Anda di halaman 1dari 10

A.

Judul EFEKTIFITAS KEBAKARAN PENGADAAN PADA GEDUNG SISTEM PENYELAMATAN PENDIDIKAN

FAKULTAS

TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

B. Latar Belakang Dalam perencanaan dan perancangan suatu bangunan secara tidak langsung seorang arsitek bertanggung jawab terhadap keselamatan para penggunanya terutama bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh bangunan itu sendiri. Misalnya terjebaknya pengguna dalam suatu bangunan ketika terjadi kebakaran karena buruknya sarana evakuasi bangunan itu sendiri yang tidak memenuhi syarat dan tidak terawat kelayakannya secara tidak langsung merupakan tanggung jawab perancang dan pengelola bangunan. Peristiwa kebakaran pasti akan selalu merugikan. Api dan kebakaran terjadi melalui suatu proses kimia yang melibatkan beberapa unsur. Oleh karena itu kebakaran dapat dicegah melalui pengendalian unsur-unsur penyebab kebakaran tersebut. Upaya penanggulangan kebakaran dapat dilakukan dengan berbagai cara dari yang konvensional sampai cara modern, menggunakan berbagai peralatan dan bahan. Selanjutnya, dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran, khususnya pada bangunan, bila aspek-aspek kebakaran dimasukkan ke dalam proses perencanaan bangunan, dapat menghindari secara dini timbulnya awal kebakaran. Berdasarkan Keputusan Menteri Negera Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Bahwa setiap bangunan umum yang memiliki luas di atas 5000 m2 wajib memiliki sarana pengaman terhadap bahaya kebakaran. Dan lingkup sarana pengaman terhadap bahaya kebakaran, yaitu: 1. Tersedianya sistem proteksi pasif terhadap bahaya kebakaran yang meliputi jalur-jalur evakuasi dalam bangunan yang jelas dan tidak terhalang, akses mobil kebakaran, dan alat komunikasi internal berupa telepon darurat.

2. Tersedianya sistem proteksi aktif terhadap bahaya kebakaran yang meliputi sistem deteksi kebakaran dan alarm kebakaran, sistem pemadam kebakaran dalam bangunan, dan sistem pengendalian asap. Universitas Pendidikan Indoensia (UPI) merupakan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia yang menyelenggarakan beberapa jurusan di bidang pendidikan dan non pendidikan. Salah satu fakultas yang ada di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) adalah Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK). Dengan pertimbangan bahwa Gedung Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan yang didirikan pada tahun 2008, dengan desain bentuk yang baru dan segala fasilitas yang dimilikinya apakah gedung FPTK juga ditunjang oleh sistem penyelamatan kebakaran yang baik pula, dimana masalah kebakaran ini seperti dijelaskan di atas merupakan suatu hal yang harus mendapatkan perhatian khusus. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti sistem penyelamatan kebakaran pada gedung Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul Efektifitas Pengadaan Sistem Penyelamatan Kebakaran pada Gedung Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

C. Identifikasi Masalah Menurut Sudjana (1989:99) menjelaskan tentang definisi identifikasi masalah, bahwa: Identifikasi masalah menjelaskan aspek-aspek masalah yang biasanya muncul dari tema atau judul yang telah dipilih, maka identifikasi masalah merupakan pengungkapan dari berbagai masalah yang akan timbul untuk diteliti lebih lanjut. Identifikasi permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut: 1. Adanya ketidaktepatan sistem proteksi aktif dan pasif pada bangunan pendidikan yang sesuai dengan persyaratan. 2. Kondisi sistem penyelamatan kebakaran pada bangunan pendidikan yang akan digunakan saat melakukan proses evakuasi.

D. Pembatasan Masalah Menurut Winarno Surakhmad (1990), pembatasan masalah diperlukan untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah, untuk menetapkan terlebih dahulu sesuatu yang diperlukan pemecahan dengan dibatasi oleh keadaan waktu, tenaga, dan kecakapan. Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka penelitian ini akan dibatasi pada aspek-aspek sebagai berikut: 1. Bangunan pendidikan yang akan menjadi objek penelitian adalah Gedung Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. 2. Penelitian yang akan dilakukan hanya pada sistem penyelamatan kebakaran

E. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang perlu diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah gedung telah memiliki sistem penyelamatan kebakaran khususnya sistem proteksi pasif dan sistem proteksi aktif yang memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku di Indonesia? 2. Apakah kinerja dari sarana penyelamatan kebakaran yang ada pada gedung yang dapat berfungsi dengan baik?

F. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk dapat mengetahui kesesuaian sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif pada suatu bangunan. 2. Untuk dapat menambah informasi dan masukan tentang sistem

penyelamatan kebakaran pada suatu bangunan.

G. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi arsitek dan perancang, menambah referensi studi mengenai sistem penyelamatan kebakaran terlebih. 2. Bagi kalangan pembaca, memberikan informasi dan masukan mengenai sistem proteksi aktif dan pasif terhadap kebakaran berkaitan dengan desain bangunan.

H. Kajian Teori 1. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Berawal dari berdirinya kursus BI teknik tahun 1958 dalam rangka meningkatkan kualifikasi guru STM yang masih berijazah STM atau SGPT. FPTK namanya berubah-ubah mulai dari BI teknik diintegrasikan mulai tahun 1961 menjadi FKIP-B/Teknik Universitas Padjadjaran kemudian menjadi Fakultas Keguruan Ilmu Teknik (FKIT) IKIP Bandung tahun 1963. Kemudian tahun 1982 berubah menjadi Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) IKIP Bandung.

2. Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Standar Konstruksi Bangunan Indonesia tahun 1987 dan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, dijelaskan bahwa sistem penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi: 2.1 Sistem Proteksi Pasif Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.

10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengaman terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, dikatakan bahwa sistem proteksi pasif adalah sistem perlindungan terhadap bahaya kebakaran yang dilaksanakan dengan melakukan pengaturan terhadap komponen bangunan gedung dari aspek arsitektur dan struktur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.

Adapun komponen dari sistem proteksi pasif adalah sebagai berikut: a) Konstruksi Tahan Api Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. b) Jalan Keluar dan Koridor Jalan keluar dan koridor merupakan suatu jalan yang digunakan untuk mencapai tempat yang lebih aman, seperti jalan menunju pintu darurat untuk tangga darurat atau pintu keluar. c) Pintu Kebakaran (Pintu Darurat) Pintu kebakaran merupakan suatu pintu yang berfungsi sebagai pintu darurat yang memenuh persyaratan yang disesuaikan ketika terjadi kebakaran. d) Tangga Kebakaran (Tangga Darurat) Tangga kebakaran merupakan suatu jalan yang menghubungkan pintu kebakaran dengan jalan keluar yang memenuhi persyaratan yang ditentukan. e) Kompartemen Kompartemen merupakan suatu ruang yang menahan dan membatasi penjalaran api agar dapat melindungi pengguna bangunan dan barang-barang dalam bangunan. f) Sistem Pengendalian Asap Sistem pengendalian asap merupakan suatu sistem yang memenuhi persyaratan yang ditentukan agar dapat menjaga ruang atau jalan terbebas dari asap ketika kebakaran. g) Penunjuk Arah Jalan Keluar (Signare) Penunjuk arah jalan keluar adalah suatu tanda yang memungkinkan memberikan informasi kepada pengguna yang terjebak ketika terjadi kebakaran.

2.2 Sistem Proteksi Aktif Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.

10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, dikatakan bahwa sistem proteksi aktif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh operasi pemadaman. Adapun komponen dari sistem proteksi aktif tersebut, antara lain: a) Sistem Deteksi Sistem deteksi merupakan suatu sistem yang dapat mendeteksi awal kebakaran baik secara manual ataupun otomatis yang sangat diperlukan pada bangunan, misalnya detektor panas, detektor asap, detektor api, dan detektor gas. b) Sistem Alarm Sistem alarm merupakan alat pemberi tanda jika terjadi kebakaran, bangunan dilengkapi dengan sistem tanda bahaya (alarm system) yang panel induknya berada dalam ruang pengendali kebakaran, sedang sub-panelnya dapat dipasang di setiap lantai berdekatan dengan kotak hidran. c) Alat Pemadam Api Ringan Alat pemadam api ringan merupakan alat pemadam ringan yang tepat dan perletakannya yang cukup dalam bangunan. d) Sistem Sprinkler (Springkler) Sistem sprinkler merupakan sistem secara otomatis itu memiliki kemampuan memadamkan api termasuk mendeteksi/menginisasi alarm kebakaran. e) Sistem Hidran (Hydrant) Sistem hidran merupakan sistem pemadaman manual dengan air yang memiliki skala dan jangkauan pancaran lebih luas diperlukan

untuk mengatasi penyebaran dan penjalaran kebakaran yang telah melewati tahap pertumbuhan awalnya.

3. Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Berhubungan dengan Listrik o Panel-panel/alat-alat/pesawat listrik yang berada di lokasi kerja harus dilindungi dengan pagar pengaman dan tanda peringatan bahaya. o Pemasangan instalasi harus memenuhi standar PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik). o Pemeriksaan berkala terhadap jaringan terpasang (terutama untuk sambungan-sambungan). o Jika menambah beban listrik harus sesuai dengan kemampuan kapasitas kabel terpasang. o Saklar untuk motor, pesawat listrik, instalasi cahaya dan tenaga harus tertutup. Berhubungan dengan Lingkungan o Sampah, khususnya yang mudah terbakar harus segera diangkat, jangan dibiarkan menumpuk di dalam bangunan. o Lakukan pemeriksaan terencana dan periodik ke seluruh lokasi bangunan untuk melihat hal-hal yang mungkin berpotensi dapat menjadi sumber kebakaran. o Lakukan pemeriksaan secara periodik terhadap semua fasilitas penyelamatan darurat, seperti akses jalan keluar, tangga darurat, pintu darurat, pintu kebakaran, sistem komunikasi, pertolongan pertama pada kecelakaan, penerangan darurat, sistem peringatan audio. Bahan Mudah Terbakar o Hindarkan menyimpan bahan cair mudah terbakat dalam jumlah banyak di dalam bangunan, seperti bensin, spiritus, cat, pengencer cat, minyak tanah, dan sebagainya.

o Tempatkan bahan cair mudah terbakar di dalam tempat tertutup dan diberi tanda isinya. o Hindarkan terjadinya percampuran dua jenis atau lebih bahan cair atau gas-gas mudah terbakar karena akan menurunkan titik nyalanya.

I. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian Pada penelitian ini, yang berjudul Evaluasi kelengkapan sistem penyelamatan kebakaran pada bangunan pendidikan dengan mengambil studi kasus Gedung Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, menggunakan metode penelitian evaluasi purna huni (post-occupancy evaluation), yaitu suatu proses evaluasi terhadap efektif tidaknya hasil kerja rancang bangunan setelah bangunan selesai dibangun dan dipakai oleh penghuni selama waktu tertentu. Jenis metode yang digunakan adalah evaluasi walk through yaitu penelitian melakukan observasi langsung selama beberapa jam dengan cara berjalan-jalan untuk mendapatkan gambaran atau informasi langsung dari objek yang akan dievaluasi dan lebih mendukung kelengkapan data dengan pengambilan foto pada objek yang akan diteliti.

2. Instrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian ini dikembangkan beberapa jenis instrumen. Instrumen tersebut dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan kegunaannya. Jenis instrumen dan kegunaannya dapat dilihat pada di bawah berikut. Observasi. Observasi dan pengamatan secara langsung terhadap objek (gedung FPTK) teliti dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap situasi lapangan. Wawancara. Wawancara dilakukan terhadap pihak pengelola gedung FPTK sebagai masukan dan gambaran sebenarnya mengenai situasi lapangan bagi proses penelitian yang dilaksanakan.

Dokumentasi. Pengambilan foto-foto sebagai dokumentasi nyata dari objek teliti.

3. Populasi dan Sampel Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah gedung Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Karena berbagai pertimbangan maka penulis hanya mengambil sebagian besar dari populasi tersebut sebagai sampel pada penelitian ini. Dalam menentukan besarnya sampel, semakin besar jumlah sampel mendekati jumlah populasi maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi, sebaliknya semakin sedikit jumlah sampel menjauhi populasi maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.

4. Teknik Analisis Data Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: Membuat klasifikasi data, yaitu data eksisting objek penelitian, data dokumentasi dan data keberadaan alat kebakaran yang ada di dalam gedung FPTK. Melakukan analisis berdasarkan data dan pertimbangan teori. Hasil analisis disimpulkan berdasarkan permasalahan yang diteliti.

5. Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus diuji kembali. Suharsimi Arikunto (1993) mengemukakan bahwa: Hipotesis diartikan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Atas dasar itu, maka dirumuskan hipotesis penelitian adalah: Terdapat efektifitas pengadaan sistem penyelamatan kebakaran yang sudah ada pada gedung Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

J. Jadwal Penelitian Penelitian mengenai Efektifitas Pengadaan Sistem Penyelamatan Kebakaran pada Gedung Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dilaksanakan mulai pada awal bulan Agustus 2011 sampai dengan akhir Desember 2011.

Anda mungkin juga menyukai