Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Kebakaran adalah resiko yang selalu ada di rumah sakit, karenanya,


setiap rumah sakit perlu merencanakan bagaimana menjamin penghuni
rumah sakit tetap aman sekalipun terjadi kebakaran atau asap. Proses
kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api
yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga
unsur tersebut, api tidak akan muncul. Walaupun tidak dikehendaki, peristiwa
kebakaran pada suatu bangunan masih sering terjadi.

Bahkan ada juga yang menyebabkan nyawa melayang, selain kerugian


material yang kadang tak sedikit jumlahnya Kendala umum yang sering
muncul pada setiap terjadinya kebakaran pada bangunan adalah upaya-upaya
penanganan kebakaran yang pada kasus-kasus tertentu banyak mengalami
kesulitan di lapangan seperti upaya penyelamatan jiwa (evakuasi manusia),
barang dan proses pemadaman kebakarannya. Kendala proses pemadaman
kebakaran, selain jumlah air yang terbatas di lingkungan lokasi kebakaran,
juga karena tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pemadam kebakaran pada
bangunan dan respon dari unit pemadam kebakaran yang terkadang terlambat
dikarenakan jarak dan kemacetan lalu lintas yang mengganggu untuk
secepatnya mencapai lokasi kebakaran.

Padahal terkadang karena situasi lingkungan bangunan dan barang


yang mudah terjilat api sehingga tercapai dengan cepat kondisi flashover,
dimana kebakaran sudah sulit dipadamkan dalam waktu kurang lebih 8 menit.
Sehingga perlu diupayakan kebijakan guna mencegah sedini mungkin
kebakaran yang timbul. Secara umum dalam upaya pencegahan terjadinya
kebakaran padabangunan terbagi atas sistem pencegahan aktif dan sistem
pencegahan pasif.

Sistem pencegahan aktif merupakan upaya pencegahan terjadinya


kebakaran secara dini dari dalam bangunan itu sendiri, yang diusahakan
sendiri oleh pemilik gedung, yang diantaranya adalah dengan memasang
peralatan detektor kebakaran pada titik-titik strategis, pemasangan sprinkle,
penyediaan hidrant/tabung pemadam kebakaran, dan sebagainya. Sedangkan
sistem pencegahan pasif misalnya melalui usaha pemilihan bahan bangunan
yang lebih tahan terhadap api, kompartemenisasi, pengaturan dan jarak
ruangan, desain tapak bangunan yang memudahkan akses pemadaman
kebakaran dan sebagainya.

Sistem proteksi pasif ini harus mampu mendukung bekerjanya sistem


proteksi aktif, penyelamatan dan evakuasi manusia dan barang secara aman,
pembatasan penyebaran dan besarnya api, perlindungan terhadap bangunan
di sekitarnya dan keselamatan pada saat pemadaman kebakaran.

Dari beberapa upaya di atas, maka diperlukan suatu kebijakan-


kebijakan yang dapat mengikat seluruh pihak baik pemilik bangunan,
perencana, pengguna dan pemerintah selaku pembuat peraturan. Masyarakat
juga memiliki hak untuk menuntut langkah-langkah pengamanan dan
penanggulangan terjadinya bahaya kebakaran. Oleh karenanya RSUD
Rantauprpaat mempunyai memfasilitasi suatu sistem manajemen pengamanan
kebakaran (fire safety management), yang meliputi pengelolaan dan
pengendalian manusia, informasi, organisasi dan peralatan. Hal ini dapat
dijabarkan lagi melalui Kebijakan Manajemen Penanggulangan Kebakaran Pada
Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu adalah sebagai
berikut :

1. Kebakaran yang disebabkan kegagalan teknologi, manusia atau alam


dapat terjadi setiap saat dan dimana saja, untuk itu RSUD
Rantauprapat perlu mempersiapkan suatu cara penanggulangannya
guna mengurangi dampak kerugian yang mungkin terjadi.

2. Pada kondisi darurat dan bencana, waktu dan tindakan untuk


mengurangi dampak kebakaran diperlukan penanggulangan secara
teknis dalam waktu singkat. Perencanaan dan persiapan merupakan
kunci keberhasilan dalam penanganan penanggulangan kebakaran
secara efektif.

3. Pelaksanaan penanggulangan kebakaran adalah serangkaian kegiatan


yang dilakukan dengan segera setelah terjadi kebakaran, yang termasuk
kegiatan penanggulangan kebakaran adalah deteksi dini adanya
kebakaran, usaha pemadaman terhadap kebakaran, penyelamatan
penghuni bangunan dan aset perusahaan, evakuasi penghuni bangunan
dan penyelamatan korban dan pemberian pertolongan pada pasien yang
membutuhkan pertolongan dengan segera, pemenuhan kebutuhan
pasien selama proses menunggu sampai dinyatakan kondisi normal serta
pemulihan kegiatan menjadi normal.
4. Komandan bencana dijabat oleh Ketua Komite Medik dan Keperawatan,
sedangkan Direktur menjabat komandan Rumah Sakit.

5. Organisasi tanggap darurat kebakaran hanya berfungsi dalam keadaan


darurat kebakaran serta untuk menjaga kesiagaan terhadap
kemungkinan terjadi keadaan darurat kebakaran maka perlu
dilaksanakan pelatihan simulasi tanggap darurat kebakaran secara
bekala berdasarkan skenario yang ditetapkan dan laporan evaluasi
pelaksanaannya.

6. Bagian Pemeliharaan/ IPS Non Medik berkewajiban untuk memastikan


bahwa semua sarana darurat kebakaran siap pakai dan handal ketika
dibutuhkan dalam keadaan kebakaran termasuk rambu-rambu dan
daerah evakuasi

7. Buku kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran disosialisasikan ke


seluruh unit kerja agar semua karyawan mengerti dan memahami
tindakan yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat

8. Pimpinan unit kerja bertanggung jawab untuk memastikan semua


karyawan yang berada dalam pengawasannya telah mengerti dan
memahami tindakan yang harus dilakukan jika terjadi keadaan
kebakaran.

9. Semua karyawan RSUD Rantauprapat berkewajiban untuk mematuhi


bukti kesiapsiagaan Tanggap Darurat Kebakaran.

10. Semua karyawan harus mempunyai keterampilan dalam memadamkan


api dengan menggunakan APAR.
BAB II

DEFINISI

1. Pencegahan adalah proses, cara, perbuatan mencegah, penegahan,


penolakan.

2. Penanggulangan adalah proses, cara, perbuatan menanggulangi

3. Kebakaran adalah api yang tak terkendalikan, peristiwa terbakarnya


sesuatu.

4. Evakuasi adalah tindakan untuk membuat orang-orang menjauh dari


ancaman atau kejadian yang sangat berbahaya.

4. Faktor penyebab kebakaran :

 Alam : gunung meletus, gempa bumi, petir, sinar matahari yang mengenai
lensa, dan sebagainya.
 Manusia : karena disengaja (balas dendam, menutupi kejahatan,
penggantian asuransi, dan sebagainya ); kelalaian (konsluiting listrik,
kompor bocor dan meledak, kebocoran gas, dan sebagainya).
 Binatang : tikus, kucing, anjing, burung.

5. Teori terjadinya api : api adalah merupakan suatu reaksi kimia


(reaksioksidasi) yang bersifat oksotermis dan diikuti pengeluaran cahaya dan
panas serta dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. Terjadinya api
disebabkan oleh bersatunya tiga unsur yaitu bahan bakar yang mudah
terbakar, udara dan panas (disebut SEGITA API). Api dapat dipadamkan
dengan cara menghilangkan salah satu unsur tersebut.

6. Menurut NFPA (National Fire Protection Association) api di bagi menurut


kelasnya menjadi :

A. Kebakaran pada benda yang mudah terbakar yang menimbulkan


arang/karbon (contoh: kayu, kertas, kardus, kain, kulit, plastic).

B. Kebakaran pada benda cair dan gas yang mudah terbakar contoh:
bahan bakar, bensin, lilin, gemuk, minyak tanah, thinner).

C. Kebakaran pada listrik atau yang mengandung aliran listrik.


D. Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh: sodium, lithium,
radium).

7. Menurut SAA (Standard Australian Association) api di bagi menurut


kelasnya menjadi :

A. Kebakaran pada benda yang mudah terbakar yang menimbulkan


arang/karbon (contoh: kayu, kertas, kardus, kain, kulit, plastic).

B. Kebakaran pada benda cair mudah terbakar (contoh: bahan bakar,


bensin, lilin, minyak tanah, thinner).

C. Kebakaran pada benda gas ( contoh: LPG, LNG, metan,dll )

D. Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh: sodium, lithium,


radium) .

E. Kebakaran pada peralatan yang menggunakan tenaga listrik /


menimbulkan tenaga listrik.

8. Kebakaran dibagi menjadi :

a) Bahaya kebakaran ringan adalah ancaman bahaya kebakaran yang


mempunyai nilai dan kemudahan terbakar rendah, apabila kebakaran
melepaskan panas rendah, sehingga perjalanan api lambat.
b) Bahaya kebakaran sedang I adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan
bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 (dua
setengah) meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas
sedang, sehingga perjalanan api sedang.
c) Bahaya kebakaran sedang II adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan
bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 (empat)
meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga
perjalanan api sedang.
d) Bahaya kebakaran sedang III adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar agak tinggi, menimbulkan
panas agak tinggi serta penjalaran api agak cepat apabila terjadi
kebakaran.
e) Bahaya kebakaran berat I adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menimbulkan
panas tinggi serta penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran.
f) Bahaya kebakaran berat II adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sangat tinggi,
menimbulkan panas tinggi serta penjalaran api cepat apabila terjadi
kebakaran.

BAB III

RUANG LINGKUP.

1. Identifikasi daerah paling beresiko terjadi bahaya kebakaran di rumah sakit.


2. Pencegahan bahaya kebakaran.
3. Penanggulangan jika terjadi kebakaran.

BAB IV

TATA LAKSANA.

1. Identifikasi daerah paling beresiko terjadi bahaya kebakaran di rumah


sakit, yaitu :

a. Instalasi Gizi.

b. Bagian Pemeliharaan Sarana.

c. Tempat penyimpanan O².

d. Tempat penyimpanan LPG.

e. Ruang panel, ruang mesin & tangki BBM generator.

f. Instalasi Farmasi.

g. Instalasi Laboratorium.

h. Instalasi Kamar Operasi.

i. Instalasi Pusat Sterilisasi (KST & Binatu).

j. Instalasi Radiologi.

Daerah/tempat beresiko ini perlu mendapatkan tanda / rambu sebagai


kawasan beresiko/ mudah meledak / mudah terbakar. Sehingga pegawai &
orang yang melihat, mengetahui bahwa tempat tersebut rawan/berbahaya.
2. Pencegahan Bahaya Kebakaran.

Tindakan pencegahan kebakaran, tindakan berikut yang harus dilakukan oleh


seluruh petugas sbb:

a. Bahan yang mudah terbakar seperti tabung gas ditempatkan


pada area yang aman dari api/ panas, dengan penempatan
yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk
mencegah jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi
(pintu masuk terkunci).
b. Jika meninggalkan ruangan, periksalah bahwa seluruh
peralatan listrik diruang kerja sudah dimatikan.
c. Jangan bebani titik listrik terlalu melebihi beban yaitu
melebihi dari kapasitas yg ada.
d. Perhatikan dan ingat-ingat lokasi tanda bahaya kebakaran,
letak tabung pemadam kebakaran, jalan keluar.
e. Lakukan patroli secara rutin didaerah tempat gas dapur Elpiji
dari kemungkinan orang merokok serta daerah yang rawan
terhadap kebakaran.
f. Jangan menyimpan sembarangan benda-benda yang mudah
terbakar.
g. Larang atau tidak diberikan ijin/ingatkan setiap pekerja yang
pekerjaanya menimbulkan api, tetapi ia tidak melengkapi alat
keselamatan dan keamanan kebakaran.
h. Pastikan seluruh jaringan kabel dan peralatan elektronik
tidak ada yang rusak/terkelupas kabelnya.
i. Pastikan agar semua pintu keluar bebas dari bahan – bahan
mudah terbakar.
j. Simpan cairan yang mudah terbakar di tempat yang aman
dan jauh dari nyala api atau aktivitas manusia yang padat,
gudang penyimpanan logistic, dll.
k. Gunakan wadah yang tepat untuk menyimpan atau
menuangkan bahan cair mudah terbakar.
l. Jangan menempatkan tabung APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) yang telah terpakai/kosong pada tempat semula.
Segera laporkan tabung APAR yang telah terpakai kepada
petugas terkait untuk dilakukan pengisian.
m. Untuk mengatasi kebakaran, pasanglah APAR cukup sesuai
peraturan yang telah ada.
n. Rawat dan periksa APAR serta Hidran secara berkala.
o. Larangan merokok di areal rumah sakit. Kebijakan larangan
merokok di seluruh area rumah sakit kepada staf, pasien/
keluarganya dan pengunjung, dan di tiap akses masuk ke
rumah sakit dipasang poster larangan merokok sebagai
informasi pada staf, pasien dan pengunjung rumah sakit.
p. Petugas Kemanan yang terdekat menegur. jika ingin
meneruskan rokoknya arahkan keluar areal RSUD
Rantauprapat, jika perokok tidak mau keluar dari areal
RSUD Rantauprapat, maka perintahkan rokoknya dimatikan.

2) Pengaturan kontruksi Bangunan

Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di


rumah sakit menggunakan bahan yang dominan tidak menyebabkan
kebakaran seperti penggunaan bahan dinding dari kayu tidak dianjurkan.
Bangunan tambahan untuk unit bisnis di dalam lingkungan rumah sakit
merupakan bangunan permanen yang tidak terbuat dari papan/ triplek.

3) Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran

a) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas yang


tidak dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang meubel dan
fasilitas lain.

b) Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pada area strategis


yang menuju kearah area berkumpul dan dapat dilihat dari semua
area keluar dari tiap unit pelayanan maupun perkantoran

c) Area berkumpul di Area BARAT yaitu lapangan, Area DEPAN yaitu


Lapangan Parkir, serta Area Belakang yaitu Lapangan Parkir IGD

4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini.


Sistem deteksi dini dilakukan patroli kebakaran oleh petugas
keamanan rumah sakit setiap harinya dengan berkeliling rumah sakit untuk
mengidentifikasi risiko kebakaran. Jika tercium bau asap, gas elpiji atau benda
yang terbakar, tindakan yang harus dilakukan oleh seluruh petugas adalah
sbb:
a) Lapor ke Pj ruangan / Posko Keamanan
b) Piket / Pihak Keamanan lapor ke Koordinator Keamanan.

c) Koordinator Keamanan perintahkan tim Keamanan untuk:

(1) Cari sampai ketemu sumber bau gas elpiji atau benda yang
terbakar dan atau asap berasal.

(2) Koordinasi dengan pengguna ruangan atau PJ ruangan untuk


mencari hal tersebut sampai ditemukan

(3) Jangan menunggu alat Proteksi kebakaran berbunyi tim baru


berkerja.

3. Penanggulangan Jika Terjadi Kebakaran.

a. Jangan panik Ingat setiap kepanikan akan mengurangi daya pikir dan ruang
gerak.

b. Sesuai dengan MKKG (Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung) maka


dalam setiap shift / dinas jaga, setiap kepala unit kerja / koordinator shift
wajib untuk membagi/ membuat daftar jaga petugas KKG (Keselamatan
Kebakaran Gedung) di tempat kerjanya masing – masing. Di setiap
shift/dinas jaga harus ada regu pemadam, regu P3K dan regu evakuasi (regu
evakuasi dibagi menjadi rescue & salvage). Semua petugas yang dinas wajib
untuk mendapat salah satu peran tersebut. Jika karena keterbatasan tenaga
maka satu orang bisa merangkap beberapa peran sekaligus. Untuk lingkup
seluruh rumah sakit juga dibutuhkan peran sebagai Kepala Kesela matan
Kebakaran Gedung (oleh Manajer Rawat Inap / KP jaga), satpam area (oleh
satpam), PMK setempat (oleh satgas kebakaran P2K3/ petugas BPS yang
jaga dan satpam) serta P3K (oleh petugas IRJ atau IGD yang jaga). Ini adalah
standard minimal dari struktur organisasi Keselamatan Kebakaran Gedung
(KKG) , gunanya adalah agar saat terjadi bencana kebakaran, setiap petugas
diunit masing – masing telah mengetahui peran mereka sebagai apa.

Adapun rincian tugas dari masing – masing peran adalah sbb:

I. Tugas Kepala/Wakil Keselamatan Kebakaran Gedung.

 Pastikan bahwa Dinas Pemadam Kebakaran sudah dihubungi.


 Menuju ke posko kebakaran (IGD) untuk memimpin operasional.
 Pastikan bahwa pemberitahuan kewaspadaan tingkat pertama telah
dilaksanakan.
 Pastikan bahwa peran kebakaran lantai telah melaksanakan tugasnya.
 Tetap siaga untuk menerima status laporan dan memperkirakan
harus evakuasi bertahap atau evakuasi total.

II. Tugas Operator telpon/Informasi

 Secepatnya menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran dan Instansi


terkait.
 Jangan memutuskan hubungan telpon sampai Dinas Pemadam
Kebakaran mengulangi berita.
 Mengendalikan sistem pemberitahuan umum.

III. Tugas Teknisi

 Mengatur dan mengontrol peralatan mekanik maupun elektrik (lift,


pompa kebakaran, hidran, lampu darurat, peralatan evakuasi, dll).
 Membantu kelancaran tugas bantuan yang datang di tempat kejadian
kebakaran.

IV. Tugas Kepala/Wakil peran kebakaran lantai/ruangan/instalasi.

1) Apabila kebakaran tidak berada pada lantainya, yakinkan bahwa


lantainya siap dievakuasi.

2) Apabila kebakaran di lantainya segera laporkan ke ext 113 (tentukan ext.


khusus) :

– Nama pelapor :….

– Jenis yang terbakar :…

– Lokasi kebakaran :…

– Situasi terakhir :….

3) Memimpin pelaksanaan operasional di lantainya.

4) Pada saat mendengar pemberitahuan evakuasi :

 Periksa semua ruangan dan pastikan setiap penghuni di lantainya


untuk melaksanakan evakuasi.
 Pada saat evakuasi berikan perhatian khusus pada orang
cacat,hamil,anak-anak,dll.
 Pada saat tiba di titik berkumpul,laksanakan inventarisasi
terhadap penghuni (pasien,pengunjung,pegawai) lantainya.
 Laporkan tentang situasi terakhir dan status evakuasi kepada
Kepala Keselamatan Kebakaran Gedung.

V. Tugas regu Pemadam kebakaran lantai/ruangan/instalasi ( Helm Merah)

1) Memadamkan dan melokalisir kebakaran serta menekan kerugian


sekecil-kecilnya.

2) Memadamkan kebakaran dengan menggunakan APAR (Alat Pemadam


Api Ringan) secara efektif dan efisien.

3) Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain.

VII. Tugas regu Evakuasi pasien Pengunjung dan staf RS ( Helm Kuning)

1) Mengevakuasikan penghuni ke titik berkumpul terdekat.

2) Memberi petunjuk,mengarahkan dan mencarikan jalan keluar kepada


penghuni.

3) Selalu mengingatkan penghuni agar tidak menggunakan lift sekaligus


mengarahkan agar menuju tangga darurat terdekat.

4) Selalu mengingatkan kepada ibu-ibu yang memakai sepatu berhak


tinggi harap dilepas.

5) Menginformasikan ke regu P3K apabila ditemukan penghuni yang


perlu mendapatkan pertolongan.

6) Selalu berkoordinasi denga regu atau pihak lain.

VIII. Tugas regu Salvage/penyelamat barang (Helm Putih)

1) Menyelamatkan barang berharga atau dokumen penting ketempat lain


yang aman yang telah ditentukan.

2) Menyerahkan barang atau dokumen tersebut ke bagian pengamanan.

3) Selalu memonitor situasi terakhir kebakaran.

4) Selalu berprinsip bahwa keselamatan jiwa lebih penting dari harta


benda.

5) Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain.


IX. Tugas Pengaman Dokumen ( Helm Biru)

1) Mengamankan area gedung yang terbakar.

2) Mengatur lalu lintas disekitar gedung.

3) Mengatur perpindahan kendaraan di tempat parkir ke tempat lain


yang aman.

4) Mengatur tersedianya jalan masuk bagi bantuan luar yang datang.

5) Menjaga dokumen/barang yang telah diselamatkan.

6) Sebagai penunjuk jalan bagi bantuan luar yang datang.

7) Selalu berkoordinasi dengan regu/pihak lain.

X. Tugas pemadam kebakaran setempat

1) Pada saat mendapat perintah


 Berusaha mengetahui dengan pasti lokasi terjadinya kebakaran
 Menuju ke posko kebakaran (IGD) untuk memantau situasi.
 Seorang anggota regu menunggu kedatangan petugas pemadam
kebakaran (Damkar)

2) Pada saat terjadi kebakaran

 Melaksanakan pemadaman/melokalisir kebakaran sebelum petugas


pemadam kebakaran datang.
 Memberi informasi yang diperlukan oleh petugas bantuan yang
datang.
 Selalu berkoordinasi dengan regu/pihak lain.
BAB V
PROSEDUR PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI DALAM JAM KERJA .

1. Penanggulangan kebakaran kecil/awal


Pada umumnya kebakaran besar dimulai dari kebakaran kecil, untuk
mencegah agar kebakaran tidak menjadi besar, maka:
a. Karyawan/ staf yang mengetahui lebih dahulu
1) Memadamkan kebakaran kecil awal tersebut dengan menggunakan
alat pemadam api pertama/ringan yang tersedia di lantai tersebut.
2) Melaporkan terjadinya kebakaran tersebut kepada komandan
ruangan.
b. Komandan ruangan
1) Bila kebakaran tersebut dapat dipadamkan oleh karyawan dan
komandan ruangan dengan peralatan yang telah disediakan
diruangan masing-masing., maka komandan ruangan segera
melaporkan kejadian tersebut ke: Pos Kebakaran
2) Bila kebakaran tersebut belum dapat dipadamkan oleh
karyawan/staf, maka komandan ruangan setelah melaporkan
kejadian tersebut ke teknisi, bagian rumah tangga, pengaman kantor,
dan langkah selanjutnya adalah:
a) Mengarahkan/memimpin Regu Pemadam Kebakaran di
ruangannya untuk berusaha memadamkan kebakaran tersebut
baik dengan menggunakan alat pemadam api pertama/ringan
yang terpasang di ruangan tersebut.
b) Melalui kepala Regu Evakuasi dan kepala Regu Penyelamat
ruangan menyiapkan kemungkinan evakuasi dan penyelamatan
jiwa/dokumen.
c) Setelah Regu dari teknisi I tiba ditempat, maka komandan
ruangan memimpin pemadaman agar kemungkinan meluasnya
kebakaran serta bahaya – bahaya lain yang mengkin timbul
dapat dicegah.

2. Penanggulangan Kebakaran Besar


a. Komandan Ruangan/ Gedung
Bila kebakaran tersebut tidak dapat dikuasai oleh Regu Pemadam
Lantai selanjutnya adalah :
1) Memecahkan kaca pelapor kebakaran (break glass)
yang terpasang dilantainya sebagai tanda/isyarat bahwa di lantainya
terjadi kebakaran besar.
2) Melaporkan terjadinya kebakaran kepada dan gedung (Kabag Rumah
Tangga)
3) Mengkoordinasi pelaksanaan evakuasi karyawan di lantainya serta
menyelamatkan dokumen/jiwa.
4) Memerintah semua penghuni gedung supaya tetap tenang dan
mengumumkan bahwa ada kejadian di lantai.........Gedung...........
5) Mengkoordinir evaluasi karyawan melalui komandan – lantai yang
bersangkutan, mulai dari atas lantai yang terbakar sampai dengan
lantai yang teratas, disusul dengan evakuasi karyawan mulai dari
bawah lantai yang terbakar sampai dengan lantai yang terbawah.
6) Bekerjasama dengan K.a Pasukan Pemadam intiguna pengarahan
personil serta peralatan kebakaran dan pengamanan yang diperlukan
dalam usaha penanggulangan kebakara(memadamkan, melokalisir
untuk mencegah meluasnya kebakaran serta bahaya - bahaya lain
yang mungkin dapat ditimbulkan, evakuasi karyawan dan
penyelamatan jiwa/harta benda.
7) Mengkoordinir regu/regu pemadam kebakaran lantai lainnya yang
dapat diperbantukan dalam usaha penanggulangan kebakaran
tersebut.
8) Melaporkan/memberi informasi tentang terjadinya kebakaran
tersebut serta tindakan yang telah diambil dalam rangka
penanggulangannya, kepada Kabag Rumah Tangga

b. Teknisi
Setelah teknisi menerima berita kebakaran baik melalui laporan dan
Gedung maupun melalui tanda alarm, maka selanjutnya teknisi mengadakan
koordinasi antara lain :
1. Memberi instruksi/saran – saran kepada Dan Gedung dan Ka. Pasukan
Pemadam Inti mengenai kemungkinan pengarahan personil dan
peralatan yang diperlukan dalam rangka penanggulangan tersebut.
2. Memberi instruksi/saran – saran kepada fungsi – fungsi penunjang
(keamanan, teknisi, medis, dan logistik) dalam rangka membantu
kelancaran penaggulangan kebakaran tersebut.
3. Menghubungi Damkar guna mendapatkan bantuan bila diperlukan.
a) Kebakaran dalam jam kerja pukul 07.00 s/d 15.30 wib.

1. Bila terjadi kebakaran pada saat jam kerja yang bertanggung jawab
adalah Direktur Rumah Sakit.
2. Direktur Rumah Sakit berkoordinasi dengan Ketua Tim Penanggulangan
Bencana.
3. ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja yang ada di
RSUD Rantauprapat.
4. Bila diperlukan Ketua TPB melakukan koordinasi dengan Polisi, PMI,
Dinas Damkar, Kodim dan Dinkes Pemkab Labuhanbatu..

b) Kebakaran di luar jam kerja pukul 15.30 – 07.00 wib.

(1) Bila terjadi kebakaran pada saat di luar jam kerja yang bertanggung
jawab sebagai komandan adalah Supervisor

(2) Supervisor berkoordinasi dengan Ketua TPB kemudian melaporkan


kejadian bencana kepada Direktur Rumah Sakit.

(3) Ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja yang ada di
RSUD Rantauprapat.

c) Meredakan api kebakaran dan pengendalian asap.

Tindakan berikut ini yang harus dilakukan oleh seluruh petugas RSUD
Rantauprapat atau Tim Penanggulangan Bencana (TPB) RSUD Rantauprapat,
untuk meredakan kebakaran dan pengendalian asap:

 Lakukan terus pemadaman sesuai prosedur.


 Lakukan evakuasi setempat baik benda maupun orang.
 Singkirkan dari lokasi kejadian benda yang mudah terbakar.
 Tutup pintu daerah yang terbakar setelah penghuni terevakuasi.
 Jika api telah padam, hidupkan Exhaust Fan pembuang udara kotor
atau asap keluar ruangan, bila masih berfungsi dan atau buka jendela
agar asap keluar dari gedung.
BAB VI
PROSEDUR EVAKUASI

Seperti pada prosedur penanggulangan kebakaran besar, pelaksanaan


evakuasi karyawan penghuni lantai –lantai di koordinir oleh Dan Gedung
melalui Komandan – komandan Lantai yang bersangkutan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan sewaktu evakuasi adalah :
1. Berjalan dengan cepat jangan lari.
2. Jangan membawa atau memakai barang – barang yang dapat
menyulitkan pelaksanaan evakuasi.
3. Berikan prioritas kepada karyawati dan karyawan lain yang lemah
fisiknya.
4. Apabila hendak membuka pintu, rabalah dan rasakan lebih dahulu
pintunya untuk meyakinkan apakah dibalik pitu tersebut ada api atau
tidak.
6. Bila mungkin keadaan mengijinkan, tutuplah semua pintu dan jendel
untuk membantu memperlambat rambatan api.
7. Apabila terperangkat dalam asap, bernafaslah dengan pendek –
pendek melalui hidung, bergerklah dengan cara merangkak karena
udara dibawah lebih dingin/sejuk. Apabila terpaksa harus menerobos
asap, tahanlah nafas anda, kalau perlu pakailah masker asap/escape
hood.
8. Keluar dari tangga darurat harus melalui pintu menuju halaman dan
berkumpul di tempat yang cukup aman serta melapor kepada kepala
Regu Evakuasi ruangan masing –masing.

ZONA EVAKUASI RUMAH SAKIT


Zona LokasiTempat/Ruang LokasiEvakuasi
1 IGD, Ruang Keuangan, Ruang Lapangan IGD Dan
Pertemuan, ICU, Akreditasi, Gas Medis, Lapangan Parkir Kelas I
Ruang Bersalin, VK-RB, Kelas I,
Instalasi Pemulasaran Jenazah&
Ambulance
2 IBS, IDT, Radiologi, Kelas II Lapangan Parkir Depan PMI
dan Lapangan Parkir Kelas I
3 Perinatologi, Ruang Anak, Zaal Wanita Lapangan Parkir IGD

4 Gizi, Haemodialisa, Kesekretariatan, Lapangan Parkir Depan PMI


CT-Scan, Farmasi, Kelas III Laki-Laki,
BDRS/PMI
5 Rekam Medis II, Pengendalian BPJS, Lapangan Parkir Depan PMI
Poliklinik Kulit & Kelamin, Rekam
Medis, Farmasi, Kimia Farma,
Laboratorium, Poliklinik Anak,
Poliklinik THT-KL, Poliklinik Mata.
6 Poliklinik Gigi, Fisiotrapi, Poliklinik Lapangan Parkir Ruang VIP
Penyakit Dalam, Poliklinik Paru,
Poliklinik Neurologi, Poliklinik PKBRS,
Kantin, Ruang VIP, Mushollah, Ruang
Rawat Inap Jiwa, IPSRS, Instalasi
Sanitasi, Loundry.

ALUR PENANGGULANGAN KEBAKARAN


SIMBOL –SIMBOL EVAKUASI

SIMBOL ARTI
Rute Evakuasi _ jalur
evakuasi

Tempat berkumpul
pada saat terjadi
bahaya

Pintu yang
dipergunakan pada
saat terjadi keadaan
bahaya

Jalur evakuasi bagi


penyandang
disabilitas, ibu hamil,
anak-anak dan Pasien.

Pintu keluar yang


dipergunakan pada
saat terjadi keadaan
bahaya
C) Paska Kebakaran

Untuk mengadakan evaluasi sampai sejauh mana akibat yang


ditimbulkan setelah kebakaran dapat dipadamkan, maka Komandan segera
memanggil/mengumpulkan Tim Penanggulangan Bencana dan Kebakaran
untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang terkait guna mengambil langkah-
langkah Sebagai berikut:
(1) Pengamanan atas bangunan yang terbakar
(2) Penyelidikan mengenai sebab-sebab terjadinya kebakaran untuk
menentukan usaha-usaha agar kejadian yang serupa tidak terulang
kembali.
(3) Mengadakan survey untuk menilai kerugian yang timbul.
(4) Mengadakan penelitian/pemeriksaan teknis sehubungan dengan
kondisi bangunan dan penggunaan kembali.
(5) Mengadakan penelitian sehubungan dengan usaha pembenahan dan
rehabilitasi bangunan.
(6) Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan perawatan
pasien.
BAB VII

PENUTUP

Demikian Panduan Penanggulangan Kebakaran dan Evakuasi RSUD


Rantauprapat dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan program – program
penanggulangan kebakaran di Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat.

Rantauprapat, 2017
Direktur RSUD Rantauprapat

dr. Syafril R.M. Harahap


NIP. 196506162000121001

Anda mungkin juga menyukai