Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN MANDAILING NATAL

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PANYABUNGAN JAE
JL.KOL.H. NURDIN. PANYABUNGAN JAE, KODE POS 22917
TELP. (0636) 321929 Email:puskesmaspanyabunganjae@gmail.com

KERANGKA ACUAN KERJA PENANGANAN MASALAH KEBAKARAN

A. Pendahuluan

Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan Factor - faktor yang menjadi
sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan,suatu rencana pemeliharaan yang cermat
dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan
yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya
maupun dari segi mudah dicapainya.

B. Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki,
merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari: Sumber
panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi kimia dan perubahan
kimia. Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan sebagainya.
Oksigen (tersedia di udara) Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Dalam pencegahan
terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol Sumber panas dan Benda mudah terbakar, misalnya
Dilarang Merokok ketika Sedang Melakukan Pengisian Bahan Bakar, Pemasangan Tanda-Tanda
Peringatan, dan sebagainya. Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan
adanya Oksigen dalam kebakaran tersebut. Contoh mudahnya seperti ketika kita menghidupkan lilin,
lalu coba kita tutup dengan gelas maka api pada lilin tersebut akan mati karena oksigen yang berada di
luar gelas tidak dapat masuk dan oksigen yang berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida
(CO2) yang mematikan api.
Ketika kita memadamkan kebakaran dengan mengunakan APAR, karung goni yang basah dan
pasir yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut asal semua permukaan api
tertutupi oleh ketiga media pemadaman tersebut dan api akan mati seperti lilin yang kita tutup memakai
gelas tadi. Bila kita menggunakan air sebagai media pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan panas
dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut.

C. Pengertian

 API : proses oksidasi cepat dari bahan bakar (berupa cair, padat dan gas) dipacu adanya
sumber energi yang menghasilkan panas, asap dan cahaya.
 KEBAKARAN : Api yang tidak dikehendaki dan dikendalikan karena dapat menimbulkan
kerugian baik harta benda, korban jiwa, maupun terhentinya proses pekerjaan/ produksi
yang direncanakan sebelumnya, bahkan dapat menurunkan tingkat kredibilitas.
 AMAN KEBAKARAN : potensi bahaya KEBAKARAN yang telah di- identifikasi dan
dianalisa serta telah dikendalikan ke tingkat yang memadai. Dalam hal ini potensi
kebakaran tidak bisa dieliminasi secara total, namun hanya dikurangi tingkat resikonya.

D. Manajemen Pengelolaan Kebakaran

Manajemen pengelolaan kebakaran merupakan suatu perangkat peraturan yang harus dimiliki
suatu Puskesmas agar dapat mengelola kejadian kebakaran secara berkesinambungan dan tepat
sehingga dapat meminimalisir kerugian akibat kebakaran. Dalam proses pengelolaan kebakaran
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, sebagai berikut :
1. Prinsip Pengelolaan Kebakaran
a. Sistem Proteksi Kebakaran harus sudah diperhitungkan sejak awal perencanaan
kegiatan pelayanan di Puskesmas .
b. Penerapan perancangan gedung/ bangunan dan instalasinya memenuhi
persyaratan regulasi dan standart sistem proteksi kebakaran.
c. Manajemen penanggulangan dan sarana Manajemen Keselamatan Kebakaran
termasuk pertimbangan infrastruktur lingkungan.
d. Penerapan Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran secara Sistematis dan
menyeluruh
e. Pelaksanaan Audit Kebakaran secara berkala.

E. Identifikasi Potensi Bahaya

Untuk dapat mengevaluasi potensi kebakaran secara akurat dan tepat, diperlukan pemahaman
secara rinci tentang karakteristik dari tipikal kebakaran yang mungkin terjadi berdasarkan
kategori dan klasifikasi potensi kebakaran.
1. Potensi Kebakaran dibedakan atas :
 Karakteristik bahan bakar, yaitu potensi kebakaran material yang terbakar seperti :
kayu dan produk kayu, fiber dan textile, cairan yang mudah terbakar, gas, bahan
kimia, bahan peledak, plastik dankaret, debu yang mudah terbakar dan meledak.
 Potensi kebakaran gudang atau tempat penyimpanan bahan seperti gudang dalam
ruangan terbuka dan tertutup, penyimpanan gas, cairan mudah terbakar.
 Potensi kebakaran pada Puskesmas yang diklasifikasikan atas :/Ruang Perawatan,
Ruang Tunggu, dll.

2. Contoh Potensi Bahaya Pada Proses Area :

 Pengaturan tata letak dan timbunan bahan mudah terbakar seperti bahan baku, bahan
pendukung proses dan produk ditinjau dari kemudahan penjalaran api karena aliran
barang/ bahan yang bersifat terbuka antar proses
 Masalah kendaraan/ peralatan pengangkut
 Problem jumlah pekerja dan akses keluar
 Ketersediaan dan kelengkapan sisem proteksi kebakaran
F. Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Manajemen Penanggulangan Kebakaran merupakan Kerangka kerja pengelolaan kebakaran


yang dituangkan dalam bentuk program kerangka kerja jangka pendek dan panjang untuk memenuhi
kebutuhan, tujuan dan sarana perusahaan.
Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran merupakan suatu proses yang
berkesinambungan, yang berarti harus dikaji dan diperbaiki secara berkala untuk meningkatkan
kinerja Penanggulangan Kebakaran.
1. Manfaat Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran
a. Mewujudkan kepedulian dan tanggungjawab manajemen terhadap antisipasi
bahaya kebakaran dan keadaan darurat lainnya,
b. Pembinaan tanggung jawab dengan Prinsip Penanggulangan Kebakaran
adalah tanggung jawab seluruh karyawan,
c. Memahami bahwa kebakaran merupakan bencana yang memerlukan
pengaturan rencana berupa tindakan pencegahan dan pengendalian yang
sistematis, dan berkesinambungan untuk mengurangi dampak bencana,
d. Menjamin aspek keselamatan terhadap kebakaran melalui kesiagaan
Sumber daya manusia, sistem dan peralatan yang ada.
2. Pelaksanaan Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran
 Pelaksanaan secara utuh dan berkesinambungan Sistem Manajemen Penanggulangan
kebakaran mensyaratkan kepatuhan, ketaatan, dan konsistensi dalam bentuk
program jangka pendek dan panjang sesuai dengan tujuan dan sasaran Puskesmas .

3. Dukungan Yang Diperlukan Bagi Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran :


a. Komitmen : suatu tekad atau kesanggupan dari pimpinan puncak yang
dituangkan secara tertulis dengan singkat berisi kebijakan dan sasaran
perusahaan di bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran
b. Personil : personil yang mempunyai wawasan aspek penanggulangan
kebakaran
c. Dana : semua kegiatan yang menggunakan sarana, sumber daya manusia dan
teknologi tidak akan terlepas dari kebutuhan dana
d. Partisipasi : partisipasi berdasarkan tugas dan tanggungjawab diantara
tingkat jenjang jabatan, karena unsur penanggulangan kebakaran harus
masuk kedalam semua kegiatn puskesmas.
4. Keberhasilan Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran, sangat ditentukan oleh:
• Kepatuhan dan ketaatan dalam bentuk tindakan dan perbuatan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan
program.
• Semangat karyawan dalam melaksanakan program penanggulangan
kebakaran sebenarnya tidak akan terlepas dari faktor dominan yang ada
didalam perusahaan itu sendiri, walaupun ada juga faktor luar yang
mempengaruhi.
G. Jenis Alat Pemadam Kebakaran, Beserta Prosedur Pemasangan dan Pemeliharaan

1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


a. Pengertian
 Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang
untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.

b. Jenis Alat Pemadam Api Ringan


1) Cairan (air);
2) Tepung Kering;
3) Fire extinguisher
c. Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
1) Pemasangan :
• Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi
yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
• Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas
satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan, atau disesuaikan
dengan kondisi tempat yang ada.
• Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis
dan penggolongan kebakaran.
• Penempatan alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan
lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai
pengawas atau ahli Keselamatan Kerja, atau disesuaikan dengan rencana pengadaan
APAR.
• Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
• Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang didapati
sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat.
• Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan)
menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi
penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
• Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus
diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
• Sengkang atau konstruksi penguat lainnya tidak boleh dikunci atau digembok
atau diikat mati.
• Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) harus disesuaikan
dengan besarya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti (box)
sehingga mudah dikeluarkan.
• Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian
paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai
kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih
rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15
cm dan permukaan lantai.
• Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat
dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C, kecuali apabila alat
pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut.
• Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi
dengan tutup pengaman.
2) Pemeliharaan
• Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu :
a) Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
b) Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan;
• Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu
pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan yang
tidak cacat.
• Pemeriksaan jangka 6 (enam) bulan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam
tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung
bertekanan dan mekanik penembus segel;
b) Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel
dan lebel harus selalu dalam keadaan baik;
c) Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang tidak
boleh retak atau menunjukan tanda-tanda rusak;
• Cara-cara pemeriksaan alat perlengkapan pemadam api ringan dapat
dilakukan dengan cara lain sesuai dengan perkembangan.

H. Diklat Penanggulangan Kebakaran

Dalam upaya peningkatan pengetahuan serta ketrampilan sumber daya manusia yang
dimiliki puskesmas , maka perlu dilaksanakan:
1. Pelatihan penggunaan alat pemadam api ringan bagi seluruh pegawai Puskesmas .
2. Sosialisasi prosedur tanggap darurat kebakaran bagi seluruh pegawai Puskesmas .

I. Upaya Penanganan Saat Terjadi Musibah Kebakaran

 Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan dan evakuasi Penanganan kebakaran
1. Upaya penyelamatan jiwa :

2) Rescue ( penyelamatan segera )


3) Triage ( seleksi berdasarkan kegawatan untuk memberikan prioritas pelayanan )
4) Evacuation ( melakukan transportasi ketempat yang di butuhkan dengan cepat dan
aman)
 Penyelamatan Sarana dan Prasarana Puskesmas
Merupakan seluruh Sarana dan Prasarana Puskesmas , meliputi: peralatan non
medis, ambulans, peralatan medis, bahan medis habis pakai, obat, dll bila terjadi
kebakaran harus di upayakan untuk diamankan / diselamatkan semaksimal mungkin.
 Penyelamatan Dokumen Pasien, Pegawai
Penyelamatan Dokumen Pasien, Dokumen kepegawaian, Dokumen Keuangan dan
Dokumen penting lainnya, bila kebakaran terjadi di ruang perkantoran ( administrasi,
keuangan, medical record )
J. Sasaran

Seluruh Pegawai di Lingkup Puskesmas, Pasien dan keluarga pasien

K. Evaluasi

Dilakukan Evaluasi setiap 1 tahun sekali dan dibuatkan pelaporan tentang keadaan alat APAR.
Evaluasi di lakukan secara berkala baik pada median yang memenuhi syarat maupun yang tidak
memenuhi syarat.

Anda mungkin juga menyukai