Anggota Kelompok:
1. ANINDITA CINTYA A (04.2016.1.03012)
2. RISMA YUNIA FERDANI (04.2016.1.03018)
3. IKE ARDIA PRAMESTI (04.2016.1.03020)
4. SHOFI RACHMANI (04.2016.1.03027)
5. GARDA MARSIANA GERE (04.2016.1.03028)
6. AYU KURNIAWATI (04.2016.1.03046)
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KONDISI DARURAT
Konduksi terjadi jika panas dipindahkan langsung melalui suatu bentuk struktur dari sumber api yang terdekat, sebagaimana yang terjadi pada
pengurukan kekuatan tulangan baja pada struktur beton bertulang jika suhu meningkat di atas 400% C.
Konvesi terjadi jika gas/ udara panas menngkat di dalam gedung.melalui lubang tangga atau lubang saluran ( shaft).
Radiasi merupakan penjalaran api menurut garis lurus dari bahan yang terbakar ke bahan terdekat yang mudah terbakar. Jendela kaca merupakan
tempat penjalaran radiasi.
Pada saat terjadi kebakaran , ada empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan bahaya api, yaitu: penghuni bangunan (manusia), isi
bangunan (harta), struktur bangunan, dan bangunan yang letaknya bersebelahan. Tiga hal yang pertama berkaitan dengan bahaya api yang ada pada
bangunan yang terbakar. Bahaya utama bagi manusia adalah keracunan akibat terhirupnya asap (non termal). Sekitar 75% kematian manusia pada
bangunan yang terbakar diakibatkan oleh asap, sedang sekitar 25% kematian disebabkan oleh panas yang ditimbulkan oleh api (termal).
Asap akan menyebabkan orang sulit melihat dan mengaburkan pertimbangan akan tindakan yang ingin dilakukan (bingung).
Adapun klasifikasi bangunan terhadap kemungkinan bahya kebakaran dapat dikelompokkan menjadi :
Sedangkan, berdasarkan keputusan menteri pekerjaan umum nomor 02/KPTS/1985, ketentuan pencegahan dan penanggulangan bahya kebakaran pada
bangunan gedung dibagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu :
1.Bangunan kelas a
Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya tiga jam.
2. Bangunan kelas b
Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam.
3. Bangunan kelas c
Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya setengah jam.
4. Bangunan kelas d
Bangunan yang tidak tercakup dalam kelas A, B, dan C, tidak diatur dalam ketentuan ini, tetapi diatur secara khusus , seperti: instalasi nuklir dan bangujan-
bangunan yang digunakan sebagai gudangnya bahan-bahan yang mudah meledak.
7.2 SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PASIF
C.Pintu juga harus dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis ( door closer )
D.Pintu dilengkapi dengan tuas/tungkai pembuka pintu yang berada diluar ruang tangga
E.Pintu dilengkapi tanda peringatan : ‘’TANGGA DARURAT - TUTUP KEMBALI’’
F.Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1 m² dan diletakkan disetengah bagian atas dari daun pintu.
G.Pintu harus dicat dengan warna merah.
Tabel 7.1 JARAK TEMPUH KELUAR
7.2.3. KORIDOR DAN JALAN KELUAR
Harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukan Tanda EXIT atau KELUAR harus diletakan pada setiap lokasi.
arah dan lokasi pintu keluar. Serta dapat dilihat dengan jelas.
7.2.4. KOMPARTEMEN
Merupakan konsep penting dalam usaha penyelamatan dalam bahaya
kebakaran dengan menahan dan membatasi penjalaran api.
Menyediakan penampungan sementara bagi penghuni bangunan untuk
menunggu sampai api dipadamkan / jalur pintu keluar sudah aman.
7.2.5. EVAKUASI DARURAT
a. Tangga Darurat / Tangga Kebakaran
Pada bangunan tinggi dibutuhkan tangga kedap api / asap , tempat
aman dan harus bebas dari gas panas dan beracun.
Ruang tangga yang bertekanan diaktifkan otomatis saat kebakaran.
Pengisian ruang tangga dengan udara segar bertekanan positif akan
mencegah menjalarnya asap dari lokasi kebakaran kedalam ruang
tangga. Tekanan dalam ruang tangga tidak boleh melampaui batas
aman, karena jika terjadi akan menyebabkan pintu sulit dibuka.
Chute System
Panas kebakaran dapat menjalar secara horizontal, Asap panas dapat Beberapa media yang dapat digunakan untuk mengendalikan asap sangat
menimbulkan titik api baru dan mengurangi efektifitas system tergantung dari fungsi dan luas bangunan, antaranya :
sprinkler. Untuk mencegah terjadinya penjalaran asap secara •Jendela, pintu, dinding / partisi dll yang daopat dibuka sebanding
horizontal, dalam gedung perlu dipasang tirai penghalang asap. dengan 10% luas lantai
•Saluran vetilasi udara merupakan system pengendalian asap otomatis
Mengalirkan asap dari dalam gedung akan mengurangi bahaya bagi ( exhaust fan / blower )
petugas pemadam kebakarandan akan mempercepat pencarian •Ventilasi di atap gedung dapat secara permanen terbuka / dibuka dengan
sumber api. alat bantu.
•Sistem penyedotan asap melalui saluran kipas udara diatas bangunan.
Catatan
Kotak Hidrant
• Di kota-kota besar, air untuk hidran, selang kebakaran, dan sistem sprinkler dapat dipasok dari
jaringan pipa air di jalan-jalan utama. Lebih praktis dapat disedot dari kolam renang, waduk, saluran
riol kota atau sungai. Air laut juga dapat digunakan asalkan pipa yang digunakan tahan terhadap
kemungkinan terjadi korosi.
• Di daerah pinggiran kota, kadang pipa distribusi air di jalan-jalan utama belum tersedia, sehingga
jika terjadi kebakaran diperlukan tangki persediaan air atau bendungan dengan kapasitas
penyimpanan yang cukup besar untuk memadamkan api.
• Cadangan air untuk hidran dan sistem sprinkler umumnya disimpan dalam tempat penyimpanan tertentu
(reservoir).
• Jika memungkinkan, tangki penyimpanan air dapat difungsikan ganda, baik untuk keperluan sehari-hari maupun
untuk pemadaman api. Agar air dalam tangki selalu tersedia untuk pemadaman api, maka lubang pasokan
dibedakan dengan lubang untuk kebutuhan sehari-hari.
• Pasoka air dari luar harus ditanam dalam tanah. Jika dipasang di atas permukaan tanah, maka pipa perlu
ditopang oleh struktur yang tidak akan runtuh saat terjadi kebakaran.
a. Tangki Air
• Untuk bangunan tinggi diperlukan tangki air di atas bangunan untuk menyediakan air dengan tekanan tinggi
yang dibutuhkan untuk penyemprotan hidran di bawahnya.
• Air dalam tangki harus cukup untuk kebutuhan jika terjadi kebakaran (sekitar 30 menit), yang diperkirakan
waktu yang cukup bagi mobil pemadam kebakaran melakukan persiapan.
• Tangki berkapasitas 25 m³ cukup untuk kebutuhan dua hidran yang bekerja selama sekitar 30 menit.
b. Tekanan Air
•Tekanan air di berbagai lokasi berbeda. Umumnya tekanan air tidak cukup kuat untuk hidran/selang kebakaran
yang ditempatkan di ketinggian lebih dari 14 meter dari permukaan tanah. Untuk itu diperlukan pompa.
•Pada lokasi yang tidak memadai untuk pasokan air, diperlukan tangki air di atas bangunan dan pompa tekan untuk
bangunan dengan tinggi kurang dari 25 meter.
• Agar efektif, tekanan hidran harus dapat menjangkau ketinggian antara 26 – 66 meter (0,5
kg/cm²). Jika terlalu rendah, jarak semprotan menjadi pendek, dan jika terlalu tinggi, selang sulit
dikendalikan.
• Pada bangunan tinggi lebih dari 40 meter, tekanan hidran perlu dibagi tingkatan.
• Tekanan air pada satu lantai di bawah tangki air ditempatkan, biasanya lebih rendah dari yang
diisyaratkan bagi pengoperasian hidran. Untuk itu diperlukan pompa diesel untuk memberikan
tekanan air.
• Untuk bangunan tinggi lebih dari 14 meter, perlu ditempatkan penghubung hidran (Siamese), agar
pemadam kebakaran dapat menghubungkan selang ke peralatan di mobil kebakaran.
7.4. PERANCANGAN SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
• Rancangan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran terpadu perlu mengikuti setiap langkah yang
ditentukan, urutannya sebagai berikut:
a. Tentukan sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang dibutuhkan oleh suatu bangunan.
b. Hitung luasan lantai bangunan agar dapat menentukan volume tangki persediaan air, ruangan pusat
pengendalian kebakaran, ruang pompa, dan sebagainya.
c. Padukan seluruh sistem pencegahan dan pengendalian kebakaran dengan sistem bangunan lainnya
(arsitektural, structural, dan utilitas lainnya).
• Hidran perlu dipasang pada semua gedung yang mempunyai tinggi lebih dari 3 lantai, dengan pengecualian:
a. Bangunan dengan luas keseluruhan kurang dari 500 m².
b. Bangunan yang tingginya satu atau dua lantai yang mempunyai hidran halaman dengan jarak kurang dari 60
meter.
system tanda bahaya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tanda bahaya untuk keadaan daruat yang berkaitan dengan keamanan bangunan dan yang
terkait pada keadaan keamanan penghuni/pengguna bangunan dan harta benda yang ada didalam bangunan yang ditujukkan untuk menangkal
kejahatan ( seperti perampokan , pencurian , aksi terorisme , dan bentuk kejatahan lainnya.).
bangunan dilengkapi dengan system tanda bahaya atau alarm system yang panel induknya berada pada ruang pengendalian kebakaran , sedang
sub –panelnya dapat dipasang di setiap lantai berdekatan dengan kotak hidran. Tanda alarm bahaya kebakaran dihubungkan dengan system detector
( detector asap atau panas ) atau system sprinkler.
ketika detector berfungsi , hal ini akan terlihat pada monitor yang ada pada panel utama pengendalian kebakaran , dan tanda
bahaya dapat dibunyikan secara manual , atau secara otomatis , dimana pada saat detector berfungsi terjadi arus pendek yang akan
menyebabkan tanda bahaya tertentu berbunyi.
pada tanda bahaya system keamanan ( security system ) digunakan berbagai jenis detector / sensor , yaitu : sensor ultrasonic,
sensor gelombnag mikro , sensor infra merah , atau sensor suara. sensor dapat diberupa sakelar yang dapat ditempatkan pada lokasi
tertentu dan dapat difungsikan secara manual untuk membuat tanda bahaya berfungsi.
sesnsor ultra sonic dapat dikacaukan jika terjadi turbulensi udara akibat system tata udara atau adanya bunyi yang disebabkan
oleh dering telephone , suara kipas udara atau getaran peralatan dalam ruang. Sensor ultrasonic dapat mencakup luas 7,00 meter X
9,00 meter. Pada gelombang mikro, sensor baru berfungsi jika objek telah mencapai jarak tertentu , dan perkiraan dimensi objek yang
bergerak dapat diatur. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan kekeliruan antara manusia dan binatang peliharaan dan
gangguan akibat adanya turbulensi atau getaran benda – benda.
sensor gelombang mikro tergolong system aktif , karena alat tersebut selalu bekerja dengan memancarkan gelombang suara. Sensor yang
menggunakan inframerah tergolong sensor pasif, karena tubuh manusia dan benda – benda yang mempunyai panas akan mengeluarkan radiasi infra
merah. Sensor infra merah dapat dipasang sampai jarak 30 meter.
sensor suara menggunakan sensor Analisa akustik , juga merupakan sensor pasif , dan akan berfungsi jika tidak terjadi frekuensi tertentu .
banyak bangunan dilengkapi dengan detector logam ( metal detector ) yang dapat mendeteksi adanya bahan peledak , amunisi, dan senjata api.
Hal ini untuk mencegah berbagai tindak kejahatan terorisme. Dan juga untuk memudahkan pemantauan , dipasang jaringan televisi tertutup pada
lokasi yang rawan kejahatan.
7.6.1 Sistem pengamanan ruangan dengan anak kunci
Pengamanan dilakukan dengan memasang kunci pada setiap pintu yang dibuka dengan menggunakan anak kunci tertentu. Prinsipmya terdapat dua
system perkuncian ( key system ) , yaitu : dengan master key dan system penguncian yang dipusatkan (central locking system ).
Sistem master key , sebuah anak kunci dapat digunakan untuk membuka beberapa pintu yang berada di bawah tingkatannya, yang disusun
berdasarkan hirarki ( gambar 7.29). Kunci grand master dapat digunakan untuk membuka seluruh pintu yang ada di dalam satu bangunan. Kunci master
dapat digunakan untuk membuka seluruh pada satu lantai tertentu dalam bangunan.jika setiap lantai bangunan dibagi atas beberapa zona maka pintu – pintu
yang berada pada zona tertentu dapat dibuka oleh kunci sub – master. Sistem ini biasanya dipakai untuk bangunan hotel kantor , Pendidikan dan industry.
Anak kunci nomor 10 pada gambar 7.29. dinamkan kunsi pass group , atau dikenal dengan kunci duplikat, yang digunakan oleh beberapa orang untuk
membuka satu pintu tertentu.
Dalam system central lock , beberapa anak kunci tertentu yang berbeda dapat digunkan untuk membuka satu pintu tertentu. Sistem ini biasanya
digunkana pada bangunan apartemen.