Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH KAPITA SELEKTA

Fire Fighting System For Building

DOSEN:

Ir. Komarudin. MT

Disusun oleh :

Nama : Mochammad Haidi Mursyidan Fathullah

Nim : 13210012

JURUSAN TEKNIK MESIN S1

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kapita Selekta berjudul Fire Fighting
System For Building.

Adapun makalah Kapita Selekta berjudul Fire Fighting System For Building disusun
demi memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta. Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan
bayak terima kasih kepada Bapak Komarudin Ir,MT. selaku dosen mata kuliah Kapita Selekta
yang telah banyak membimbing sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki tugas makalah Teknik Lingkungan ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga dari makalah Teknik Lingkungan tentang
Limbah Elektronik Serta Penanggulangannya dengan Prinsip 3R dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 04 November 2016


Penyususn

Mochammad Haidi Mursyidan F


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam pendirian sebuah bangunan terdapat beberapa sistem utilitas yang perlu
diperhatikan, salah satunya adalah sistem pencegahan dan pemadam kebakaran. Kebakaran
merupakan bencana yang merugikan bagi semua pihak, baik pemilik bangunan,
pengelola/pengguna atau masyarakat lainnya yang berada dalam gedung. Seiring meningkatnya
ukuran dan kompleksitas bangunan gedung, sudah seharusnya pula diiringi dengan peningkatan
perlindungan terhadap masyarakat.

Sejak dahulu api merupakan kebutuhan hidup manusia, dari hal kecil hingga hal besar.
Sebagai salah satu contoh, api digunakan untuk memasak atau untuk pemakaian skala besar
dalam industri dalam peleburan logam. Tetapi sudah tidak dapat dikendalikan lagi, api menjadi
musuh manusia yang merupakan malapetaka dan dapat menimbulkan kerugian baik materi
maupun jiwa manusia. Hal tersebut yang biasa disebut kebakaran.

Saat ini banyak sekali kita temui bangunan bertingkat tinggi yang difungsikan untuk
kegiatan publik. Seiring dengan berkembangnya pembangunan, maka sistem pengamanan yang
disediakan juga semakin canggih dan bervariasi. Salah satunya adalah sistem pemadam
kebakaran. Selain sistem pemadaman terdapat pula beberapa sistem lain yang terkait
diantaranya yaitu sistem evakuasi, sistem pencegahan dan fire safety management.

Kebakaran dibagi menurut jenis material yang mampu menghasilkan titik-titik api. Pembagian
tersebut diantaranya :
1. Kebakaran yang berasal dari pembakaran kayu, cairan lilin, serta benda-benda furniture
(Kelas A)
2. Kebakaran yang berasal dari cairan yang mudah terbakar misalnya minyak pelumas
serta bahan bakar (Kelas B)
3. Kebakaran yang berasal dari adanya gas-gas yang mudah terbakar misalnya LPG atau
Liquefied Petroleum Gas (Kelas C)
4. Kebakaran yang berasal dari bahan-bahan logam yang mudah terbakar misalnya
magnesium dan alumunium (Kelas D)
5. Kebakaran yang berasal dari berbagai macam material yang memiliki atau berhubungan
dengan tegangan tinggi (Kelas E)
Memang, suatu bangunan gedung memiliki potensi terjadinya kebakaran. Apalagi bila
bangunan tersebut material konstruksinya berasal dari material yang mudah terbakar dan
digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar. Oleh karenanya, guna
meminimalisasi kebakaran dan menanggulangi kejadian kebakaran pada bangunan gedung,
maka gedung harus diproteksi melalui penyediaan prasarana dan sarana proteksi kebakaran
serta kesiagaan dan kesiapan pengelola, penghuni dan penyewa bangunan dalam
mengantisipasi dan mengatasi kebakaran. Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
merupakan sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang
maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif,
sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

Sistem pencegahan adalah tindakan atau perhitungan yang sudah dilakukan sebelum
suatu bahaya itu muncul. Tindakan pencegahan terhadap bahaya kebakaran dapat dilakukan
melalui tindakan langsung maupun pengolahan bahan-bahan disekitar kita untuk dapat
memperkecil persentase terjadinya kebakaran itu sendiri.
Sistem pencegah kebakaran atau perlindungan kebakaran adalah salah satu sistem yang
harus dipasang atau diaplikasikan pada sebuah bangunan. Dengan adanya sistem ini pada
bangunan, bangunan daapt terlindungi serta nyawa penghuni bangunan tersebut dapat
terselamatkan. Setiap pemasangan sistem pencegah kebakaran atau perlindungan kebakaran
patut mengikut akta dan standard yang bersesuaian dengan bangunan tersebut.

Oleh karenanya, guna meminimalisasi kebakaran dan menanggulangi kejadian


kebakaran pada bangunan gedung, maka gedung harus diproteksi melalui penyediaan
prasarana dan sarana proteksi kebakaran serta kesiagaan dan kesiapan pengelola, penghuni dan
penyewa bangunan dalam mengantisipasi dan mengatasi kebakaran.

Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung merupakan sistem yang terdiri atas
peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan
yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara
pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya
kebakaran.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada penjelasan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat penulis
jabarkan diantaranya :

1. Bagaimana cara kerja sistem pemadaman kebakaran di gedung dan komponen yang
berpengaruh di dalamnya ?
2. Bagaimana proses evakuasi korban kebakaran yang dapat dilakukan ?
3. Apa yang dimaksud dengan fire fighting system untuk gedung bertingkat ?
4. Apa saja bentuk pencegahan yang dapat dilakukan terhadap kebakaran ?

1.3 MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dijabarkan di atas, manfaat penyusunan


makalah ini diantaranya :

1. Untuk mengetahui cara kerja sistem pemadaman kebakaran dan komponen yang
berpengaruh di dalamnya.
2. Untuk mengetahui proses evakuasi korban kebakaran yang dapat dilakukan.
3. Untuk mengetahui pengertian dari fire fighting untuk gedung bertingkat.
4. Untuk mengetahui bentuk pencegahan yang dapat dilakukan terhadap kebakaran.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi dan Kronologis

Sejak dahulu api berperan besar dalam menunjang bermacam-macam kebutuhan hidup
manusia, mulai dari hal kecil hingga hal besar. Sebagai salah satu contoh, api digunakan untuk
memasak atau untuk pemakaian skala besar dalam industri dalam peleburan logam. Tapi api
juga merupakan elemen yang jika digunakan secara sembrono dan sudah tidak dapat
dikendalikan lagi, akan menjadi malapetaka dan dapat menimbulkan kerugian materi maupun
jiwa manusia. Hal tersebutlah yang biasa disebut kebakaran.

Api berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas dan Material
yang mudah terbakar ( bahan bakar ). Unsur unsur tersebutlah yang jika tidak dikendalikan
atau tanpa pengawasan akan menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah uraian singkat
mengenai unsur unsur api:

a. Oksigen
Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting dalam pembakaran.
Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan pembakaran suatu benda. Kadar
oksigen yang kurang dari 12 % tidak akan menimbulkan pembakaran.

b. Panas
Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu / temperatur, sehingga akhirnya
mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber sumber panas tersebut dapat berupa sinar
matahari, listrik, pusat energi mekanik, pusat reaksi kimia dan sebagainya.

c. Bahan yang mudah terbakar (Bahan Bakar)


Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur terendah suatu bahan
untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api. Bahan makin mudah
terbakar bila memiliki titik nyala yang makin rendah. Dari ketiga unsur unsur di atas dapat
digambarkan pada segitiga api.

Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing masing tahapan
terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian
meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur angsur menurun
sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada
umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :

a. Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )

b. Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )

Gambar 2.1.Kurva Suhu Api

Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi oleh lidah
api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal sampai
batas tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar kearah
horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung gedung bertingkat tinggi, api
menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.

Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan. Bila sudah
mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.
2.2 Teori Teori Api
A. Teori Segitiga Api (Triangle of Fire)
Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok
yaitu adanya unsur : bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2) yang cukup dari udara
atau bahan oksidator dan panas yang cukup. Apabila salah satu unsur tersebut tidak berada
pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi.

Gambar 2.2. Segitiga Api

B. Teori Primamida Bidang Empat ( Tetrahedron of Fire)

Gambar 2.3 Tetrahedron Of Fire


Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi perubahan bentuk dan
sifat-sifatnya yang semula menjadi zat baru, maka proses ini adalah perubahan secara
kimia. Proses pembakaran ditinjau dengan teori kimia adalah reaksi satu unsur atau satu
senyawa dengan oksigen yang disebut oksidasi atau pembakaran. Produk yang terbentuk
disebut oksida

2.3 Pengertian Sistem Pemadam Kebakaran

Pemadam Kebakaran atau Fire Fighting adalah upaya mencegah terjadinya


kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan,
termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun meminimalisasi risiko bahaya
kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan
dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif, dengan metode proteksinya
menggunakan berbagai macam media yang dapat digunakan sebagai pemadam api.

2.4 Sistem Pemadam Kebakaran


Sistem-sistem pemadam kebakaran dapat diuraikan melalui bagan sebagai berikut:

1. Sistem Pencegahan
2. Sistem Pemadaman
3. Sistem Evakuasi

2.5. Sistem Pencegahan


2.5.1. Program Pencegahan Kebakaran

Program pencegahan kebakaran dapat kelompokkan menjadi tiga kategori utama yaitu:

1. Program engineering yaitu program yang meliputi perencanaan bangunan yang yang
aman dari kebakaran dan perencanaan proses yang aman dari kebakaran,misalnya instalasi
fire detection system (aktif) dan instalasi fire protection system (pasif).
2. Program edukasi yaitu program untuk meningkatkan kesadaran pekerja terhadap
kebakaran,yaitu dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan tentang kebakaran,identifikasi
penyebab kebakaran,bahaya kebakaran,pencegahan kebakaran dan evakuasi jika terjadi
kebakaran.

3. Pogram Penegakan Sistem program penegakkan sistem adalah program untuk


memastikan bahwa semua sistem pencegahan kebakaran sesuai atau comply dengan fire code
atau regulasi yang ada. Maka harus dilakukan inspeksi terhadap semua fasilitas pencegahan
kebakaran secara berkala.

2.5.2 Klasifikasi Bangunan Berdasarkan Ketahanan Terhadap Api


Sistem pencegahan kebakaran pada bangunan dapat berfungsi dengan baik asalkan
sebelumnya dilakukan syarat untuk bangunan itu sendiri. Klasifikasi bangunan menurut
struktur utamanya tahan terhadap api di bagi menjadi empat kelas yaitu A, B, C dan D.

1. Bangunan Kelas A
Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 3 jam. Contoh
bangunan yang termasuk ke dalam kelas A adalah hotel, pertokoan, perkantoran, rumah
sakit, bangunan industri, tempat hiburan, museum dan bangunan dengan penggunaan
ganda/ campuran.

2. Bangunan Kelas B
Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 2 jam. Contoh
bangunan yang termasuk ke dalam kelas B adalah perumahan bertingkat, asrama, sekolah
dan tempat ibadah.

3. Bangunan Kelas C
Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 1 jam. Contoh
bangunan yang termasuk ke dalam kelas C adalah bangunan yang tidak bertingkat atau
bangunan sederhana.

4. Bangunan Kelas D
Bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur tersendiri contohnya
adalah instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata/ mesin.

Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan di gedung sebagai
preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem
hidran dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu digunakan juga sistem fire
gas.Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan terdiri dari: sistem sprinkler, hidran dan
fire extinguisher.
Ada 3 pompa yang digunakan dalam sistem sprinkler dan Hydran, yaitu elektrik
pump, diesel pump dan jockey pump. Jockey pump berfungsi untuk menstabilkan tekanan di
instalasi, dan secara otomatis akan bekerja apabila ada penurunan tekanan. Dan jika ada
head sprinkler yang pecah atau hydran digunakan, maka yang bekerja secara otomatis
pompa elektrik bekerja, dan secara otomatis pula jockey pump akan berhenti bekerja. Pompa
elektrik pump (atau elektrik pump) merupakan pompa utama yang bekerja bila head
sprinkler atau hydran digunakan. Sedang pompa diesel merupakan pompa cadangan, jika
pompa elektrik gagal bekerja selama 10 detik, maka secara otomatis pompa ini akan bekerja.

1. Fire Fighting Sistem Sprinkler


Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head sprikler sebagai alat
utama untuk memadamkan kebakaran.
Sistem ada 2 macam, yaitu:
a. Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan
tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
b. Dry riser system : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air bertekanan, peralatan
penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alar
memerintahkannya.
Pada umumnya gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem wet riser, seluruh pipa
sprinkler berisikan air bertekanan, dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif
tetap.
Apabila tekanan dalam pompa menurun, maka secara otomatis jockey pump akan
bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan terus menurun atau ada
glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa elektrik akan bekerja dan secara otomatis
pompa jockey akan berhenti. Dan apabila pompa elektrik gagal bekerja setelah 10 detik,
maka pompa cadangan diesel secara otomatis akan bekerja.

2. Fire Fighting Sistem Hydran


Sistem ini menggunakan instalasi hydran sebagai alat utama pemadam kebakaran,
yang terdiri dari box hydran dan accesories, pilar hydran dan siemese. Box Hydran dan
accesories instalasinya (selang (hose), nozzle) (atau disebut juga dengan Fire House cabinet
(FHC)) biasanya ditempatkan dalam gedung, sebagai antisipasi jika sistem sprinkler dan
sistem fire extinguisher kewalahan mengatasi kebakaran di dalam gedung.
Sedang Pilar hydran (yang dilengkapi juga dengan box hydran disampingnya, untuk
menyimpan selang (hose) dan nozzle) biasanya ditempatkan di area luar (jalan) disekitar
gedung, digunakan jika sistem kebakaran di dalam gedung tidak memadai lagi. Dan Siemese
berfungsi untuk mengisi air ground tank (sumber air hydran) tidak memadai lagi atau habis.
Siemese ditempatkan di dekat di dekat jalan utama. Hal ini untuk memudahkan dalam
pengisian air.
System Hydran ini juga terdiri dari 2 system, yaitu:
a. wet riser system: Seluruh instalasi pipa hydran berisikan air bertekanan dengan tekanan
yang selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
b. Dry Riser System: seluruh instalasi pipa hydran tidak berisikan air bertekanan, peralatan
penyedia air akan secara otomatis jika katup selang kebakaran di buka.
Seperti halnya sistem sprinkler, jika ada tekanan dalam pipa instalasi menurun, maka
pompa jockey akan bekerja. Dan jika instalasi hydran dibuka maka secara otomatis pompa
elektrik akan bekerja, dan jockey pump secara otomatis akan berhenti. Dan jika pompa
elektrik gagal bekerja secara otomatis, maka pompa diesel akan bekerja.

Gambar .2.4 Fire Fighting Sistem Hydran

3. Fire Fighting fire Extinguisher


Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan langsung
diarahka pada posisi dimana api berada.
Apar biasanya ditempatkan di tempat-tempat strategis yang dissuaikan dengan peraturan
Dinas Pemadam Kebakaran.
Terdapat beberapa jenis Apar yang digunakan, yaitu:
Apar Type A: Murtipupuse Dry Chemical Powder 3,5 Kg
Apar Type B: Gas Co2 6,8 kg
Apar type C : Gas Co2 10 kg
Apar type D : Multipupuse Dry Chemical Powder 25 kg (dilengkapi dengan Trolley)

4. Fire Fighting Sistem Gas

Sistem fire gas biasanya digunakan untuk ruangan tertentu, seperti: ruang Genset, ruang
panel dan ruangan eletronik (ruang central komputer: ruang hub dan server, IT,
Comunication dan lain-lain).Sistem iyang digunakan biasanya sistem fire gas terpusat,
dimana tabung-tabung gas (foam, halon, FM 100, Co2 dan lain-lain), ditempatkan secara
terpusat dan pendistribusiannya ke dalam ruangan dilewatkan melalui motorized valve /
actuator, instalasi pemipaan dan nozzle.
Cara kerja sistem ini berdasarkan perintah dari system fire alarm.

Gambar 2.5 Fire Fighting Sistem Gas.


BAB III
INSTALASI SISTEM KEBAKARAN
Sistem pemadam kebakaran atau fire fighting system merupakan sistem yang
difungsikan untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi di dalam gedung. Sistem
pemadam kebakaran disediakan di gedung sebagai preventif (pencegah) terjadinya
kebakaran. Namun ini difungsikan ketika bencana kebakaran sudah melanda gedung atau
bangunan. Sistem ini memiliki beberapa tahapan dalam cara kerjanya dan komponen
pendukung lainnya.

Akan lebih baik jika cara pemadaman kebakaran diketahui terlebih dulu. Dari
pengertian tentang penyebab kebakaran maka dapat ditemukan sistem pemadaman
api, yaitu :

a. Cara penguraian, adalah sistem pemadaman dengan cara memisahakan


/ menjauhkan benda benda yang dapat terbakar. Contohnya, bila terjadi kebakaran
dalam gudang tekstil, yang terdekat dengan sumber api harus segera dibongkar /
dimatikan.
b. Cara pendinginan, adalah sistem pemadaman dengan cara menurunkan

panas.

Contoh, penyemprotan air ( bahan pokok pemadam ) pada benda yang terbakar.

c. Cara isolasi, adalah sistem pemadaman dengan cara mengurangi kadar O2


pada lokasi sekitar benda- benda terbakar. Sistem ini disebut juga dengan sistem
lokalisasi, yaitu dengan membatasi / menutupi benda benda yang terbakar agar
tidak bereaksi dengan O2, contohnya :

Menutup benda benda yang terbakar dengan karung yang dibasahi air,
misalnya pada kebakaran yang bermula dari kompor.

Menimbun benda benda yang terbakar dengan pasir atau tanah.

Menyemprotkan bahan kimia yaitu dengan alat pemadam jenis CO2


MACAM-MACAM SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Sistem pemadam kebakaran merupakan sistem untuk memadamkan (mematikan)


api yang berpotensi menjadi ancaman kebakaran. Sistem pemadam kebaran bekerja ketika
api masih berupa percikan hingga sudah membesar agar api tidak menyebar sehingga
menyebabkan kebakaran yang lebih besar. Macam-macam sistem pemadam kebakaran
adalah sebagai berikut :

A. SISTEM SPRINKLE

Instalasi pipa pada sistem sprinkler berfungsi untuk mengatasi kebakaran secara
otomatis disetiap ruangan melalui head sprinkler , pipa sprinkler dipasang pada setiap
lantai (dalam plafon) dengan jarak antara 3 sampai 5 meter , bila terjadi kebakaran pada
salah satu lantai maka panas api dari titik kebakaran akan memecahkan head sprinkler.
Sistem sprinkler terdiri dari :

1. Wet Riser System merupakan keseluruhan instalasi pipa sprinkler berisikan air
bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. Pada
umumnya gedung bertingkat menggunakan sistem Wet Riser. Pada sprinkler ini,
pada katup kendalinya biasanya dilengkapi dengan peralatan tabung penghambat
(retard chamber) yang berfungsi untuk menghindarkan aktifnya alarm gong dari
akibat terjadinya kelebihan tekanan air sesaat yang dikirim melalui katup kendali.

Untuk sistem pipa ini banyaknya sprinkler yang dipasang dikontrol oleh
satu set valve dan tidak melebihi 500 buah untuk tingkat bahaya ringan atau 1000
buah untuk tingkat bahaya kebakaran sedang dan tinggi.

Cara kerja sistem :

Cara kerja sistem ini adalah melalui pecahnya kepala srinkler yang
menerima rangsangan panas berdasarkan tingkat suhunya. Air memancar dari
kepala sprinkler dan mengakibatkan tekanan dalam jaringan instalasi turun sampai
ke titik tertentu sesui desain/rancangan. Turunnya tekanan selanjutnya akan
mengaktifkan.
Gambar 3.1 Sistem fire sprinkler wet riser
secara umum
2. Dry Riser System merupakan keseluruhan instalasi pipa sprinkler tidak berisikan
air bertekanan karena sistem sprinkler ini digunakan pada ruangan dengan suhu
yang dapat menyebabkan air membeku. Peralatan penyedia air akan mengalirkan
air secara otomatis jika instalasi fire alarm memerintahkannya.

Cara kerja sistem :

Pada saat panas atau asap pada ruang yang dilindungi mencapai suhu tertentu
atau jumlah tertentu, panas/asap tersebut akan memecahkan kepala sprinkler untuk
kemudian memerintahkan pompa untuk mengalirkan air ke sprinkler yang kepalanya

telah pecah.

Gambar 3.2 Sistem fire sprinkler dry riser secara umum


3. Alternatif Sistem Pipa Basah dan Pipa Kering (Combined Dry Pipe-Preaction).

Sistem ini biasanya dipasang tanpa pemanas air, dimana dalam sistem basah
ada kemungkinan air membeku pada musim dingin. Sehingga sistem ini biasanya
dioperasikan pada musim panas untuk sistem basah dan sistem kering pada musim
dingin. Jika hendak mengoperasikan dengan sistem basah, maka dry valve harus
diubah fungsinya ke sistem basah dan ini biasanya dapat dilakukan dengan cepat.

4. Deluge system adalah sistem fire sprinkler di mana sprinkler terkoneksi dengan
detektor kebakaran. Kepala sprinkler pada sistem deluge ini dibuat telah terbuka dari
awal karena sistem bertujuan untuk menghambat penyebaran api yang menjalar
dengan cepat. Sistem deluge ini mirip dengan sistem dry riser hanya saja yang
mengaktifkan pompa untuk mengalirkan air ke sprinkler digunakan detektor
kebakaran.

Cara kerja sistem :


Ketika detektor yang terkoneksi pada sistem sprinkler ini mendeteksi adanya bahaya
kebakaran, detektor ini akan mengaktifkan katup (deluge valve) untuk memerintahkan
pompa mengalirkan air. Air yang mengalir ke sistem sprinkler selanjutnya akan
mengaktifkan pompa kebakaran dan alarm bel yang sekaligus berfungsi memberi
peringatan kepada petugas sebelum terpancarnya air dari kepala sprinkler yang pecah.

Gambar 3.4 Sistem fire sprinkler deluge secara umum


5. Pre-action system merupakan sistem fire sprinkler yang diaplikasikan pada suatu ruang
atau bangunan tertentu yang tidak menginginkan adanya sprinkler yang aktif secara tidak
disengaja (atau mengalami kebocoran) seperti pada museum, perpustakaan, ruangan yang
berhubungan dengan elektronik, dan sebagainya. Sistem tindakan awal (pre-action) dapat
berupa gabungan dari wet riser, dry riser maupun deluge system. Terdapat dua tipe sistem
tindakan awal, yaitu single interlock dan double interlock.

Cara kerja sistem single interlock :

Cara kerja sistem tindakan awal ini mirip seperti dry risersystem hanya saja sistem ini
membutuhkan detektor kebakaran untuk mengaktifkan pre-action valve (mirip seperti
deluge valve) yang kemudian mengubah sistem dry riser menjadi wet riser. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi jeda penyaluran air pada sistem dry riser. Bila sprinkler
aktif tanpa adanya deteksi kebakaran atau terjadi kebocoran pada pipa, hilangnya
tekanan udara pada pipa akan mengaktifkan alarm bahaya sehingga pre- action valve
tidak akan terbuka sehingga mencegah air mengalir ke pipa.

Gambar 3.5. Sistem tindakan awal single interlock


Cara kerja sistem double interlock :

Cara kerja sistem ini mirip seperti deluge system hanya saja sistem ini
membutuhkan detektor kebakaran dan sprinkler yang aktif bersamaan. Bila hanya
salah satu (detektor kebakaran atau sprinkler saja yang aktif) maka sistem tidak akan
mengizinkan air untuk masuk ke dalam pipa.

Gambar 3.6 Sistem tindakan awal double interlock


Macam-macam tipe sprinkler :
- Berdasarkan bentuk kepalanya :

1. Fusible link sprinkler yaitu sprinkler yang memiliki dua buah logam penahan kepala
sprinkler. Kedua buah logam tersebut disatukan dengan cairan logam yang sensitif
terhadap panas. Ketika ruangan mencapai suhu tertentu, logam cair tersebut akan
meleleh dan melepaskan kedua logam penahan kepala sprinkler yang kemudian akan
mengaktifkan sprinkler.

Gambar 3.7 Sprinkler tipe fusible link


2. Glass bulb sprinkler adalah sprinkler yang memiliki kaca berisi cairan sensitif panas
sebagai penahan kepalanya. Ketika ruangan mencapai suhu tertentu, cairan pada
kaca akan memuai menyebabkan kaca menjadi pecah dan kemudian mengaktifkan
sprinkler

Gambar 3.8 Sprinkler tipe glass bulb


Baik fusible link maupun glass bulb sprinkler memiliki warna sebagai penanda batas

suhu untuk mengaktifkan kepala srinkler.

SUH
KLASIFIKAS U SUHU WARNA WARNA
I SUHU PLAFOND AKTIF
0 Hitam atau
Oranye (58 C),
Waja 0 0 0 0
100 F / 38 C 58 C 77 C
r 0
0
Kuning (79 C),
Menengah 0 0 0 0 Putih
150 F / 65.5 C 79 C 107 C
0
0 0 0
Tinggi 225 F / 107 C 121 C 149C Bir Biru
u
0 0 0 0
Ekstra Tinggi 300 F / 149 C 163 C 190.5 C Ung Merah
u
0 0 0 0
Sangat Tinggi 375 F / 190.5 C 204 C 246 C Hita Hijau
m
0 0 0 0
Ultra Tinggi 475 F / 246 C 260 C 302 C Hita Oranye
m
0 0 0
Ultra Tinggi 625 F / 330 C 344 C Hita Oranye
m
Tabel . klasifikasi suhu dan warna kepala sprinkle
- Berdasarkan arah distribusi air :

1. Tipe Pendant adalah sprinkler yang umum yaitu kepala sprinkler


menghadap ke bawah dan sprinkler dipasang pada plafond.

2. Upright Sprinkler adalah sprinkler yang dipasang menghadap ke atas sehingga ketika
aktif, air yang keluar akan seperti air mancur.
3. Sprinkler dinding adalah sprinkler yang dipasang pada dinding yang menyemprotkan
air dengan sudut setengah lingkaran. Terkadang ada juga sprinkler dinding yang berisi
deflektor untuk memantulkan air ke dinding sehingga dinding terhindar dari
kebakaran.

Gambar 3.9 Sprinkle pendant yang sedang aktif


Gambar 3.10 Sprinkle menghadap ke atas

Komponen dalam Sprinkler

1) Sistem penyediaan air

Setiap sistem sprinkler otomatis harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu


jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan
pemilik bangunan atau diwakilkan penuh. Air yang digunakan tidak boleh mengandung
serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya springkler, sambungan pada
sistem jaringan kota dapat diterima apabila kapasitas dan tekanannya mencukupi serta
tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan baik dapat
diterima sebagai sistem penyediaan air.

Sumber air untuk menyediakan pasokan air bagi kebutuhan sistem sprinkler dapat berasal
dari PDAM, sumur dalam (artesis) atau kedua-duanya. Sedangkan untuk cara memasok air ke
sistem sprinkler ada 4 cara, yaitu dapat berupa langsung dari jaringan air kota (Connection to
Water Work Systam ), Pompa kebakaran (Fire Pump) dengan reservoir bawah tanah (Ground
tank), Tangki bertekanan (Pressure tank) dan reservoir (gravity tank).

2) Pompa
Pompa-pompa yang terpasang pada sistem pemercik (sprinkler) merupakan
perangkat alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari bak penampungan (reservoir)
ke ujung pengeluaran (kepala sprinkler). Pompa-pompa pada sistem sprinkler ini
sekurang-kurangnya terdiri atas 1 unit pompa jockey, 1 unit pompa utama dengan sumber
daya listrik dan generator serta 1 unit pompa cadangan dengan sumber daya motor diesel
3) Pemipaan

Salah satu persyaratan pemasangan pipa pemadam adalah berupa melingkar atau
disebut loop system. Dengan cara ini maka air pemadam untuk suatu objek akan
diperoleh dari dua arah, sehingga jika di suatu bagian pipa mengalami kerusakan akibat
kebakaran, air masih dapat dialirkan melalui jalur yang lain. Untuk itu jaringan pipa
dilengkapi dengan katup isolasi (isolation valve) yang berfungsi menutup sebagian dari
jalur pipa misalnya ada pekerjaan perbaikan atau akibat kerusakan, Dengan demikian
air pemadam untuk suatu peralatan tidak akan terputus.

Pipa sprinkler dipasang pada setiap lantai (dalm plafon) dengan jarak antara 3
sampai 5 meter , bila terjadi kebakaran pada salah satu lantai maka panas api dari titik
kebakaran akan memecahkan head sprinkler. Dengan jumlah hasil perhitungan bagi
pipa pembagi, maka perhitungan harus dimulai dari pipa cabang yang terdekat pada
katup kendali. Jika pipa cabang atau kepala springkler tunggal disambung pada pipa
pembagi dengan pipa tegak, maka pipa tegak dianggap sebagai pipa pembagi. Titik
desain adalah tempat dimana dimulai perhitungan pipa pembagi dan pipa cabang.
Dalam perhitunganukuran pipa pada sistem springkler, ukuran pipa hanya boleh
mengecil sejalan dengan arah pengaliran air.

Rangkaian jaringan pemipaan pada sistem sprinkler terdiri atas pipa isap, header,
penyalur, tegak (riser), dan pipa cabang.Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas,
berikut ini diuraikan masing-masing pipa tersebut.

Pipa isap (suction):

Pipa isap adalah pipa yang terentang dari Bak penampung (reservoir) sampai ke pompa.
Pada ujung pipa isap dilengkapi dengan foot-valve yang berfungsi untuk menahan air
didalam sepanjang pipa isap . Diameter pipa isap bervariasi antara 4 dan 6 inci.
Pipa Header :
Pipa header dapat dikatakan sebagai pipa antara yang ukuran diameternya biasanya
lebih besar dari pipa lainya di dalam rangkaian sistem sprinkler. Pipa ini merupakan
tempat bertemunya pipa pengeluaran (discharge) dari pompa jockey, pompa utama
maupun pompa cadangan, sebelum kemudian menerus ke pipa penyalur. Diameter pipa
header ini bervariasi antara 6,8 dan 10 inci, tergantung dari besar kecilnya sistem hidran
yang dipasang.
Dari pipa header ini, selain ditarik hubungan ke pipa-pipa yang menuju ke tangki
bertekanan (pressure tank), tangki pemancing(priming tank), sirkulasi by-pas ke resevoir
(safety valve), pressure switch dan ke manometer indikasi tekanan kerja pompa.

Pipa Penyalur

Pipa penyalur ialah pipa yang terentang dari pipa header sampai ke pipa tegak atau
hidran halaman. Diameter pipa ini bervariasi antara 4,6 dan 8 inci sesuai dengan besar
kecilnya sistem sprinkler yang dipasang.

Pipa Tegak (Riser)

Pipa tegak yang terpasang vertikal dari lantai terbawah sampai dengan lantai
teratas bangunan yang dihubungkan dari pipa penyalur, Diameter pipa ini bervariasi
antara 3,4 dan 6 inci, tergantung dari besar-kecilnya sistem sprinkler yang dipasang.

Pipa Pembagi

Pipa pembagi adalah pipa yang ditarik dari pipa tegak sampai ke pipa cabang..
Diameter pipa pembagi berkisar 3 dan 4 inci.

Pipa Cabang

Ialah pipa yang dihubungkan dari pipa pembagi sampai ke titik-titik pengeluaran
(Kepala sprinkler) pada lantai-lantai bangunan. Diameter pipa ini bervariasi antara 2 ,
2, 1 , dan 1 inci.

4) Kepala sprinkler

Kepala sprinkler adalah bagian dari sprinkler yang berada pada ujung jaringan pipa
dan diletakkan sedemikian rupa sehingga akibat adanya perubahan suhu tertentu akan
memecahkan kepala sprinkler tersebut dan akan memancarkan air secara otomatis
B. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. APAR sering disebut dengan tabung
gas fire extinguisher atau racun api. Fire extinguisher atau yang biasanya disebut racun
api adalah alat yang digunakan untuk memadamkan api skala kecil yang biasanya
berbentuk tabung dan untuk kebutuhan pemadaman api yang sifatnya darurat. Alat
pemadam api ini tidak diperuntukkan untuk pemadaman api yang sifatnya sudah out-
of-control, seperti kebakaran dimana api yang telah membakar langit-langit bangunan,
atau situasi-situasi kebakaran yang memang hanya bisa diatasi oleh petugas pemadam
kebakaran yang sudah terlatih.

Karakteristik Fire extinguisher atau racun api yaitu :

1. Terdiri dari jenis tertentu dan bukan merupakan pemadam untuk segala jenis
kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakannya perlu diidentifikasi jenis bahan
terbakar.

2. Hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, Fire extinguisher atau racun
api kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar.

3. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus menerus 8
detik.

4. Bila telah dipakai harus diisi ulang.

5. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.

Fire extinguisher atau racun api dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan perbedaan tipe-
tipe api. Masing-masing pemadam api juga memiliki rating numerik yang
menunjukkan besarnya api yang bisa ditangani oleh fire extinguisher tersebut. Semakin
besar angkanya, semakin besar kemampuan memadamkan apinya. Berikut adalah tipe-
tipe alat pemadam api fire extinguisher

: Class A Fire Extinguisher

Pemadam untuk material-material umum yang mudah terbakar seperti kertas,


kayu, kardus, dan plastik. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan
banyaknya air yang terkandung serta besarnya api yang dapat dipadamkannya.
Class B Fire Extinguisher

Pemadam untuk zat-zat cair (liquid) yang mudah terbakar seperti gasoline
(bensin), kerosin, minyak dan oli. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan
berapa persegi wilayah api yang dapat dipadamkannya.

Class C Fire Extinguisher

Pemadam untuk api yang disebabkan oleh alat-alat elektrik, seperti peralatan
rumah tangga, kabel, circuit breakers, dan sebagainya. Jangan pernah menggunakan air
untuk memadamkan api kelas C ini, karena resiko tersetrum akan jauh lebih besar.
Racun api kelas C ini tidak memiliki angka rating.

Class D Fire Extinguisher

Pemadam api kelas D seringkali ditemukan di ruang laboratorium kimia.


Pemadam ini untuk memadamkan api yang melibatkan bahan-bahan metal yang mudah
terbakar, seperti magnesium, titanium, potassium dan sodium. Fire extinguisher ini
juga tidak memiliki rating angka.

Berikut beberapa jenis APAR berdasarkan medium pemadamnya:


1. Halon Free AF11

Jenis Halon Free AF11 yaitu zat pemadam kebakaran berupa gas cair yang
memadamkan api dengan menghentikan reaksi pembakaran. AF11 mempunyai daya
padam yang sangat tinggi, tidak berwarna, tidak menyebabkan karat, tidak konduktif
serta tahan lama dan tanpa bekas. Sangat cocok untuk digunakan pada peralatan
elektronik seperti komputer, oven, kulkas, dan sebagainya.

2. Chemical Dry Powder (ABC)

Jenis Chemical Dry Powder dengan rumus kimia NaHCO3 atau Natrium Bicarbonate
yang memadamkan api dengan cara membentuk lapisan pada bahan yang terbakar
sehingga memisahkan udara dengan reaksi kimia, dan juga dapat berfungsi sebagai
tirai terhadap panas atau nyala api. Nitrogen (N2) berfungsi sebagai alat pendorong
yang hampir tidak dipengaruhi oleh kelembaban dan perubahan suhu sekitarnya.
Jenis ini sangat tepat digunakan sebagai alat pertolongan pertama, terutama pada
kebakaran yang disebabkan oleh minyak (cairan) serta kebakaran benda padat dan
sejenisnya, termasuk kebakaran listrik dan LPG. Powder ABC ini tidak mudah
menggumpal dan selalu siap pakai, dan bubuk ini tidak beracun dan tidak menghantarkan
listrik dan mempunyai reaksi kimia yang sangat tinggi sebagai racun api.

3. Busa Super (AFFF) AF3

Jenis Super Busa atau Aqueous Film Forming Foam (AFFF). Jenis ini adalah busa
mekanik yang paling baik dengan campuran air tawar atau air asin untuk kebakaran
yang disebabkan oleh benda padat serta barang cair seperti bensin, oli, thinner, dan lain
lain. Sewaktu disemprotkan karena kebakaran, segera mengembang ke permukaan
membentuk suatu lapisan film dan bias untuk mencegah pembakaran kembali (Reflash
atau reignition). Air yang merupaka unsur terbesar dari larutan ini bertindak sebagai
pendingin.

4. Carbon Dioxide Fire Extinguisher (Pemadam Api CO2)

CO2 mempunyai daya pemadam yang tinggi dan tanpa menginggalkan bekas Penggunaan gas CO2 yang
sangat cepat menguap dan tanpa meninggalkan bekas setelah pemadaman api, sangat efektif untuk
dipergunakan di pabrik-pabrik, mesin- mesin presisi, instalasi listrik, substation, dan lain-lain. Daya
Pendingin dan penghambat supply oksigen. Karbondioksida (CO2) adalah bahan kimia yang
menghasilkan efek penghambat supply oksigen pada benda-benda yang terbakar, dimana bila
disemprotkan ke kobaran api, CO2 ini akan mengusir oksigen dari udara dan menutup aliran oksigen

ke lingkungan/benda-benda yang terbakar. Disamping itu daya pendinginnya


dengan cepat dapat memadamkan api.

Sangat baik untuk cairan yang mudah terbakar, computer, peralatan data
processing, laboratorium, dsbnya. Isolasi dari gas CO2 memberi keamanan dalam
operasi pemadam kebakaran guna pencegahan terkena aliran listrik atau tersambar api
dari bahan cair yang mudah terbakar.
5. AF21 Cairan Pelindung Anti-Api

Dengan AF21 yang disemprotkan ke materi kain, sofa, gorden, karpet, boneka, kain,
handuk, selimut, kayu akan secara otomatis menjadikan materi diatas menjadi anti
bakar walaupun dibakar oleh api las/bensin atau kata lain materi diatas tidak dapat
dibakar oleh api 1500 derat celciius sekalipun. AF21 merupakan bahan dasar apabila
anda ingin menciptkan selimut anti api, jaket anti api, kantong anti api dan lain-lain.

Gambar 3.11 Macam-macam APAR

C. HYDRANT

Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air, secara
sistemnya tidak berbeda dengan sistem pompa air yang ada dirumah. Berdasarkan
tempat/lokasinya sistem hidran kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Sistem Hydrant Gedung

Hydrant yang terletak atau dipasang di dalam bangunan. Sistem serta peralatannya
disediakan serta dipasang oleh pihak bangunan atau gedung tersebut. Hydrant gedung
biasanya berupa slang yang ditempatkan pada sebuah kotak yang disebut dengan
Hydrant Box. Untuk pemasangan Hydrant Box di dalam ruangan pada bagian atasnya
(menempel pada dinding) harus disertai pemasangan alarm bell. Pada Hydrant Box
terdapat gulungan selang atau lebih dikenal dengan istilah Hose Reel.

Jumlah dan perletakkan Hidran Gedung disesuaikan dengan klasifikasi bangunan


dan luas lantai ruangan yang dilindungi oleh Hidran.

Perletakan Hidran berdasarkan luas lantai, klasifikasi bangunan dan jumlah lantai

Tabel 3. Peletakan hydrant berdasarkan


luas lantai

Klasifikasi Bangunan Menurut Tinggi dan Jumlah lantai

Tabel 3. Klasifikasi bangunan menurut tinggi dan jumlah lantai


- Kotak hidran di pasang dengan ketinggian 75 cm dari permukaan lantai,
mudah tercapai, mudah terlihat tidak terhalang oleh benda-benda lain dan di
cat warna merah.

- Ditengah-tengah kotak hidran di beri tulisan HIDRAN dengan warna


putih, tinggi

Spesifikasi hidran gedung :

- Debit air untuk hjidran gedung 400 liter/menit

- Tekanan air untuk hidran gedung ditentukan pada titik tertinggi sebesar 4,5
Kg/Cm.

2
Tekanan air pada standard pipe / hose rock minimal 84 kg/cm , optimum 1,75
3
kg/cm

- Debit air 400 ltr/ menit

- Diameter pipa induk 6 sedangkan diameter pipa cabang 4

- Diameter slang minimum 1,5

- Ukuran Kotak Hidran minimum adalah :

panjang = 52 cm
lebar = 15 cm
tinggi = 66 cm
Hidran jenis ini, sesuai penggunaannya di klasifikasikan ke dalam 3
kelompok sebagai berikut :

a. Hidran Kelas 1 :

Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter 2 inci, yang


penggunaanya diperuntukkan secara khusus bagi petugas pemadam atau
orang yang telatih.

2
1

/
2

Gambar 3.13 Hydrant kelas I

b. Hidran kelas II :

Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter 1 inci , yang


penggunaannya diperuntukkan penghuni gedung atau petugas yang belum terlatih.

c. Hidran kelas III :


Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter gabungan antara Hidran
kelas I dan II diatas.
2. Sistem Hydrant Halaman (Pilar)

Adalah hidran ini terletak diluar atau lingkungan bangunan, sedangkan instalasi
dan peralatan serta sumber air disediakan oleh pihak pemilik bangunan. Hidran
halaman sering disebut sebagai Outdoor Hydrant karena terletak di luar gedung.

Hidran halaman harus dilletakkan sesuai ketentuan sebagai berikut :

- Kelompok bangunan yang berjarak lebih dari 10 meter terhadap jalan lingkungan,
harus dilengkapi hidran halaman

- Bangunan dengan klasifikasi A,B, C harus memiliki hidran halaman dengan jarak
antara hidran < 90 meter.

- Bangunan dengan klasifikasi D,E harus memiliki hidran halaman dengan jarak antara
hidran < 60 meter.

- Hidran dipasang dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah.

- Pilar hidran harus dipasang 1 m dari pagar halaman bangunan, mudah terlihat, mudah
dicapai, tidak terhalang oleh benda-benda lain, dan dicat warna merah.

Spesifikasi hydrant halaman :

2
Tekanan air 4,5 kg/cm


Debit air 1000 lt/ menit


Diameter pipa induk 6 dan diameter pipa cabang 4

Diameter selang minimal 2,5
Gambar 3.14 Sistem hydrant dalam gedung bertingkat

Gambar 3.15 Hydrant box pada gedung bertingkat Gambar 3.16 Hydrant box pada
gedung
Gambar 3.17 Hydrant box dan hydrant pilar di luar gedung

Terdapat sebuah alat yang dinamakan siamese connection yaitu sebuah alat yang
berfungsi untuk menyuplai air dari mobil Pemadam Kebakaran untuk disalurkan ke dalam
sistem instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang terpasang di dalam
gedung selanjutnya dipancarkan melalui sprinklersprinkler dan hydrant box di dalam
gedung. Alat ini diletakan pada bagian luar gedung yang jumlahnya serta peletakannya
disesuaikan dengan luas dan kebutuhan gedung itu sendiri.

Gambar 3.18 Siamese connection


Cara Kerja Hydrant

Hydrant juga dapat disebut sistem pemadam api yang menggunakan media air,
secara sistemnya tidak berbeda dengan sistem pompa air yang ada dirumah, dimana
terdiri atas:

1. Tempat penyimpanan air (Reservoir)

2. Sistem distribusi

3. Sistem pompa hydrant

Berikut akan dijelaskan masing-masing dari system tersebut:

1. Tempat penyimpanan air (Reservoir)

Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan digunakan dalam


proses pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tanki ataupun
beberapa tangki

yang terhubung satu dengan yang lainnya. Reservoir ini bisa berada di atas tanah
maupun dalam tanah. Dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat menampung air
untuk supply air hydrant selama minimal 30 menit penggunaan hydrant dengan
kapasitas minimum pompa 500 galon per menit.

Selain itu reservoir juga harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali
dari sumber-sumber air yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia
dalam reservoir. Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang
dihubungan dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air tanah, air
sungai, dll.
2. Sistem Distribusi.

Untuk mendukung proses dan sistem kerja hydrant, diperlukan sistem distribusi
yang menggunakan pipa untuk menghubungkan sumber air hingga ke titik selang
hydrant. Dalam perancangan jaringan pipa hydrant, yang terbaik adalah menggunakan
system jaringan interkoneksi tertutup contohnya sistem ring atau O. Sistem ini
memberikan beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut:

- Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu area pipa
mengalami kerusakan.

- Semburan air hydrant lebih stabil, meskipun seluruh titik hydrant dibuka.
Sistem pipa utama (primary feeders) dari hydarant biasanya berukuran 12-16 inch.

Pipa sambungan ke dua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch. Sedangkan
untuk

cabang pipa biasanya berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung pipa hydrant tersambung
dengan pilar hydrant. Disamping pilar hydrant terpasang box yang digunakan untuk
menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat dari bahan kanvas yang
panjangnya berkisar 20-30 meter.

Untuk mendukung supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang
berinterkoneksi dengan sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese.
Sambungan ini terdiri dari satu / dua sambungan pipa yang fungsinya adalah untuk
memberikan supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini sangat berguna
bagi petugas pemadam kebakaran untuk memberikan supply air tambahan melalui
mobil pemadam kebakaran atau sistem pilar hydrant umum.
3. Sistem pompa hydrant.

Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa.
Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta
mematikan keseluruhan system dan juga untuk mengetahui status dan kondisi pompa.
Motor penggerak

pompa merupakan sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan pompa untuk menyedot
dan menyemburkan air.
BAB IV
PROSES PEMADAMAN API

4.1. Sistem Deteksi Kebakaran

Sistem pendeteksi kebakaran adalah sistem yang menyangkut mengenai cara kerja
alat-alat yang digunakan untuk menganalisa atau mengenali tejadinya kebakaran sejak awal
proses timbulnya api atau asap. Sistem ini berfungsi untuk mengantisipasi meluasnya proses
kebakaran pada suatu bangunan (gedung) dan untuk memberikan peringatan bagi penghuni
gedung agar dapat segera dievakuasi atau menyelamatkan diri.

Sistem deteksi kebakaran umumnya diwajibkan pemasangannya pada bangunan


dengan skala dan dimensi besar serta difungsikan sebagai ruang publik. Hal ini karena pada
bangunan yang difungsikan sebagai ruang publik akan terdapat banyak penghuni
didalamnya sehingga memerlukan perhatian lebih dari segi tingkat keamanan termasuk
mengenai sistem pemadam kebakaran.

Sistem pendeteksi kebakaran terdiri dari beberapa komponen diantaranya yaitu


dalam bentuk alarm peringatan kebakaran. Fire Alarm System adalah alat yang berfungsi
untuk memberikan tanda bahaya (alert) bila terjadi potensi kebakaran atau kebocoran gas.
Cara Kerja Fire Alarm System adalah alat ini mendeteksi potensi-potensi kebakaran seperti
gumpalan asap (smoke detector), temperatur tinggi (heat detector), dan adanya gas yang
berbahaya (gas detector), ketika alat ini mendeteksi potensi kebakaran tersebut maka alat ini
akan secara otomatis memberikan tanda bahaya (alert) seperti membunyikan bell atau alarm.
Komponen Fire Alarm System

Gambar 4.1 Komponen Fire Alarm System

Terdapat tiga macam pendeteksi kebakaran,


yaitu: A. Pendeteksi asap/smoke detector
B. Pendeteksi panas/heat detector
C. Pendeteksi api/fire detector

A. PENDETEKSI ASAP (SMOKE DETECTOR)

Detektor asap merupakan suatu alat yang menangkap adanya potensi asap pada
suatu ruangan atau bangunan. Terdapat dua jenis detektor asap yaitu detektor asap optik
yang mendeteksi berkurangnya cahaya karena terhalang oleh asap dan detektor asap
ionisasi yang mendeteksi berkurangnya ionisasi akibat adanya asap yang bercampur
dengan udara. Detektor asap umumnya terdapat pada gedung-gedung besar dengan fungsi
publik sehingga pada ruangan yang terdapat detektor asap umumnya tidak diperbolehkan
merokok (areal bebas rokok).
Gambar 4.2. Detektor asap
Persyaratan pemasangan detektor asap :

a. Untuk setiap luas lantai 92 m.


b. Jarak antar detektor maksimum 12,00 meter di dalam ruang aktif dan 18,00 meter
untuk ruang sirkulasi.
c. Jarak detektor dengan dinding minimum 6,00 meter untuk ruang aktif dan 12,00
meter untuk ruang sirkulasi.
d. Setiap kelompok sistem dibatasi maksimum 20 buah detektor untuk
melindungi ruangan seluas 2000 m.

B. PENDETEKSI PANAS

Detektor panas mendeteksi adanya potensi ancaman kebakaran melalui perubahan suhu
pada suatu ruangan. Terdapat tiga jenis detektor panas yaitu fixed smoke detector (detektor
panas suhu tetap) yang bekerja ketika suhu ruangan mencapai titik tertentu, rate of rise
detector yang bekerja ketika suhu ruangan
meningkat dengan drastis serta kombinasi dari keduanya.
Gambar 4.3. Heat detector

Persyaratan pemasangan detektor panas :

a. Dipasang pada posisi 15 mm hingga 100 mm di bawah permukaan langit-langit.


b. Pada satu kelompok sistem ini tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah.
c. Untuk setiap luas lanatai 46 m dengan tinggi langit-langit 3,00
meter.
d. Jarak antar detektor tidak lebih dari 7,00 meter untuk ruang aktif, dan tidak
lebih dari 10,00 meter untuk ruang sirkulasi.
e. Jarak detektor dengan dinding minimum 30
cm.
f. Pada ketinggian berbeda, dipasang satu buah detektor untuk setiap 92 m luas
lantai. g. Dipuncak lekukan atap ruangan tersembunyi, dipasang sebuah detektor
untuk setiap jarak memanjang 9,00 meter.

C. PENDETEKSI API (FLAME DETECTOR)


Flame detector adalah merupakan salah satu alat instrument berupa sensor yang dapat
mendeteksi nilai intensitas dan frekuensi api dalam suatu proses pembakaran, dalam hal ini
pembakaran dalam boiler pada pembangkit listrik tenaga uap. Flame detector bisa
mendeteksi kedua hal tersebut dikarenakan oleh komponen- komponen pendukung dari
flame detector tersebut.
Prinsip kerja flamedetector adalah dimulai dari bahwa api akan
bisa dideteksi oleh keberadaan spectrum cahaya infra red maupun ultraviolet, dan
dari situ semacam sensor dalam flame detector akan bekerja untuk membedakan

spectrum cahaya yang terdapat pada api yang terdeteksi tersebut.

Gambar 4.4 Spektrum warna pada flame detector


Gambar 4.5 Flame detector
Persyaratan pemasangan detektor api :

a. Setiap kelompok dibatasi dibatasi maksimum 20 buah detektor.

b. Detektor yang dipasang di ruang luar harus terbuat dari bahan yang tahan karat,
tahan pengaruh angin dan getaran.
c. Untuk daerah yang sering mengalami sambaran petir, harus dilindungi sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan tanda bahaya palsu.

Keseluruh alat pendeteksi kebakaran ini umumnya terintegerasi dengan alarm maupun
lampu peringatan tanda bahaya kebakaran baik secara built-in (langsung pada alat
pendeteksi) maupun terpisah.

Gambar 4.6 Gambaran umum sistem pendeteksi kebakaran


Gambar 4.7 Lampu tanda bahaya
kebakaran
Gambar 4.8 Alarm tanda kebakaran
Gambar 4.9 Simbol-simbol komponen sistem deteksi & alarm kebakaran

4.2 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Sistem pemadam kebakaran atau fire fighting system merupakan sistem yang
difungsikan untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi di dalam gedung. Sistem pemadam
kebakaran disediakan di gedung sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Namun
ini difungsikan ketika bencana kebakaran sudah melanda gedung atau bangunan. Sistem ini
memiliki beberapa tahapan dalam cara kerjanya dan komponen pendukung lainnya.
Akan lebih baik jika cara pemadaman kebakaran diketahui terlebih dulu. Dari pengertian
tentang penyebab kebakaran maka dapat ditemukan sistem pemadaman api, yaitu :
a. Cara penguraian, adalah sistem pemadaman dengan cara memisahakan /
menjauhkan benda benda yang dapat terbakar. Contohnya, bila terjadi kebakaran
dalam gudang tekstil, yang terdekat dengan sumber api harus segera dibongkar /
dimatikan.
b. Cara pendinginan, adalah sistem pemadaman dengan cara menurunkan panas.
Contoh, penyemprotan air ( bahan pokok pemadam ) pada benda yang terbakar.
c. Cara isolasi, adalah sistem pemadaman dengan cara mengurangi kadar O2 pada
lokasi sekitar benda- benda terbakar. Sistem ini disebut juga dengan sistem lokalisasi,
yaitu dengan membatasi / menutupi benda benda yang terbakar agar tidak bereaksi
dengan O2, contohnya :
Menutup benda benda yang terbakar dengan karung yang dibasahi air,
misalnya pada kebakaran yang bermula dari kompor.
Menimbun benda benda yang terbakar dengan pasir atau tanah.

Menyemprotkan bahan kimia yaitu dengan alat pemadam jenis CO2

Sistem pemadam kebakaran merupakan sistem untuk memadamkan (mematikan) api


yang berpotensi menjadi ancaman kebakaran. Sistem pemadam kebaran bekerja ketika api
masih berupa percikan hingga sudah membesar agar api tidak menyebar sehingga
menyebabkan kebakaran yang lebih besar. Macam-macam sistem pemadam kebakaran adalah
sebagai berikut :

A. SISTEM SPRINKLE
Instalasi pipa pada sistem sprinkler berfungsi untuk mengatasi kebakaran secara
otomatis disetiap ruangan melalui head sprinkler , pipa sprinkler dipasang pada setiap lantai
(dalam plafon) dengan jarak antara 3 sampai 5 meter , bila terjadi kebakaran pada salah satu
lantai maka panas api dari titik kebakaran akan memecahkan head sprinkler. Sistem sprinkler
terdiri dari :
1. Wet Riser System merupakan keseluruhan instalasi pipa sprinkler berisikan air
bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. Pada
umumnya gedung bertingkat menggunakan sistem Wet Riser. Pada sprinkler ini, pada
katup kendalinya biasanya dilengkapi dengan peralatan tabung penghambat (retard
chamber) yang berfungsi untuk menghindarkan aktifnya alarm gong dari akibat
terjadinya kelebihan tekanan air sesaat yang dikirim melalui katup kendali.
Untuk sistem pipa ini banyaknya sprinkler yang dipasang dikontrol oleh satu
set valve dan tidak melebihi 500 buah untuk tingkat bahaya ringan atau 1000 buah
untuk tingkat bahaya kebakaran sedang dan tinggi.
Cara kerja sistem :

Cara kerja sistem ini adalah melalui pecahnya kepala srinkler yang menerima
rangsangan panas berdasarkan tingkat suhunya. Air memancar dari kepala sprinkler
dan mengakibatkan tekanan dalam jaringan instalasi turun sampai ke titik tertentu
sesui desain/rancangan. Turunnya tekanan selanjutnya akan mengaktifkan.

Gambar 4.10 Sistem fire sprinkler wet riser secara umum

2. Dry Riser System merupakan keseluruhan instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air
bertekanan karena sistem sprinkler ini digunakan pada ruangan dengan suhu yang
dapat menyebabkan air membeku. Peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara
otomatis jika instalasi fire alarm
memerintahkannya. Cara kerja sistem :

Pada saat panas atau asap pada ruang yang dilindungi mencapai suhu tertentu atau
jumlah tertentu, panas/asap tersebut akan memecahkan kepala sprinkler untuk kemudian
memerintahkan pompa untuk mengalirkan air ke sprinkler yang kepalanya
telah pecah.
Gambar 3.11 Sistem fire sprinkler dry riser secara umum
BAB V
PENGAWASAN K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

A. Dasar Hukum
1. Tujuan K3 tersirat dalam konsideran UU 1/70, yaitu bertujuan melindungi tenaga kerja dan
orang lain, asset dan lingkungan masyarakat
2. Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1) huruf b, d, q
dalam UU No. 1 tahun 1970
3. Pasal 9 ayat (3) mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan
kebakaran.

B. Pengertian
Pengawasan: suatu aktivitas untuk menilai kesesuaian peryaratan yang telah ditentukan, yang
dalam hal ini adalah persyaratan K3 penanggulangan kebakaran yang bertujuan untuk
mencegah atau menekan resiko sampai pada level yang memadai.
Kebakaran: api yang tidak dikehendaki.
Resiko kebakaran: perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi kebakaran.
Memadamkan kebakaran: suatu teknik menghentikan reaksi pembakaran atau nyala api.
Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran: sarana berbentuk konstruksi permanen pada
bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman untuk waktu tertentu sebagai jalan
atau rute penyelamatan penghuni apabila terjadi keadaan darurat kebakaran
Panas, asap dan gas: produk kebakaran yang pada hakekatnya jenis bahaya yang akan
mengancam keselamatan.

C. Sistem Evakuasi

Sistem evakuasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mengamankan seluruh


penghuni gedung saat terjadi kebakaran. Sistem evakuasi ini meliputi berbagai komponen yang
ada didalam gedung untuk memberikan jalan keluar yang aman dan efektif sebelum gedung
tersebut hancur. Beberapa komponen dari sistem evakuasi adalah sebagai berikut:
1. Tangga Darurat

Tangga adalah tangga yang berfungsi untuk sirkulasi orang berjalan kaki serta
kelintasan utama pada bangunan gedung antar lantai bertingkat dalam kondisi keseharian
karena menjadi sirkulasi,
maka pada tangga harus memenuhi persyaratan kenyamanan pemakaian untuk
naik maupun turun yang tidak melelahkan dan membahayakan pemakainya.

Gambar 5.1 Tangga Darurat

Tangga darurat adalah tangga yang digunakan untuk mengevakuasi atau


menyelamatkan penghuni gedung dari pengaruh bahaya.

Syarat tangga darurat:

a. Letakknya berhubungam dengan dinding luar bangunan dan mempunyai pintu


akses keluar gedung.
b. Dilengkapi dengan pintu dari bahan tahan api sekurang-kurangnya selama 3 jam.
c. Pada bagian bordes dilengkapi jendela kaca yang bias dibuka dari luar untuk
penyelamatan penghuni.
d. Dilengkapi cerobong pengisap asap.
e. Pada tangga darurat harus dilengkapi dengan lampu penerangan dengan supply
baterai darurat.
f. Lebar tangga minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang).
2. Pintu Darurat

Pintu darurat adalah alat bantu yang digunakan saat evakuasi untuk menuju
tempat yang aman. Dalam penempatannya pintu darurat ini memiliki beberapa syarat
agar dapat digunakan secara maksimal untuk evakuasi.

Pintu darurat memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu:

a. Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan semua pintu lainnya
membuka ke arah ruangan tangga, kecuali pintu paling bawah membuka ke luar
dan langsung berhubungan dengan ruang luar.

b. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakarannya 2 jam.

c. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan engsel, kunci dan
pegangan yang juga tahan terhadap api.

d. Pintu tidak dapat dibuka secara otomatis dari ruangan tangga, kecuali pintu
paling atas atau paling bawah.

e. Letak pintu kebakaran ini paling jauh dapat dijangkau oleh pengguna dalam jarak
radius 25 m. Oleh karena itu diperlukan suatu tangga kebakaran dalam suatu
bangunan dengan luas 600m2 yang ditempati 50-70 orang.

Gambar 5.2 Pintu Darurat


3. Sign / Tanda-Tanda Darurat

Sign/ pertanda adalah sebuah petunjuk yang membantu dalam proses evakuasi saat
terjadi bahaya kebakaran. Biasanya petunjuk ini diletakkan pada posisi tertentu yang mudah
dilihat dan memudahkan para penghuni untuk menuju pintu darurat maupun tangga darurat.
Selain itu petunjuk juga harus tetap menyala walaupun keadaan listrik saat terjadinya
kebakaran sedang padam dan bahan penunjuk tersebut juga tahan terhadap api.

Gambar 5.3 Petunjuk Pintu Darurat

Gambar 5.4 Tanda-tanda darurat


BAB VI
KESIMPULAN

6.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang saya dapat dari materi ini yaitu sistem pencegahan adalah tindakan
atau perhitungan yang sudah dilakukan sebelum suatu bahaya itu muncul. Sistem pemadam
kebakaran atau sistem fire fighting merupakan sistem yang difungsikan untuk menanggulangi
bahaya api yang terjadi di dalam gedung. Sistem sprinkler memiliki instalasi pipa pada sistem
sprinkler berfungsi untuk mengatasi kebakaran secara otomatis disetiap ruangan. Sistem
Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air. Sistem evakuasi dalam
bencana kebakaran dilakukan dengan cara menyelamatkan korban yang terjebak di dalam
areal gedung atau wilayah yang terbakar melaui jalur-jalur evakuasi tersebut diantaranya
adalah tangga darurat, pintu keluar darurat dan balkon pada ruang-ruang yang ada pada
gedung bertingkat. Fire Safety Management harus dilaksanakan dari mulai proses desain
gedung, commisioning dan operasional gedung. Artinya pihak pemilik/pengelola harus lebih
berkoordinasi dengan pihak-pihak yang kompeten untuk setiap bidang.

Sistem Pencegahan
Sistem pencegahan adalah tindakan atau perhitungan yang sudah dilakukan
sebelum suatu bahaya itu muncul. Tindakan pencegahan terhadap bahaya kebakaran
dapat dilakukan melalui tindakan langsung maupun pengolahan bahan-bahan disekitar
kita untuk dapat memperkecil persentase terjadinya kebakaran itu sendiri.

Sistem Pemadaman

Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting merupakan sistem yang
difungsikan untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi di dalam gedung.
A. Sistem sprinkler
Instalasi pipa pada sistem sprinkler berfungsi untuk mengatasi kebakaran secara
otomatis disetiap ruangan.
B. Sistem Hydrant
Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air. Instalasi pipa
hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi kebakaran secara manual
dengan menggunakan hydrant box.
Sistem Evakuasi

Sistem evakuasi dalam bencana kebakaran dilakukan dengan cara menyelamatkan


korban yang terjebak di dalam areal gedung atau wilayah yang terbakar. Penyelamatan korban
dari areal gedung dapat dilaksanakan melalui beberapa jalur evakuasi yang memang disediakan
sebelumnya. Jalur-jalur evakuasi tersebut diantaranya adalah tangga darurat, pintu keluar
darurat dan balkon pada ruang-ruang yang ada pada gedung bertingkat

6.2 SARAN

Adapun saran yang dapat kami berikan diantaranya yaitu sebaiknya cara pencegahan
mengenai pemadaman kebakaran yang sudah dijabarkan diatas dapat diaplikasikan dengan
baik. Termasuk pula mengenai rancangan fire safety management yang seharusnya sudah
dipersiapkan sebelum proses pembangunan dimulai. Apabila bencana kebakaran terjadi, maka
masyarakat dapat mengikuti langkah-langkah evakuasi. Pada gedung-gedung atau bangunan
dengan dimensi yang cukup luas sebaiknya memiliki sistem pemadam kebakaran yang baik
dan jalur evakuasi yang memadai sesuai jumlah penghuni gedung.
DAFTAR PUSTAKA

Alat Pemadam Api Ringan (APAR).Tersedia pada: http://alatpemadamapipo


rtable.blogspot.com/p/apakah-alat-pemadam-api-ringan-apar.html.

Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung. Tersedia pada:
http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/asset/doc/sni/SNI_UJI.PDF.

Adhiatma, G. Santosa. 2010. TEORY DASAR PEMASANGAN HYDRANT.


http://galihsantosa.wordpress.com/2010/02/25/teory-dasar-pemasangan- hydrant/.

Adhiatma, G. Santosa. 2011. KEBUTUHAN AIR SISTEM HYDRANT.


http://galihsantosaadhiatmablog.blogspot.com/2011/02/kebutuhan-air- sistem-hydrant.html.

Isnanto. 2008. FIRE FIGHTING SISTEM SPRINKLER.


http://masisnanto.blogdetik.com/2008/12/30/fire-fighting-sistem- sprinkler/#more-60.

Teknik, Skhwaner. 2005. SISTEM SPRINKLER DAN HYDRANT.


http://teknisigedung.blogspot.com/2005/09/sistem-instalasi- kebakaran.html.

Wisaksono, Haryo dan Rahayu, Triana. 2008. MANAJEMEN RISIKO.


http://www.asuransi.astra.co.id/index.php?page=news.read&id=100.

Anda mungkin juga menyukai