DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MENTARAU
DI PUSKESMAS MENTARAU
A. PENDAHULUAN
B. Latar belakang
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki,
merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari: Sumber
panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi kimia dan
perubahan kimia. Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan
sebagainya. Oksigen (tersedia di udara) Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api.
Dalam pencegahan terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol Sumber panas dan Benda
mudah terbakar, misalnya Dilarang Merokok ketika Sedang Melakukan Pengisian Bahan Bakar,
Pemasangan Tanda-Tanda Peringatan, dan sebagainya. Apabila sudah terjadi kebakaran maka
langkah kita adalah menghilangkan adanya Oksigen dalam kebakaran tersebut. Contoh mudahnya
seperti ketika kita menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup dengan gelas maka api pada lilin
tersebut akan mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak dapat masuk dan oksigen yang
berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida (CO2) yang mematikan api.
Ketika kita memadamkan kebakaran dengan mengunakan APAR, karung goni yang basah
dan pasir yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut asal semua
permukaan api tertutupi oleh ketiga media pemadaman tersebut dan api akan mati seperti lilin yang
kita tutup memakai gelas tadi. Bila kita menggunakan air sebagai media pemadaman maka terjadi
reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut.
C. PENGERTIAN
1. Berikut ini beberapa Definisi terkait dengan Kebakaran
a. API : proses oksidasi cepat dari bahan bakar (berupa cair, padat dan gas) dipacu
adanya sumber energi yang menghasilkan panas, asap dan cahaya.
Untuk dapat mengevaluasi potensi kebakaran secara akurat dan tepat, diperlukan
pemahaman secara rinci tentang karakteristik dari tipikal kebakaran yang mungkin terjadi
berdasarkan kategori dan klasifikasi potensi kebakaran.
Pengaturan tata letak dan timbunan bahan mudah terbakar seperti bahan baku,
bahan pendukung proses dan produk ditinjau dari kemudahan penjalaran api
karena aliran barang/ bahan yang bersifat terbuka antar proses
Masalah kendaraan/ peralatan pengangkut
Problem jumlah pekerja dan akses keluar
Ketersediaan dan kelengkapan sisem proteksi kebakaran
c. Dana : semua kegiatan yang menggunakan sarana, sumber daya manusia dan
teknologi tidak akan terlepas dari kebutuhan dana
a. Pengertian
Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu
orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
1) Cairan (air);
2) Tepung Kering;
3) Fire extinguisher
1) Pemasangan :
• Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada
posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
• Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai tepat
diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan, atau
disesuaikan dengan kondisi tempat yang ada.
• Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan
jenis dan penggolongan kebakaran.
• Penempatan alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu
dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh
pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja, atau disesuaikan dengan
rencana pengadaan APAR.
• Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang didapati
sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat.
• Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus
diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
• Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) harus disesuaikan
dengan besarya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti (box)
sehingga mudah dikeluarkan.
• Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau
tempat dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C, kecuali
apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas
tersebut.
• Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi
dengan tutup pengaman.
2) Pemeliharaan
• Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun,
yaitu :
• Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu
pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan
yang tidak cacat.
c) Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang
tidak boleh retak atau menunjukan tanda-tanda rusak;
• Cara-cara pemeriksaan alat perlengkapan pemadam api ringan dapat
dilakukan dengan cara lain sesuai dengan perkembangan.
Dalam upaya peningkatan pengetahuan serta ketrampilan sumber daya manusia yang
dimiliki puskesmas , maka perlu dilaksanakan:
1. Pelatihan penggunaan alat pemadam api ringan bagi seluruh pegawai Puskesmas .
K. Sasaran
a. Seluruh Pegawai di Lingkup Puskesmas, Pasien dan keluarga pasien