Anda di halaman 1dari 9

Evaluasi Sarana Evakuasi Kebakaran di Gedung Arsitektur Labtek IX B Institut

Teknologi Bandung
Diah Fitria Ardani
15213059
Program Studi Arsitektur ITB
Sekolah Arsitektur, Perencanaa, dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung
diahfitriaardani@gmailcom
Abstrak
Sarana evakuasi merupakan salah satu elemen keamanan dan keselamatan pada bangunan.
Sarana evakuasi meliputi tangga darurat, lift darurat, tanda keluar, dan koridor menuju pintu
darurat. Desain sarana evkuasi kebakaran perlu dipikirkan dengan matang karena berhubungan
dengan keamanan dan keselamtan penggunanya. Begitupun juga dengan operasi dan perawatan
dari sarana evakuasi. Beralih fungsinya sarana evakuasi seperti area tangga kebakaran dapat
membahayakan pengguna di dalam bangunan disaat terjadi keadaan darurat. Gedung Labtek
IX B Arsitektur ITB merupakan bangunan yang sudah berdiri cukup lama dan perlu dievaluasi
kembali kelayakan keselamatan dan keamanannya dalam hal sarana evakuasi kebakaran agar
disaat terjadi keadaan darurat baik kebakaran maupun bencana alam, sarana dapat digunakan
selayaknya sehingga keamanan serta keselamatan penggunanya tetap terjamin. Oleh karena itu,
diperlukan evaluasi berupa solusi desain yang dapat diterapkan dalam sarana evakuasi di
gedung Labtek IX B Arsitektur ITB.
Kata kunci: Sarana evakuasi kebakaran, tangga kebakaran, Labtek IX B Arsitektur,
keselamatan, keamanan.
I.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Health, safety, and environment atau HSE in design adalah desain bangunan yang telah
mempertimbangkan atau menitik beratkan pada kesehatan (health), keselamatan dan keamanan
(safety) penghuni bangunan, dan teap menjaga kelestarian lingkungan (environtment) sekitar
bangunan. Keamanan dan keselamatan adalah salah satu aspek yang harus dipertimbangkan
dalam mendesain bangunan. Salah satu sarana keamanan dan keselamatan dalam bangunan
adalah sarana evakuasi kebakaran yang meliputi tangga darurat, refuge area, tanda keluar (exit
sign), lift kebakaran, dan discharge area.
Kebakaran pada bangunan adalah salah satu bencana yang menyebabkan kerugian yang
besar baik dari segi materil maupun dari segi korban jiwa. Kebakaran juga tidak hanya
memusnahkan barang-barang yang terbakar di dalamnya namun juga dapat merusak fungsi dan
struktur pada bangunan itu sendiri. Syarat bangunan dianggap aman jika terdapat sarana
penanda kebakaran, pemadam kebakaran, dan tangga darurat yang dapat memudahkan
penghuninya dalam proses evakuasi dikala terjadi keadaan darurat. Sarana evakuasi kebakaran
1

yang tidak terencana, tidak tertata, ataupun beralih fungsi dapat menghambat proses evakuasi
disaat terjadi keadaan darurat. Terhambatnya proses evakuasi bahkan dapat menimbulkan
korban jiwa.
Bangunan pendidikan merupakan salah satu bangunan yang digunakan oleh banyak orang.
Sarana evakuasi kebakaran pada bangunan pendidikan sangat perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan dalam proses merancang serta perawatannya. Desain sarana evakuasi yang
sudah baik tidak akan berfungsi apabila perawatannya tidak sesuai dengan ketentuan yang
seharusnya.
Gedung Labtek IX B Arsitektur Institut Teknologi Bandung merupakan salah satu bangunan
pendidikan di kompleks ITB yang terdiri dari enam lantai bangunan. Sebagai bangunan
pendidikan yang digunakan oleh ratusan orang setiap harinya, bangunan ini tentu harus
memiliki sarana evakuasi kebakaran sesuai standar. Sarana evakuasi pada bangunan yang sudah
berdiri cukup lama ini perlu dievaluasi kembali kelayakannya agar keselamatan dan keamanan
bangunan terhadap pengguna tetap terjamin.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
a. Mengetahui kelengkapan sarana evakuasi kebakaran pada gedung Labtek IX B
Arsitektur ITB
b. Mengetahui kekurangan dan mengevaluasi sarana evakuasi kebakaran di gedung Labtek
IX B Arsitektur ITB
c. Mengetahui solusi desain sarana evakuasi kebakaran pada gedung Labtek IX B
Arsitektur ITB.
1.3 Rumusan Masalah
a.
b.
c.

Kelengkapan sarana evakuasi kebakaran pada gedung Labtek IX B Aritektur ITB


Kesesuaian sarana evakuasi kebakaran dengan standar
Operasi dan perawatan sarana evakuasi kebakaran gedung Labtek IX B Arsitektur ITB

1.4 Lingkup pembahasan


Makalah ini membahas sarana evakuasi kebakaran pada gedung Labtek IX B Arsitektur
ITB yang meliputi desain pasif bangunan terhadap kebakaran, kesesuaian desain dan
perawatan sarana terhadap standar, serta solusi atau usulan yang dapat menjadikan sarana
evakuasi kebakaran menjadi lebih baik.
II.

Tinjauan Pustaka

Menurut Purbo, (2002), keadaan darurat (emergency) yang menimpa suatu bangunan
gedung adalah suatu keadaan yang tidak lazim terjadi, cenderung dapat mencelakakan
penghuninya. Keadan ini dapat diakibatkan oleh alam (misalnya gempa bumi, tanah longsor,
gunung meletus, banjir bandang), atau oleh masalah teknis dan ulah manusia (kebakaran,
runtuhnya gedung akibat kegagalan/kesalahan konstruksi). Kondisi darurat yang paling
mendapatkan perhatian adalah kebakaran. Oleh karena itu pemerintah dan para ahli menetapkan
dan mengeluarkan berbagai persyaratan terkait keamanan dan keselamatan bangunan terhadap
kebakaran.
2

Keadaan darurat yang diakibatkan oleh kebakaran menurut Mc Guinness (1981) harus
ditanggulangi melalui delapan upaya yang harus terintegrasi, meliputi :
a. Memilih jenis bahan struktur dan bahan pengisi yang tahan api
b. Mengurangi sesedikit mungkin bahan-bahan yang mudah terbakar
c. Perlindungan kebakaran akibat dari kesalahan instalasi listrik
d. Perlindungan kebakaran akibat dari adanya petir
e. Perlunya sarana deteksi dini terhadap adanya asap atau api
f. Perlunya alat penanggulangan kebakaran otomatis
g. Perlunya sarana hydrant, baik pole hydrant maupun box hydrant
h. Perlunya sarana penyelamatan penghuni yang benar-benar mudah dan cepat.
Dari delapan upaya menurut pendapat Guinness tersebut , dapat dikelompokkan menjadi
3 kategori tindakan, yaitu :
a. Upaya pencegahan, yaitu suatu upaya supaya kebakaran tidak terjadi
b. Upaya pengatasan, berupa pengatasan menggunakan alat-alat pemadam kebakaran, apabila
terjadi kebakaran meliputi alat pendeteksi kebakaran (smoke detector, flame detector, heat
detector), komponen pencegahan penjalaran api (firewall, curtain board, kompartemen,
volume damper), alat pemadam kebakaran (Sprinkler,
c. Upaya penyelamatan, berupa penyediaan sarana penyelamatan/ evakuasi bagi penghuninya
pada saat terjadi keadaan darurat atau kebakaran meliputi lift kebakaran dan tangga darurat.
2.1 Standar Sarana Evakuasi Kebakaran
Sarana evakuasi kebakaran terdiri dari empat komponen yaitu komponen eksit (Tangga
kebakaran, pintu kebakaran), akses ke eksit (koridor, balkon, dan ramp), exit passage way
(lorong atau koridor menuju exit discharge), Eksit pelepasan atau exit discharge (pintu
menuju halaman atau luar bangunan)
2.1.1 Tangga Kebakaran
Tangga kebakaran adalah suatu tempat yang menghubungkan ruangan bawah dengan
ruangan diatasnya yang juga berfungsi sebagai tempat melarikan diri dari gangguan bahaya
kebakaran (Dwi Tanggoro, 2000:43). Tangga kebakaran memiliki ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Penghuni dapat mencapai tangga kebakaran maksimum:
Tabel 1. Tabel Jarak Tempuh Maksimal Pintu Darurat
JarakTempuh
Maks. Tanpa
perlengkapan
sprinkler ( m),

JarakTempuh
Maks. dengan
perlengkapan
sprinkler ( m), dua
arah exit

45

70

Gedung
Pertemuan
Umum
Termasuk Tempat Pendidikan
Perkantoran

45

70

Pertokoan

30

45

No.
1

Fungsi Bangunan

Perhotelan termasuk Rumah Susun

30

45

Rumah Sakit termasuk Panti-panti

30

45

Pabrik

30

45

Pabrik Rawan Kebakaran

20

30

(Sumber: Panduan Diklat Kebakaran, 2002 dalam Sumardjito 2010)

b. Tangga kebakaran diatas delapan lantai harus tertutup dengan penutup dinding tahan
api minimal dua jam
c. Sumur tangga kebakaran tidak boleh diberi lubang selain pintu darurat yang selalu
dapat menutup sendiri.
d. Pada sumsur tangga dipasang pengendali asap dan lampu darurat (10 watt)
e. Tangga kebakaran harus dipasang railing
f. Terawat, bersih, dan tidak ada barang-barang yang menghalangi
g. Tangga memiliki lebar 110 cm dengan lebar minimum anak tangga 22,5 cm dan
tinggi maksimum anak tangga adalah 17.5 cm.
h. Lebar bordes sekurang-kurangnya sama dengan lebar tangga
i. Tidak boleh menggunakan tangga punter
j. Pintu darurat yang ada harus mudah dicapai dan dapat mengeluarkan seluruh
penghuni dalam 2,5 menit.
k. Pintu darurat di lantai dasar harus membuka ke arah luar bangunan. Sementara
disetiap lantai tipikal, pintu darurat mengarah kea rah sumuran tangga dan lantai
pada atap, pintu membuka kea rah luar menuju atap.

Gambar 1. Standar International Desain tangga Kebakaran


(Sumber: Binggeli, Corki(2003)

2.1.2

Tanda keluar (Exit sign)


Tanda keluar merupakan penunjuk arah jalan keluar yang dipasang pada ruang
koridor diatas pintu tangga kebakaran dan tempat lain yang direncanakan untuk
evakuasi. Dalam standar Departemen Pekerjaan Umum (1987), penunjuk arah keluar
harus menyala (50 Lux) menggunakan sumber daya listrik yang berbeda. Penempatan
4

tanda keluar harus mudah dilihat, jelas, dan terang dari jarak 20 meter. Tinggi penunjuk
arah pun diletakkan setinggi dua meter dari lantai.

Gambar 2. Standar Tanda keluar (Departemen


Pekerjaan Umum(1987))

2.1.3

Koridor Menuju Tangga Kebakaran

Koridor merupakan area sirkulasi dan sarana menuju tangga kebakaran. Koridor
menuju tangga kebakaran harus cukup lebar, minimal 180 cm. Koridor yang terlalu
panjang perlu ditempatkan fire door untuk membagi area kompartemenisasi dan
mencegah penjalaran api. Selain itu perancangan koridor harus menghindari koridor
buntu. Arah bukaan pada koridor pun perlu di desain agar tidak mengganggu sirkulasi
orang saat menuju ke area evakuasi kebakaran.
2.1.4

Lift Darurat

Lift darurat merupakan saran lift yang digunakan saat terjadi kebakaran untuk
mengangkut penghuni serta petugas pemadam kebakaran bila terjadi kebakaran atupun
kondisi darurat lainnya. Lift menggunakan car lift dengan sumuran lift dan lift
menggunakan material tahan api. Lift ini dapat digunakan pula sebagai lift penumpang
ataupun lift barang.
III. Objek Pembahasan
Objek yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sarana evakuasi di Labtek IX B
Arsitektur ITB meliputi tangga kebakaran, lift kebakaran, tanda keluar (emergency exit sign),
dan jalur menuju tangga kebakaran.

IV. Pembahasan Sarana Evakuasi Kebakaran di Gedung Labtek IX B


4.1 Tangga Kebakaran
Gedung Labtek IX B Arsitektur ITB memiliki dua buah tangga di setiap lantainya. Satu
tangga berfungsi sebagai tangga darurat yang terletak di bagian barat bangunan.

Gambar 3. Denah Lantai 2 Labtek IX B Arsitektur ITB. Tangga biasa (Biru) dan tangga kebakaran (Merah)

Desain tangga kebakaran:


Lebar tangga: 1500 cm
Lebar bordes: 1500 cm
Tinggi anak tangga: 18 cm
Lebar anak tangga: 30 cm
Lebar pintu menuju tangga kebakaran: 1600 cm ke arah dalam sumur tangga
Refuge area per lantai: 20 m2
Dari segi desain dan perencanaannya, tangga darurat di gedung Labtek IX B Arsitektur
ITB sudah memenuhi syarat kecuali pada tinggi anak tangga melebihi 0,5 cm. Seluruh
lantai kecuali basement dapat mengakses tngga darurat. Namun, sumur tangga masih
memiliki banyak bukaan di beberapa sisinya. Seharusnya sumuran tangga lebih tertutup
dan hanya terdapat bukaan di bagian pintu saja. Selin itu, pintu tangga darurat tidak tahan
terhadap api. Material pintu adalah aluminium dan kaca transparan (lihat gambar 6).
Perawatan tangga darurat di gedung ini belum cukup baik dilihat dari banyaknya barangbarang yang menumpuk di area refuge area (Lihat Gambar 4). Hal tersebut membuat
sirkulasi pengguna bangunan menjadi terhambat karena ruang sirkulasi menjadi lebih
kecil. Selain itu, pada lantai dasar sebagai discharge area, beralih fungsi menjadi kantin,
area photo copy, dan ruang himpunan mahasiswa. Hal tersebut terjadi karena desain
peletakan pintu yang kurang tepat. Pintu-pintu kantin, pantry, ruang himpunan mahasiswa,
dan ruang penjaga seharusnya tidak membuka langsung menuju tangga darurat.

(a)
(b)
(c)
Gambar 4. Penumpukan barang pada area refuge area dan bukaan pada sumuran tangga yang cukup besar.
Pada gambar 4(a) terlihat area sirkulasi menjadi berkurang. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 5. Beralih fungsinya


area evakuasi menjadi (a)
kantin, fasilitas photo copy, dan
ruang himpunan mahasiswa; (b)
kantin dan dapur (Sumber:
Dokumentasi Pribaadi)
(a)

(b)

4.2 Tanda keluar (Exit Sign)


Tanda keluar menuju tangga kebakaran sudah ada. Tanda keluar jelas terbaca dari
jarak 20 m, terletak 2 meter lebih dari lantai, dan tidak terhalangi oleh apapun. Namun,
penggunaannya belum sesuai dengan standar. Tanda keluar tidak menyala, terutama pada
malam hari.

Gambar 6. Tanda keluar


menuju tangga kebakaran
(Sumber: Dokumentasi
Pribadi)

4.3 Koridor Menuju Tangga Kebakaran


Koridor menuju tangga kebakaran pada setiap lantai bangunan berbeda-beda. Pada
lantai dasar, tidak terdapat koridor menuju tangga darurat, melainkan terdapat ruang galeri
sebelum masuk ke discharge area. Pada lantai dua, koridor cukup lebar yaitu sebesar 3,5
meter. Namun, sirkulasi koridor lantai dua ini menjadi berkurang karena di tengah koridor
diletakkan meja dan kursi yang cukup besar. Pada lantai tiga, lebar koridor sudah mencukupi
yaitu 3,6 meter dan pintu darurat tidak terhalang oleh apapun. Pada lantai 4, 5, dan 6, akses
7

menuju tangga tidak melalui koridor, melainkan melalui ruangan studio mahasiswa.
Namun, layout ruangan yang kurang baik membuat pintu menuju tangga kebakaran menjadi
terhambat dan terhalang. Bahkan, pintu tersebut tidak dapat diakses karena terkunci.
Jarak dari pintu tangga darurat ke sisi terjauh bangunan tidak sesuai standar yang
seharusnya maksimal 45 meter melainkan 46,8 meter. Hal tersebut diantisipasi oleh adanya
tangga biasa yang berada pada jarak 25,2 meter dari tangga darurat. Namun, tentu saja
dengan kondisi tersebut keselamatan bangunan terhadap penghuni menjadi berkurang.

(a)
(b)
(c)
Gambar 7. (a) Koridor menuju pintu darurat. (b) dan (c) Pintu darurat terkunci dan terhalang barang
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

4.3 Lift kebakaran


Tidak terdapat lift kebakaran di gedung ini. Hanya ada dua buah lift penumpang dengan
ukuran bersih sumuran lift 1,8 x 1,7 meter.
V.

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Sarana evakuasi gedung Labtek IX B Arsitektur ITB sudah tersedia namun masih memiliki
kekurangan dari segi desain dan perawatan. Dari segi desain, rufuge area tangga kebakaran bisa
diakses langsung dari kantin, ruang himpunan mahasiswa, dan dari dapur. Dari segi
perawatannya, sarana evakuasi ini kurang diperhatikan dan kurang terawat karena banyak
barang-barang yang menumpuk di dalamnya sehingga mengurangi ruang sirkulasi. Salin itu,
fungsi sarana evakuasi sebagai penjamin keselamatan dan keamaan bangunan menjadi beralih
menjadi pusat kegiatan penghuni saat beristirahat.
5.2 Saran
Sarana evakuasi gedung Labtek IX B Arsitektur ITB perlu dibenahi dengan:
a. Membuat pintu-pintu kantin, ruang mahasiswa, dan dapur tidak mengakses langsung
ke refuge area tetapi mengarah langsung keluar bangunan.
b. Area tangga kebakaran perlu dibuat lebih tertutup untuk menjamin keamanan dan
keselamatan penghuni bangunan disaat terjadi kadaan darurat.
c. Area tangga kebakaran perlu dibersihkan dari barang-barang tidak terpakai sehingga
sirkulasi dalam area tangga kebakaran menjadi kembali normal.
d. Mengganti pintu darurat dengan pintu tahan api dan dapat selalu menutup sendiri.
8

Berikut, beberapa solusi desain yang dapat diterapkan agar tangga kebakaran berfungsi
sesuai standar semestinya.

(b)
(b)
Gambar 8. (a) Kondisi tangga kebakaran di lantai dasar saat ini. (b) Saran untuk solusi desain agar tangga
kebakaran bebas dari kegiatan dan fungsi lainnya.

(a)
(b)
Gambar 9. (a) Kondisi tangga kebakaran di lantai tipikal saat ini. (b) Saran untuk solusi desain agar tangga
kebakaran bebas dari kegiatan dan fungsi lainnya dengan memindahkan akses masuk ke tangga darurat.

VI. Daftar Pustaka


Guiness, William, 1981. Mechanical, Electrical and Equipment for Buildings. Mc Guiness
Book. New York.
Purbo, Hartono, 1995. Utilitas Bangunan. Jambatan. Jakarta
Sumardjito. 2010. Kajian Terhadap Kelayakan Sarana Emergency Exit Pada BangunanBangunan Pusat Perbelanjaan di Yogyakarta. Artikel. Yogyakarta.
Departemen PU. 1987. Panduan Pemasangan Alat Bantu Evakuasi Untuk Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Rumah dan Gedung
9

Anda mungkin juga menyukai