anda di halaman 1dari 9

EMERGENCY EXIT

Dalam Bab III Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 menjelaskan
bahwa pintu darurat harus didesain mampu berayun dari posisi mana-pun hingga mencapai
posisi terbuka.

Menurut Juwana (2005:136), beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh pintu darurat, di
antaranya adalah:

1. Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam


2. Pintu harus dilengkapi dengan minimal 3 engsel
3. Alat penutup pintu otomatis (door closer)
4. Tuas/tungkai pembuka pintu (panic bar)
5. Tanda peringatan: “PINTU DARURAT – TUTUP KEMBALI”,
6. Kaca tahan api (maksimal 1 m2) diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu
dan Pintu harus dicat dengan warna merah
Untuk menentukan jumlah dan lebar pintu kebakaran tiap zona dapat ditentukan dengan
perhitungan di bawah ini:

1. Perhitungan luas bangunan (A) tiap lantai atau zona


Kita bisa mengetahui luas bangunan (A) dari gambar rencana (contoh: A = 632 m2)

2. Perhitungan jumlah orang (N)


Pada Tabel Komponen Penentuan Lebar Pintu Keluar dibawah ini kita bisa
menetapkan beban okupansi bangunan (contoh: Jenis bangunan komersil dengan
beban okupensi 5,6 untuk lantai lain)
Setelah itu kita dapat menentukan jumlah orang (N) dengan perhitungan:
N = Luas Bangunan (A)/Beban Okupansi = 632/5,6 = 112,85 orang > 113 orang

3. Perhitungan kebutuhan eksit pada tiap lantai


Setelah mengetahui jumlah orang tiap lantai atau zona, selanjutnya menghitung
kebutuhan eksit pada tiap lantai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Waktu escape (T) untuk bahaya kebakaran sedang = 3 menit (Keselamatan Bahaya
Kebakaran, dikutip dari: http://pkppksupadio.wordpress.com)
Lebar Tempat Keluar (U): N/(40 x T) = 113/(40 x 3) = 0,95 ~ 1 m
Jumlah eksit (E): (U/4) + 1 = (1/4) + 1 = 1,25 ~ 1 unit
Jadi jumlah pintu kebakaran yang dibutuhkan setiap 632 m2 adalah 1 unit dengan
lebar 1 m
TANGGA
Pada SNI 03-1746-2000 butir 5.2 kriteria tangga darurat, antara lain:

1. Konstruksi

 Semua tangga yang digunakan sebagai sarana jalan ke luar sesuai persyaratan, harus
dari konstruksi tetap yang permanen.
 Setiap tangga, panggung (platform) dan bordes tangga dalam bangunan yang
dipersyaratkan dalam standar ini untuk konstruksi kelas A atau kelas B harus dari
bahan yang tidak mudah terbakar.

2. Bordes tangga

 Tangga dan bordes antar tangga harus sama lebar dengan tanpa pengurangan lebar
sepanjang arah lintasan jalan ke luar. Dalam bangunan baru, setiap bordes tangga
harus mempunyai dimensi yang diukur dalam arah lintasan sama dengan lebar tangga.
Pengecualian: Bordes tangga harus diijinkan untuk tidak lebih dari 120 cm (4 ft)
dalam arah lintasan, asalkan tangga mempunyai jalan lurus.

3. Permukaan anak tangga dan bordes tangga

Pengukuran tinggi anak tangga dengan kemiringan kedepan

Pengukuran tinggi anak tangga dengan kemiringan ke belakang

Kedalaman anak tangga


Pengukuran anak tangga dengan tumpuan yang stabil

Pengukuran anak tangga dengan permukaan injakan yang tidak stabil

Pagar pengaman dan rel pegangan tangan

 Sarana jalan ke luar yang lebih dari 75 cm (30 inci) diatas lantai atau di bawah tanah
harus dilengkapi dengan pagar pengaman untuk mencegah jatuh dari sisi yang
terbuka.
 Tangga dan ram harus mempunyai rel pegangan tangan pada kedua sisinya. Di dalam
penambahan, rel pegangan tangan harus disediakan di dalam jarak 75 cm (30 inci)
dari semua bagian lebar jalan ke luar yang dipersyaratkan oleh tangga. Lebar jalan ke
luar yang dipersyaratkan harus sepanjang jalur dasar dari lintasan.

(1) Dianggap jalur lintasan biasa pada tangga monumental


dengan lokasi rel pegangan tangan yang beragam
(2) Dianggap jalur lintasan biasa pada tangga monumental
dengan lokasi rel pegangan tangan yang beragam

(3) Dianggap jalur lintasan biasa pada tangga monumental


Detail rel pegangan tangan

Ruangan tertutup dan proteksi dari tangga

Jalur tangga dengan dinding luar tidak tahan api


dalam bidang yang sama dengan dinding luar

Jalur tangga dengan keliling yang menonjol ke luar


pada dinding luar bangunan
Jalur tangga dengan dinding luar tidak diproteksi berhadapan
dengan dinding luar yang bersebelahan dari bangunan

Penempatan tanda arah tangga

Catatan Sumber:

1. Juwana, J. S. 2005. Sistem Bangunan Tinggi, Jakarta: Erlangga


2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. 2008.
Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
3. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1746-2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan
Pemasangan Sarana Jalan Keluar untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Gedung. 2000. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Anda mungkin juga menyukai