Anda di halaman 1dari 9

Manajemen Kebakaran dan Tanggap Darurat

Kompartemenisasi dan Pemisah Kebakara


Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Disusun Oleh :
Ananda Lovia Safitri 1600029093
Almira Zidni Aulia 1600029101
Lutfhi Amalia Putri
Erika Prischilla
Syafrizal

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebakaran merupakan kejadian yang muncul dari adanya api yang tidak terkontrol yang

disebabkan oleh konsleting listrik, rokok, dan bahan kimia. Pedoman Segitiga Api menjelaskan

tentang munculnya api. Segitiga api memerlukan 3 komponen yakni bahan yang mudah terbakar,

oksigen dan panas . Kebakaran pada bangunan gedung dapat menimbulkan banyak kerugian,

diantaranya adalah adanya korban manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan dan

terganggunya ketenangan masyarakat.

Perkembangan struktur bangunan yang semakin kompleks dan penggunaan bangunan

yang semakin beragam serta tuntutan keselamatan yang semakin tinggi, membuat pihak pemilik

atau pengembang bangunan harus mulai memikirkan Fire Safety Management. Beberapa

kejadian kebakaran pada bangunan tinggi baik bangunan komersil maupun perkantoran mestinya

menjadi pelajaran penting dalam penyiapan Fire Safety Management. Pada saat terjadi

kebakaran, ada empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan bahaya api, yaitu penghuni

bangunan (manusia), isi bangunan (harta), struktur bangunan dan bangunan yang letaknya

bersebelahan. Tiga hal yang pertama berkaitan dengan bahaya api yang ada pada bangunan yang

terbakar, sedangkan hal yang terakhir merupakan pertimbangan bagi bangunan lainnya dan

lingkungan komunitas secara menyeluruh.

Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG) adalah bagian dari manajemen

gedung untuk mewujudkan keselamatan penghuni bangunan gedung dari kebakaran dengan

mengupayakan kesiapan instalasi proteksi kebakaran agar kinerjanya selalu baik dan siap pakai.

Sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendekatan kebakaran

baik manual ataupun otomatis, sistem kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan
selang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran. Sistem kebakaran dibagi menjadi dua yaitu :

a). Sistem kebakaran aktif dan ; b). Sistem kebakaran pasif.

Sistem Proteksi Kebakaran Aktif adalah alat yang dapat di gunakan untuk mendeteksi

atau memadamkan kebakaran pada awal kebakaran (Furness and Mucket, 2007). Macam-macam

sistem proteksi kebakaran aktif yaitu Detektor, Alarm, Sprinkle, Hydrant, APAR.

Sistem Proteksi Kebakaran Pasif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang

dilaksanakan dengan melakukan pengaturan terhadap komponen bangunan gedung dari aspek

arsitektur dan struktur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi peghuni dan benda dari

kerusakan fisik saat terjadi kebakaran. Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem yang

dibentuk untuk melindungi bangunan melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen

struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan

terhadap api, serta perlindungan (Kepmen PU No. 10 th 2000) .

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya pencegahan terjadinya kebakaran?

2. Hal-hal apa yang harus dilakukan pertama kali saat terjadi kebakaran?

3. Apa yang dimaksud dengan kompartemenisasi dan pemisahan kebakaran?

C. Tujuan

1. Mengetahui upaya pencegahan terjadinya kebakaran.

2. Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan pertama kali saat terjadi kebakaran.

3. Mengetahui kompartemenisasi dan pemisahan kebakaran.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif

Sistem proteksi kebakaran aktif adalah alat yang dapat di gunakan untuk mendeteksi atau

memadamkan kebakaran pada awal kebakaran (Furness and Mucket, 2007). Macam-macam

sistem proteksi kebakaran aktif yaitu Detektor, Alarm, Sprinkle, Hydrant, APAR.

B. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang

dilaksanakan dengan melakukan pengaturan terhadap komponen bangunan gedung dari aspek

arsitektur dan struktur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi peghuni dan benda dari

kerusakan fisik saat terjadi kebakaran. Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem yang

dibentuk untuk melindungi bangunan melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen

struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan

terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan (Kepmen PU No. 10 th 2000) . Kemampuan

bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya kebakaran yaitu dengan cara

proteksi pasif meliputi :

a) Bahan bangunan gedung;

b) Konstruksi bangunan gedung;

c) Kompartemenisasi dan pemisah bangunan;

d) Penutup pada bukaan

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang menjadi satu

kesatuan (inherent) atau bagian dari suatu rancanganatau benda. Sebagai contoh, dinding kedap
api merupakan bagian dari struktur bangunan untuk meningkatkan ketahanan terhadap

kebakaran. (Soehatman Ramli,2010)

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau

terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,

kompartemenisasi atau pemisahan bangunanan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta

pelindungan terhadap bukaan. (Peraturan MenteriPekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008). Sistem

proteksi pasif merupakan sarana, sistem atau rancangan yang menjadi bagian dari sistem

sehingga tidak perlu digerakkan secara aktif.

Komponen Sistem Proteksi Pasif menurut (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

26/PRT/M/2008) antara lain :

1. Pasangan konstruksi tahan api

2. Pintu dan jendela tahan api

3. Bahan pelapis interior

4. Penghalang api

5. Partisi penghalang asap

6. Penghalang asap

7. Atrium

C. Kompartemenisasi atau Pemisahan Bangunan

Kompartemenisasi atau pemisahan bangunan merupakan suatu usaha untuk mencegah

penjalaran kebakaran dengan cara membatasi api dengan dinding, lantai, kolom balok, balok

yang tahan terhadap api untuk waktu yang sesuai dengan kelas bangunan.

Kompartemenisasi dimaksudkan untuk membatasi kebakaran di suatu ruangan agar tidak

menjalar ke ruangan ruangan lainnya dalam bangunan tersebut. Menurut KEPMEN


PU10/KPTS/2000 ukuran kompartemenisasi ditentukan berdasarkan jenis penggunaan bangunan

dan tipe konstruksi sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut :

Keterangan : Bangunan klas 5 : Bangunan kantor

Bangunan klas 6 : Bangunan perdagangan

Bangunan klas 7 : Bangunan gudang / tempat penyimpanan

Bangunan klas 8 : Bangunan industri / lab / pabrik

Bangunan klas 9a : Bangunan perawatan kesehatan

Bangunan klas 9b : Bangunan pertemuan / sekolah

Konstruksi tipe A : konstruksi tahan api

Konstruksi tipe B : konstruksi semi tahan api

Konstruksi tipe C : konstruksi dari bahan mudah terbakar


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

https://badungkab.go.id/instansi/diskarmat/baca-artikel/336/SISTEM-PROTEKSI-

KEBAKARAN.html

https://sipil.ft.uns.ac.id/web/?p=863

http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/314/313

Anda mungkin juga menyukai