Anda di halaman 1dari 28

Lampiran Surat Keputusan Direktur RSKB Cinta Kasih Tzu Chi

Nomor : 091/SK/DIR/04/2015

Tentang

PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN LIMBAH RUMAH SAKIT

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Tahun demi tahun kualitas lingkungan semakin menurun. Penurunan ini disebabkan oleh
terjadinya pencemaran atau masuknya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain
kepada lingkungan. Pencemaran ini berasal dari setiap aktivitas yang dilakukan manusia.
Rumah sakit adalah suatu sarana dimana didalamnya terdapat beberapa kegiatan baik kegiatan
medis maupun non medis. Dalam melaksanakan kegiatannya rumah sakit menghasilkan limbah
atau sumber pencemar yang berpotensi merusak lingkungan. Untuk mengurangi kerusakan yang
dapat ditimbulkan, maka diperlukan suatu manajemen atau pengelolaan limbah rumah sakit.
[Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004 Lapiran I bagian IV. A 1.].

1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
RSKB Cinta Kasih Tzu Chi sebagai salah satu rumah sakit yang memiliki pengelolaan
limbah yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga RSKB merupakan sarana
pelayanan kesehatan yang ramah terhadap lingkungan.

1.2.2. Tujuan Khusus


1.2.2.1. Limbah Padat
1. Karyawan dapat melakukan pemilahan sampah sesuai dengan sifat dari
limbah padat/sampah.
2. Karyawan dapat mengetahui prosedur pengelolaan sampah mulai dari
pemilahan, transportasi sampai pengolahan sampah sesuai dengan sifat
sampah.
3. Tidak terjadinya penyalahgunaan sampah padat yang dapat membahayakan
masyarakat sekitar.
4. RSKB Cinta Kasih Tzu Chi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan akibat
limbah padat /sampah.

1
1.2.2.2. Limbah Cair
1. Karyawan dapat melakukan pemisahan limbah cair sesuai dengan sifatnya.
2. Karyawan dapat mengetahui prosedur pembuangan limbah cair sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. RSKB Cinta Kasih Tzu Chi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan akibat
limbah cair.
1.2.2.3. Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
1. Karyawan dapat melakukan pemilahan limbah B3 sesuai dengan
karakteristiknya.
2. Karyawan mengetahui prosedur pembuangan limbah B3.
3. Tercapainya zero accident yang disebabkan oleh pembuangan B3 yang
salah.
4. RSKB Cinta Kasih Tzu Chi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan akibat
limbah B3.

1.3. LANDASAN DAN REFERENSI


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
4. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 68/BAPEDAL/05/1994 tentang Tata Cara
Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan,
Pengolahan dan Penimbunan Akhir Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
5. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
6. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3.
7. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3.
8. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label
Limbah B3.
9. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara
Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
10. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

2
11. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana
Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah.
12. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03/BAPEDAL/01/1998 tentang program penerapan
kemitraan dalam pengelolaan limbah B3.
13. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 04/BAPEDAL/01/1998 tentang Penetapan Prioritas
Daerah Tingkat I Program Kemitraan dalam pengelolaan limbah B3.
14. Surat Edaran Kepala Bapedal Nomor 08/SE/02/1997 tentang Penyerahan Minyak
Pelumas Bekas.

1.4. KERANGKA KERJA (FRAMEWORK)

1.5. RUANG LINGKUP


1.5.1. Planning
1. Identifikasi aspek-aspek penanganan limbah RS.
2. Mengumpulkan peraturan dan literatur yang berhubungan dengan manajemen limbah
RS.
3. Menyusun pedoman manajemen limbah.
4. Pengorganisasian.
5. Penyusunan kebijakan dan prosedur dibidang Sistem Manajemen Limbah Rumah
Sakit..
1.5.2. Action
1.5.2.1. Limbah Padat
1. Pemilahan, pewadahan, penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan
limbah padat/sampah domestik.

3
2. Pemilahan, pewadahan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan limbah padat/sampah medis.
1.5.2.2. Limbah Cair
Penggelontoran, pengolahan dan pembuangan limbah cair.
1.5.2.3. Limbah B3
1. Mengawasi pembuangan limbah B3 ke Pihak pengelola limbah B3 yang telah
berizin.
2. Pemilahan, pewadahan, pelabelan, penyimpanan, pengangkutan, dan
pembuangan limbah B3.
1.5.3. Monitoring
1. Melakukan walk through survey secara periodik untuk pengelolaan limbah.
2. Interview dan pengawasan secara acak karyawan tentang pemilahan, pewadahan,
pelabelan, penyimpanan, pengangkutan, pembuangan limbah.
3. Melakukan monitoring terhadap limbah cair yang telah diolah.
4. Melakukan monitoring pengolahan limbah padat.
5. Melakukan monitoring ketepatan pemilahan sampah.

1.5.4. Evaluation
Menganalisa hasil monitoring.

1.5.5. Continuous Improvement


Melakukan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.

4
Gambar 1.1 Skema Ruang Lingkup Sistem Manajemen Limbah

EFFLUENT
EFFLUENTIPAL
IPAL
(KEPMENLH
(KEPMENLHNO.NO.
58/1995)
58/1995)

LIMBAH
LIMBAH CAIR
CAIR IPAL
IPAL

LIMBAH LIMBAH
LIMBAH
LIMBAH PADAT
PADAT LIMBAH
LIMBAH
MEDIS PADAT
PADAT SLUDGE
MEDIS DAN
DAN B3
B3 CAIR
CAIR SLUDGE
MEDIS
MEDIS
LIMBAH
LIMBAH CAIR
CAIR
B3
B3

BAHAN BAKU PROSES PRODUK JASA


PELAYANAN

LIMBAH
LIMBAH PADAT
PADAT
NON
NON MEDIS
MEDIS

LIMBAH
LIMBAHB3
B3(PP
(PPNO.
NO.18/1999
18/1999JO
JOPP
PP85/1999)
85/1999)

PENGELOLA
PENGELOLALIMBAH
LIMBAHB3
B3YANG
YANGTELAH
TELAHMEMILIKI
MEMILIKIIZIN
IZINDARI
DARI
KEMENTERIAN
KEMENTERIANLINGKUNGAN
LINGKUNGANHIDUP
HIDUP

1.6. FALSAFAH
“RSKB Cinta Kasih Tzu Chi adalah Rumah sakit yang pengelolaan limbahnya sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku dan dapat meminimasi dampak domestic yang
ditimbulkan oleh limbah yang dihasilkan kepada pasien, pengunjuang, karyawan dan
lingkungan sekitar.”

5
BAB 2
PENGORGANISASIAN

2.1. STRUKTUR ORGANISASI


Gambar 2.1 Struktur Organisasi Sistem Manajemen Limbah

Ka Logistik &
Pemeliharaan

Tim K3 RS,
Supervisor KPPI, dan
Maintenance & KPP-MRK.
Sanitasi

Staf Administrasi Staf Teknisi


Sanitasi Sanitasi

2.2. URAIAN TUGAS


2.2.1. Supervisor Maintenance dan Sanitasi
2.2.1.1. Tugas dan Wewenang
1. Membuat program pengelolaan limbah.
2. Menyusun rencana kerja dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
berkaitan dengan pengelolaan limbah.
3. Melaksanakan program pengelolaan limbah.
4. Memonitor program pengelolaan limbah.
5. Membuat evaluasi serta perbaikan dan atau berkoordinasi dengan unit yang
berkaitan dengan pengelolaan limbah guna memperbaiki sistem berdasarkan
dari hasil monitoring.

2.2.1.2. Kualifikasi
Pendidikan Informal : Training B3 dan pengelolaan limbah B3

2.2.2. Staf Administrasi Sanitasi


2.2.2.1. Tugas dan Wewenang
1. Mendata/mendokumentasikan limbah B3 yang dihasilkan oleh unit terkait.

6
2. Membuat label dan memasang pada limbah B3
3. Mengelola dan mengawasi penyimpanan limbah B3.

2.2.2.2. Kualifikasi
Pendidikan Formal : Minimal Sekolah Menengah Atas atau sederajat.
Pendidikan Informal : -

2.2.3. Staf Teknisi Sanitasi


2.2.3.1. Tugas dan Wewenang
1. Mengawasi pembuangan sampah medis yang diolah oleh pihak ke-3 yang
telah memiliki izin dari Kementerian Negara lingkungan Hidup.
2. Mengumpulkan data dan mengidentifikasikan limbah B3 di setiap unit.
3. Mengawasi dan mendata pemilahan sampah di tiap unit.

2.2.3.2. Kualifikasi
Pendidikan formal : Minimal Sekolah Menengah Atas atau sederajat.
Pendidikan informal : -

7
BAB 3
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

3.1. PENGERTIAN
1. Limbah Padat (sampah) Rumah Sakit adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat.
2. Limbah Padat Rumah Sakit dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Limbah padat non medis/domestic adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
Limbah padat domestik dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sampah domestic basah
(sampah dapur dan makanan sisa) dan sampah domestic kering (sampah
perkantoran, taman dan halaman)
b. Limbah padat medis adalah limbah padat limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bab 5
Pengelolaan Limbah B3.
Untuk secara lebih jelasnya pengelompokan limbah Padat Domestik dan warna kantung
domesti limbah padat non medis (domestic) dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Pengelompokan Limbah Padat Domestik

Limbah Non Medis (Domestik) :


Sampah dapur
TPS Sampah kantor
Sampah taman
Sampah halaman

HITAM

LIMBAH NON MEDIS

8
3.2. ALUR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT
1. Pemilahan Limbah Padat
Pemilahan Limbah Padat dilakukan oleh penghasil limbah (masing-masing unit) dan
dimonitoring oleh Unit Maintenance & Sanitasi
2. Pengumpulan Limbah Padat
Pengumpulan Limbah Padat dilakukan oleh Unit Rumah Tangga dan dimonitoring oleh
Unit Maintenance & Sanitasi
3. Pengangkutan Limbah Padat
Pengangkutan Limbah Padat dilakukan oleh Unit Rumah Tangga dan dimonitoring oleh
Unit Maintenance & Sanitasi
4. Penyimpanan Limbah Padat
Penyimpanan Limbah Padat dilakukan oleh Unit Rumah Tangga dan dimonitoring oleh
Unit Maintenance & Sanitasi
5. Pembuangan Limbah Padat
Pembuangan Limbah Padat dikelola oleh dilakukan oleh Unit Rumah Tangga dan
dimonitoring oleh Unit Maintenance & Sanitasi

3.2.1. SARANA DAN PRASARANA


Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS)
Tempat pembuangan sampah sementara terletak di belakang gedung RSKB . Gambaran
detail mengenai TPSS dapat dilihat pada “Pedoman Sanitasi Rumah Sakit”
Pewadahan Limbah Padat
1. Kantung Plastik
2. Warna kantung domestik adalah berwarna hitam
3. Tempat Sampah
4. Jenis tempat sampah di tiap ruangan terdapat dua tipe, yaitu :
1. Tipe pedal berada pada area pelayanan
2. Tipe swing berada pada area perkantoran
Untuk tempat sampah domestic diberi stiker bertuliskan “SAMPAH DOMESTIK”
berwarna hitam dengan dasar berwarna putih.
5. Wheel Bin (Tempat sampah beroda)
6. Wheel bin digunakan sebagai alat yang digunakan untuk proses pemindahan limbah
padat dari janitor ke TPS atau lokasi incinerator lama, dengan pemisahan warna
wheel bin untuk sampah domestik berwarna hijau.

9
BAB 4
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

4.1. PENGERTIAN
Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme dan bahan kimia beracun yang berbahaya bagi
kesehatan.

4.2 SARANA DAN PRASARANA


Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah instalasi yang berfungsi untuk mengolah air limbah
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Air limbah yang diolah oleh instalasi air limbah (Sewage Treatment Plant) meliputi:
• Air Limbah Laundry
• Air Limbah Dapur
• Air Limbah Specimen Laboratorium
• Air Limbah dari kegiatan medis (contoh : darah)
• Air Limbah Kamar Mandi, dan
• Semua air limbah dari pelayanan rumah sakit, administrasi rumah sakit dan lain-lain

Setelah dilakukannya pengolah limbah, diharapkan kualitas effluent limbah yang dikelola memenuhi
persyaratan baku mutu sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995
tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit atau peraturan daerah yang berlaku.
Instalasi Pengolahan Air Limbah dalam kegiatannya dilakukan monitoring minimal 3 bulan sekali dan
akan dilaporkan kepada Badan Pengendalian Lingkungan Hidup. Secara lebih jelas gambaran
mengenai Sewage Treatment Plant (STP) dapat dilihat dalam “Pedoman Sanitasi Rumah Sakit”

10
BAB 5
PENGELOLAAN LIMBAH B3

5.1. PENGERTIAN
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain.
Limbah B3 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu limbah B3 padat dan cair :
1. Limbah B3 Padat adalah limbah padat yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun, yaitu :
a. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi.
i. LIMBAH INFEKSIUS adalah limbah yang terinfeksi organisme pathogen yang tidak
secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi
yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
ii. LIMBAH PATOLOGI adalah limbah yang terdiri dari jaringan, organ / bagian tubuh,
fetus manusia dan bangkai binatang.
iii. LIMBAH BENDA TAJAM adalah limbah benda-benda yang meliputi jarum, jarum
hipodermik, pisau bedah, pisau, peralatan gergaji operasi, pecahan gelas, dan
paku yang dapat menyebabkan luka tertusuk atau terluka.
iv. LIMBAH FARMASI adalah limbah yang meliputi produk farmasi yang kadaluarsa,
tidak digunakan, tertumpah, atau terkontaminasi. Antara lain : botol, kardus
mengandung residu, sarung tangan, masker, pipet dan ampul obat.
v. LIMBAH KIMIAWI adalah limbah bahan kimia selain obat yang termasuk dalam
golongan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) seperti batu baterai, minyak
pelumas bekas, aki bekas dan kemasan B3.

11
2. Limbah B3 cair adalah limbah sisa usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
beracun dan berbahaya dalam bentuk cair, yaitu :
• Cairan reagen lab B3 kadaluarsa,

• Limbah reagen lab (Ethidium bromide, Dimethyl formamide, Ammonium sulfate, HCl,
H2SO4, Asam nitrat pekat, Perak nitrat, Acetic acid glacial)
• Limbah developer dan limbah fixer hasil cuci cetak film radiologi,
• Minyak pelumas bekas, dan
• Aki bekas.
3. Hal yang perlu diperhatikan sebelum membuang B3, yaitu :
a. Menggunakan kemasan yang lebih kecil untuk bahan-bahan yang jarang digunakan
untuk mengurangi resiko kadaluarsa.
b. Selalu mengosongkan kemasan/memakai seluruh B3 dari kemasan sehingga
mengurangi resiko terlepasnya B3 tersebut ke lingkungan.
4. Pemisahan Penempatan Limbah B3.
Limbah B3 harus dikumpulkan dalam container yang berbeda, berdasarkan sifat bahan
kimia yang dibuang, kategori minimal yang dapat diikuti adalah :
i. Pelarut organic bebas halogen dan bahan organic dalam larutan,
ii. Pelarut organic mengandung halogen dan bahan organic dalam larutan,
iii. Residu padat bahan kimia organic
iv. Larutan garam : stabilkan isi container agar PH mencapai range 6-8
v. Residu bahan inorganic beracun dan garam logam berat dan larutannya.
vi. Bahan mudah menyala dan beracun
vii. Merkuri dan sisa merkuri inorganic.
viii. Residu garam logam, setiap logam dikumpulkan terpisah,
ix. Padatan inorganic.
x. Pisahkan pegumpulan limbah gelas, logam dan plastic.
Perlu diingat, sebelum pencampuran limbah yang berkategori sama, diharuskan melihat
MSDS untuk melihat kesaling-sesuaian bahan dan untuk meyakinkan antara bahan satu
dengan lainnya tidak saling bereaksi.
5. Pengelolaan limbah B3.
Pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan sendiri atau dilimpahkan pada pihak ke-3.
Persyaratan pengelola limbah B3 adalah mempunyai izin pengelolaan limbah tersebut
secara spesifik dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Hal ini menandakan bahwa
pengelolaan limbah ini telah layak dan tidak mencemari lingkungan.

12
5.2. ALUR PENGELOLAAN LIMBAH B3
1. Pemilahan Limbah B3
Pemilahan Limbah B3 dilakukan oleh penghasil limbah (masing-masing unit) dan
dimonitoring oleh Unit Maintenance & Sanitasi
2. Pengumpulan Limbah B3
Pengumpulan Limbah B3 dilakukan oleh Unit Rumah Tangga dan dimonitoring oleh Unit
Maintenance & Sanitasi
3. Pengangkutan Limbah B3
Pengangkutan Limbah B3 dilakukan oleh Unit Rumah Tangga dan dimonitoring oleh Unit
Maintenance & Sanitasi
4. Penyimpanan sementara Limbah B3
Penyimpanan sementara Limbah B3 Unit Rumah Tangga dan dimonitoring oleh Unit
Maintenance & Sanitasi
5. Pembuangan Limbah B3
Pembuangan Limbah B3 Unit Rumah Tangga dan dimonitoring oleh Unit Maintenance &
Sanitasi dan diserahkan ke pihak Ketiga yaitu PT Arah Environmental

5.2.1. Tempat Penyimpanan Limbah B3


Persyaratan tempat penyimpanan limbah B3 :
1. Tata Cara Penyimpanan Kemasan Limbah B3
a. Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri
atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan
kecelakaan dapat segera ditangani.
b. Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar
gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas
kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan
pengoperasiannya.
c. Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan
tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka
tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dilapisi palet
(setiap palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan terdiri lebih dari 3 (tiga) lapis
atau kemasan terbuat dari plastik maka harus dipergunakan rak.

13
d. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap
atap atau dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu)
meter.
e. Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan
secara terpisah, tidak dalam satu blok dan tidak dalam bagian penyimpanan
yang sama. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada
kemungkinan bagi limbah-limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan
tercampur masuk ke dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain.
2. Persyaratan Bangunan Penyimpanan Limbah B3
a. Persyaratan bangunan penyimpanan kemasan limbah B3
- Bangunan tempat penyimpanan kemasan limbah B3 harus:
• Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai
dengan karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan
disimpan.
• Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun
tidak langsung
• Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang
memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang
penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk
mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya kedalam
ruang penyimpanan.
• Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai
untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika
menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang
minimal 1 meter di atas kemasan dengan saklar (stop contact) harus
terpasang disisi luar bangunan.
• Dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
• Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol)
sesuai dengan yang berlaku.
- Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat
dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak
penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar
bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa agar air hujan dapat
mengalir ke arah menjauh bangunan penyimpanan.

14
- Tempat penyimpanan digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu)
karakteristik B3, maka ruang penyimpananan:
• Harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan
ketentuan setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan
menyimpan satu karakteristik limbah B3 atau limbah-limbah B3 yang
saling cocok.
• Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat
tanggul atau tembok pemisah untuk menghindarkan tercampurnya
atau masuknya tumpahan limbah B3 ke bagian penyimpanan
lainnya.
• Setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak
penampung tumpahan limbah dengan kapasitas memadai.
• Sistem dan ukuran saluran yang akan dibuat sebanding dengan
kapasitas maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan
yang masuk kedalamnya dapat mengalir dengan lancar ke tempat
penampungan yang telah disediakan.
- Sarana lain yang harus tersedia:
• Peralatan dan sistem pemadam kebakaran
• Pagar pengaman
• Fasilitas pertolongan pertama
• Peralatan komunikasi
• Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan
• Pintu darurat
• Alarm.

5.2.2. Kemasan Limbah B3


5.2.2.1. Kemasan Limbah Medis Padat
Kemasan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan
wadah dan label seperti pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Jenis Wadah dan Label Limbah Padat B3 Sesuai Kategorinya

15
Warna
Kontainer /
No. Kategori Lambang Keterangan
Kantung
Plastik
Limbah Medis
1. Limbah Kuning. Kantong plastik kuat, anti
Patologi dan bocor, atau container
Anatomi. yang dapat disterilkan
dengan otoklaf.
2. Limbah Kuning. Plastik kuat dan anti
Infeksius bocor atau container.

3. Limbah benda Kuning Wadah anti bocor, anti


tajam tusuk dan tidak mudah
dibuka.
3. Sitotoksis Ungu. Kontainer plastik kuat dan
anti bocor.

4. Limbah kimia Coklat. - Kantong plastik atau


dan farmasi. container.

1. Kantung Plastik
Warna Kantung Plastik sesuai pada tabel 5.1.
2. Tempat Sampah.
Jenis tempat sampah di tiap ruangan terdapat dua tipe, yaitu :
a. Tipe pedal berada pada area pelayanan
b. Tipe swing berada pada area perkantoran
Tiap tempat sampah diberi label sesuai dengan peruntukannya.
3. Wheel Bin (Tempat sampah beroda)
Wheel bin digunakan sebagai alat yang digunakan untuk proses
pemindahan limbah padat dari janitor ke TPS atau lokasi insinerator
lama, dengan pemisahan warna wheel bin sesuai dengan jenis
sampahnya, yaitu wheel bin warna kuning untuk sampah medis.
5.2.2.2. Kemasan Limbah B3 selain limbah medis padat
Kemasan limbah B3 selain limbah medis padat harus memenuhi persyaratan
pengemasan sebagai berikut :
1. Kemasan (tong, drum atau bak kontainer) yang digunakan harus :

16
a. Dalam kondis baik, tidak bocor, berkarat atau rusak,
b. Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3
yang akan disimpan,
c. Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya,
d. Memiliki penutup yang kuat untuk mecegah terjadinya tumpahan
saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan.
2. Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa
drum/tong dengan volume 50 lt, 100 lt, atau 200 lt, atau dapat pula berupa
bak kontainer.
3. Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah yang sama,
atau dapat pula disimpan bersama-sama dengan limbah lain yang memiliki
karakteristik yang sama, atau dengan limbah lain yang karakteristiknya
saling cocok.
4. Kemasan yang telah terisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus:
a. Ditandai dengan simbol dan label (dibahas pada sub bab 5.4.4)
yang sesuai dengan ketentuan menandaan pada kemasan limbah
B3,
b. Selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika
akan dilakukan penambahan atau pengambilan limbah dari
dalamnya,
c. Disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk
penyimpanan limbah B3 serta mematuhi tata cara
penyimpanannya.
5. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan
disimpan ditempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi
kemasan sekurang-kurangnya 1 minggu satu kali.
a. Apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat
atau bocor), maka isi limbah B3 tersebut harus segera
dipindahkan ke dalam drum/tong yang baru, sesuai dengan
ketentuan kemasan B3.
b. Apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan
limbah tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian
disimpan dalam kemasan limbah B3 terpisah.
6. Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk
mengemas limbah B3 dengan karakterisitk :
a. Sama dengan limbah B3 sebelumnya,
17
b. Saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya.
Jika akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling cocok,
maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat
dipergunakan sebagai kemasan limbah B3 dengan memenuhi ketentuan
kemasan limbah B3.
7. Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan dipergunakan kembali untuk
mengemas limbah B3 lain dengan karakterisitik yang sama, harus disimpan
di tempat penyimpanan limbah B3. Jika akan digunakan untuk menyimpan
limbah B3 dengan karakteristik yang tidak saling sesuai dengan
sebelumnya, maka kemasan tersebut harus dicuci bersih dan disimpan
dengan memasang “label kosong” sesuai dengan ketentuan ketentuan
penandaan kemasan limbah B3.
8. Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidak
digunakan kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagai
limbah B3.

5.2.3. Simbol dan Label B3


Pelabelan limbah B3 dimaksudkan untuk meberikan identitas limbah sehingga kehadiran
limbah B3 dalam suatu tempat dapat dikenali. Melalui pelabelan dapat diketahui informasi
dasar tentang jenis dan karakteristik/sifat limbah B3 bagi orang yang melaksanakan
pengelolaan limbah B3 serta orang disekitarnya. Tanda yang digunakan untuk penandaan
ada 2 (dua) jenis yaitu simbol dan label.

18
5.2.3.1. Simbol B3
a. Limbah B3 Mudah meledak
Warna dasar oranye. Simbol berupa gambar
berwarna hitam suatu materi limbah yang
menunjukan meledak, yang terletak di tepi
antara sudut atas dan sudut kiri belah ketupat
bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat
tulisan “MUDAH MELEDAK” berwarna hitam
yang diapit oleh 2 (dua) bangunan segitiga
sama kaki pada bagian dalam belah ketupat.
Blok segilima berwarna merah.

b. Limbah B3 mudah terbakar


1. Simbol cairan mudah terbakar
Bahan dasar berwarna merah. Gambar
simbol berupa lidah api berwarna putih
yang menyala pada suatu permukaan
berwarna putih. Gambar terletak di bawah
sudut atas garis ketupat bagian dalam.
Pada bagian tengah terdapat tulisan
“CAIRAN” dan dibawahnya terdapat
tulisan “MUDAH TERBAKAR” berwarna
putih.
2. Simbol padatan mudah terbakar
Dasar simbol terdiri dari warna merah dan
putih yan berjajar vertikal berselingan.
Gambar simbol berubah lidah api berwarn
ahitam yan menyala pad satu bidang
berwarna hitam. Pada bagian tengah
terdapat tulisan “MUDAH TERBAKAR”
berwarna hitam. Blok segilima berwarna
kebalikan dari warna dasar simbol.

19
a. Limbah B3 Reaktif
Bahan dasar berwarna kuning dengan blok
segilima berwarna merah. Simbol berupa
lingkaran hitam dengan asap berwarna hitam
mengarah ke atas yang terletak pada suatu
permukaan garis berwarna hitam. Di sebelah
bawah gambar simbol terdapat tulisan
“REAKTIF” berwarna hitam.

b. Limbah B3 beracun
Bahan dasar berwarna putih dengan blok
segilima berwarna merah. Simbol berupa
tengkorak manusia dengan tulang bersilang
berwarna hitam. Garis tepi simbol berwarna
hitam. Pada sebelah bawah gambar simbol
terdapat tulisan “BERACUN” berwarna hitam.

c. Limbah B3 Korosif
Belah ketupat terbagi pada garis horizontal
menjadi dua bidang segitiga. Pada bagian atas
terdapat 2 gambar, yaitu : di sebelah kiri
adalah gambar tetesan limbah korosif yang
merusak pelat bahan berwarna hitam, dan di
sebelah kanan adalah gambar lengan yang
terkena tetesan limbah korosif. Pada bagian
bawah, bidang segitiga berwarna hitam,
terdapat tulisan “KOROSIF” berwarna putih,
serta blok segitiga berwarna merah.

20
f. Limbah B3 Menimbulkan Infeksi
Warna dasar bahan adalah putih dengan garis
pembentuk belah ketupat bagian dalam
berwarna hitam. Simbol infeksi berwarna hitam
terletak di sebelah bawah sudut atas garis
belah ketupat bagian dalam. Pada bagian
tengah terdapat tulisan “INFEKSI” berwarna
hitam, dan dibawahnya terdapat blok segilima
berwarna merah.

g. Limbah B3 Klasifikasi Campuran


Warna dasar bahan adalah putih dengan garis
pembentuk belah ketupat bagian dalam
berwarna hitam. Gambar simbol berupa tanda
seru berwarna hitam terletak di sebelah bawah
sudut atas garis belah ketupat bagian dalam.
Pada bagian tengah bawah terdapat tulisan
“CAMPURAN” berwarna hitam serta blok
segilima berwarna merah.

21
BAB 6
PATIENT & STAFF SAFETY, INFECTION PREVENTION & CONTROL
6.1. IDENTIFIKASI RESIKO KESELAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Proses pengelolaan limbah yang terdiri dari pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
penyimpanan, pengolahan/pembuangan merupakan proses yang penuh dengan resiko
keselamatan dan infeksi, baik untuk staf, pengunjung, pasien, bahkan pihak di luar rumah sakit.
Resiko-resiko tersebut adalah :
1. Terjadinya tumpahan dan ceceran limbah,
2. Tertusuk limbah benda tajam, dan
3. Terpapar limbah B3.
6.2. MANAJEMEN RESIKO PADA SISTEM MANAJEMEN LIMBAH RUMAH SAKIT
Bekerjasama dengan Tim K3 RS dibidang operasional pengelolaan limbah di rumah sakit yang
meliputi :
6.2.1. Pemakaian Alat Pelindung Diri
1. Pengelolaan Limbah Padat
Petugas cleaning service memakai masker, sarung tangan karet.
2. Pengelolaan Limbah Cair
Petugas sanitasi memakai googles, respirator dengan cartridge, chemicals
apron, sarung tangan karet dan sepatu boot.
3. Pengelolaan Limbah B3
a. Petugas sanitasi memakai masker, sarung tangan karet dan sepatu boot.
b. Petugas cleaning service memakai masker, sarung tangan karet.

6.2.2. Prosedur Keselamatan dan Pencegahan serta Pengendalian Infeksi


Merencanakan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko yang timbul, yaitu :
1. Pembudayaan cuci tangan sesuai ketentuan
2. Pembuatan signed,
3. Penggunaan warna kantung plastik yang sesuai dengan jenis sampah yang
dibuang,
4. Sosialisasi pemilahan dan pembuangan limbah,
5. Sosialisasi penanganan tumpahan dan ceceran limbah,
6. Pengawasan ketepatan pengelolaan, penanganan tumpahan & ceceran limbah,
7. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan masing-masing
karakteristik limbah B3. Untuk secara spesifik, akan diatur dalam SOP.
8. Pelaporan kecelakaan kerja,
9. Meriview sistem pencegahan resiko keselamatan, pencegahan dan pengendalian
infeksi serta melakukan perbaikan apabila perlu.

22
BAB 7
MONITORING, EVALUASI DAN CONTINUOUS IMPROVEMENT
7.1. MONITORING
Monitoring adalah suatu upaya untuk mengamati dan melihat hasil (kualitas dan kuantitas) dari
proses/semua kegiatan yang terdapat pada Sistem Manajemen Limbah, yaitu :
7.1.1. Monitoring yang Dilakukan
1. Walk trough survey pengelolaan limbah dimulai dari sumber penghasil limbah sampai
dengan pengolahan/pembuangannya, dalam walk trough survey ini dibutuhkan
checklist monitoring.
2. Melakukan monitoring terhadap limbah cair setelah diolah, dan harus memenuhi
persyaratan baku mutu sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
Kep-58/MENLH/12/1995.
7.1.2. Tujuan Monitoring
1. Mengumpulkan data yang dipakai untuk mengukut kinerja maupun mutu baik
pelayanan maupun staf.
2. Data tersebut digunakan untuk mengukur input, proses atau output.
7.1.3. Indikator
1. Pengolahan Limbah Padat Berbahaya sesuai dengan Aturan
Judul Pengolahaan limbah padat berbahaya sesuai dengan aturan
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya mutu penanganan limbah padat infeksius di rumah sakit
Definisi Limbah padat berbahaya adalah sampah akibat proses pelayanan yang
Operasional mengandung bahan-bahan yang tercemar jasad renik yang dapat
menularkan penyakit dan/atau dapat mencederai antara lain :
1. Sisa jarum suntik
2. Sisa ampul
4. Sisa jaringan
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisa Enam bulan sekali
Numerator Jumlah limbah padat yang dikelola sesuai dengan standar prosedur
operasional yang diamati (kg)
Denominator Jumlah seluruh limbah padat yang dihasilkan (Kg)
Sumber Data Hasil pengamatan
Standar 100 %
Penanggung Supervisor maintenance & sanitasi
jawab
Pengumpul
Data

23
2. Baku Mutu Limbah Cair
Judul Baku mutu limbah cair
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap keamanan limbah cair
rumah sakit
Definisi Baku mutu adalah standar minimal pada limbah cair yang dianggap
Operasional aman bagi kesehatan yang merupakan ambang batas yang ditolelir dan
diukur dengan indikator :
BOD (Biological Oxygen Demand) : 30 mg/Liter
COD (Chemical Oxygen demand) : 80 mg/Liter
TSS (Total Suspended Solid) : 30 mg/Liter
PH : 6-9

Frekuensi Tiga bulan


Pengumpulan
Data
Periode Analisa Enam bulan sekali
Numerator Hasil laboratorium pemeriksaan limbah cair rumah sakit yang sesuai
dengan baku mutu
Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan limbah cair
Sumber Data Hasil pemeriksaan
Standar 100 %
Penanggung Supervisor Maintenance & Sanitasi/K3 RS
jawab
Pengumpul
Data

3. Ketepatan Pemilahan Sampah


Judul Ketepatan Pemilahan Sampah
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya kepatuhan staf dalam membuang sampah pada tempat
yang ditentukan
Definisi • Ketepatan pemilahan sampah adalah ketepatan penggunaan tempat
Operasional sampah sesuai dengan peruntukannya.
• Monitoring ketepatan pemilahan sampah dilakukan di unit-unit di
bawah Departemen Keperawatan, Departemen Pelayanan Medik,
Departemen Penunjang Medik, Departemen Pelayanan Rawat Jalan
• Sampling dilakukan terhadap minimal 200 tempat sampah per bulan,
dengan sampling harian ke 2 unit yang berbeda minimal 4 tempat
sampah berbeda tiap unit
• Monitoring dilakukan setiap hari kerja minimal 2 tempat sampah

24
secara sampling
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Analisa Tiga Bulanan
Numerator Jumlah tempat sampah yang diamati dan isinya sesuai ketentuan pada
bulan tersebut.
Denominator Jumlah tempat sampah yang di amati pada bulan tersebut
Sumber Data Observasi
Standar 100 %
Pananggung Supervisor Maintenance & Sanitasi
Jawab
Penanggung Admin Sanitasi
Jawab
Pengumpulan
Data
Analisa Dept. Mutu, Dept. Keperawatan, Dept. Pelayanan Medik, Dept.
Penunjang Medik, SPI & pihak terkait

7.2. EVALUASI
Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk mengukur kinerja dari program-program Manajemen
Limbah, evaluasi dilakukan terhadap :
7.2.1. Data Hasil Monitoring
Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk grafik, kemudian dibandingkan
dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Data dibuat trend dan dilakukan analisa setiap
3 bulan sekali.
Data dibandingkan dengan standar atau nilai yang diharapkan dari setiap indikator /
parameter yang diukur.
Analisa dilakukan untuk mencari penyebab dari penyimpangan yang ditemukan dari
proses pengumpulan data.

7.2.2. Hasil Proses Monitoring


Selain melakukan analisa data indikator yang diukur, analisa juga dilakukan terhadap data
subjektif hasil pengawasan (Observasi) pelaksanaan SOP di lapangan. Adapun proses-
proses yang esensial untuk dilakukan pengawasan di lapangan oleh supervisor Sanitasi :
1. Proses pemilahan limbah
2. Proses pengangkutan limbah

25
7.2.3. Insiden / Kejadian
Setiap insiden yang berhubungan dengan sistem manajemen limbah RSKB terutama untuk
keselamatan pasien / staf dikumpulkan dan dicatat oleh Admin Sanitasi, kemudian
dilakukan analisa insiden. Untuk kejadian atau insiden keselamatan baik pasien,
pengunjung maupun staf, akan dilakukan grading oleh tim K3RS atau KKP-MRK. Bila
grading biru atau hijau, maka analisa dilakukan oleh supervisor Sanitasi dengan cara
investigasi sederhana.
Hasil analisa tersebut berbuah pada kesimpulan / rekomendasi.

7.2.4. Evaluasi Tahunan


Setiap tahunnya kegiatan management limbah ini dievaluasi secara tahunan, dan evaluasi
ini dilakukan terhadap :
1. Evaluasi terhadap monitoring
2. Mereview standar pencapaian ( goals) untuk tahun berikutnya.
3. Rekomendasi program/kebijakan dan progam pelatihan yang harus ditambahkan/
diubah.

7.3. CONTINUOUS IMPROVEMENT


Setelah dilakukan analisis, maka hasil dilaporkan kepada Ka Logistik & Pemeliharaan dan
manajemen terkait. Tindak lanjut akan berupa :
1. Perbaikan Kebijakan / Prosedur atau Pembuatan Kebijakan / Prosedur Baru.
2. Pelatihan / Sosialisasi baik ke staf, dokter, jajaran managerial, maupun pengunjung RSKB
3. Perbaikan pedoman Sistem Manajemen Limbah Rumah Sakit.
4. Penambahan/penggantian sarana dan prasarana sistem manajemen limbah Rumah Sakit

26
BAB 8
STAFF DEVELOPMENT

8.1. PELATIHAN STAF


Seperti jenis operasional lainnya, pelatihan kerja, termasuk pelatihan pengelolaan limbah juga
harus dilakukan, yaitu :
1. Pelatihan pemilahan limbah padat sesuai dengan jenisnya.
2. Pelatihan pengelolaan limbah, termasuk prosedur, dan alat pelindung diri yang harus
digunakan.
3. Uji coba dan pengkajian pemilahan limbah padat termasuk uji coba dan simulasi.
Seseorang yang akan bekerja khusus untuk menangani limbah tidak diizinkan bekerja pada
bidang tersebut, sebelum mendapatkan pelatihan minimal seperti di atas.
Selain persyaratan di atas, beberapa persyaratan yang berkaitan dengan kompetensi pelatihan
tenaga kerja yang berkaitan dengan pengelolaan limbah, yaitu :
1. Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang:
- Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat kerja,
- Semua pengamanan dan alat-alat pelindung yang diharuskan dalam semua tempat
kerjanya,
- Alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan,
- Cara-cara dan sikap aman dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan
dan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
pertama dalam kecelakaan akibat limbah B3.
3. Jumlah sumber daya manusia dengan kualifikasi yang memenuhi persyaratan harus
memadai jumlahnya.

27
BAB 9
PENUTUP

Pedoman Sistem Manajemen Limbah ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi semua pihak dalam
melaksanakan pengelolaan sampah mulai dari pemilahan, transportasi sampai pengolahan sampah
sesuai dengan sifat sampah di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, Sehingga RSKB Cinta Kasih Tzu Chi tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan akibat limbah padat /sampah.

Jakarta, 08 April 2015


Direktur RSKB Cinta Kasih Tzu Chi,

dr. Tonny Christianto Ms., SpB., MM

28

Anda mungkin juga menyukai