Anda di halaman 1dari 14

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PENANGGULANGAN BENCANA
PUSKESMAS MARGAASIH
TAHUN 2022
A. PENDAHAHULUAN
Bencana adalah suatu keadaan dimana terjadi kecelakaan atau bencana
alam dan atau bencana yang dibuat oleh manusia yang dalam waktu relative
singkat terdapat korban dalam jumlah banyak, yang tidak dapat ditanggulangi
oleh hanya satu unit kerja/bagian tertentu sehingga harus mendapat
pertolongan segera. Korban yang disebabkan oleh bencana yang tidak disuga
sebelumnya, yang menimbulkan banyak korban. Bilamana jumlah korban
yang datang melebihi kemampuan layanan gawat darurat untuk
menanggulanginya. Bencana dapat dibedakan menjadi :
1. Bencana internal
Bencana yang berasal dari internal puskesmas dan menimpa puskesmas
dengan segala obyek vitalnya yaitu pasien, pegawai, material dan
dokumen.
2. Bencana eksternal
Bencana bersumber berasal dari luar puskesmas yang dalam waktu
singkat mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebihi rata-rata
keadaan biasa sehingga memerlukan penanganan khusus dan monilisasi
tenaga pendukung lainnya.
Berdasarkan tingkat bencana dibedakan menjadi :
1. Bila jumlah korban yang datang mampu ditangani sendiri oleh layanan
gawat darurat dimasukkan dalam sistim bencana massal.
2. Bila jumlah korban tidak dapat ditangani oleh layanan gawat darurat maka
keadaan ini masuk dalam system penanggulangan bencana massal.
Berdasarkan jumlah korban dibedakan menjadi :
1. Tingkat I : jumlah korban 10-49 orang
2. Tingkat II : jumlah korban 50-99 orang
3. Tingkat III : jumlah korban 100-299 orang
4. Tingkat IV : jumlah korban >300 orang
Untuk itu harus dilakukan persiapan dan perencanaan penanggulangan
bencana (disaster plan).
B. LATAR BELAKANG
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia. Bencana
yang disebabkan faktor alam sering kali terjadi di Indonesia. Hal ini
disebabkan secara geografis Indonesia terletak di cincin api pasifik (wilayah
dengan banyak aktivitas tektonik), sehingga terus menghadapi risiko bencana
berupa letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir, dan tsunami. Data BNPB
tahun 2019, mengungkapkan bahwa kejadian bencana alam mengalami
peningkatan jumlah tiap tahunnya. Bencana ini berpotensi merusak bahkan
menghancurkan pemukiman, tempat kerja, tempat ibadah, termasuk fasilitas
pelayanan kesehatan.
Selain bencana yang disebabkan oleh alam, bencana juga bisa disebabkan
oleh faktor non alam diantaranya adalah outbreak, epidemic dan wabah
penyakit. Bencana epidemi yang menular hingga lintas negara berubah
menjadi pandemi sehingga perlu diwaspadai. Bencana pandemic sering
disebabkan oleh Penyakit Infeksi Emerging dan Re-emerging (PINERE) atau
new - emerging infectious diseases. Setiap bencana akan menimbulkan
kerugian baik harta benda, kerusakan lingkungan bahkan korban jiwa.
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas yang memberikan layanan kesehatan
bagi korban bencana diharuskan memiliki kesiapan dan rencana mitigasi
untuk menghadapi bencana yang akan terjadi, mengingat kejadian bencana
dapat menimbulkan korban jiwa massal dan kemungkinan puskesmas
tersebut juga terkena dampak bencana.Manajemen darurat dan/atau bencana
harus dapat dilakukan oleh puskesmas sehingga pada saat terjadi bencana,
puskesmas dapat diakses, dapat memberikan layanan kesehatan terhadap
korban bencana dan berfungsi maksimum dengan infrastruktur yang sama
sebelum terjadi bencana, selama bencana, dan segera setelah bencana
(WHO,2015).
C. TUJUAN

a. Tujuan umum :
Meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi kondidi darurat dan/atau
bencana
b. Tujuan Khusus :
1. Teridentifikasi risiko kejadian bencana
2. Meningkatnya pemahaman seluruh karyawan terhadap
penanggulangan bencana

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Identifikasi Risiko Bencana
a. Penyusunan register risiko bencana
b. Penyusunan HVA
2. Identifikasi dan pemeliharaan peralatan yang dibutuhkan untuk
tanggap darurat bencana
a. Identifikasi peralatan yang dibutuhkan
b. Pemeliharaan peralatan
3. Simulasi dan Edukasi Bencana
a. Pemasangan rambu jalur evakuasi
b. Simulasi bencana

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


I. Identifkasi risiko bencana
I.1. Penyusunan register risiko bencana
1) Komunikasi dan konsultasi
Dilakukan komunikasi kepada pihak yang berkepentingan baik internal
dan eksternal.
2) Penetapan konteks
Dilakukan penjabaran kondisi lingkungan internal dan eksternal
instansi/program/kegiatan, tujuan instansi/program/kegiatan, tugas dan
fungsi unit kerja serta pihak yang berkepentingan
3) Penilaian risiko
a. Identifikasi risiko
- Mengidentifikasi kegiatan, penyebab dan proses terjadinya
peristiwa risiko yang dapat menghalangi, menurunkan atau
menunda tercapainya tujuan dan sasaran unit kerja
- Mendokumentasikan proses identifikasi risiko dalam sebuah
daftar risiko
b. Analisa risiko
- Menetapkan jenis analisa risiko sesuai tujuan, ketersediaan
data, dan tingkat kedalaman analisis risiko yang dilakukan
- Melakukan analisa risiko terhadap sumber risiko
- Mengkaji kekuatan dan kelemahan dari system dan
mekanisme pengendalian, baik proses, peralatan dan praktik
yang ada
- Melakukan analisa terhadap besarnya kemungkinan
terjadinya suatu risiko
- Melakukan analisis terhadap besarnya pengaruh/dampak
terhadap pencapaian tujuan/sasaran program/kegiatan
- Melakukan analisis terhadap tingkat risiko
- Melakukan analisis terhadap profil risiko atau peta risiko
c. Evaluasi risiko
- Menetapkan hal yang menjadi pertimbangan dalam
melakukan evaluasi risiko
- Melakukan evaluais risiko secara berkala
4) Penanganan risiko
- Menentukan jenis pilihan penanganan risiko berdasarkan
hasil penilaian risiko
- Berdasarkan hasil penilaian risiko dilakukan penanganan
risiko yang retensi atau risiko yang ditransfer
5) Monitoring dan reviu
- Pengendalian rutin pelaksanaan penanganan risiko dengan
cara membandingkan antara kinerja actual dengan kinerja
yang diharapkan
- Monitoring eketifitas semua langkah dalam proses
penanganan risiko berdasarkan laporan pelaksanaan tahap
sebelumnya guna memastikan bahwa prioritas penanganan
risiko masih selaras dengan perubahan di dalam lingkungan
kerja
- Monitoring dan reviu dilakukan secara berkala sekurang-
kurangnya enam bulan sekali dengan memeriksa ukuran dan
parameter yang ada
- Audit dan/atau evaluasi dilakukan oleh tim audit

1.2 Penyusunan Hazard and Vulnerability Analysis (HVA)


Penilaian risiko kondisi darurat dan/atau bencana dilakukan dengan
instrumen HVA dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menyiapkan instrumen HVA seperti pada tabel 1
b) Mengumpulkan data potensi bahaya yang ada di puskesmas
c) Memasukkan data potensi bahaya ke dalam tabel HVA
d) Menginput data yang menggambarkan situasi dan kondisi yang
sebenarnya di puskesmas
e) Menghitung tingkat risiko semua kondisi darurat dan/atau
bencana yang telah diidentifikasi
f) Menentukan prioritas kondisi darurat dan/atau bencana sesuai
dengan hasil HVA
g) Menyelenggarakan pertemuan untuk penyebaran informasi
prioritas hasil HVAdengan melibatkan pimpinan dan satuan
kerja/unit/instalasi terkait
h) Melaporkan hasil penilaian HVA kepada pimpinan tertinggi
puskesmas
i) Melakukan review hasil penilaian HVA minimal 1 (satu) tahun
sekali atau jika terjadi perubahan/ kejadian yang berdampak
pada HVA
Proses penilaian risiko dengan instrumen HVA di puskesmas sesuai
tabel dibawah ini :
Tabel 1. Hazard and Vulnerability Analysis (HVA) Kondisi darurat
dan/atau bencana
SEVERITY = (MAGNITUDE - MITIGATION)

PROBABILITY HUMAN PROPERTY BUSINESS PREPARED- INTERNAL EXTERNAL RISK


EVENT IMPACT IMPACT IMPACT NESS RESPONSE RESPONSE

Possibility of Community/
Likelihood this will Physical losses Interuption of Time, effectivness, Relative
death or Preplanning Mutual Aid staff
occur and damages services resouces threat*
injury and supplies

0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A


1 = Low 1 = Low 1 = Low 1 = Low 1 = High 1 = High 1 = High
SCORE 0 - 100%
2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate
3 = High 3 = High 3 = High 3 = High 3 = Low or none 3 = Low or none 3 = Low or none

AVERAGE
SCORE

*Threat increases with percentage.

21 RISK = PROBABILITY * SEVERITY

117

Untuk HVA diisi dengan masing-masing menilai kerentanan puskesmas


terhadap kondisi darurat dan/atau bencana baik yang berasal dari internal
maupun eksternal puskesmas yang diantaranya terkait dengan human
disaster, natural disaster, technological disaster, hazard material disaster
termasuk disease disaster.
Pengisian angka dalam kolom dapat mengacu beberapa hal antara lain:
(1) Probabilitas (kemungkinan) terjadinya suatu kondisi darurat dan/atau
bencana. Untuk menentukan probabilitas dapat dipertimbangkan risiko yang
diketahui, dan data historis (apakah pernah terjadi sebelumnya).
 Poin 0 tidak pernah (NA) : kondisi darurat atau bencana tidak mungkin
terjadi
 Poin 1 jarang (rare) : kondisi darurat atau bencana terjadi < 30 tahun
sekali
 Poin 2 kadang-kadang (occasional) : bencana terjadi setiap 5 tahun sekali
tapi lebih dari sekali dalam setiap 30 tahun
 Poin 3 sering (frequent) : bencana terjadi lebih sering dari sekali setiap 5
tahun
(2) Dampak manusia yaitu potensi cedera atau kematian pada staf atau pada
pasien
 Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak yang berarti/bahaya yang
mempengaruhi masyarakat, kalaupun terjadi pengaruhnya minimal
 Poin 1 rendah : Dampak rendah berarti kejadian bencana umumnya
melibatkan ancaman terhadap sejumlah masyarakat. Mungkin ada
beberapa penduduk yang luka ringan dan membutuhkan pertolongan
pertama.
 Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana menyebabkan
sejumlah besar penduduk cidera yang membutuhkan perawatan medis
lebih lanjut.
 Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih besar berarti kejadian bencana terjadi
pada masyarakat luas atau daerah yang terkonsentrasi dengan dampak
yang parah. Ini dapat mengakibatkan sejumlah besar kematian dan cidera
yang melibatkan evakuasi besar-besaran dan atau membutuhkan tempat
penampungan.
(3) Dampak properti yaitu adanya biaya untuk menggantikan atau membangun
kembali, biaya untuk penggantian sementara (sewa, pembelian), biaya untuk
memperbaiki, waktu untuk pulih/bertahan dalam bisnis melanjutkan
pelayanan secara normal
 Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak berarti, ada kemungkinan
sedikit atau tidak ada bahaya yang mempengaruhi masyarakat atau, jika
itu terjadi, kerusakan terhadap kalaupun terjadi pengaruhnya minimal
 Poin 1 rendah : Dampak terbatas berarti kejadian bencana umumnya
melibatkan hanya kerusakan properti publik atau swasta. Sumber daya
lokal dapat memperbaiki atau mengganti properti yang rusak
 Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana menyebabkan
kerusakan moderat di area yang luas atau terkonsentrasi. Kerusakan
terhadap properti publik dan swasta dapat melebihi sumber daya lokal
untuk memperbaiki atau mengganti
 Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih luas berarti dampak kejadian
menyebabkan kerusakan berat pada properti publik dan swasta di area
yang luas atau daerah terkonsentrasi dengan dampak yang parah.
Besarnya bencana dapat menghasilkan deklarasi pemerintah bencana
besar/ nasional atau darurat
(4) Dampak bisnis yaitu gangguan bisnis, staf tidak dapat melaporkan pekerjaan,
pelanggan tidak dapat mencapai fasilitas, perusahaan yang melanggar
perjanjian kontrak, pengenaan denda dan hukuman atau biaya hukum,
gangguan pasokan yang kritis, gangguan distribusi pada produk, reputasi dan
citra publik, dan dampak keuangan/beban
 Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak berarti, ada kemungkinan
sedikit atau tidak ada bahaya yang mempengaruhi masyarakat atau, jika
itu terjadi, tidak akan mengganggu jalannya pelayanan
 Poin 1 rendah : Dampak rendah berarti kejadian bencana umumnya
mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang dari 2 jam
 Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana umumnya
mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang lebih dari
8 jam
 Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih luas berarti dampak kejadian
umumnya mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang
lebih dari 24 jam
(5) Kesiapan meliputi status rencana saat ini, frekuensi latihan, status pelatihan,
asuransi, ketersediaan sumber alternatif untuk pelayanan
 Poin 0 tidak ada : Tidak ada kesiapan sama sekali untuk menghadapi
bencana yang akan terjadi
 Poin 1 tinggi : Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk, bisa dilihat dari
adanya dokumen, SDM, dan simulasi risiko bencana yang terjadi
 Poin 2 sedang : Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk, namun
hanya berupa dokumen dan SDM
 Poin 3 rendah : Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk namun hanya
berupa dokumen
(6) Respon internal meliputi jenis persediaan yang ada apakah memenuhi
kebutuhan, volume persediaan yang ada, distribusi pasokan, ketersediaan
staf, ketersediaan sistem cadangan, kemampuan sumber daya internal untuk
bertahan terhadap bencana.
 Poin 0 tidak ada : Tidak ada sama sekali
 Poin 1 tinggi : Respon tinggi yaitu sudah ada tim darurat dan sudah
mengikuti pelatihan kegawatdaruratan
 Poin 2 sedang : Respon sedang yaitu sudah ada tim darurat namun
belum diikutsertakan pelatihan
 Poin 3 rendah : Respon rendah yaitu belum ada tim darurat yang jelas
(7) Respon eksternal meliputi jenis perjanjian dengan lembaga
masyarakat/latihan, koordinasi dengan lembaga lokal/nasional, koordinasi
dengan fasilitas perawatan kesehatan yang lebih tinggi, koordinasi dengan
fasilitas pengobatan khusus, sumber daya masyarakat
 Poin 0 tidak ada : Tidak ada sama sekali
 Poin 1 tinggi : Respon tinggi yaitu Rumah Sakit sudah melakukan
kerjasama dengan semua instansi terkait adanya bencana yang terjadi
 Poin 2 sedang : Respon sedang yaitu Rumah Sakit sudah melakukan
kerjasama dengan beberapa instansi
 Poin 3 rendah : Respon rendah yaitu Rumah Sakit belum melakukan
kerjasama namun sudah ada rencana untuk melakukan kerjasama.
(8) Nilai Risiko adalah pengkalian probabilitas dengan dampak.
(9) Dalam menentukan prioritas penanganan kondisi darurat dan/atau bencana,
dapat mempertimbangkan:
 Kondisi darurat dan/atau bencana dengan nilai total risiko > 55%
 Kondisi darurat dan/atau bencana dengan nilai total risiko dibawah
55% tetapi harus dibuat penanganan sesuai rekomendasi dan
ketentuan dari hasil akreditasi
 Kondisi darurat dan/atau bencana dengan nilai total risiko dibawah
55% tetapi merupakan kondisi darurat dan/atau bencana dengan nilai
total terbesar pertama dan kedua
Setelah perhitungan menggunakan tabel, selanjutnya dilakukan analisis
dengan membandingkan hasil identifikasi HVA yang dilakukan di satuan
kerja/unit/instalasi dengan standar yang wajib dipenuhi didalam proses
penanggulangan terjadinya bencana.

II. Identifikasi dan pemeliharaan peralatan yang dibutuhkan untuk


tanggap darurat bencana
II.1. Identifikasi peralatan yang dibutuhkan
(1) Melakukan identifikasi peralatan yang dibutuhkan
(2) Mengajukan usulan peralatan yang dibutuhkan
(3) Melakukan inventarisasi peralatan yang dibutuhkan
II.2. Pemeliharaan peralatan
(1)Membuat jadwal pemeliharaan peralatan
(2)Melakukan pemeliharaan peralatan
(3)Melakukan monitoring fungsi peralatan
(4)Melakukan perbaikan peralatan yang rusak
(5)Melakukan kalibrasi jika dibutuhkan
(6)Membuat jadwal monitoring pelaksanaan pemeliharaan
peralatan
(7)Melakukan monitoring kegiatan pemeliharaan peralatan
III. Simulasi dan Edukasi Bencana
III.1. Pemasangan rambu jalur evakuasi
III.2. Simulasi bencana
(1) Membuat jadwal simulasi
(2) Membuat kerangka acuan kegiatan
(3) Pelaksanaan simulasi
(4) Review dan perbaikan hasil simulasi
F. SASARAN

Tersedianya fasilitas upaya penanggulangan bencana dan peningkatan


pengetahuan seluruh staf dalam penanggulangan bencana di tahun 2022

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

BULAN
NO Kegiatan
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOV DES

Identifikasi
1
peralatan
Identifikasi
2 risiko bencana
Simulasi
3 bencana
Pemeliharaan
4 peralatan

H. MONITORING, EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

1. Monitoring kegiatan dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan terhadap


pelaksanaan kegiatan. Monitoring kegiatan dilakukan oleh
penanggungjawab program penanggulangan bencana.
2. Evaluasi terhadap jadwal pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap bulan
agar dapat dilakukan perubahan jadwal sehingga tidak mengganggu
pelaksanaan kegiatan yang lain. Evaluasi dilakukan oleh
penanggungjawab penanggulangan bencana.
3. Pelaporan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh
penanggungjawab penanggulangan bencana kepada Ketua Tim MFK.
Pelaporan tersebut dilakukan secara tertulis dalam bentuk format
monitoring pelaksanaan kegiatan.

I. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


1. Pencatatan dalam kegiatan ini meliputi :
a. Register risiko
b. HVA
c. Daftar inventaris peralatan
d. Format pemeliharaan peralatan dan monitoring fungsi
e. Format monitoring pelaksanaan pemeliharaan peralatan
f. Daftar hadir simulasi
g. Materi kegiatan
h. Laporan pelaksanaan kegiatan simulasi
i. Dokumentasi kegiatan simulasi
2. Pelaporan kegiatan dilakukan oleh pelaksana kepada penanggungjawab
program penanggulangan bencana
3. Evaluasi kegiatan dilakukan setiap 3 bulan (triwulan). Dilakukan Analisa
dan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan.

Mengetahui ,
Kepala Puskesmas Margaasih Penanggungjawab
program

dr. Irda Hasnita. S.M Farid setiadi


NIP. 19660118 200212 2 005 NIP 19840919
201001 1 007

Anda mungkin juga menyukai