Anda di halaman 1dari 27

Lampiran Surat Keputusan Direktur RSKB Cinta Kasih Tzu Chi

Nomor : 103/SK/DIR/04/2015

Tentang

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN RUMAH SAKIT

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Khusus Bedah Cinta Kasih Tzu Chi (RSKB) sebagai rumah sakit dengan struktur
bangunan bertingkat dan didalamnya terdapat banyak populasi pasien dengan tingkat
ketergantungan yang berbeda-beda, harus memiliki suatu program pencegahan bahaya
kebakaran, deteksi dini, penanggulangan dini, hingga lanjutan, meliputi pedoman untuk evakuasi
dalam keadaan kebakaran

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam penyusunan prosedur dan segala proses yang melibatkan pencegahan,
deteksi dan penanggulangan dini serta penanggulangan lanjut dan evakuasi kebakaran di
RSKB.

2. Tujuan Khusus
1. Untuk memastikan bahwa pasien, pengunjung dan karyawan aman dari kebakaran, asap
di rumah sakit.
2. Untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pencegahan, deteksi dini, penekanan dan
pengurangan resiko terjadinya kebakaran
3. Penetapan jalan keluar yang aman dari rumah sakit sebagai respon terhadap
kedaruratan kebakaran.
4. Untuk menyelenggarakan proses pengecekan secara teratur terhadap rencana
keselamatan kebakaran dan asap, termasuk semua peralatan yang berhubungan dengan
deteksi dini dan penekanan kebakaran serta pendokumentasian dari hasil pengecekan
tersebut.

1
C. SASARAN
Sasaran- sasaran dari pedoman ini adalah seluruh staf, pasien, pengunjung RSKB.

D. LANDASAN DAN REFERENSI


1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/Men/1980, tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/Men/1983, tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Automatik
3. KepMeneg PU No. 11/KPTS/2000, tentang Ketentuan Teknis manajemen Penanggulangan
Kebakaran.
4. KepDirJen Kimprawil No. 58/KPTS/DM/2002, tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan
Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tentang Bangunan Gedung.
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang No.28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
7. KepMeneg PU No. 10/KPTS/2000 Tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
8. KepMeneg PU No. 11/KPTS/2000 Tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan
Kebakaran di Perkotaan.

E. KERANGKA KERJA (FRAMEWORK)

2
F. RUANG LINGKUP
1. Planning
a. Identifikasi resiko kebakaran (Fire risk assessment)
b. Penyusunan pedoman pencegahan dan pengendalian rumah sakit
c. Pengorganisasian
d. Penyusunan berbagai kebijakan dan prosedur
e. Koordinasi dengan :
1. Unit Sanitasi - Bahan Berbahaya & Beracun (B3)/Hazard Material
2. Medical Maintenance - Gas Medik
3. Building maintenance - Pemeliharaan fasilitas kebakaran
4. Direktorat Medik
5. Direktorat Keperawatan
6. Diklat

2. Action
a. Pencegahan
b. Pemasangan alat-alat deteksi dan penanggulangan
c. Ijin dinas kebakaran / lisensi
d. Pemeliharaan alat-alat deteksi dan penanggulangan
e. Marka / signange
f. Safety training
g. Deteksi dini
h. Penanggulangan dini
i. Penanggulangan lanjut (termasuk evakuasi kebakaran)
Pelatihan staf :
Fire drill / simulasi kebakaran
Pelatihan penggunaan APAR

3. Monitoring
Akses ke daerah operasional harus dimonitor periodik, metoda monitoring termasuk
didalamnya; Pekerjaan operasional Karyawan, satuan pengamanan, Electronic Instruksion
Detection system, CCTV system.
Termasuk didalamnya monitoring terhadap input, proses dan output kegiatan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran.

3
4. Evaluation
Penilaian pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta kondisi
dan situasi bangunan dan sistem proteksi kebakaran yang ada minimal satu tahun sekali.
Penilaian tersebut dimaksudkan untuk penyesuaikan/ perbaikan dari rencana kerja sesuai
dengan perkembangan kebutuhan, perubahan peraturan perundangan, teknologi,
ketersediaan anggaran dan lain-lain termasuk pola koordinasi dengan pihak terkait.

5. Continuous Improvement
Memberikan informasi untuk merancang tindakan perbaikan peralatan sistem proteksi
kebakaran yang melekat pada bangunan di RS RSKB, informasi ini untuk tindakan perbaikan
peralatan sesuai dengan kebutuhan dan menyiapkan bahan atau tindakan perbaikan, bahan
adalah prasarana seperti pasokan air yang tidak mencukupi, prosedure operasional standar
yang belum ada/kurang/tidak sempurnan dan lain sebagainya.

4
BAB 2
PENGORGANISASIAN

A. STRUKTUR ORGANISASI

Direktur

Ketua K3RS

Kabag / Kabid

Koordinator Bencana
( Dokter IGD)

Tim Code Red

B. URAIAN TUGAS
Uraian tugas dan fungsi Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) mengikuti Ketentuan berdasarkan
KepMeneg PU No. 11/KPTS/2000.
Setiap bangunan sangat spesifik dan penanganannya berbeda-beda satu sama lain, terlebih jika
bangunan tersebut multi-fungsi maka penangannya menjadi semakin rumit. Karena itu uraian
tugas dan fungsi Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) perlu memperhatikan situasi dan kondisi
bangunan masing-masing.
1. Direktur
a. Membuat kebijakan tentang penanganan kebakaran
b. Sebagai pengambil keputusan utama dalam penanganan kebakaran
c. Sebagai koordinator utama penanganan kebakaran jika ada di tempat kejadian pada saat
kebakaran terjadi

2. Ketua K3RS
a. Menyusun kebijakan dasar program penanggulangan bencana / keadaan darurat rumah
sakit
b. Memimpin program pencegahan dan penanggulangan bencana / keadaan darurat rumah
sakit
c. Membentuk dan menyiapkan tim penanggulangan bencana rumah sakit.

5
3. Kabid / Kabag
a. Garis koordinasi dalam penanggulangan bencana
b. Membantu proses penanggulangan bencana

4. Koordinator Penanggulangan Bencana


a. Tugas dan wewenang
1. Melaksanakan aktivitas manajemen keselamatan kebakaran pada bangunan
gedung terkait dengan pencegahan dan penanggulangan kebakaran sesuai
dengan rencana kerja.
2. Mengawasi dan mengendalikan aktivitas terkait dengan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran sesuai dengan rencana kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan departemen / instasi terkait dalam kegiatan
pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
4. Memimpin proses penanggulangan bahaya kebakaran dengan dibantu seluruh
jajaran team code red.
b. Kualifikasi
1. Dokter
2. Pernah mengikuti pelatihan penanggulangan bencana/ kebakaran

5. Tugas dan Fungsi Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) / Code Red Team
1. Penyedia prasarana dan sarana proteksi kebakaran serta pencegahan dan
penanggulangan kebakaran secara berkesinambungan.
2. Pelaksana penyusunan rencana strategi tindakan darurat kebakaran termasuk pelatihan
kebakaran, dan penyelamatan serta evakuasi pada waktu terjadinya kebakaran.

6
BAB 3
SARANA DAN PRASARANA

Guna terselenggaranya proses pencegahan, deteksi dini dan penanggulangan risiko dan bahaya
kebakaran serta penanganan bencana kebakaran secara efektif diperlukan berbagai sarana,
prasarana untuk pencegahan, deteksi, penanggulangan bencana serta sistem proteksi baik aktif
maupun pasif.

A. SARANA JALAN KELUAR


Dalam keadaan kebakaran, maka lift dikosongkan, kemudian dimatikan, sehingga jalur evakuasi
melalui tangga darurat yang tersedia.
1. Tangga Darurat
Ada 3 tangga di RSKB yang dapat digunakan untuk evakuasi.
a. 1 buah Tangga Utama
b. 2 buahTangga darurat di sebelah Timur dan Barat rumah sakit

2. Tanda jalan keluar


a. Tanda-tanda emergency exit
b. Tanda – tanda jalur evakuasi

3. Kelengkapan Jalur Evakuasi


Di dekat setiap pintu ada perlengkapan pemadam kebakaran yang terdiri dari APAR dan ada
tombol untuk mengaktifkan alarm

4. Perlengkapan evakuasi pasien


1. Basket stretcher.
2. Ventilator transport. Posisi di ICU / HCU, dapat dimobilisasi ke IGD / OK jika diperlukan.
3. Kursi Roda
4. Stretcher

5. Denah Lantai
Denah lantai berisi peta situasi setiap lantai dan jalur-jalur menuju tangga darurat. Denah
ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis di setiap lantai bangunan RSKB.

B. SARANA PROTEKSI AKTIF & DETEKSI DINI


Sistem deteksi dan alarm serta komunikasi darurat:
1. Sarana deteksi dan alarm:

7
1. Panel kontrol fire alarm dalam keadaan siaga normal
2. Sirkuit inisiasi dan peralatannya : detector asap
3. Sirkuit notifikasi dan peralatannya: bel, buzzer dan lampu alarm
4. Program inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala

2. Sarana komunikasi suara darurat


1. Panel kontrol sistem komunikasi suara darurat dalam keadaan siaga normal
2. Handy-Talkie
3. Pager
4. Paging System
5. Mobile Phone
6. Radio Komunikasi

C. SARANA PENANGGULANGAN DINI


1. Alat pemadam api ringan (APAR)
Jenis harus sesuai dengan klasifikasi bahaya kebakaran kelas A, B, C, D dan K dan
diperhatikan bahwa bahan pemadam jenis Halon sudah tidak diperbolehkan lagi.
Kapasitas harus sesuai dengan klasifikasi bahaya kebakaran dan klasifikasi bahaya hunian.
Distribusi lokasi dan penempatan bebas halangan dan harus sesuai dengan klasifikasi bahaya
kebakaran dan klasifikasi bahaya hunian. Program inspeksi pemeliharaan berkala dan tes
hidrolik tabung APAR

D. SARANA DI AREA EVAKUASI LANJUT


Meliputi sarana-sarana yang diperlukan untuk perawatan sementara pasien-pasien dan staf/
pengunjung yang cedera terutama di daerah evakuasi lanjut (di luar gedung RSKB), diantaranya:
1. Tenda dan kelengkapannya
2. Tempat tidur pasien dan kelengkapannya
3. Tabung Oksigen dan kelengkapannya

8
BAB 4
PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI

A. PENCEGAHAN KEBAKARAN
Aktivitas pencegahan kebakaran meliputi :
1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran/ edukasi tentang lingkungan aman kebakaran.
2. Melaksanakan sosialisasi dalam rangka meningkatkan budaya aman kebakaran.
3. Melaksanakan pertemuan-pertemuan dengan unsur internal untuk membahas isu-isu
keselamatan kebakaran ( fire safety ) secara berkala.
4. Melaksanakan pelatihan pencegahan kebakaran personil anggota Tim Penanggulangan
Kebakaran (TPK) baik fungsional, sekilas maupun berbasis skenario terburuk
5. Melaksanakan kegiatan identifikasi resiko bahaya kebakaran ( fire risk assessment ) di setiap
unit.
6. Melaksanakan tatagraha keselamatan kebakaran (good-housekeeping)
7. Melaksanakan pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan peralatan dan sistem proteksi
kebakaran secara berkala.
Berikut akan dibahas mengenai hal terkait dengan good housekeeping / tata rumah tangga yang
baik.
1. Pemeliharaan dan perawatan bangunan
a. Penyimpanan dan penanganan material secara benar
Terutama yang menyangkut penyimpanan dan penanganan bahan yang mudah terbakar
(flammable material).
Penyimpanan bahan mudah terbakar:
1. Secara garis besar, bahan mudah terbakar harus selalu disimpan di area yang:
a) Memiliki ventilasi yang baik,
b) Jauh dari sumber yang berpotensi pengapian (ignition) seperti peralatan listrik,
pemanas dll
c) Jauh dari tabung oksigen dan tabung gas lain yang mudah terbakar.
d) Ruang penyimpanan memiliki fasilitas deteksi dini dan penanggulangan dini
kebakaran
e) Jauh dari area pintu keluar, tangga atau jalan yang biasanya dilalui oleh orang
2. Bila bahan mudah terbakar dipindahkan dari kontainer-asli nya, harus ditempatkan
pada kemasan pindahan yang memenuhi syarat:
a) Terbuat dari logam atau plastik,
b) Tahan-uap
c) Setiap sambungan di las

9
d) penahan nyala/ percikan
e) mempunyai katup pelepas tekanan
3. Kemasan pindahan untuk bahan mudah terbakar harus diberi label yang berisi
informasi:
a) Isi kemasan, tanggal kemasan diisi (atau di-refill), tanggal kadaluarsa (bila ada)
b) Isi ”mudah terbakar”
4. Kemasan harus selalu tertutup bila tidak dipakai
5. Referensi tentang MSDS produk tersebut tersedia di lokasi
6. Ketika bahan mudah terbakar disimpan dalam jumlah melebihi 25 gallon (92.5 liter),
bahan tersebut harus ditempatkan di dalam Lemari Penyimpanan khusus yang
memenuhi persyaratan, sebagai berikut (Standard Number 1926.152 : Flammable &
Combustible Liquids, OSHA) :
a) Lemari yang terbuat dari logam:
1) Dasar, atas dan sisi lemari minimal terbuat dari lembar baja 18 ga.
2) Dinding dobel dengan airspace 1,5 inchi
3) Setiap sambungan harus rapat
4) Pintu dengan selot 3 titik (three point latch)
5) Pada dasar lemari searah pintu, diberi pembatas setinggi minimal 2 inchi dari
dasar lemari untuk menahan tumpahan di dalam lemari
6) Pada lemari terdapat tanda “Mudah Terbakar-Jauhkan dari Api”
7) Lemari yang terbuat dari kayu:
8) Dasar, atas dan sisi lemari terbuat dari kayu lapis denganminimal ketebalan 1
inchi.
9) Dinding tidak russak atau terurai oleh api
10) Sambungan dibuat rapat dan kencang dengan sekrup kayu dua arah
11) Pintu dilengkapi dengan selot dan engsel untuk mencegah terbuka pada
kebakaran
12) Pada dasar lemari searah pintu, diberi pembatas setinggi minimal 2 inchi dari
dasar lemari untuk menahan tumpahan di dalam lemari
13) Pada lemari terdapat tanda “Mudah Terbakar-Jauhkan dari Api”

b) Tangki Penyimpanan Bahan Mudah Terbakar


1. Tangki penyimpanan bahan mudah terbakar harus jauh dari sumber
penyalaan seperti panas, percikan dan api terbuka
2. Tidak menyimpan gas tekanan tinggi di dekat tangki bahan mudah terbakar
3. Merokok tidak diperbolehkan di dekat area penyimpanan bahan mudah
terbakar

10
4. Tangki tidak diletakkan di dekat pintu atau jalan keluar

c) Gas Mudah Terbakar


Cylider gas mudah terbakar biasanya memiliki tekanan yang sangat tinggi, sehingga
pengeluaran tekanan yang tidak terkontrol menghasilkan bahaya fisik dan
kebakaran. Jumlah gas yang keluar dapat memenuhi area yang luas dengan
konsentrasi yang berpotensi terjadi ledakan dengan cepat. Persyaratan
penyimpanan gas mudah terbakar diantaranya:
1. Tabung gas disimpan di ruangan yang terpisah dengan ventilasi yang
memadai
2. Pastikan bahwa tabung terikat dengan aman sehingga tabung tersebut tidak
bisa jatuh dan katup dilindungi dari kerusakan
3. Selalu menggunakan katup khusus untuk tabung tertentu, jangan
menggunakan fitting dan katup yang tidak sesuai
4. Lindungi selang, sambungan dan tabung dari kerusakan dan lakukan
inspeksi secara teratur
5. Penanganan Bahan Mudah Terbakar
6. Untuk mencegah terjadinya kebakaran, bahan-bahan mudah terbakar harus
dikelola secara tepat. Terdapat tiga cara utama pencegahan kebakaran:

d) Membatasi jumlah bahan-bahan mudah terbakar


1. Sebisa mungkin menggunakan kemasan asli untuk menyimpan,
mentransport dan menggunakan Bahan mudah menyala dan mudah
terbakar.
2. Bilamana diperlukan untuk menggunakan kemasan yang lebih kecil daripada
kemasan asli, maka harus menggunakan kemasan yang aman.
3. Untuk Bahan Mudah Menyala dan Mudah terbakar yang tersedia untuk
pemakaian di unit, hanya diperbolehkan menyimpan bahan mudah terbakar
dalam kemasan asli atau kemasan pindahan maksimal sebesar 1 liter setiap
bahannya, dan diperbolehkan ada maksimal 2 kemasan untuk bahan
tersebut.
4. Bila dalam 1 unit pemakai terdapat lebih dari 25 gallon (92.5 L) Bahan Mudah
Menyala dan Mudah Terbakar, maka harus disimpan di lemari tahan api (fire
safety cabinet).
5. Tidak membiarkan penumpukan sampah B3 di lokasi kerja
6. Menyimpan bahan mudah terbakar, termasuk limbahnya, dalam kontainer
yang sesuai

11
e) Menyediakan ventilasi yang mencukupi sehingga uap dari bahan mudah terbakar
tidak terakumulasi
1. Memasang ventilasi dengan design yang sesuai di area penyimpanan
2. Pemeliharaan sistem ventilasi secara teratur

f) Mengendalikan sumber penyalaan


1. Memastikan bahwa tidak ada yang merokok di area-area dimana bahan-
bahan mudah terbakar disimpan dan digunakan
2. Tidak menyimpan bahan-bahan mudah terbakar dekat peralatan yang panas
dan api terbuka.
3. Pemakaian peralatan yang aman dan tidak memicu api.

b. Upaya pencegahan dan pengurangan bahaya kebakaran ketika melakukan renovasi


atau konstruksi di dalam atau di dekat bangunan pelayanan pasien. Upaya-upaya
tersebut diantaranya:
1. Mengupayakan rute jalan masuk / keluar tidak terganggu. Tapi bila terganggu
harus disediakan alternative rute keluar dengan penandaan yang jelas.
2. Mengupayakan seluruh sistem yang berhubingan dengan sistem proteksi,
deteksi dan penanggulangan kebakaran tidak terpengaruh oleh aktivitas
konstruksi.
3. Mengupayakan seminimal mungkin adanya B3 atau bahan-bahan mudah
terbakar di lokasi proyek. Apabila ada, maka penyimpanan dan penanganan
bahan-bahan mudah terbakar tersebut harus sesuai ketentuan untuk
mencegah resiko terjadinya kebakaran.
4. Memastikan adanya fasilitas penanggulangan kebakaran tambahan di lokasi
proyek dan pekerja konstruksi/ renovasi terlatih untuk menggunakannya.
5. Melakukan orientasi terhadap pekerja-pekerja konstruksi/ renovasi tentang
lingkungan rumah sakit, meliputi larangan merokok, pencegahan infeksi dan
praktek-praktek keselamatan lainnya.

c. Kebersihan dan kerapian


Proses pembersihan dan selalu menjaga agar semua barang berada pada tempat yang
semestinya.

12
2. Pembuangan sampah
Tempat sampah yang terbuat dari bahan tidak mudah terbakar harus digunakan untuk
pembuangan limbah dan sampah. Pemilahan / segregasi limbah adalah praktek yang baik dari
kerumah tanggaan dan penting untuk membuang segala macam limbah dan sampah ke
tempat sampah yang tertentu.

3. Pengendalian / kontrol sumber penyalaan


1. Kontrol kebiasaan merokok. Seluruh karyawan, pasien dan pengunjung RSKB dilarang
merokok di lingkungan rumah sakit. Hal tersebut sesuai dengan UU Republik Indonesia
No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan Surat dan
Keputusan Direktur RSKB No. 040/SK-Dir/SBIH/2009 tentang Larangan Merokok di
RSKB Cinta Kasih Tzu Chi
2. Kontrol listrik statis. Tindakan pencegahan terhadap bunga api listrik statis harus
dilakukan di lokasi dimana terdapat uap, gas, debu yang mudah menyala dan material
lainnya yang mudah terbakar. Listrik statis dapatterjadi oleh aliran dua material berbeda
melalui masing-masing dimana pada kondisi yang tepat dan cukup oksigen, bila terjadi
pelepasan listrik statis akan menyalakan uap atau debu mudah terbakar.
3. Kontrol friksi/ gesekan sebuah program pemeliharaan pencegahan harus ada untuk
mengidentifikasi dan mengeleminasi potensi sumber friksi/ gesekan
4. Kontrol bahaya elektrikal. Program inspeksi / pemeriksaan secara berkala harus ada
untuk mengidentifikasi sirkuit listrik yang kelebihan beban, sambungan pengawatan
peralatan yang ditumpuk terlalu banyak, pengawatan peralatan yang rusak, tutup kontak/
stopkontak pembumian yang hilang dan sebagainya.
5. Pembuangan limbah cair mudah terbakar dilakukan sesuai pedoman pengelolaan limbah
RSKB.

4. Inspeksi/ pemeriksaan
Inspeksi merupakan bagian penting dari sebuah program. Inspeksi/ pemeriksaan harus
didefinisikan dengan baik, dan harus meliputi:
1. Lokasi/ daerah yang diperiksa.
2. Frekwensi pemeriksaan
3. Apa kinerja yang dapat diterima
4. Siapa yang akan melakukan pemeriksaan

13
B. DETEKSI DINI KEBAKARAN
Deteksi dini kebakaran di RSKB dilakukan dengan metode sistem proteksi aktif, yakni alarm
dengan sensor asap. Alarm dihubungkan dengan sentral detektor sehingga lokasi alarm yang
berbunyi dapat diketahui oleh sistem deteksi di RSKB.
Deteksi dini dapat juga dilakukan secara manual dengan cara pengaktifan manual alarm
kebakaran yang ada di setiap lantai, sehingga setiap staf / pengunjung yang melihat adanya
kebakaran skala kecil dapat mengaktifkan secara manual sistem alarm kebakaran yang memacu
aktivasi sistem penanggulangan kebakaran.

14
BAB 5
IDENTIFIKASI BAHAYA & RESIKO KEBAKARAN

A. PENGERTIAN
Identifikasi potensi bahaya kebakaran dilakukan untuk menentukan, pada suatu saat, apakah
sistem keselamatan kebakaran bangunan gedung memenuhi, melampaui atau tidak memenuhi
NSPM (Norma, Standar, Pedoman dan Manual) tentang keselamatan kebakaran. Identifikasi
potensi bahaya kebakaran juga memberikan informasi untuk menentukan pilihan, merancang dan
merekomendasikan tindakan perbaikan.
Identifikasi potensi bahaya kebakaran dalam arti yang luas disebut juga penilaian bahaya
kebakaran atau audit keselamatan kebakaran. Tujuannya adalah untuk secara komprehensif
memahami dan menggolongkan bahaya dan resiko kebakaran untuk memperoleh informasi yang
lebih baik untuk keputusan luas atau kebijakan yang harus dibuat “manajemen bangunan” sebagai
bagian dari pemanfaatan bangunan gedung. Pengetahuan dan pemahaman NSPM keselamatan
kebakaran sangat diperlukan dalam identifikasi/ penilaian bahaya kebakaran.
Pengertian bahaya dan resiko seringkali dipertukarkan atau disamakan, padahal arti keduannya
berbeda.
Bahaya kebakaran ( Fire Hazard ) adalah setiap kondisi dan situasi yang berpotensi menimbulkan
kerugian akibat kebakaran.
Resiko kebakaran ( Fire Risk ) adalah ukuran kuantitatif dari potensi kerugian kejadian kebakaran,
dengan kata lain ukuran kuantitatif dari bahaya kebakaran, dijabarkan dalam kemungkinan
terjadinya ( Likehood ), dan konsekwensinya. Kemungkinan terjadi kebakaran ditentukan oleh
frekuensi ( berapa sering dapat terjadi ) atau probabilitas ( kemungkinan akan terjadi ).

B. PROSES IDENTIFIKASI BAHAYA DAN RESIKO KEBAKARAN


Proses Identifikasi bahaya dan resiko kebakaran dilakukan salah satunya adalah dengan
melakukan inspeksi secara teratur dan berkesinambungan. Inspeksi adalah suatu proses
pemantauan langsung terhadap kondisi yang disesuaikan dengan sistem atau standar yang
berlaku. Inspeksi dilakukan oleh:
1. Internal oleh petugas maintenance RSKB setiap bulan
2. Eksternal oleh petugas Dinas Kebakaran Kota Jakarta setiap tahun sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

1. Pada sistem kebakaran Inspeksi dilakukan yaitu pada:


a. Sarana proteksi pasif
Tangga darurat

15
b. Sarana proteksi aktif
1. Alarm kebakaran
2. Detektor asap
3. Alat komunikasi (Paging system, telp, Radio kumunikasi, dll)

c. Sarana Penaggulangan Dini


1. Alat pemadam api ringan (APAR)
2. Pada Jalur Evakuasi
• Sign
• Pintu keluar
3. Pada Tempat Beresiko
• Tempat penyimpanan bahan mudah terbakar
• Tempat-Tempat Vital (Genset, UPS, Pompa Air, dll)

2. Risk Monitoring untuk keselamatan, keamanan, pengendalian infeksi dan kebakaran pada
proses kontruksi dan renovasi
1. Alur Perbaikan Kontruksi dan Renovasi
2. Orientasi staff pihak ke 3 (Kontraktor, vendor, dll)
3. Pengkajian dampak kerusakan
4. Penyediaan & pemakaian alat pelindung diri
5. Penyediaan signage
6. Tersedianya alat pemadam api ringan

16
BAB 6
SISTEM PENGAMANAN KEBAKARAN

A. SISTEM PROTEKSI
Sistem proteksi kebakaran di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, menggunakan sistem mekanikal atau
elektrikal yang memerlukan intervensi manual atau secara otomatik untuk mendeteksi dan
memadamkan atau mengendalikan kebakaran atau asap. meliputi :
1. Sistim Deteksi & Alarm
a. Jenis detektor
Detektor panas dan detektor asap. Detektor alarm diaktifkan pada suhu 57o C
b. Distribusi penempatan detektor
1. Detektor asap diletakkan di tangga darurat, dapur
2. Detektor panas diletakkan di seluruh area.
c. Persyaratan pemasangan
d. Pengkabelan dan komponen sistim
e. Pemeriksaan dan pemeliharaan

2. Sistim Pemadam Api


1. APAR
2. Persediaan air minimum (Minimum Water supply)
3. Instalasi pemipaan & Sambungan selang (Connector)
4. Motor pompa; Jocki pump electric; dan genset
5. Pemeriksaan dan pemeliharaan

17
BAB 7
PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI

A. PENANGGULANGAN AWAL
Penanggulangan kebakaran awal adalah prosedur tindakan darurat pada saat kebakaran mulai
terjadi. Melaksanakan pemadaman awal sangat penting karena api masih kecil sehingga mudah
dipadamkan, dengan keberhasilan pemadaman awal maka dapat dihindari kerugian yang jauh
lebih besar.
Keberhasilan pelaksanaan pemadaman awal sangat tergantung kepada:
1. Adanya prosedur tindakan darurat yang baik dan benar
2. Terlaksananya prosedur pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan sistem proteksi
kebakaran aktif yang baik dan benar
3. Pelatihan berkala menggunakan alat pemadam api ringan ( APAR ) . Idealnya semua
penghuni telah terlatih, akan tetapi bila tidak dimungkinkan semua petugas keamanan atau
regu pemadam dan perwakilan penghuni setiap lantai atau ruangan harus terlatih

B. PROSEDUR
1. Prosedur jika menemukan api atau asap :
1. R (Rescue) / Selamatkan atau pindahkan orang atau pasien di lokasi berdekatan
menjauh dari api
2. A (alarm)/ aktifkan alarm kebekaran terdekat
3. C (Confine)/ batasi api dan asap dengan menutup pintu dan jendela
4. E (Extinguish)/ matikan api menggunakan APAR

2. Cara Penggunaan APAR:


1. P (Pull)/ Tarik pin pengaman APAR
2. A (Aim)/ Arahkan spray nozzle ke arah api (bagian dasar dari api)
3. S (Squeeze)/ Tekan handle APAR untuk menyemprotkan isinya
4. S (Sweep)/ Sapukan ke depan-belakang dan kiri kanan ketika menyemprot dasar api.

Bila usaha pemadaman tidak berhasil atau api sudah besar jangan ambil resiko, tinggalkan
menuju tempat yang aman jangan lupa menutup pintu ruangan.
Laporkan kejadian kebakaran ke Penanggung Jawab Unit saat itu dan dokter IGD.
Bila kebakaran terdeteksi oleh sistem deteksi dan alarm kebakaran atau terjadi di luar jam kerja
atau pada malam hari, peralatan sistem deteksi dan alarm kebakaran akan membunyikan alarm di
ruang security.
Berikut adalah prosedur yang harus dilaksanakan petugas jika alarm kebakaran berbunyi;

18
1. Lihat papan panel kebakaran di ruang monitor atau pusat pengendali kebakaran (Lokasi di
Meja Securty) Lokasi sumber kebakaran dapat diketahui dari panel tersebut.
2. Petugas jaga dibantu regu pemadam kebakaran wajib segera datang ke lokasi kebakaran
untuk mengatasi penyebab alarm berbunyi tersebut.
3. Laksanakan pemadaman awal sesuai prosedur pemadaman awal tersebut di atas.
4. Bila usaha pemadaman tidak berhasil atau api besar, jangan ambil resiko, tinggalkan menuju
tempat aman dan jangan lupa menutup pintu ruangan.
5. Segera laporkan kejadian kebakaran kepada staf senior unit tersebut, atau langsung laporkan
ke dokter IGD.
6. Untuk IGD dan ruang perawatan pasien, segera matikan valve oksigen sentral dan pindahkan
sementara ke tabung oksigen cadangan sambil mencari back up tabung oxygen portabel.

C. PENANGGULANGAN LANJUT
1. Dokter IGD menerima laporan kebakaran yang tidak dapat dikendalikan dari unit.
2. Dokter IGD melapor ke :
a. Ketua K3RS / Direktur / Pemimpin tertinggi saat kejadian
b. Regu pemadam kebakaran
3. Dokter IGD kemudian bertindak selaku ketua tim sementara hingga Ketua K3RS / Direktur /
Pemimpin tertinggi saat kejadian, tiba di RSKB.
4. Jika ada kebakaran yang tidak dapat dilokalisir oleh suatu unit dan akan meluas ke unit
terdekatnya, atau kebakaran telah menyebabkan padamnya listrik, tidak dapat diatasi oleh
sumber daya unit setempat, dokter IGD mengaktifkan Code Red jika Ketua K3RS / Direktur /
Pemimpin tertinggi saat kejadian belum ada di tempat.
Cara mengaktifkan code red dengan melalui operator dan meminta operator mengumumkan
melalui paging system
“Code Red (.. diikuti lantai / unit yang terkena..)” disebutkan 3 (tiga) kali
(misalnya : Code Red Ranap 2 ... Code Red Ranap 2..... Code Red Ranap2 )
5. Perintah evakuasi datang dari dokter IGD jika Ketua K3RS / Direktur / Pemimpin tertinggi saat
kejadian belum ada di tempat, jika Ketua K3RS / Direktur / Pemimpin tertinggi saat kejadian
sudah berada di tempat, komando di ambil alih.
6. Evakuasi dilakukan sesuai prosedur evakuasi / CODE PURPLE ( dapat dilihat di SPO CODE
PURPLE )
7. Jika Ketua K3RS / Direktur / Pemimpin tertinggi saat kejadian sudah ada di tempat,
koordinasi diserah terimakan
8. Selama proses evakuasi dan penanggulangan kebakaran dilakukan, tim tetap berkoordinasi
dengan pihak dinas kebakaran, kepolisian dan pihak-pihak lain yang terkait

19
BAB 8
MONITORING

Monitoring merupakan aktivitas guna memantau seberapa jauh program pencegahan dan
pengendalian risiko dan bahaya kebakaran di RSKB berjalan dengan efektif.
Monitoring dilakukan dengan 3 cara, yakni :

A. Process Monitoring
Di sini diawasi kesesuaian SPO dengan pelaksanaan, serta pengetahuan dan perilaku (behaviour)
dari staff RSKB mengenai pencegahan dan pengendalian kebakaran
1. Pengetahuan staf tentang B3 mudah terbakar / meledak
2. Pengetahuan staf tentang prosedur jika terjadi kebakaran serta prosedur evakuasi
3. Proses penanganan dan penyimpanan B3 mudah terbakar / meledak

B. Facility Monitoring
Kelengkapan pemeliharaan fasilitas pencegahan dan penanggulangan kebakaran:
1. Sarana proteksi
2. Sarana penanggulangan dini
3. Sarana dan kondisi jalur evakuasi

C. Monitoring Laporan / Report monitoring


Monitoring data merupakan monitoring menggunakan indikator baik kinerja (performance) maupun
mutu (quality)
Indikator pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang dipantau meliputi :
1. Penguasaan staf akan prosedur pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Metode yang digunakan adalah survey terhadap staf RSKB dengan jumlah tertentu.
Seperangkat pertanyaan akan ditanyakan untuk mengukur penguasaan staf akan prosedur
pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Pengumpulan data dilakukan setiap bulan dan dilaporkan kepada Tim K3RS (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit) dan Departemen Mutu yang kemudian akan melakukan
analisa setiap tiga bulan.
2. Data peserta pelatihan simulasi kebakaran
Simulasi diselenggarakan minimal satu kali dalam setahun dan diharapkan seluruh staf
mengikuti simulasi tersebut minimal sekali pertahun.
Pengumpulan data dilakukan setiap tahun dan dilaporkan kepada Tim K3RS yang kemudian
akan melakukan analisa.

20
3. Kelengkapan data pemeliharaan fasilitas kebakaran
Sejumlah fasilitas dilakukan pengecekan tanda bukti pemeliharaan dan prosentasi
pemeliharaan diharapkan 100%.
Pengumpulan data dilakukan setiap bulan dan dilaporkan kepada Tim K3RS.
4. Data pengujian fasilitas kebakaran oleh dinas pemadam kebakaran
Sesuai dengan ketentuan maka fasilitas kebakaran harus diuji oleh dinas pemadam
kebakaransatu tahun sekali.

21
BAB 9
EVALUASI & CONTINUOUS IMPROVEMENT

A. EVALUASI
Evaluasi pelaksanaan rencana kerja pencegahan kebakaran dilakukan dengan melakukan analisis
terhadap hal-hal berikut:
1. Laporan simulasi
2. Data inspeksi sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran (deteksi, proteksi,
penanggulangan dan evakuasi)
3. Data hasil monitoring (indikator mutu)
4. Temuan-temuan ketika training karyawan
5. Laporan pelaksanaan dan hasil kegiatan lainnya

B. CONTINUOUS IMPROVEMENT
Merupakan perumusan upaya-upaya perbaikan dari hasil evaluasi. Upaya-upaya perbaikan
tersebut diantaranya meliputi:
1. Revisi kebijakan yang ada atau penyusunan kebijakan yang baru
2. Revisi prosedur yang ada atau penyusunan kebijakan baru
3. Revisi training atau penyusunan training baru
4. Penyusunan program-program kegiatan baru
5. Penambahan peralatan
6. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
Usulan tindakan perbaikan dibuat sesuai prioritasnya berdasarkan waktu: dan dipantau sesuai
dengan jadwal, karena makin cepat dilaksanakan makin kecil resiko kebakaran

22
BAB 10
STAFF DEVELOPMENT

A. PELATIHAN KARYAWAN
Pelatihan karyawan yang berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
dilakukan pada setiap acara Orientasi Umum untuk karyawan baru dan secara periodik setiap
tahun untuk karyawan lama. Materi yang diberikan meliputi:
1. Pelatihan Karyawan Secara Umum
1. Upaya-upaya pencegahan kebakaran, termasuk larangan merokok dan penanganan
bahan mudah terbakar/ mudah meledak.
2. Prosedur bila menemukan api: RACE
3. Prosedur penggunaan APAR: PASS
4. Prosedur bila red-code diumumkan
5. Jalur evakuasi dan assembly area
6. Peran dan tanggung jawab dalam penanggulangan kebakaran

2. Pelatihan Oleh Tim Pemadam Kebakaran


Materi pelatihan sama dengan untuk karyawan tetapi ditambah dengan cara-cara pemadaman
kebakaran lebih lanjut.

B. PELATIHAN KEPADA VENDOR/ KONTRAKTOR


Pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran juga dilakukan terhadap vendor dan
kontraktor pada kunjungan pertama untuk perbaikan peralatan, pengerjaan renovasi/ konstruksi
dan pekerjaan lainnya di lingkungan RSKB. Pada dasarnya materi yang diberikan sama dengan
materi pelatihan untuk karyawan RSKB yang meliputi:
1. Upaya-upaya pencegahan kebakaran, termasuk larangan merokok dan penanganan bahan
mudah terbakar/ mudah meledak.
2. Prosedur bila menemukan api: RACE
3. Prosedur penggunaan APAR: PASS
4. Prosedur bila code-red diumumkan

C. SIMULASI KEBAKARAN/ FIRE DRILL


Simulasi dilakukan sebagai evaluasi hasil pelatihan penanggulangan kebakaran dan rencana
darurat kebakaran. Juga untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada
karyawan dan anggota tim penanggulangan kebakaran dalam pelaksanaan pemadam awal
kebakaran, evakuasi dan penyelamatan dengan situasi yang dibuat mendekati kenyataan.

23
Simulasi penanggulangan kebakaran diselenggarakan sedikitnya satu kali dalam setahun, dan
dengan sasaran seluruh karyawan, kontraktor, pasien dan pengunjung RSKB.
1. Tipe Fire drill
a. Comprehensive drills, meliputi aktivitas berikut ini:
1. Pengaktivan alarm kebakaran
2. Pengoperasian sistem dan peralatan darurat, seperti yang terjadi dalam keadaan
sesungguhnya
3. Keterlibatan semua petugas seperti yang tercantum dalam Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran.
4. Keterlibatan dari penghuni bangunan, seperti karyawan tanpa tugas khusus, pasien,
pengunjung dll.
5. Bila memungkinkan, ada keterlibatan dari petugas dinas kebakaran setempat.
6. Simulasi berlangsung dengan waktu yang cukup sehingga bisa menggambarkan respon
petugas dan jalannya proses pengendalian kebakaran.
b. Silent Drill, adalah latihan secara lokal pada unit atau area tertentu. Aktivitas meliputi:
1. Tidak ada pengkativan alarm sebenarnya, hanya simulasi.
2. Manajer/ supervisor atau petugas yang ditunjuk memonitor response dari karyawan dan
penghuni bangunan lainnya terbatas di area tersebut
3. Untuk menjaga agar simulasi tetap silent, penanggung jawab drill memberi tahu akan
adanya simulasi kepada personel di area tersebut.
c. Table Talk, adalah simulasi secara lokal di unit atau area tertentu tanpa ada aktivitas simulasi/
demostrasi fisik. Aktivitas meliputi:
1. Berupa diskusi tentang skenario kebakaran tertentu
2. Adanya manajer/ supervisor/ penanggung jawab sebagai fasilitator diskusi
3. Karyawan yang terlibat dalam diskusi harus menggambarkan responnya terhadap
skenario kebakaran yng dibahas.
4. Fasilitator menilai respon yang dikemukakan oleh semua pihak yang terlibat dan kalau
perlu melakukan koreksi sesuai dengan pedoman yang ada.

2. Penialaian dan Analisa Simulasi


Penilaian jalannya simulasi harus dilakukan oleh beberapa orang/ petugas yang menguasai
prosedur penanggulangan kebakaran sesuai dengan pedoman yang berlaku. Petugas penilai
bertugas memantau respon dan aktivitas simulasi di:
1. Area awal ditemukannya api,
2. Dokter IGD sebagai komando penanggulangan bencana
3. Proses Evakuasi
4. Di daerah evakuasi awal dan lanjut

24
5. Di area-area lain sesuai keperluan
Penilaian dan analisa dilakukan terhadap respon dan aktivitas karyawan berkaitan dengan hal-
hal berikut:
1. Respon ketika pertama menemukan api
2. Pengkativan alarm kebakaran
3. Respon dan aktivitas Koordinator Penanggulangan Bencana/ dokter IGD
4. Respon dan aktivitas petugas dan karyawan lainnya terhadap alarm kebakaran dan
pengumuman code red
5. Jalannya evakuasi di daerah dekat sumber api dan daerah lainnya
6. Aktivitas di daerah evakuasi awal dan lanjut
7. Aktivitas tim pemadam api rumah sakit dalam mengendalikan, membatasi dan
memadamkan api
8. Dan aktivitas-aktivitas lainnya terkait proses penanggulangan kebakaran dan evakuasi
penghuni rumah sakit
Analisa respon dan aktivitas simulasi kebakaran dilakukan oleh penanggung jawab simulasi,
petugas-petugas penilai dan dengan melibatkan Tim K3RS (Koordinator/Wakil Koordinator
Penanggulangan Bencana, Ketua/ Wakil Ketua Tim K3RS, Sekretaris Tim K3RS dan anggota
lainnya).

3. Dokumentasi Simulasi
Setiap pelaksanaan simulasi kebakaran harus didokumntasikan dalam bentuk laporan simulasi.
Laporan minimal berisi tanggal simulasi, tipe simulasi, skenario simulasi, petugas/ karyawan yang
terlibat, analisa simulasi, kesimpulan dan rekomendasi dari simulasi.
Laporan simulasi disusun oleh panitya penyelenggara simulasi dengan melibatkan Tim K3RS
(Koordinator/ Wakil Koordinator Penanggulangan Bencana, Ketua/ Wakil Ketua Tim K3RS,
Sekretaris Tim K3RS dan anggota lainnya).
Laporan simulasi kebakaran diditribusikan kepada manajer/ supervisor yang terlibat sebagai
pembelajaran dan dibahas lebih lanjut di tingkat direksi.

D. LAMPIRAN
Prosedur evakuasi UNTUK PASIEN dan PENGUNJUNG :
1. Alarm kebakaran berbunyi untuk pertama kali. Dengarkan dan ikuti instruksi pengumuman
dari sistem informasi internal (PAGING SYSTEM).
2. Untuk lantai yang terbakar, segera pergi mencapai jalan keluar terdekat ( tangga darurat /
emergency exit terdekat) dan JANGAN menggunakan lift.
3. Tetap tenang dan JANGAN PANIK.
4. Berjalan dengan cepat tetapi tidak berlari

25
5. Utamakan keselamatan diri, bahwa barang yang sangat penting saja dan tidak lebih besar
dari tas tangan.
6. SELALU IKUTI semua instruksi yang diberikan oleh regu evakuasi petugas keselamatan
kebakaran.
7. Berjalan menuju tempat berkumpul (Assembly Area) yang telah ditetapkan.
8. Jangan sekali-kali kembali ke ruangan sebelum pernyataan aman diumumkan dan sebelum
diijinkan.

Berikut adalah prosedur evakuasi umum untuk operator ruang monitor


1. Alarm kebakaran berbunyi untuk pertama kali Regu pemadam harus segera munuju lokasi
kebakaran untuk memastikan bahwa alarm adalah bukan alarm semu, atau untuk berusaha
melakukan pemadam awal kebakaran.
2. Bila alarm semu, umumkan kepada penghuni melalui sistem informasi internal (PAGING
SYSTEM). ( lihat penjelasan kartu pintar ).
3. Bila kebakaran dapat diatasi, umumkan kepada penghuni melalui sistem informasi internal
(PAGING SYSTEM). ( lihat penjelasan kartu pintar ).
4. Bila kebakaran tidak dapat diatasi, umumkan kepada penghuni melalui sistem informasi
internal (PAGING SYSTEM). ( lihat penjelasan kartu pintar ).
5. Bila kebakaran telah dapat diatasi, umumkan kepada penghuni melalui sistem informasi
internal (PAGING SYSTEM). ( lihat penjelasan kartu pintar ).

26
BAB 11
PENUTUP

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi
semua pihak dalam melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian kebalaran di unit kerjanya
masing-masing, sehingga perlu penyesuaian beberapa aspek agar dapat diterapkan pada lokasi
masing-masing.

Jakarta, 08 April 2015


Direktur RSKB Cinta Kasih Tzu Chi,

dr. Tonny Christianto Ms., SpB., MM

27

Anda mungkin juga menyukai