Nomor : 102/SK/DIR/04/2015
Tentang
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan rumah sakit yang aman dan sesuai dengan standard yang ditetapkan oleh
pemerintah setempat.
1
1.3. LANDASAN DAN REFERENSI
Dasar-dasar pengelolaan lingkungan yang berhubungan dengan Unit Sanitasi adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.18 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat
dan Pengawasan Kualitas Air.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
8. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah B3.
9. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor Kep-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.
2
1.4.2. Action
1. Penyediaan Air Bersih, Air Minum dan Air untuk Keperluan Khusus.
2. Penanganan Darurat pada saat Pelayanan Air Terganggu.
3. Pengolahan Limbah Cair.
4. Pengolahan Limbah Padat/Sampah (umum dan medis).
5. Pengendalian Hama Serangga, Tikus dan Hewan Pengganggu.
6. Penanganan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), dibahas pada Pedoman Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun Rumah Sakit dan Pedoman Sistem Manajemen Limbah Rumah Sakit.
7. Penyehatan Ruang dan Bangunan Rumah Sakit, dan
8. Hygiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman, Laundry serta Desinfeksi dan Sterilisasi.
1.4.3. Monitoring
1. Melakukan pengambilan sampel mikrobiologi udara, lantai, dinding, makanan, linen dan
instrumen medis.
2. Melakukan monitoring terhadap kualitas air.
3. Melakukan monitoring hama serangga, tikus dan hewan pengganggu.
4. Melakukan monitoring terhadap kebisingan, pencahayaan dan penghawaan ruangan.
1.4.4. Evaluation
Menganalisa hasil monitoring.
3
BAB 2
PENGORGANISASIAN
Ka Logistik &
Maintenance
Direktorat & Komite Keperawatan,
Direktorat & Komite Medik,
Direktorat Umum & SDM,
Supervisor Direktorat Keuangan,
Maintenance Departemen Mutu,
Tim K3 RS,
KPPI, dan
Koodinator KPP-MRK.
Sanitasi
4
8. Melaksanakan pembinaan, bimbingan, dan pengembangan karir staf sesuai dengan
visi, misi yang ditetapkan agar tercipta suasana atau iklim kerja yang dapat
meningkatkan produktivitas kerja.
9. Mengawasi dan mengevaluasi pemakaian barang-barang inventaris di unit sanitasi.
10. Melakukan monitoring, pengawasan dan menjaga agar kualitas air bersih, air minum,
dan air buangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
11. Melakukan dan mengawasi kegiatan monitoring kualitas lingkungan (kebisingan,
pencahayaan, penghawaan, mikrobiologi makanan dan linen serta instrumen medis,
instrumen medis, kualitas udara dan pergantian udara di ruang kritis) serta
melakukan pengawasan terhadap monitoring keberadaan hama, tikus, kucing dan
hewan pengganggu lainnya yang dilakukan oleh pihak pest control.
12. Memantau kinerja outsourching pest control dalam tugaasnya sebagai pengendali
hama, tikus dan hewan pengganggu lainnya.
13. Membuat evaluasi serta perbaikan sistem, baik mengenai penyediaan air bersih,
pengolahan air buangan, pengelolaan limbah padat (sampah) maupun pengelolaan
Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
14. Menyusun anggaran untuk pelaksanaan pemeliharaan rutin/berkala.
15. Melaksanakan pengawasan terhadap kedatangan material/komponen mesin,
penyimpanan maupun pengunaannya.
16. Membina hubungan baik dengan pihak lain di luar rumah sakit untuk kepentingan
rumah sakit.
17. Bersama-sama dengan Komite Pencegahan Penyakit Infeksi (KPPI) melakukan
program KPPI.
18. Bersama-sama dengan Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melaksanakan
program K3.
5
7. Mendata/mendokumentasikan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) yang digunakan
oleh unit terkait.
8. Membuat label dan simbol pada kemasan B3 dan limbah B3 sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
9. Melakukan monitoring dan pengawasan proses pelabelan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, penggunaan B3.
10. Melakukan monitoring dan pengawasan proses pelabelan, pemilahan, penyimpanan
dan pembuangan limbah B3.
11. Melakukan monitoring keberadaan Material Safety Data Sheets (MSDS) di setiap
tempat penyimpanan B3 dan limbah B3.
12. Melakukan monitoring/pemeriksaan kualitas air harian.
13. Melakukan kalibrasi bulanan peralatan lab sanitasi.
14. Melakukan pekerjaan perawatan dan atau perbaikan sesuai dengan instruksi atasan.
15. Melakukan perawatan dan atau perbaikan dengan cepat dan tuntas.
16. Melakukan koordinasi dengan atasan dalam melakukan pekerjaan.
17. Memberikan masukan kepada atasan dalam memperbaiki sistem yang sudah ada.
18. Membuat laporan kerja harian yang ditandatangani oleh atasan.
19. Menjaga dan merawat inventaris perusahaan serta kebersihannya.
20. Memantau pelaksanaan harian kegiatan di unit Sanitasi sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan bersama-sama dengan Supervisor Sanitasi.
6
11. Menjaga dan merawat inventaris perusahaan serta kebersihannya.
7
BAB 3
PELAYANAN UNIT SANITASI
8
Pengelolaan limbah padat ini dapat dilihat pada Pedoman Manajemen Limbah Rumah Sakit, Instalasi
pengolahan limbah padat B3 dapat dilihat pada Pedoman Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Rumah Sakit.
3.7. HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN ; LAUNDRY SERTA DESINFEKSI DAN
STERILISASI
3.7.1. HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN
Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang disajikan dari
dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang dijual didalam
lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan.
9
Persyaratan penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dibahas pada bab 8 pedoman ini, akan
tetapi gambaran lebih jelas tentang penyehatan Hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
dapat dilihat pada Pedoman Pengelolaan Makanan.
10
BAB 4
PENGELOLAAN AIR BERSIH, AIR MINUM DAN
AIR UNTUK KEPERLUAN KHUSUS
4.2. PERSYARATAN
4.2.1 Kualitas Air Bersih
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Persyaratan Kualitas Air Bersih
Batas
No Parameter Satuan
Maks
FISIKA
1 Bau - tdk.berbau
2 Zat Padat Terlarut mg/l 1500
3 Kekeruhan NTU 25
11
4 Warna TCU 50
KIMIA ANORGANIK
1 Alumunium mg/l 0,2
2 Besi mg/l 1
3 Florida mg/l 1,5
4 Kadmium mg/l 0,005
5 Kesadahan mg/l 500
6 Klorida mg/l 600
7 Kromium heksavalent mg/l 0,05
8 Mangan mg/l 0,5
9 Nitrat, sebagai N mg/l 10
10 Nitrit, sebagai N mg/l 1
11 pH - 6,5-9,0
12 Seng mg/l 15
13 Sianida mg/l 0,1
14 Sulfat mg/l 400
KIMIA ORGANIK
1 Detergent mg/l 0,5
2 Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
3 Sisa Klor mg/l 0,2-0,5
MIKROBIOLOGI
1 Total Coliform T.Coli/100 ml 50
KIMIA ANORGANIK
5 Alumunium mg/l 0,2
6 Amoniak mg/l 1,5
7 Arsen mg/l 0,01
8 Besi mg/l 0,3
9 Fluorida mg/l 1,5
12
10 Kadmium mg/l 0,003
11 Kesadahan sbg CaCO3 mg/l 500
12 Klorida mg/l 250
13 Kromium, Valensi 6+ mg/l 0,05
14 Mangan mg/l 0,1
15 Nitrat, sebagai N mg/l 50
16 Nitrit, sebagai N mg/l 3
17 pH - 6,5-8,5
18 Selenium mg/l 0,01
19 Seng mg/l 3
20 Sianida mg/l 0,07
21 Sulfat mg/l 250
22 Tembaga mg/l 2
23 Timbal mg/l 0,05
KIMIA ORGANIK
25 Detergent mg/l 0,05
26 Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
MIKROBIOLOGI
27 Total Coliform Coloni/100 ml 0
28 Total Coliform Tinja Coloni/100 ml 0
13
4.3.1.3. Tempat Pemeriksaan Air
Pemeriksaan sampel air dilakukan oleh pihak eksternal Rumah Sakit yang ditunjuk
oleh Rumah sakit dan direkomendasikan oleh pemerintah setempat.
BAB 5
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
5.1 PENGADAAN
Pengadaan beserta alur pengelolaan limbah cair dapat dilihat pada Pedoman Manajemen Limbah
Rumah Sakit.
5.2 PERLETAKAN
Tempat pengolahan limbah cair berada di sebelah timur RSKB dekat dengan Rusun Cinta Kasih Tzu
Chi.
5.3 PERSYARATAN
Dalam pengelolaan limbah, persyaratan yang harus dipenuhi adalah :
1. Pengolahan air limbah, kualitas air limbah yang akan dibuang ke badan air (telah diolah) harus
memenuhi kualitas baku mutu yang tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
yang dapat dilihat pada tabel 5.1.
14
2. Kualitas air limbah yang dimonitoring setiap hari adalah phospat dan amoniak serta free chlorine
apabila dibutuhkan.
3. Pengelolan limbah padat, secara lebih jelasnya dibahan pada “Pedoman Sistem Manajemen
Limbah Rumah Sakit”.
5.4 JUMLAH DAN LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL AIR
5.4.1. Kimia dan Mikroorganisme
Pemeriksaan kimia air limbah minimal dilakukan pada outlet setelah pengolahan air buangan
sebelum di buang ke lingkungan.
15
BAB 6
PENGENDALIAN HAMA SERANGGA, TIKUS DAN HEWAN PENGGANGGU
6.1 JENIS SERANGGA, TIKUS DAN HEWAN PENGGANGGU YANG PADA UMUMNYA TERDAPAT
DIRUMAH SAKIT
6.1.1. Kecoa
Kecoa adalah serangga malam yang senang akan tempat-tempat lembab, hangat, gelap, kotor,
dan banyak terdapat sisa makanan. Tempat hidup kecoa antara lain adalah sela-sela di sekitar
pembuangan air limbah, dapur, tempat pembuangan sampah, gudang makanan, lemari
makanan atau toilet.
Masalah yang dapat ditimbulkan oleh keberadaan kecoa ini adalah :
1. Merupakan vektor bagi beberapa mikroorganisme patogen.
2. Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.
3. Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan
pembengkakan kelopak mata.
4. Keberadaannya mengganggu estetik ruangan.
5. Merupakan indikator kurang baiknya kebersihan/sanitasi di tempat tersebut.
6.1.2. Lalat
Lalat berkembang biak dengan bertelur, dan setiap kalit bertelur akan menghasilkan 120-130
telur dan menetas dalam waktu 8-16 jam, pada suhu rendah (< 12-13 °C) telur ini tidak akan
menetas. Dalam kehidupan lalat, dikenal ada 4 (empat) tahapan, yaitu mulai dari telur, larva,
pupa dan dewasa, siklur hidup ini akan berlangsun ± 6-20 hari dan lalat dewasa akan bertahan
2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk bisa sampai 3 (tiga) bulan.
Lalat aktif pada siang hari dan selalu berkelompok, sedangkan pada malam hari mereka akan
beristirahat ditempat-tempat seperti ujung ranting tanaman, pagar, kabel listrik dan sudut
bangunan. Lokasi istirahatnya tidak jauh dari sumber makanan, biasanya 1-3 meter diatas
permukaan tanah dan tempat yang sejuk, serta lalat dapat terbang mencapai 6-8 km per jam.
Sesuai dengan ‘mulutnya’, lalat hanya makan dalam bentuk cairan atau makanan basah
dengan cara dihisap. Air merupakan sesuatu hal yang vital bagi kehidupan lalat, karena tanpa
air lalat hanya bertahan hidup sampai 48 jam. Lalat sangat tertarik pada makanan manusia
sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan, selain itu pula lalat menyukai kotoran manusia
dan hewan serta darah dan bangkai binatang.
16
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat yang basah seperti kotoran binatang yang masih
baru, sampah sayuran/buah-buahan dan sisa makanan hasil olahan dan air kotor.
6.1.3. Nyamuk
Hanya nyamuk betina yang menusuk dan menghisap darah, hal ini dilakukan untuk
pembentukan telur, sedangkan nyamuk jantan mempunyai stilet ‘mulut’ yang lemah sehingga
tidak mampu menembus kulit, sehingga nyamuk jantan hanya memakan cairan tumbuh-
tumbuhan.
Perilaku nyamuk berbeda-beda untuk masing-masing spesiesnya, sebagai contoh nyamuk
demam berdarah aktif pada siang hari, sedangkan nyamuk rumah aktif pada malam hari.
Tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah pada air bersih, sedangkan nyamuk rumah
pada air yang mengandung bahan organik, seperti saluran pembuangan air, got dll. Nyamuk
menyukai tempat yang lembab, gelap dan kurang ventilasi. Kemampuan terbang nyamuk ± 10-
36 km dengan siklus hidup 10-14 hari. Disamping itu, nyamuk sangat tertarik oleh suhu tubuh
manusia dan pakaian berwarna gelap.
6.1.4. Tikus
Tikus dan mencit adalah hewan pengerat (rodensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman
pertanian dan perusak barang. Dalam kondisi ideal, sepasang tikus dapat berkembang biak
sebanyak 5-9 ekor per masa kawin dengan masa bunting 19-24 hari. Salah satu kebiasaan
tikus yang dapat mengganggu manusia adalah aktifitas tikus untuk mengasah gigi depannya
agar tidak tumbuh menembus rahangnya. Hal ini dilakukan pada kabel-kabel listrik, bahan yang
terbuat dari kayu, plastik dan bahkan dapat membuat lubang yang dapat merapuhkan pondasi
rumah.
17
Perilaku lain tikus adalah bait shyness, kecurigaanya pada hal yang baru sehingga tikus tidak
mudah dijebak atau diberi racun. Selain itu pula tingkat adaptasi tikus sangat tinggi, sehingga
diperlukan sistem dan teknik yang tepat dalam penanggulangannya.
Faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangbiakan tikus adalah makanan. Mencari
makanan pada malam hari mengandalkan indera peraba, pendengaran dan penciumannya.
Makanan favorit tikus adalah biji –bijian.
6.1.5. Kucing
Kucing (Felis sp) merupakan hewan domestik yang aktif disiang hari, Kucing telah berbaur
dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 6000 SM. Kucing biasanya dapat membentuk
koloni liar dan mempunyai daerahnya sendiri.
Kucing termasuk hewan karnivora yang senang dengan suasana hangat dan sering tidur
dibawah hangatnya sinar matahari. Kotorannya biasanya kering dan kucing suka menguburnya
ditempat berpasir. Pada umumnya kucing tidak tahan pada kabut, hujan dan salju. Masa
kehamilan pada kucing berkisar 63 hari dan dapat mengandung 4 janin sekaligus.
Masalah yang dapat ditimbulkan oleh keberadaan kucing adalah :
1. Merupakan vektor penyakit toxoplasmosis yang dapat mengganggu perkembangan janin
dalam kandungan.
2. Infeksi rabies akibat gigitan kucing yang telah terinfeksi.
3. Air liur kucing dapat memicu alergi pada manusia.
4. Merusak peralatan/perabotan karena kegiatan mencakar untuk meninggalkan lapisan
lama pada kukunya agar tetap tajam dan terpelihara.
18
6.2.2. Exclusion
Melakukan penutupan pada celeh-celah/lubang-lubang tempat masuknya hama serta istirahat
dan berkembang biak.
6.2.3. Sanitation
Melakukan pembersihan secara terjadwal sehingga ruangan tetap bersih dan menghindari
terbentuknya keadaan yang dapat mendukung keberadaan hama seperti terdapatnya sumber
makanan untuk mereka.
6.2.4. Treatment
Treatment merupakan upaya terakhir yang dilakukan utnuk mengurangi jumlah hama atau
bahkan menghilangkan populasi hama yang terdapat disuatu lokasi, yaitu :
6.2.4.1. Pest Control
Pest control adalah cara pencegahan atau pengendalian hama di gedung dengan
memperhatikan faktor lingkungan dan keamanan di sekitar area yang akan di
treatment. Pest control ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Pest control crawling insect
Jenis-jenis treatment untuk crawling insect adalah :
a. Space treatment, yaitu sistem penyemprotan pada tempat
persembunyian hama dengan menggunakan alat khusus B&G sparyer.
Infestasi : kecoa dan semut.
b. Dusting, yaitu treatment hama dengan menggunakan metode pendebuan
untuk tempat-tempat yang kering (shaft kabel, shaft pipa, dll).
Infestasi : Kecoa dan semut.
c. Gelling, yaitu sistem treatment dengan menggunakan gel untuk
ditempatkan di celah-celah sempit.
Infestasi : kecoa jerman.
d. Brushing, yaitu sistem treatment dengan menggunakan kuas khusus
sebagai penghalang agar hama tidak dapat masuk kedalam gedung.
Infestasi : semut.
2. Pest control flying insect
a. Space treatment, yaitu sistem penyemprotan pada tempat
persembunyian hama dengan menggunakan alat B&G Sprayer atau mist
blower.
Infestasi : nyamuk dan lalat.
19
b. Baiting, yaitu penempatan umpan dalam trays dan flushing treatment
yaitu sistem tembak jatuh, bahan kimia disemprotkan ke tempat
hinggapnya hama.
Infestasi : lalat.
c. Abate treatment, yaitu pengendalian nyamuk dengan cara penaburan
abate (larvasida) kedalam genangan air untuk mematikan jentik nyamuk.
d. Fogging treatment, yaitu sistem treatment melalui pengasapan di area
bagian luar.
Infestasi : nyamuk.
6.2.4.2. Rodent Control
Rodent control adalah proses pengendalian tikus dengan menggunakan baiting anti-
koagulan dan rat glue. Pengendalian tikus dengan sistem baiting, maka tikus lain
tidak akan kapok untuk memakan umpan ditempat yang sama. Baiting anti koagulan
ini menyebabkan terganggunya sistem peredaran darah tikus dan lama kelamaan
tikus mati karena kekurangan cairan. Pengendalian tikus dengan cara pengeleman
(rat glue) dilakukan untuk pengendalian tikus didalam bangunan, sehingga apabila
terperangkap akan mudah untuk diketahui dan diamankan.
6.2.4.3. Animal Control
Pengendalian hewan khususnya hewan/binatang pengganggu dapat dilakukan
dengan cara penangkapan baik secara manual maupun mekanis (perangkap),
kemudian dibuang jauh dari rumah sakit.
6.3 PERSYARATAN
1. Kepadatan jentik Aedes sp. yang diamati melalui indeks kontainer harus nol (0).
2. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan nyamuk masuk kedalam
ruangan, terutama di ruangan perawatan.
3. Semua ruangan di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutama pada dapur, gudang
makanan, dan ruangan steril.
4. Tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan tikus terutama pada daerah bangunan tertutup
(core) rumah sakit.
5. Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah sakit.
6. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.
20
6.4 Jumlah dan Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel untuk monitoring keberadaan hama di RSKB dilakukan dengan cara
pengamatan langsung dilapangan tentang keberadaan jentik nyamuk aedes sp, lalat, kecoa, tikus dan
kucing di RSKB.
BAB 7
PENYEHATAN RUANG DAN BANGUNAN RUMAH SAKIT
7.1 PERSYARATAN
7.1.1. PENCAHAYAAN
1. Pencahayaan, penerangan dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus sesuai
dengan peruntukannya.
2. Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan harus mendapatkan cahaya
dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
3. Ruang pasien atau bangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk
malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik
yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.
4. Pencahayaan setiap ruangan dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku, dapat dilihat
pada Pedoman K3RS.
7.1.2. PENGHAWAAN
1. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekana lebih positif sedikit (minimum 0,10 mbar)
dibandingkan ruangan lainnya.
2. Ruangan operasi menggunakan penghawaan mekanis (AC) yang dilengkapi dngan HEPA
filter.
3. Pertukaran udara diruang operasi minimal 12 -15 kali/jam
4. Pengaturan udara di ruang isolasi penyakit menular menggunakan tekanan negatif.
5. Sistem suhu dan kelembapan hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga dapat
menyediakan suhu dan kelembapan sesuai dengan peruntukannya.
6. Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam ruangan harus
cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku).
7. Untuk menyesuaikan sisi ruangan agar tidak terlalu dingin atau tidak terlalu hangat maka
disediakan tombol pengatut suhu disetiap ruangan.
21
Penghawaan (Suhu, kelembapan dan tekanan udara) setiap ruangan dapat dilihat pada
Pedoman K3RS.
7.1.3 KEBISINGAN
Tingkat kebisingan diatur sesuai dengan fungsi ruangan dapat dilihat pada Pedoman K3RS.
Kebisingan dapat dikendalikan dengan cara :
1. Pada sumber bising di dalam rumah sakit dapat di lakukan peredaman, penyekatan,
pemindahan, pemeliharaan mesin yang menjadi sumber.
2. Pada sumber bising di luar rumah sakit dapat dilakukan penyekatan/penyerapan
bising dengan penanaman pohon dan meninggikan tembok.
22
Tabel 7.1 Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit
Konsentrasi Maksimum
No Ruang atau Unit Mikro-organisme per m3
Udara (CFU/ m3)
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 ICU 200
5 Laboratorium 200-500
6 Radiologi 200-500
7 Sterilisasi 200
8 Dapur 200-500
9 Gawat Darurat 200
10 Administrasi 200-500
Tabel 7.2 Indeks Kadar Gas dan Bahan Berbahaya dalam Udara Ruang Rumah Sakit
Rata-rata Waktu Konsentrasi Satuan
No Parameter Kimiawi
Pengukuran Maksimal
1 Karbon monoksida (CO) 8 jam 10.000 µg/m3
2 Karbon dioksida (CO2) 8 jam 1 ppm
3 Timbal (Pb) 1 jam 0,5 µg/m3
4 Nitrogen dioksida (NO2) 1 jam 200 µg/m3
5 Radon (Rn) - 4 pCi/liter
6 Sulfur dioksida (SO2) 24 jam 125 µg/m3
7 Formaldehida (HCHO) 30 menit 100 g/m3
8 Total senyawa organic yang
- 1 Ppm
mudah menguap (T.VOC)
23
7.2.1.2. Tempat Pemeriksaan Sampel
Sampel dicatat sesuai dengan angka yang tertera pada monitor alat sampling langsung
ditempat pengambilan sampel, yang dilakukan oleh staf sanitasi yang telah terlatih.
24
7.4. KADAR GAS DALAM UDARA
Kadar gas dalam udara dimonitor sewaktu-waktu apabila diindikasikan ada kebocoran gas atau
munculnya bau-bauan asing didalam gedung RSKB. Pemeriksaan kadar gas dalam udara ini
dilakukan oleh laboratorium yang ditunjuk oleh RSKB dan direkomendasikan oleh Pemerintah.
BAB 8
HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN, LAUNDRY
SERTA DESINFEKSI DAN STERILISASI
25
2. Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi, mnghilangkan jumlah mikroorganise
pathogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi.
3. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik
dan kimiawi.
8.3.2. Persyaratan
Hasil akhir proses sterilisasi harus bebas dari mikroorganisme hidup.
Pembahasan secara lengkap tentang proses desinfeksi ruangan dapat dilihat pada Pedoman
Unit Housekeeping, dan Pedoman CSSD untuk dekontaminasi linen dan instrumen medis
untuk persiapan operasi.
26
BAB 9
SARANA DAN PRASARANA SERTA PEMELIHARAAN
9.1. INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH, AIR MINUM DAN AIR UNTUK KEPERLUAN KHUSUS
9.1.1. Instalasi Pengolahan Air Bersih/Water Treatment Plant (WTP)
Agar air sumur dalam dapat memenuhi persyaratan kualitas yang berlaku, maka diperlukan instalasi
pengolahan air bersih, yaitu :
1. Ruang Break tank
Ruang breaktank merupakan tempat penampungan air pertama sebelum diolah di ruang Water
Treatment Plant (WTP). Pada breaktank pula terdapat pembubuhan desinfektan pertama untuk
mengurangi mikroorganisme yang dapat masuk kedalam pengolahan air bersih.
Perawatan untuk ruangan ini berupa pembersihan yang dilakukan setiap 4 bulan sekali.
2. Ruang Water Treatment Plant
Ruang Water Treatment terdiri dari tiga unit pengolahan air, yaitu unit sand filter, unit green sand
dan unit karbon filter. Ketiga unit pengolah tersebut dilengkapi dengan pompa filter. Masing-masing
unit pengolah tersebut perlu dilakukan perawatan untuk mempertahankan/menjaga kualitas air
yang telah diolah. Dibawah ini adalah perawatan dari masing-masing unit pengolahan:
a. Sand Filter
Sand filter berfungsi untuk menyisihkan jumlah partikel atau padatan yang tersuspensi pada
air baku.
Perawatan yang dilakukan pada sand filter adalah:
• Backwash secara automatic 3 kali dalam 1 hari.
• Penggantian media pasir dengan periode 2 tahun sekali atau jika media sudah
jenuh.
b. Green Sand
Green sand berfungsi untuk menurunkan kadar besi dan mangan pada air baku.
Perawatan yang dilakukan pada media green sand adalah sebagai berikut:
• Backwash secara automatic 1 hari sekali.
• Penggantian media minimal 2 tahun sekali atau jika media sudah jenuh.
27
c. Karbon Aktif
Karbon Aktif berfungsi untuk menyisihkan bau, warna, zat organik dan mengurangi kadar
klor pada air baku. Perawatan yang dilakukan pada media karbon aktif adalah sebagai
berikut:
• Backwash automatic 3 hari sekali.
• Penggantian media minimal 2 tahun sekali atau jika media sudah jenuh.
3. Ruang Pompa
Ruang Pompa adalah salah satu tempat penyimpanan pompa. Salah satu pompa yang
berada di ruang pompa adalah pompa trasmisi yang berfungsi untuk mentransmisikan air
yang berada di penampungan sementara (ground reservoir) ke bak penampungan akhir
(Roof Tank).
4. Ruang Penampungan Air
RSKB mempunyai 2 ruang tangki air, yaitu ruang penampungan sementara
Ruang penampungan air ini membutuhkan perawatan, seperti pengurasan dan
pembersihan tempat penampungan.
5. Sistem Distribusi Air Bersih
Sistem distribusi air bersih yang ada di RSKB menggunakan sistem pompa air
Air yang sudah mengalami proses pengolahan ditampung di bak penampungan air (Roof
Tank) untuk didistribusikan ke outlet-outlet air bersih di masing-masing lantai dan ruangan.
Dengan adanya proses pengolahan air dan distribusi ini diharapkan kualitas air bersih
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Diagram alir Water Treatment Plant dalat dilihat
pada gambar 9.1.
28
9.2. INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH
9.2.1. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah instalasi yang berfungsi untuk mengolah air limbah di RSKB
sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif bagi lingkungan.
Air limbah yang diolah oleh instalasi air limbah (Sewage Treatment Plant (STP)) meliputi:
1. Air Limbah laundry
2. Air Limbah dapur
3. Air Limbah specimen laboratorium
4. Air Limbah kegiatan medis (contoh : darah)
5. Air Limbah kamar mandi, dan
6. Semua air limbah dari pelayanan rumah sakit, administrasi rumah sakit dan lain-lain
Instalasi pengolahan air limbah yang dimiliki oleh RSKB terdiri dari 3 jenis pengolahan yaitu pengolahan
fisika, biologi dan kimia.
Setelah dilakukannya pengolah limbah diharapkan effluent yang dikelola sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Instalasi Pengolahan Air Limbah harus memiliki ijin yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat.
Instalasi Pengolahan Air Limbah RSKB terdiri dari beberapa unit pengolahan yaitu:
1. Grease Trap
Grease trap adalah unit yang berfungsi untuk memisahkan lemak dari air.
2. Bak Aerasi
Bak aerasi adalah bak yang berisikan bakteri yang berfungsi untuk menyisihkan atau
menguraikan zat-zat organik dalam air. Bak aerasi ini dilengkapi dengan supplai oksigen yang
berasal aerator.
3. Bak Sedimentasi Biologi
Bak sedimentasi biologi adalah bak yang berfungsi untuk mengendapkan flok-flok atau partikel
yang besar yang terbentuk akibat aktifitas bakteri.
4. Static Mixer
Static mixer adalah alat yang berfungsi untuk proses koagulasi atau pencampuran bahan kimia
dengan air sehingga terbentuk flok yang mudah mengendap.
5. Bak Sedimentasi Kimia
Bak sedimentasi kimia sama halnya seperti sedimentasi biologi, yang membedakan dari bak
sedimentasi ini adalah flok yang terbentuk pada bak ini berasal dari proses flokulasi oleh bahan
kimia atau floakulan.
6. Break tank
29
Break tank berfungsi untuk menyeragamkan aliran air yang akan dialirkan pada proses filtrasi. Air
dari bak sedimentasi kimia ditampung dalam tanki ini, setelah mencapai level tertentu air akan
dipompakan ke unit selanjutnya.
7. Sand Filter
Sand filter adalah saringan pasir yang berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang ukurannya
lebih kecil yang tidak mampu diendapkan di bak sedimentasi. Perawatan sand filter yang ada
pada instalasi ini adalah dengan proses backwash setiap hari dan penggantian media dengan
periode 2 tahun sekali.
8. Carbon Filter
Carbon filter adalah media yang berfungsi untuk menurunkan warna, organik, sisa khlor dan bau.
Perawatan yang dilakukan pada media carbon berupa:
- Penggantian media karbon 1 tahun sekali atau pada saat media sudah jenuh.
9. Bak Penampungan Air
Bak penampungan air untuk siram taman berkapasitas ± 35 m 3, dibuat dari konstruksi beton
bertulang.
10. Khlorinasi
Khlorinasi adalah proses pembunuhan bakteri oleh unsur chlor. Namun selain proses
pembunuhan bakteri, khlorinasi ini juga dapat berfungsi sebagai proses pengoksidasian besi dan
mangan serta proses pengendapan pospat.
30
BAB 10
PERALATAN DAN BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN
10.1. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada unit sanitasi adalah peralatan untuk memonitor kualitas air baik
kualitas air bersih, air limbah maupun udara dan peralatan untuk proses atau pendukung sarana
fisik.
Berikut ini adalah peralatan yang dimiliki oleh Unit Sanitasi Santosa Hospital (SH) untuk monitoring
kualitas:
1. pH meter
pH meter berfungsi untuk mengukur pH atau tingkat keasaman/basa suatu cairan.
2. Dissolve Oxygen Meter
Dissolve oxygen meter berfungsi sebagai alat pengukur Dissolve oxygen didalam air.
3. Turbidity Meter
Turbidity meter berfungsi sebagai alat pengukur kekeruhan air.
4. Spectrophotometer
Spectrophotometer merupakan alat yang dapat mengukur kadar suatu zat kimia didalam air
dengan menggunakan warna dan cahaya.
5. Conductivity Meter
Conductivity meter berfungsi sebagai alat pengukur daya hantar listrik pada air.
6. TDS meter
TDS meter berfungsi sebagai alat pengukur Total Dissolved Solid pada air
7. Air Sampler
Air Sampler adalah alat bantu untuk memasukan udara kedalam kaca petri untuk pengukuran
mikrobiologi udara.
8. Hardness Meter/Test Kit
Hardness meter/test kit merupakan alat yang berfungsi sebagai pengukur kesadahan air.
9. Thermometer
Thermometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu pada air dan ruangan.
10. Sound analyzer
Sound analyzer merupakan alat yang berfungsi sebagai pengukur kebisingan.
11. Humidity meter
Humidity meter merupakan alat yang berfungsi sebagai pengukur kelembapan ruangan.
12. Differential Pressure meter
31
Differential Pressure Meter berfungsi untuk mengukur perbedaan tekanan udara antara 2
ruang.
Peralatan yang berguna untuk monitoring kuantitas dari air dan udara:
1. Air flow (balometer)
Balometer merupakan alat yang berfunsi sebagai pengukur debit udara yang masuk atau
keluar dari suatu ruangan.
2. Water meter
Water meter merupakan alat yang berfungsi sebagai pengukur debit air dalam suatu saluran
(pipa).
Sedangkan peralatan sebagai pendukung sarana fisik yang digunakan di RSKB Cinta Kasih Tzu
Chi adalah sebagai berikut:
1. Mixer
Alat yang digunakan untuk mencampur cairan dengan cairan ataupun cairan dengan padatan.
2. Pressure Gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan aliran air pada pipa.
3. Dosing Pump
Alat yang digunakan untuk memasukan zat kimia kedalam saluran air.
4. Pompa
Alat yang diguanakn untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain yang
tidak dapat dialirkan secara gravitasi.
Alat-alat tersebut diatas sangat memerlukan pemeliharaan untuk mempertahankan kondisi/
kualitas dari produk pengolahan ataupun sarana dan prasarana. Perawatan dari peralatan ini
adapalh beripa pembersihan dan kalibarasi, sedangkan perawatan pendukung sarana fisik
dilakukan preventive maintenance bersama-sama dengan maintenance building.
32
dari kondisi air baku ataupun kondisi tingkat pencemar. Di bawah ini adalah desinfektan
yang digunakan oleh Unit Sanitasi:
- Desinfektan air : Chlor baik yang berupa Natrium Hipochlorit maupun Calsium
Hipoclorit dengan tingkat residu free chlorine 0.2-0.5 ppm.
- Desinfektan pipa : Menggunakan Hidrogen Peroksida dengan konsentrasi 2-5%.
33
Tabel 10.1 Bahan Kimia yang dapat Digunakan untuk Pengendalian Serangga dan Tikus
No Nama Bahan Aktif Jenis Hama Keterangan
dalam Pestisida
1. Cypermethrin 100 EC Nyamuk, semut, lalat, Berbentuk cair
kecoa
2. Chlorvirifos 480 EC Nyamuk, semut, lalat, Berbentuk cair
kecoa
3. Dichlorovos 500 EC Nyamuk, semut, lalat, Berbentuk cair
kecoa
4. Lambda-cyhalothrin 25 Nyamuk, semut, lalat, Berbentuk cair
EC kecoa
5. Temephos Larva nyamuk Granule
6. Thiametoxam Lalat Granule
7. Brodifacoum Tikus Padat
8. Bromadiolone Tikus Digunakan sebagai racun
alternatif
9. Coumatetralyl Tikus Berbentuk tepung, dapat
dicampurkan dengan
makanan yang disukai tikus.
10. Lem Tikus Tikus Digunakan sebagai
perangkap tikus
34
BAB 11
PATIENT & STAFF SAFETY, INFECTION PREVENTION & CONTROL DI UNIT SANITASI
35
No Nama Kegiatan Lokasi APD yang Digunakan
- Bridge Tank
4 Pemeriksaan Kualitas - WTP - Masker
Air - Sarung Tangan
8 Pengelasan - Semua Area - Masker
- Pelindung muka
- Kacamata Las
- Sarung Tangan
- Sepatu safety
9 Perbaikan instalasi - Semua Area - Helm
- Sarung Tangan
- Sepatu Safety
36
i. Melakukan perbaikan yang diperlukan.
ii. Berkoordinasi dengan :
- Kepala Bagian Umum
- Kepala Keperawatan
- Manager Pelayanan Medis
- Kepala Ruangan-Ruangan
- Pihak luar (vendor) yang berkepentingan untuk melakukan perbaikan
Untuk penanganan pemakaian air sebelum kerusakan dapat diperbaiki. Secara
lebih jelasnya mengenai penanganan penanggulangan apabila supply air bersih
terhenti dibahan pada prosedur/SOP tersendiri.
2. Terjadi Pencemaran pada Air Sumur Dalam
a. Prosedur Pencegahan Keselamatan
i. Memonitoring kualitas air sumur dalam secara berkala.
ii. Memonitoring kualitas air pada saat diolah pada WTP.
iii. Mengganti media WTP secara berkala.
b. Prosedur Penanggulangan
Apabila terjadi pencemaran pada air bersih, maka yang harus dilakukan adalah :
i. Membuang /mendrain air yang berada di bak penampungan,
ii. Menghubungi PDAM/Vendor penyedia air bersih untuk menyuplai ke SBIH.
iii. Berkoordinasi dengan :
- GA & HRD Senior Manager
- Nursing Senior Manager
- Medical Senior Manager
- HK & Laundry Manager
- Manager on duty
Untuk penanganan pemakaian air sebelum masalah dapat teratasi.
3. Terputusnya Supply Air Baku karena Bencana Alam
Apabila terjadi terputusnya supply air baku karena bencana alam, maka yang harus
dilakukan adalah :
a. Menghubungi PDAM/Vendor penyedia air bersih untuk menyuplai ke SBIH.
b. Melakukan perbaikan yang diperlukan.
c. Berkoordinasi dengan :
- GA & HRD Senior Manager
- Nursing Senior Manager
37
- Medical Senior Manager
- HK & Laundry Manager
- Manager on duty
- Pihak luar (vendor) yang berkepentingan untuk melakukan perbaikan
Untuk penanganan pemakaian air sebelum masalah dapat teratasi.
BAB 12
MONITORING, EVALUASI & CONTINUOUS IMPROVEMENT
12.1. MONITORING
Monitoring adalah suatu upaya untuk mengamati dan melihat hasil (kualitas dan kuantitas) dari
proses/semua kegiatan yang terdapat pada Sanitasi Rumah Sakit, yaitu dengan cara:
12.1.1. Monitoring yang Dilakukan
1. Walk Trough Survey penanganan pekerjaan di unit sanitasi.
2. Melakukan pengambilan sampel mikrobiologi terhadap : udara, lantai, dinding,
makanan, instrumen medis dan linen.
3. Melakukan monitoring terhadap kualitas air.
4. Melakukan monitoring terhadap hama, serangga, tikus dan hewan pengganggu
lainnya.
5. Melakukan monitoring terhadap kebisingan, pencahayaan dan penghawaan ruangan.
6. Melakukan monitoring terhadap makanan, instrumen medis dan linen.
12.1.3. Indikator
Input Proses Output
• Staf sanitasi yang • Kecepatan waktu • Angka E. Coli, Bau, Warna, TDS,
memenuhi kualitas menanggapi kerusakan alat Kekeruhan, Kesadahan, Besi, Mangan
• Ketepatan kalibrasi maksimal 15 menit ≤ 20% dan pH pada air bersih melebihi baku
alat 100% • Ketepatan waktu mutu lingkungan = 0
• Perizinan unit sanitasi pemeliharaan alat 100% • Angka E. Coli, Coliform, Bau, Warna,
38
100% • Kecepatan waktu TDS, Kekeruhan, Kesadahan, Besi,
penanganan hama tikus Mangan dan pH pada air minum
didalam gedung adalah 20 melebihi baku mutu lingkungan = 0
hari (masa bunting tikus) • Angka pH, Total available chlorine,
• Kecepatan waktu Kesadahan, oxidisable substances,
penanganan kucing di calcium, heavy metals, nitrite, sulphate,
lingkungan rumah sakit 2 zinc dan microbial contamination pada
minggu. air RO Hemodialisa melebihi baku
mutu yang telah ditetapkan = 0
• Angka conductivity pada air RO untuk
mesin modular lab sandia yang
melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan = 0
• Angka jentik nyamuk aides sp = 0
12.2. EVALUASI
Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk mengukur kinerja dari program-program Sanitasi, evaluasi
dilakukan terhadap :
12.2.1. Data Hasil Monitoring
Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk grafik, kemudian dibandingkan
dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Data dibuat trend dan dilakukan analisa setiap
6 bulan sekali.
Data dibandingkan dengan standar atau nilai yang diharapkan dari setiap indikator /
parameter yang diukur.
Analisa dilakukan untuk mencari penyebab dari penyimpangan yang ditemukan dari proses
pengumpulan data.
39
12.2.2. Hasil Proses Monitoring
Selain melakukan analisa data indikator yang diukur, analisa juga dilakukan terhadap data
subjektif hasil pengawasan (observasi) pelaksanaan SOP di lapangan. Adapun proses-
proses yang esensial untuk dilakukan pengawasan di lapangan oleh supervisor Sanitasi :
1. Proses penyediaan air bersih,
2. Proses pengelolaan limbah cair,
3. Proses pengolahan limbah padat,
4. Proses pengendalian hama,
5. Preventive maintenance,
6. Proses pengambilan sampel,
7. Proses perbaikan dan perawatan,
40
BAB 13
STAFF DEVELOPMENT
41
BAB 14
PENUTUP
Pedoman Sanitasi Rumah Sakit ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi semua pihak dalam
melaksanakan mengelola lingkungan ataupun sekitar rumah sakit , Sehingga RSKB Cinta Kasih Tzu Chi
tidak adanya dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar akibat kegiatan rumah sakit.
42