Anda di halaman 1dari 27

sistem proteksi kebakaran pasif

adalah sistem proteksi kebakaran yang dibangun melalui


pengaturan penggunaan bahan, komponen struktur
bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, penyediaan
ruang-ruang terbuka, perlindungan terhadap bukaan,
sarana penyelamatan untuk penghuni waktu evakuasi
maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya
penyelamatan dan operasi pemadaman kebakaran pada
bangunan
Titik Api dan Penyebarannya
Konduksi terjadi jika panas dipindahkan langsung melalui
suatu bentuk struktur dari sumber api yang terdekat,
sebagaimana yang terjadi pada pengurangan kekuatan
tulangan baja pada struktur beton bertulang jika suhu
meningkat diatas 400C.
Konveksi terjadi terjadi jika gas/udara panas meningkat
didalam gedung, dimana api dengan mudah menjalar dari
tanah ke lantai diatasnya melalui lubang tangga atau lubang
saluran (shaft).
Radiasi merupakan penjalaran api menurut garis lurus dari
bahan yang terbakar kebahan terdekat yang mudah terbakar.
J endela kaca merupakan tempat penjalaran radiasi, juga
gedung yang letaknya berdekatan.
Mengingat tidak ada satu bangunan yang dapat 100% aman
terhadap bahaya kebakaran, maka resiko pada tingkat tertentu
yang diakibatkan oleh bahaya kebakaran harus dapat diterima.
Para arsitek dan tenaga profesional yang terkait pada rancangan
bangunan tinggi perlu melakukan analisa bagi rancangan
bangunannya secara seksama, agar dapat terjamin tersedianya
fasilitas yang memadai bagi pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran. Semua kemungkinan bahaya api perlu
diantisipasi untuk menjamin adanya sistem yang baik sejak awal
proses perancangan bangunan.
Intensitas api perlu dikendalikan, agar memungkinkan petugas
pemadam kebakaran untuk dapat mematikan apinya dengan
menggunakan peralatan yang ada padanya. Hal ini dimungkinkan
jika luas lantai dibatasi dengan sistem kompartemen, keberadaan
bahan yang dapat terbakar diketahui secara pasti, dan struktur
bangunan dapat tahan terhadap api.
Kemudahan penjalaran api didalam, dan dari suatu bangunan
tertentu, tergantung dari banyaknya bahan-bahan yang mudah
terbakar, kemampuan struktur bangunan untuk dapat bertahan
terhadap api dan lokasi gedung terhadap sumber api.
Prinsip dasar pencegahan penjalaran api dimaksudkan
untuk memastikan bahwa kerusakan yang terjadi akibat
kebakaran hanya terbatas pada bangunan yang terbakar, dan
dapat dimengerti bahwa kemungkinan yang terburuk adalah
kerusakan total struktur bangunan dan isinya. Sedangkan
penjalaran api ke bangunan yang berdekatan, entah akibat
radiasi atau percikan api, tergantung dari lokasinya dan bukaan
yang ada pada dinding sebelah luar.
Untuk pengamanan terhadap kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan, tentang akses dan pasokan air untuk
pemadaman kebakaran , tentang sarana penyelamatan, secara
rinci dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no
26/PRT/M/2008 tanggal 30 Desember 2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan
Lingkungan, dan SNI 03-6571-2001 tentang Sistem
Pengendalian Asap Kebakaran pada Bangunan Gedung, SNI 03
1746-2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan
Sarana Jalan Keluar untuk Penyelamatan terhadap Bahaya
Kebakaran pada bangunan Gedung..
Sistem Pencegahan dan Penanggulangan bahaya
kebakaran pasif
Sistem pencegahan secara pasif bertumpu pada rancangan
bangunan yang memungkinkan orang keluar dari bangunan
dengan selamat pada saat terjadi kebakaran dan kondisi darurat
lainnya.
Konstruksi tahan api
Tingkat Ketahanan Api (TKA), diukur dalam satuan menit, yang
ditentukan berdasarkan standar uji ketahanan api untuk kriteria
sebagai berikut :
(a) ketahanan memikul beban (kelayakan struktur);
(b) ketahanan terhadap penjalaran api (integritas);
(c) ketahanan terhadap penjalaran panas (isolasi); yang dinyatakan
berurutan.
Pintu Kebakaran.
Beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh pintu kebakaran, diantaranya
adalah:
Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam
Pintu harus dilengkapi dengan minimal tiga engsel.
Pintu juga harus dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis (door
closer).
Pintu dilengkapi dengan tuas/tungkai pembuka pintu yang berada di luar
ruang tangga (kecuali tangga yang berada di lantai dasar, berada didalam
ruang tangga), dan sebaiknya menggunakan tuas pembuka yang
memudahkan , terutama dalam keadaan panik (panic bar).
Pintu dilengkapi tanda peringatan: TANGGA DARURAT-TUTUP
KEMBALI.
Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1 m2
dan diletakan di setengah bagian atas dari daun pintu.
Pintu harus dicat dengan warna merah yang ditentukan.
Lokasi pintu keluar dan jarak dari pintu keluar ketempat yang aman diluar
bangunan sekitar 45 m bila kondisi tanpa springkler atau 70 m bila kondisi
dengan springkler.
Koridor dan Jalan Keluar
Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda
yang menunjukkan arah dan lokasi pintu kebakaran. Tanda
EXIT atau KELUAR dengan anak panah menunjukan arah
menuju pintu kebakaran atau tangga kebakaran/darurat, dan
harus ditempaykan pada setiap lokasi dimana pintu kebakaran
terdekat tidak dapat langsung terlihat.
Tanda EXIT harus dapat dilihat dengan jelas, diberi
lampu yang menyala pada kondisi darurat, dengan kuat
cahaya tidak kurang dari 50 lux dan luas tanda minimum 155
cm2 serta ketinggian huruf tidak kurang dari 15 cm
(tebal huruf minimum 2 cm).
Kompartemen
Kompartemen merupakan konsep yang penting dalam
usaha penyelamatan manusia dalam menghadapi bahaya
kebakaran. Gagasan dasarnya adalah menahan dan
membatasi penjalaran api agar dapat melindungi penghuni
atau pengguna bangunan dan barang-barang dalam
bangunan untuk tidak secara langsung bersentuhan dengan
sumber api. Pada bangunan tinggi, dimana mengevakuasi
seluruh orang dalam gedung dengan cepat adalah hal yang
mustahil, kompartemen dapat menyediakan penampungan
sementara bagi penghuni atau pengguna bangunan untuk
menunggu sampai api dipadamkan atau jalur menuju pintu
kebakaran sudah aman.
Tangga Darurat/Tangga Kebakaran
Pada saat terjadinya kebakaran atau kondisi darurat,
terutama pada bangunan tinggi, tangga kedap api/asap
merupakan tempat yang paling aman dan harus bebas dari
gas panas dan beracun. Ruang tangga yang bertekanan
(pressurized stairwall) diaktifkan secara otomatis pada saat
kebakaran. Pengisian ruang tangga dengan udara segar
bertekanan positif akan mencegah masuknya asap dari lokasi
yang terbakar kedalam ruang tangga. Tekanan udara dalam
ruang tangga tidak boleh melampaui batas aman, karena jika
tekanan udara dalam ruang tangga terlalu tinggi perlu
ditempatkan beberapa kipas udara (blower) untuk memastikan
bahwa udara segar yang masuk kedalam ruang tangga jauh
dari kemungkinan masuknya asap. Disamping itu bangunan
dengan tinggi sesuai ketentuan perlu dilengkapi dengan lif
kebakaran.
CONTOH : TANGGA KEBAKARAN
CONTOH : INJAKAN DAN TANJAKAN TANGGA KEBAKARAN
CONTOH : TANGGA KEBAKARAN DILUAR DINDING BANGUNAN
JUMLAH SARANA JALAN KELUAR
POSISI TANGGA KEBAKARAN
DENAG TANGGA KEBAKATAN GUNTING DENGAN 2 PINTU
CONTOH : TANGGA GUNTING
POSISI TANGGA GUNTING
BANGUNAN RUMAH 4 LANTAI LEBIH
DENAH BANGUNAN RUMAH 4 LANTAI LEBIH
BANGUNAN RUMAH 4 LANTAI LEBIH
TANGGA KEBAKARAN GUNTING DILUAR GEDUNG
TANGGA KEBAKARAN GUNTING DIDALAM GEDUNG
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai