Anda di halaman 1dari 42

Lampiran Surat Keputusan Direktur RSKB Cinta Kasih Tzu Chi

Nomor : 102/SK/DIR/04/2015

Tentang

PEDOMAN SANITASI RUMAH SAKIT

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Lingkungan adalah salah satu faktor yang mendukung proses penyembuhan pasien, tetapi lingkungan juga
dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada pasien, karyawan maupun pengunjung rumah sakit. Selain itu
lingkungan yang buruk juga dapat menyebabkan meningkatnya kasus penyakit dalam lingkungan kerja. Oleh
karena itu dalam menunjang kegiatan-kegiatan yang terdapat pada rumah sakit perlu didukung dengan kondisi
lingkungan yang baik.
Untuk menciptakan lingkungan yang baik, yang mana menjadi salah satu indikator mutu dari rumah sakit,
maka RSKB Cinta Kasih Tzu Chi membentuk suatu unit yang khusus menangani lingkungan yaitu Unit
Sanitasi.

1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan rumah sakit yang aman dan sesuai dengan standard yang ditetapkan oleh
pemerintah setempat.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Sebagai pedoman dalam menciptakan dan menjaga lingkungan rumah sakit yang baik.
2. Sebagai panduan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
3. Sebagai panduan untuk menciptakan ruang kerja yang sehat.
4. Untuk menjamin lingkungan yang aman bagi pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit.
5. Untuk menjamin tidak adanya dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar akibat
kegiatan rumah sakit.

1
1.3. LANDASAN DAN REFERENSI
Dasar-dasar pengelolaan lingkungan yang berhubungan dengan Unit Sanitasi adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.18 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat
dan Pengawasan Kualitas Air.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
8. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah B3.
9. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor Kep-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

1.4. RUANG LINGKUP


1.4.1. Planning
1. Mengidentifikasi dan menginventarisir instalasi dan peralatan di Unit Sanitasi.
2. Mengumpulkan peraturan dan literatur yang terkait dengan Unit Sanitasi.
3. Menyusun Pedoman Sanitasi.
4. Pengorganisasian.
5. Penyusunan kebijakan dan prosedur dibidang Sanitasi Rumah Sakit.
6. Berkoordinasi dengan :
a. Direktorat & Komite Keperawatan,
b. Direktorat & Komite Medik,
c. Direktorat Umum dan SDM,
d. Direktorat Keuangan,
e. Departemen Mutu,
f. Tim K3 RS,
g. KPPI, dan
h. KKP-MRK.

2
1.4.2. Action
1. Penyediaan Air Bersih, Air Minum dan Air untuk Keperluan Khusus.
2. Penanganan Darurat pada saat Pelayanan Air Terganggu.
3. Pengolahan Limbah Cair.
4. Pengolahan Limbah Padat/Sampah (umum dan medis).
5. Pengendalian Hama Serangga, Tikus dan Hewan Pengganggu.
6. Penanganan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), dibahas pada Pedoman Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun Rumah Sakit dan Pedoman Sistem Manajemen Limbah Rumah Sakit.
7. Penyehatan Ruang dan Bangunan Rumah Sakit, dan
8. Hygiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman, Laundry serta Desinfeksi dan Sterilisasi.

1.4.3. Monitoring
1. Melakukan pengambilan sampel mikrobiologi udara, lantai, dinding, makanan, linen dan
instrumen medis.
2. Melakukan monitoring terhadap kualitas air.
3. Melakukan monitoring hama serangga, tikus dan hewan pengganggu.
4. Melakukan monitoring terhadap kebisingan, pencahayaan dan penghawaan ruangan.

1.4.4. Evaluation
Menganalisa hasil monitoring.

1.4.5. Continuous Improvement


Melakukan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.

3
BAB 2
PENGORGANISASIAN

2.1. STRUKTUR ORGANISASI


Unit Sanitasi adalah suatu unit yang berada di Departement Maintenance yang dikepalai oleh seorang
supervisor. Di bawah ini adalah struktur organisasi Unit Sanitasi.

Ka Logistik &
Maintenance
Direktorat & Komite Keperawatan,
Direktorat & Komite Medik,
Direktorat Umum & SDM,
Supervisor Direktorat Keuangan,
Maintenance Departemen Mutu,
Tim K3 RS,
KPPI, dan
Koodinator KPP-MRK.
Sanitasi

Staf Teknisi dan Staf Teknisi Staf Teknisi


Analis Sanitasi Sanitasi Sanitasi

2.2. URAIAN TUGAS


2.2.1. Supervisor Sanitasi
2.2.1.1. Tugas dan Wewenang
1. Membuat pedoman sanitasi yang berhubungan dengan tugas pokok supervisor
sanitasi.
2. Merencanakan dan melaksanakan program kerja unit sanitasi.
3. Menyusun dan mengevaluasi Standard Operational Procedure (SOP) yang
dibutuhkan.
4. Menyusun dan mengevaluasi uraian tugas dari staf dibawah koordinasinya.
5. Melaksanakan dan memantau pelaksanaan harian kegiatan di unit sanitasi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
6. Memberikan penilaian kerja (performance appraisal) staf dibawah koordinasinya.
7. Melakukan evaluasi terhadap kinerja staf dibawah koordinasinya.

4
8. Melaksanakan pembinaan, bimbingan, dan pengembangan karir staf sesuai dengan
visi, misi yang ditetapkan agar tercipta suasana atau iklim kerja yang dapat
meningkatkan produktivitas kerja.
9. Mengawasi dan mengevaluasi pemakaian barang-barang inventaris di unit sanitasi.
10. Melakukan monitoring, pengawasan dan menjaga agar kualitas air bersih, air minum,
dan air buangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
11. Melakukan dan mengawasi kegiatan monitoring kualitas lingkungan (kebisingan,
pencahayaan, penghawaan, mikrobiologi makanan dan linen serta instrumen medis,
instrumen medis, kualitas udara dan pergantian udara di ruang kritis) serta
melakukan pengawasan terhadap monitoring keberadaan hama, tikus, kucing dan
hewan pengganggu lainnya yang dilakukan oleh pihak pest control.
12. Memantau kinerja outsourching pest control dalam tugaasnya sebagai pengendali
hama, tikus dan hewan pengganggu lainnya.
13. Membuat evaluasi serta perbaikan sistem, baik mengenai penyediaan air bersih,
pengolahan air buangan, pengelolaan limbah padat (sampah) maupun pengelolaan
Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
14. Menyusun anggaran untuk pelaksanaan pemeliharaan rutin/berkala.
15. Melaksanakan pengawasan terhadap kedatangan material/komponen mesin,
penyimpanan maupun pengunaannya.
16. Membina hubungan baik dengan pihak lain di luar rumah sakit untuk kepentingan
rumah sakit.
17. Bersama-sama dengan Komite Pencegahan Penyakit Infeksi (KPPI) melakukan
program KPPI.
18. Bersama-sama dengan Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melaksanakan
program K3.

2.2.2. Koordinator Sanitasi


2.2.2.1 Tugas dan Wewenang
1. Membuat file surat menyurat di unit Sanitasi termasuk penyusunan SOP.
2. Membuat Permintaan Barang (PB).
3. Membuat risalah rapat pada setiap rapat Sanitasi.
4. Merekap checklist harian teknisi sanitasi.
5. Bertanggung jawab terhadap keberadaan seluruh dokumen di unit Sanitasi.
6. Bertanggung jawab terhadap ekspedisi surat ataupun dokumen baik untuk maupun
dari Sanitasi.

5
7. Mendata/mendokumentasikan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) yang digunakan
oleh unit terkait.
8. Membuat label dan simbol pada kemasan B3 dan limbah B3 sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
9. Melakukan monitoring dan pengawasan proses pelabelan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, penggunaan B3.
10. Melakukan monitoring dan pengawasan proses pelabelan, pemilahan, penyimpanan
dan pembuangan limbah B3.
11. Melakukan monitoring keberadaan Material Safety Data Sheets (MSDS) di setiap
tempat penyimpanan B3 dan limbah B3.
12. Melakukan monitoring/pemeriksaan kualitas air harian.
13. Melakukan kalibrasi bulanan peralatan lab sanitasi.
14. Melakukan pekerjaan perawatan dan atau perbaikan sesuai dengan instruksi atasan.
15. Melakukan perawatan dan atau perbaikan dengan cepat dan tuntas.
16. Melakukan koordinasi dengan atasan dalam melakukan pekerjaan.
17. Memberikan masukan kepada atasan dalam memperbaiki sistem yang sudah ada.
18. Membuat laporan kerja harian yang ditandatangani oleh atasan.
19. Menjaga dan merawat inventaris perusahaan serta kebersihannya.
20. Memantau pelaksanaan harian kegiatan di unit Sanitasi sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan bersama-sama dengan Supervisor Sanitasi.

2.2.3. Teknisi dan Analis


2.2.3.1. Tugas dan Wewenang
1. Melakukan monitoring penghawaan, kebisingan dan pencahayaan lingkungan.
2. Melakukan pengambilan sampel air untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak
laboratorium yang ditunjuk oleh RSKB Cinta Kasih Tzu Chi
3. Melakukan pengambilan sampel mikrobiologi pada udara, dinding, lantai, linen,
instrumen medis dan makanan.
4. Melakukan sanitasi dispenser.
5. Mengelola gudang penyimpanan limbah B3.
6. Melakukan pekerjaan perawatan dan atau perbaikan sesuai dengan instruksi atasan.
7. Melakukan perawatan dan atau perbaikan dengan cepat dan tuntas.
8. Melakukan koordinasi dengan atasan dalam melakukan pekerjaan.
9. Memberikan masukan kepada atasan dalam memperbaiki sistem yang sudah ada.
10. Membuat laporan kerja harian yang ditandatangani oleh atasan.

6
11. Menjaga dan merawat inventaris perusahaan serta kebersihannya.

2.2.4. Teknisi Sanitasi


2.2.4.1 Tugas dan Wewenang
1. Melaksanakan pekerjaan perbaikan atau perawatan sesuai dengan instruksi atasan
atau jadwal perbaikan atau perawatan.
2. Melakukan perbaikan dan perawatan dengan cepat dan tuntas.
3. Melakukan pembakaran sampah medis sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
atau instruksi atasan.
4. Melakukan koordinasi dengan atasan dalam melakukan pekerjaan.
5. Memberikan masukan kepada atasan dalam memperbaiki sistem yang sudah ada.
6. Membuat laporan kerja harian yang ditandatangani oleh atasannya.
7. Melakukan preventive maintenance alat.
8. Menjaga dan merawat inventaris perusahaan serta kebersihannya.
9. Mengumpulkan data dan mengidentifikasi B3 di setiap unit.
10. Mengawasi penyimpanan B3 disetiap unit.

7
BAB 3
PELAYANAN UNIT SANITASI

3.1. PENGELOLAAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM


3.1.1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat diminum
apabila telah dimasak.
3.1.2. Air Minum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum

3.2. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR


Limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme dan bahan kimia beracun yang berbahaya bagi
lingkungan. Maka dari itu, diperlukan suatu unit pengolah air limbah rumah sakit agar air yang dibuang ke
badan air penerima (saluran air/sungai) tidak mengandung bahan berbahaya.
Pengelolaan limbah cair dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pengelolaan limbah cair domestik, dan
2. Pengelolaan limbah cair Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Pengelolaan limbah cair ini dapat dilihat pada Pedoman Sistem Manajemen Limbah Rumah Sakit
sedangkan Instalasi pengolah limbah cair dapat dilihat pada bab 5 pedoman ini.

3.3. PENGELOLAAN LIMBAH PADAT


Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan
rumah sakit yang terdiri dari limbah medis dan non medis.
Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis
yang berasal dari dapur perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
teknologinya.
Pengelolaan limbah padat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pengelolaan limbah padat domestik, dan
2. Pengelolaan limbah padat B3.

8
Pengelolaan limbah padat ini dapat dilihat pada Pedoman Manajemen Limbah Rumah Sakit, Instalasi
pengolahan limbah padat B3 dapat dilihat pada Pedoman Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Rumah Sakit.

3.4. PENGENDALIAN HAMA SERANGGA, TIKUS DAN HEWAN PENGGANGGU


Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya untuk mengurangi populasi
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor penularan
penyakit, untuk pelaksanaan pengendalian ini dilakukan oleh out sourching pest control dan diawasi oleh
Unit Sanitasi.

3.5. PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA


Bahan berbahaya dan beracun adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya. Maka dari itu
penanganan B3 memerlukan penanganan serius dan sistematik, yang tertuang dalam Pedoman
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Rumah Sakit.

3.6. PENYEHATAN RUANG DAN BANGUNAN RUMAH SAKIT


Ruang bangunan dan halaman ruamh sakit adalah semua ruangan/unit dan halaman yang ada di dalam
batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan dan kegiatan rumah sakit.
Penyehatan ruang dan bangunan ruamah sakit meliputi :
1. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit,
2. Penghawaan ruang bangunan,
3. Kebisingan, dan
4. Penyehatan/Kebersihan ruang bangunan dan halaman (dibahas pada Pedoman Unit Rumah Tangga ).

3.7. HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN ; LAUNDRY SERTA DESINFEKSI DAN
STERILISASI
3.7.1. HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN
Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang disajikan dari
dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang dijual didalam
lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan.

9
Persyaratan penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dibahas pada bab 8 pedoman ini, akan
tetapi gambaran lebih jelas tentang penyehatan Hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
dapat dilihat pada Pedoman Pengelolaan Makanan.

3.7.2. PENGELOLAAN TEMPAT PENCUCIAN LINEN (LAUNDRY)


Laundry rumah sakit bekerja sama dengan pihak ketiga
Persyaratan kualitas linen dapat dilihat pada bab 8 dan pengelolaan tempat pencucian linen secara
lebih jelas dapat dilihat pada Pedoman Unit Laundry.

3.7.3. DISINFEKSI DAN STERILISASI


Dekontaminasi adalah upaya untuk mengurangi dan/atau menghilangkan kontaminasi oleh
mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan ruangan melalui disinfeksi dan sterilisasi
dengan cara fisik dan kimiawi.
Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme pathogen
penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi.
Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganise dengan cara fisik dan kimiawi.
Persyaratan kualitas dekontaminasi dapat dilihat pada bab 8, sedangkan proses dekontaminasi
instrument medis dan linen untuk persiapan Operasi secara jelasnya dapat dilihat pada Pedoman
CSSD dan proses disinfeksi ruangan dapat dilihat pada Pedoman Unit Rumah Tangga

10
BAB 4
PENGELOLAAN AIR BERSIH, AIR MINUM DAN
AIR UNTUK KEPERLUAN KHUSUS

4.1. PENGADAAN DAN PERLETAKAN


4.1.1. Air Bersih
Air bersih yang digunakan di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi berasal dari air PAM yang diolah
dalam Water Treatment Plant (WTP) agar kualitasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
WTP ini terletak digedung pengelola Rusun Cinta Kasih Tzu Chi.

4.1.2. Air Minum


Air minum yang digunakan di RSKB terdiri atas 2 sumber, yaitu :
1. Air bersih RSKB yang telah dimasak.
Air bersih yang telah dimasak di dapur RSKB, digunakan sebagai air panas dalam termos
untuk pasien.
2. Outsourching perusahaan air minum.
Air minum yang berasal dari outsourching digunakan untuk keperluan minum pasien dan
karyawan yang berada di tiap lantai. Outsourching yang dipakai berasal dari 2 perusahaan
untuk mencegah terjadinya krisis air minum yang disebabkan terganggunya pelayanan dari
salah satu perusahaan outsourching. Air minum ini disimpan semetara di gudang gallon
RSKB yang terletak di dapur RSKB sebelum didistribusikan ke unit yang membutuhkan.
Pengadaan air minum dilakukan oleh Purchasing dan pendistribusiannya dilakukan oleh
Departemen Rumah Tangg.

4.2. PERSYARATAN
4.2.1 Kualitas Air Bersih
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Persyaratan Kualitas Air Bersih
Batas
No Parameter Satuan
Maks
FISIKA
1 Bau - tdk.berbau
2 Zat Padat Terlarut mg/l 1500
3 Kekeruhan NTU 25

11
4 Warna TCU 50

KIMIA ANORGANIK
1 Alumunium mg/l 0,2
2 Besi mg/l 1
3 Florida mg/l 1,5
4 Kadmium mg/l 0,005
5 Kesadahan mg/l 500
6 Klorida mg/l 600
7 Kromium heksavalent mg/l 0,05
8 Mangan mg/l 0,5
9 Nitrat, sebagai N mg/l 10
10 Nitrit, sebagai N mg/l 1
11 pH - 6,5-9,0
12 Seng mg/l 15
13 Sianida mg/l 0,1
14 Sulfat mg/l 400

KIMIA ORGANIK
1 Detergent mg/l 0,5
2 Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
3 Sisa Klor mg/l 0,2-0,5

MIKROBIOLOGI
1 Total Coliform T.Coli/100 ml 50

4.2.2. Kualitas Air Minum


Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum dan dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Persyaratan Kualitas Air Minum
Batas
No Parameter Satuan
Maks
FISIKA
1 Bau - tdk.berbau
2 Zat Padat Terlarut mg/l 1000
3 Kekeruhan NTU 5
4 Warna Skala PtCo 15

KIMIA ANORGANIK
5 Alumunium mg/l 0,2
6 Amoniak mg/l 1,5
7 Arsen mg/l 0,01
8 Besi mg/l 0,3
9 Fluorida mg/l 1,5

12
10 Kadmium mg/l 0,003
11 Kesadahan sbg CaCO3 mg/l 500
12 Klorida mg/l 250
13 Kromium, Valensi 6+ mg/l 0,05
14 Mangan mg/l 0,1
15 Nitrat, sebagai N mg/l 50
16 Nitrit, sebagai N mg/l 3
17 pH - 6,5-8,5
18 Selenium mg/l 0,01
19 Seng mg/l 3
20 Sianida mg/l 0,07
21 Sulfat mg/l 250
22 Tembaga mg/l 2
23 Timbal mg/l 0,05

KIMIA ORGANIK
25 Detergent mg/l 0,05
26 Zat Organik (KMnO4) mg/l 10

MIKROBIOLOGI
27 Total Coliform Coloni/100 ml 0
28 Total Coliform Tinja Coloni/100 ml 0

4.3. JUMLAH DAN LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL AIR


4.3.1. Air Bersih dan Air Minum
4.3.1.1. Kimia
Pemeriksaan kimia air bersih dan air minum minimal dilakukan pada tempat
penampungan air dan keran terjauh dari reservoir.
Pemeriksaan kimia air minum dalam kemasan, dilakukan oleh pihak outsourching dan
salinannya diberikan pada pihak rumah sakit.
4.3.1.2. Mikroorganisme
Jumlah sample air bersih dan air minum yang akan diperiksa kadar
mikroorganismenya, disesuaikan dengan jumlah tempat tidur yang ada di lingkungan
rumah sakit.
Pemeriksaan mikrobiologi air minum ini dapat dilakukan terutama pada air kran dari
ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi, dan ruang makan, tempat
penampungan (reservoir), secara acak pada kran-kran sepanjang sistem distribusi,
sumber air dan titik-titik lain yang rawan pencemaran.

13
4.3.1.3. Tempat Pemeriksaan Air
Pemeriksaan sampel air dilakukan oleh pihak eksternal Rumah Sakit yang ditunjuk
oleh Rumah sakit dan direkomendasikan oleh pemerintah setempat.

BAB 5
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

5.1 PENGADAAN
Pengadaan beserta alur pengelolaan limbah cair dapat dilihat pada Pedoman Manajemen Limbah
Rumah Sakit.

5.2 PERLETAKAN
Tempat pengolahan limbah cair berada di sebelah timur RSKB dekat dengan Rusun Cinta Kasih Tzu
Chi.

5.3 PERSYARATAN
Dalam pengelolaan limbah, persyaratan yang harus dipenuhi adalah :
1. Pengolahan air limbah, kualitas air limbah yang akan dibuang ke badan air (telah diolah) harus
memenuhi kualitas baku mutu yang tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
yang dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Persyaratan Kualitas Air Limbah

Parameter Kadar Maksimum Satuan


FISIKA
Suhu 30 Celcius
KIMIA
Ph 6-9 ~
BOD5 30 mg/L
COD 80 mg/L
TSS 30 mg/L
NH3 bebas 0,1 mg/L
PO4 2 mg/L
MIKROBIOLOGI
Coliform 10.000 jml/100 ml

14
2. Kualitas air limbah yang dimonitoring setiap hari adalah phospat dan amoniak serta free chlorine
apabila dibutuhkan.
3. Pengelolan limbah padat, secara lebih jelasnya dibahan pada “Pedoman Sistem Manajemen
Limbah Rumah Sakit”.
5.4 JUMLAH DAN LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL AIR
5.4.1. Kimia dan Mikroorganisme
Pemeriksaan kimia air limbah minimal dilakukan pada outlet setelah pengolahan air buangan
sebelum di buang ke lingkungan.

5.4.2. Tempat Pemeriksaan Air


Pemeriksaan sampel air limbah dilakukan oleh pihak eksternal Rumah Sakit yang ditunjuk oleh
Rumah Sakit dan direkomendasikan oleh pemerintah setempat.

15
BAB 6
PENGENDALIAN HAMA SERANGGA, TIKUS DAN HEWAN PENGGANGGU

6.1 JENIS SERANGGA, TIKUS DAN HEWAN PENGGANGGU YANG PADA UMUMNYA TERDAPAT
DIRUMAH SAKIT
6.1.1. Kecoa
Kecoa adalah serangga malam yang senang akan tempat-tempat lembab, hangat, gelap, kotor,
dan banyak terdapat sisa makanan. Tempat hidup kecoa antara lain adalah sela-sela di sekitar
pembuangan air limbah, dapur, tempat pembuangan sampah, gudang makanan, lemari
makanan atau toilet.
Masalah yang dapat ditimbulkan oleh keberadaan kecoa ini adalah :
1. Merupakan vektor bagi beberapa mikroorganisme patogen.
2. Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.
3. Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan
pembengkakan kelopak mata.
4. Keberadaannya mengganggu estetik ruangan.
5. Merupakan indikator kurang baiknya kebersihan/sanitasi di tempat tersebut.

6.1.2. Lalat
Lalat berkembang biak dengan bertelur, dan setiap kalit bertelur akan menghasilkan 120-130
telur dan menetas dalam waktu 8-16 jam, pada suhu rendah (< 12-13 °C) telur ini tidak akan
menetas. Dalam kehidupan lalat, dikenal ada 4 (empat) tahapan, yaitu mulai dari telur, larva,
pupa dan dewasa, siklur hidup ini akan berlangsun ± 6-20 hari dan lalat dewasa akan bertahan
2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk bisa sampai 3 (tiga) bulan.
Lalat aktif pada siang hari dan selalu berkelompok, sedangkan pada malam hari mereka akan
beristirahat ditempat-tempat seperti ujung ranting tanaman, pagar, kabel listrik dan sudut
bangunan. Lokasi istirahatnya tidak jauh dari sumber makanan, biasanya 1-3 meter diatas
permukaan tanah dan tempat yang sejuk, serta lalat dapat terbang mencapai 6-8 km per jam.
Sesuai dengan ‘mulutnya’, lalat hanya makan dalam bentuk cairan atau makanan basah
dengan cara dihisap. Air merupakan sesuatu hal yang vital bagi kehidupan lalat, karena tanpa
air lalat hanya bertahan hidup sampai 48 jam. Lalat sangat tertarik pada makanan manusia
sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan, selain itu pula lalat menyukai kotoran manusia
dan hewan serta darah dan bangkai binatang.

16
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat yang basah seperti kotoran binatang yang masih
baru, sampah sayuran/buah-buahan dan sisa makanan hasil olahan dan air kotor.

Masalah yang dapat ditimbulkan oleh keberadaan lalat ini adalah :


1. Vektor penyakit seperti disentri, diare, typhoid, dan cholera.
2. Keberadaannya mengganggu estetik ruangan.
3. Merupakan indikator kurang baiknya kebersihan/sanitasi di tempat tersebut.

6.1.3. Nyamuk
Hanya nyamuk betina yang menusuk dan menghisap darah, hal ini dilakukan untuk
pembentukan telur, sedangkan nyamuk jantan mempunyai stilet ‘mulut’ yang lemah sehingga
tidak mampu menembus kulit, sehingga nyamuk jantan hanya memakan cairan tumbuh-
tumbuhan.
Perilaku nyamuk berbeda-beda untuk masing-masing spesiesnya, sebagai contoh nyamuk
demam berdarah aktif pada siang hari, sedangkan nyamuk rumah aktif pada malam hari.
Tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah pada air bersih, sedangkan nyamuk rumah
pada air yang mengandung bahan organik, seperti saluran pembuangan air, got dll. Nyamuk
menyukai tempat yang lembab, gelap dan kurang ventilasi. Kemampuan terbang nyamuk ± 10-
36 km dengan siklus hidup 10-14 hari. Disamping itu, nyamuk sangat tertarik oleh suhu tubuh
manusia dan pakaian berwarna gelap.

Masalah yang dapat ditimbulkan dari keberadaan nyamuk adalah :


1. Merupak vektor penyakit seperti malaria, demam berdarah, kaki gajah dan cikungunya.
2. Mengganggu manusia khususnya suara bising yang ditimbulkan dan gigitan nyamuk.
3. Indikator kurang baiknya sanitasi dan ventilasi ditempat tersebut.

6.1.4. Tikus
Tikus dan mencit adalah hewan pengerat (rodensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman
pertanian dan perusak barang. Dalam kondisi ideal, sepasang tikus dapat berkembang biak
sebanyak 5-9 ekor per masa kawin dengan masa bunting 19-24 hari. Salah satu kebiasaan
tikus yang dapat mengganggu manusia adalah aktifitas tikus untuk mengasah gigi depannya
agar tidak tumbuh menembus rahangnya. Hal ini dilakukan pada kabel-kabel listrik, bahan yang
terbuat dari kayu, plastik dan bahkan dapat membuat lubang yang dapat merapuhkan pondasi
rumah.

17
Perilaku lain tikus adalah bait shyness, kecurigaanya pada hal yang baru sehingga tikus tidak
mudah dijebak atau diberi racun. Selain itu pula tingkat adaptasi tikus sangat tinggi, sehingga
diperlukan sistem dan teknik yang tepat dalam penanggulangannya.
Faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangbiakan tikus adalah makanan. Mencari
makanan pada malam hari mengandalkan indera peraba, pendengaran dan penciumannya.
Makanan favorit tikus adalah biji –bijian.

Masalah yang dapat ditimbulkan dari keberadaan tikus adalah :


1. Merupakan vektor penyakit pes, leptospirosis, salmonelosis, demam, dll.
2. Bekas asahan giginya yang membuat kerusakan pada barang dan alat.
3. Indikator kurang baiknya sanitasi ditempat tersebut.

6.1.5. Kucing
Kucing (Felis sp) merupakan hewan domestik yang aktif disiang hari, Kucing telah berbaur
dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 6000 SM. Kucing biasanya dapat membentuk
koloni liar dan mempunyai daerahnya sendiri.
Kucing termasuk hewan karnivora yang senang dengan suasana hangat dan sering tidur
dibawah hangatnya sinar matahari. Kotorannya biasanya kering dan kucing suka menguburnya
ditempat berpasir. Pada umumnya kucing tidak tahan pada kabut, hujan dan salju. Masa
kehamilan pada kucing berkisar 63 hari dan dapat mengandung 4 janin sekaligus.
Masalah yang dapat ditimbulkan oleh keberadaan kucing adalah :
1. Merupakan vektor penyakit toxoplasmosis yang dapat mengganggu perkembangan janin
dalam kandungan.
2. Infeksi rabies akibat gigitan kucing yang telah terinfeksi.
3. Air liur kucing dapat memicu alergi pada manusia.
4. Merusak peralatan/perabotan karena kegiatan mencakar untuk meninggalkan lapisan
lama pada kukunya agar tetap tajam dan terpelihara.

6.2. PENGENDALIAN HAMA


Pengendalian hama dilakukan dengan :
6.2.1. Prevention
Melakukan tindakan pencegahan agar hama tidak bersarang ditempat yang tidak dikehendaki,
seperti penempatan barang tidak langsung menyentuh lantai dan dinding.

18
6.2.2. Exclusion
Melakukan penutupan pada celeh-celah/lubang-lubang tempat masuknya hama serta istirahat
dan berkembang biak.

6.2.3. Sanitation
Melakukan pembersihan secara terjadwal sehingga ruangan tetap bersih dan menghindari
terbentuknya keadaan yang dapat mendukung keberadaan hama seperti terdapatnya sumber
makanan untuk mereka.

6.2.4. Treatment
Treatment merupakan upaya terakhir yang dilakukan utnuk mengurangi jumlah hama atau
bahkan menghilangkan populasi hama yang terdapat disuatu lokasi, yaitu :
6.2.4.1. Pest Control
Pest control adalah cara pencegahan atau pengendalian hama di gedung dengan
memperhatikan faktor lingkungan dan keamanan di sekitar area yang akan di
treatment. Pest control ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Pest control crawling insect
Jenis-jenis treatment untuk crawling insect adalah :
a. Space treatment, yaitu sistem penyemprotan pada tempat
persembunyian hama dengan menggunakan alat khusus B&G sparyer.
Infestasi : kecoa dan semut.
b. Dusting, yaitu treatment hama dengan menggunakan metode pendebuan
untuk tempat-tempat yang kering (shaft kabel, shaft pipa, dll).
Infestasi : Kecoa dan semut.
c. Gelling, yaitu sistem treatment dengan menggunakan gel untuk
ditempatkan di celah-celah sempit.
Infestasi : kecoa jerman.
d. Brushing, yaitu sistem treatment dengan menggunakan kuas khusus
sebagai penghalang agar hama tidak dapat masuk kedalam gedung.
Infestasi : semut.
2. Pest control flying insect
a. Space treatment, yaitu sistem penyemprotan pada tempat
persembunyian hama dengan menggunakan alat B&G Sprayer atau mist
blower.
Infestasi : nyamuk dan lalat.

19
b. Baiting, yaitu penempatan umpan dalam trays dan flushing treatment
yaitu sistem tembak jatuh, bahan kimia disemprotkan ke tempat
hinggapnya hama.
Infestasi : lalat.
c. Abate treatment, yaitu pengendalian nyamuk dengan cara penaburan
abate (larvasida) kedalam genangan air untuk mematikan jentik nyamuk.
d. Fogging treatment, yaitu sistem treatment melalui pengasapan di area
bagian luar.
Infestasi : nyamuk.
6.2.4.2. Rodent Control
Rodent control adalah proses pengendalian tikus dengan menggunakan baiting anti-
koagulan dan rat glue. Pengendalian tikus dengan sistem baiting, maka tikus lain
tidak akan kapok untuk memakan umpan ditempat yang sama. Baiting anti koagulan
ini menyebabkan terganggunya sistem peredaran darah tikus dan lama kelamaan
tikus mati karena kekurangan cairan. Pengendalian tikus dengan cara pengeleman
(rat glue) dilakukan untuk pengendalian tikus didalam bangunan, sehingga apabila
terperangkap akan mudah untuk diketahui dan diamankan.
6.2.4.3. Animal Control
Pengendalian hewan khususnya hewan/binatang pengganggu dapat dilakukan
dengan cara penangkapan baik secara manual maupun mekanis (perangkap),
kemudian dibuang jauh dari rumah sakit.

6.3 PERSYARATAN
1. Kepadatan jentik Aedes sp. yang diamati melalui indeks kontainer harus nol (0).
2. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan nyamuk masuk kedalam
ruangan, terutama di ruangan perawatan.
3. Semua ruangan di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutama pada dapur, gudang
makanan, dan ruangan steril.
4. Tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan tikus terutama pada daerah bangunan tertutup
(core) rumah sakit.
5. Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah sakit.
6. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.

20
6.4 Jumlah dan Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel untuk monitoring keberadaan hama di RSKB dilakukan dengan cara
pengamatan langsung dilapangan tentang keberadaan jentik nyamuk aedes sp, lalat, kecoa, tikus dan
kucing di RSKB.

BAB 7
PENYEHATAN RUANG DAN BANGUNAN RUMAH SAKIT

7.1 PERSYARATAN
7.1.1. PENCAHAYAAN
1. Pencahayaan, penerangan dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus sesuai
dengan peruntukannya.
2. Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan harus mendapatkan cahaya
dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
3. Ruang pasien atau bangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk
malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik
yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.
4. Pencahayaan setiap ruangan dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku, dapat dilihat
pada Pedoman K3RS.

7.1.2. PENGHAWAAN
1. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekana lebih positif sedikit (minimum 0,10 mbar)
dibandingkan ruangan lainnya.
2. Ruangan operasi menggunakan penghawaan mekanis (AC) yang dilengkapi dngan HEPA
filter.
3. Pertukaran udara diruang operasi minimal 12 -15 kali/jam
4. Pengaturan udara di ruang isolasi penyakit menular menggunakan tekanan negatif.
5. Sistem suhu dan kelembapan hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga dapat
menyediakan suhu dan kelembapan sesuai dengan peruntukannya.
6. Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam ruangan harus
cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku).
7. Untuk menyesuaikan sisi ruangan agar tidak terlalu dingin atau tidak terlalu hangat maka
disediakan tombol pengatut suhu disetiap ruangan.

21
Penghawaan (Suhu, kelembapan dan tekanan udara) setiap ruangan dapat dilihat pada
Pedoman K3RS.

7.1.3 KEBISINGAN
Tingkat kebisingan diatur sesuai dengan fungsi ruangan dapat dilihat pada Pedoman K3RS.
Kebisingan dapat dikendalikan dengan cara :
1. Pada sumber bising di dalam rumah sakit dapat di lakukan peredaman, penyekatan,
pemindahan, pemeliharaan mesin yang menjadi sumber.
2. Pada sumber bising di luar rumah sakit dapat dilakukan penyekatan/penyerapan
bising dengan penanaman pohon dan meninggikan tembok.

7.1.4 MIKROBIOLOGI UDARA, LANTAI DAN DINDING


Bahaya mikroorganisme yang ada di rumah sakit merupakan bahaya utama di rumah sakit
terutama terhadap pasien yang mempunyai daya tahan tubuh yang sangat rendah, maka dari itu
perlu ditentukan indeks angka kuman udara di setiap ruangan/unit seperti dijabarkan pada Tabel
7.3.

Lantai dan dinding mempunyai tingkat kebersihan sebagai berikut :


1. Ruang operasi dengan angka kuman :0-5 CFU/cm2
2. Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2
3. Ruang isolasi : 0 – 5 CFU/cm2
4. Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2

7.2 JUMLAH DAN LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL


7.2.1 PENCAHAYAAN, PENGHAWAAN DAN KEBISINGAN
7.2.1.1. Jumlah dan Lokasi Pengambilan Sampel
Pada pencahayaan, penghawaan dan kebisingan di rumah sakit minimal lokasi
pengambilan sampel adalah seperti yang tertera pada tabel 7.1 dan jumlah pengambilan
adalah satu sampel di setiap ruangan.

22
Tabel 7.1 Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit
Konsentrasi Maksimum
No Ruang atau Unit Mikro-organisme per m3
Udara (CFU/ m3)
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 ICU 200
5 Laboratorium 200-500
6 Radiologi 200-500
7 Sterilisasi 200
8 Dapur 200-500
9 Gawat Darurat 200
10 Administrasi 200-500

Tabel 7.2 Indeks Kadar Gas dan Bahan Berbahaya dalam Udara Ruang Rumah Sakit
Rata-rata Waktu Konsentrasi Satuan
No Parameter Kimiawi
Pengukuran Maksimal
1 Karbon monoksida (CO) 8 jam 10.000 µg/m3
2 Karbon dioksida (CO2) 8 jam 1 ppm
3 Timbal (Pb) 1 jam 0,5 µg/m3
4 Nitrogen dioksida (NO2) 1 jam 200 µg/m3
5 Radon (Rn) - 4 pCi/liter
6 Sulfur dioksida (SO2) 24 jam 125 µg/m3
7 Formaldehida (HCHO) 30 menit 100 g/m3
8 Total senyawa organic yang
- 1 Ppm
mudah menguap (T.VOC)

Tabel 7.3 Lokasi Pengambilan Sampel Pencahayaan, Penghawaan dan Kebisingan

No Ruang atau Unit Pencahayaan Penghawaan Kebisingan


1 R.Operasi Besar Ya Ya Ya
2 R.Operasi Kecil Ya Ya Ya
3 R. Operasi Mata Ya Ya Ya
4 Anastesi, pemulihan Ya Ya Ya

23
7.2.1.2. Tempat Pemeriksaan Sampel
Sampel dicatat sesuai dengan angka yang tertera pada monitor alat sampling langsung
ditempat pengambilan sampel, yang dilakukan oleh staf sanitasi yang telah terlatih.

7.3. MIKROBIOLOGI UDARA, LANTAI DAN DINDING


7.3.1. Jumlah dan Lokasi Pengambilan Sampel Mikrobiologi Udara
Lokasi dan jumlah minimal pengambilan sampel mikrobiologi udara dapat
dilihat pada tabel 7.4

Tabel 7.4 Lokasi dan Jumlah Minimal Pengambilan Sampel Mikrobiologi


Udara
Jumlah Pengambilan
No Ruang atau Unit
Sampel
1 Operasi 4
2 Ruang Sterilisasi 2

Mikrobiologi Lantai dan Dinding


Jumlah dan lokasi pengambilan minimal sampel mikrobiologi lantai dan
dinding dapat dilihat pada tabel 7.5

Tabel 7.5 Lokasi dan Jumlah Pengambilan Minimal Sampel Mikrobiologi


Lantai dan Dinding
Jumlah Pengambilan
No Ruang atau Unit
Sampel
1 Operasi 5
2 UGD 5
3 Pemulihan/perawatan 5
4 ICU 5
6 Ruang Isolasi 5

7.3.2. Tempat Pemeriksaan Sampel


Tempat pemeriksaan sampel mikrobiologi udara, lantai dan dinding dilakukan oleh
laboratorium yang ditunjuk oleh pihak Santosa Hospital.

24
7.4. KADAR GAS DALAM UDARA
Kadar gas dalam udara dimonitor sewaktu-waktu apabila diindikasikan ada kebocoran gas atau
munculnya bau-bauan asing didalam gedung RSKB. Pemeriksaan kadar gas dalam udara ini
dilakukan oleh laboratorium yang ditunjuk oleh RSKB dan direkomendasikan oleh Pemerintah.

BAB 8
HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN, LAUNDRY
SERTA DESINFEKSI DAN STERILISASI

8.1. HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN


8.1.1. Persyaratan
1. Angka kuman E. Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada minuman
angka kuman E. Coli harus 0/100 ml sampel air minum.
2. Kembersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman terbanyak adalah 100/cm 2
permukaan dan tidak ada kuman E. Coli.

8.1.2. Jenis Sampel dan Tempat Pemeriksaan


Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan sampel makanan dan minuman
meliputi bahan makanan dan minuman yang mengandung protein tinggi, makan siap santap,
air bersih, alat makan dan masak serta usap dubur penjamah. Pemeriksa sampel merupakan
laboratorium yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit.
Secara lebih jelas mengenai hygiene dan sanitasi manakan dan minuman dapat dilihat pada
Pedoman Pengelolaan Makanan.

8.2. PENGELOLAAN TEMPAT PENCUCIAN LINEN (LAUNDRY)


Laundry rumah sakit bekerja sama dengan pihak ketiga , yaitu PT Estetika

8.3. DISINFEKSI DAN STERILISASI


8.3.1. Pengertian
1. Dekontamisani adalah upaya mengurangi dan/atau menghilangkan kontaminasi oleh
mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruangan melalui disinfeksi dan
sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.

25
2. Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi, mnghilangkan jumlah mikroorganise
pathogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi.
3. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik
dan kimiawi.

8.3.2. Persyaratan
Hasil akhir proses sterilisasi harus bebas dari mikroorganisme hidup.
Pembahasan secara lengkap tentang proses desinfeksi ruangan dapat dilihat pada Pedoman
Unit Housekeeping, dan Pedoman CSSD untuk dekontaminasi linen dan instrumen medis
untuk persiapan operasi.

26
BAB 9
SARANA DAN PRASARANA SERTA PEMELIHARAAN

9.1. INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH, AIR MINUM DAN AIR UNTUK KEPERLUAN KHUSUS
9.1.1. Instalasi Pengolahan Air Bersih/Water Treatment Plant (WTP)
Agar air sumur dalam dapat memenuhi persyaratan kualitas yang berlaku, maka diperlukan instalasi
pengolahan air bersih, yaitu :
1. Ruang Break tank
Ruang breaktank merupakan tempat penampungan air pertama sebelum diolah di ruang Water
Treatment Plant (WTP). Pada breaktank pula terdapat pembubuhan desinfektan pertama untuk
mengurangi mikroorganisme yang dapat masuk kedalam pengolahan air bersih.
Perawatan untuk ruangan ini berupa pembersihan yang dilakukan setiap 4 bulan sekali.
2. Ruang Water Treatment Plant
Ruang Water Treatment terdiri dari tiga unit pengolahan air, yaitu unit sand filter, unit green sand
dan unit karbon filter. Ketiga unit pengolah tersebut dilengkapi dengan pompa filter. Masing-masing
unit pengolah tersebut perlu dilakukan perawatan untuk mempertahankan/menjaga kualitas air
yang telah diolah. Dibawah ini adalah perawatan dari masing-masing unit pengolahan:
a. Sand Filter
Sand filter berfungsi untuk menyisihkan jumlah partikel atau padatan yang tersuspensi pada
air baku.
Perawatan yang dilakukan pada sand filter adalah:
• Backwash secara automatic 3 kali dalam 1 hari.

• Backwash manual minimal 1 minggu sekali.

• Penggantian media pasir dengan periode 2 tahun sekali atau jika media sudah
jenuh.
b. Green Sand
Green sand berfungsi untuk menurunkan kadar besi dan mangan pada air baku.
Perawatan yang dilakukan pada media green sand adalah sebagai berikut:
• Backwash secara automatic 1 hari sekali.

• Backwash manual minimal 1 minggu sekali.

• Penggantian media minimal 2 tahun sekali atau jika media sudah jenuh.

27
c. Karbon Aktif
Karbon Aktif berfungsi untuk menyisihkan bau, warna, zat organik dan mengurangi kadar
klor pada air baku. Perawatan yang dilakukan pada media karbon aktif adalah sebagai
berikut:
• Backwash automatic 3 hari sekali.

• Backwash manual minimal 1 minggu sekali.

• Penggantian media minimal 2 tahun sekali atau jika media sudah jenuh.
3. Ruang Pompa
Ruang Pompa adalah salah satu tempat penyimpanan pompa. Salah satu pompa yang
berada di ruang pompa adalah pompa trasmisi yang berfungsi untuk mentransmisikan air
yang berada di penampungan sementara (ground reservoir) ke bak penampungan akhir
(Roof Tank).
4. Ruang Penampungan Air
RSKB mempunyai 2 ruang tangki air, yaitu ruang penampungan sementara
Ruang penampungan air ini membutuhkan perawatan, seperti pengurasan dan
pembersihan tempat penampungan.
5. Sistem Distribusi Air Bersih
Sistem distribusi air bersih yang ada di RSKB menggunakan sistem pompa air
Air yang sudah mengalami proses pengolahan ditampung di bak penampungan air (Roof
Tank) untuk didistribusikan ke outlet-outlet air bersih di masing-masing lantai dan ruangan.
Dengan adanya proses pengolahan air dan distribusi ini diharapkan kualitas air bersih
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Diagram alir Water Treatment Plant dalat dilihat
pada gambar 9.1.

9.1.2. Penyediaan Air Minum


Air minum yang dipakai oleh RSKB berasal dari dua sumber yaitu outsourching perusahanan air minum
dalam kemasan dan air bersih rumah sakit. Outsourching yang bekerja sama dengan RSKB adalah 2
perusahaan air minum, sehingga apabila distribusi dari 1 perusahaan terganggu, maka perusahaan
lainnya dapat menutupi kekurangan dari perusahaan tersebut.
Air minum berupa air panas dalam termos dan air minum di cafeteria berasal dari air bersih yang telah
dimasak. Dengan adanya penyediaan air minum ini diharapkan kualitas air minum sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.

28
9.2. INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH
9.2.1. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah instalasi yang berfungsi untuk mengolah air limbah di RSKB
sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif bagi lingkungan.
Air limbah yang diolah oleh instalasi air limbah (Sewage Treatment Plant (STP)) meliputi:
1. Air Limbah laundry
2. Air Limbah dapur
3. Air Limbah specimen laboratorium
4. Air Limbah kegiatan medis (contoh : darah)
5. Air Limbah kamar mandi, dan
6. Semua air limbah dari pelayanan rumah sakit, administrasi rumah sakit dan lain-lain

Instalasi pengolahan air limbah yang dimiliki oleh RSKB terdiri dari 3 jenis pengolahan yaitu pengolahan
fisika, biologi dan kimia.
Setelah dilakukannya pengolah limbah diharapkan effluent yang dikelola sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Instalasi Pengolahan Air Limbah harus memiliki ijin yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat.
Instalasi Pengolahan Air Limbah RSKB terdiri dari beberapa unit pengolahan yaitu:
1. Grease Trap
Grease trap adalah unit yang berfungsi untuk memisahkan lemak dari air.
2. Bak Aerasi
Bak aerasi adalah bak yang berisikan bakteri yang berfungsi untuk menyisihkan atau
menguraikan zat-zat organik dalam air. Bak aerasi ini dilengkapi dengan supplai oksigen yang
berasal aerator.
3. Bak Sedimentasi Biologi
Bak sedimentasi biologi adalah bak yang berfungsi untuk mengendapkan flok-flok atau partikel
yang besar yang terbentuk akibat aktifitas bakteri.
4. Static Mixer
Static mixer adalah alat yang berfungsi untuk proses koagulasi atau pencampuran bahan kimia
dengan air sehingga terbentuk flok yang mudah mengendap.
5. Bak Sedimentasi Kimia
Bak sedimentasi kimia sama halnya seperti sedimentasi biologi, yang membedakan dari bak
sedimentasi ini adalah flok yang terbentuk pada bak ini berasal dari proses flokulasi oleh bahan
kimia atau floakulan.
6. Break tank

29
Break tank berfungsi untuk menyeragamkan aliran air yang akan dialirkan pada proses filtrasi. Air
dari bak sedimentasi kimia ditampung dalam tanki ini, setelah mencapai level tertentu air akan
dipompakan ke unit selanjutnya.
7. Sand Filter
Sand filter adalah saringan pasir yang berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang ukurannya
lebih kecil yang tidak mampu diendapkan di bak sedimentasi. Perawatan sand filter yang ada
pada instalasi ini adalah dengan proses backwash setiap hari dan penggantian media dengan
periode 2 tahun sekali.
8. Carbon Filter
Carbon filter adalah media yang berfungsi untuk menurunkan warna, organik, sisa khlor dan bau.
Perawatan yang dilakukan pada media carbon berupa:
- Penggantian media karbon 1 tahun sekali atau pada saat media sudah jenuh.
9. Bak Penampungan Air
Bak penampungan air untuk siram taman berkapasitas ± 35 m 3, dibuat dari konstruksi beton
bertulang.
10. Khlorinasi
Khlorinasi adalah proses pembunuhan bakteri oleh unsur chlor. Namun selain proses
pembunuhan bakteri, khlorinasi ini juga dapat berfungsi sebagai proses pengoksidasian besi dan
mangan serta proses pengendapan pospat.

9.2.2. Tempat Penampungan Sampah Sementara


Tempat penampungan sampah sementara terletak di sebelah sentral gas oksigen RSKB untuk
memudahkan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. Konstruksi tempat
penampungan limbah padat/sampah sementara dapat terbuat dari dinding semen, dengan persyaratan
sebagai berikut :
1. Adanya pemisah/sekat antara limbah yang dapat dimanfaatkan kembali dengan limbah yang tidak
dapat dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut dilengkapi dengan saluran untuk cairan lindi.
2. Tempat penampungan sementara harus kedap air, tertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila
sedang tidak digunakan serta mudah dibersihkan.
3. Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat.

9.2.3. Instalasi Pengolahan Sampah Padat Medis


Instalasi pengolahan sampah padat infeksius RSKB bekerja sama dengan Pihak ketiga yaitu PT Arah
Environmental

30
BAB 10
PERALATAN DAN BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN

10.1. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada unit sanitasi adalah peralatan untuk memonitor kualitas air baik
kualitas air bersih, air limbah maupun udara dan peralatan untuk proses atau pendukung sarana
fisik.
Berikut ini adalah peralatan yang dimiliki oleh Unit Sanitasi Santosa Hospital (SH) untuk monitoring
kualitas:
1. pH meter
pH meter berfungsi untuk mengukur pH atau tingkat keasaman/basa suatu cairan.
2. Dissolve Oxygen Meter
Dissolve oxygen meter berfungsi sebagai alat pengukur Dissolve oxygen didalam air.
3. Turbidity Meter
Turbidity meter berfungsi sebagai alat pengukur kekeruhan air.
4. Spectrophotometer
Spectrophotometer merupakan alat yang dapat mengukur kadar suatu zat kimia didalam air
dengan menggunakan warna dan cahaya.
5. Conductivity Meter
Conductivity meter berfungsi sebagai alat pengukur daya hantar listrik pada air.
6. TDS meter
TDS meter berfungsi sebagai alat pengukur Total Dissolved Solid pada air
7. Air Sampler
Air Sampler adalah alat bantu untuk memasukan udara kedalam kaca petri untuk pengukuran
mikrobiologi udara.
8. Hardness Meter/Test Kit
Hardness meter/test kit merupakan alat yang berfungsi sebagai pengukur kesadahan air.
9. Thermometer
Thermometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu pada air dan ruangan.
10. Sound analyzer
Sound analyzer merupakan alat yang berfungsi sebagai pengukur kebisingan.
11. Humidity meter
Humidity meter merupakan alat yang berfungsi sebagai pengukur kelembapan ruangan.
12. Differential Pressure meter

31
Differential Pressure Meter berfungsi untuk mengukur perbedaan tekanan udara antara 2
ruang.

Peralatan yang berguna untuk monitoring kuantitas dari air dan udara:
1. Air flow (balometer)
Balometer merupakan alat yang berfunsi sebagai pengukur debit udara yang masuk atau
keluar dari suatu ruangan.
2. Water meter
Water meter merupakan alat yang berfungsi sebagai pengukur debit air dalam suatu saluran
(pipa).

Sedangkan peralatan sebagai pendukung sarana fisik yang digunakan di RSKB Cinta Kasih Tzu
Chi adalah sebagai berikut:
1. Mixer
Alat yang digunakan untuk mencampur cairan dengan cairan ataupun cairan dengan padatan.
2. Pressure Gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan aliran air pada pipa.
3. Dosing Pump
Alat yang digunakan untuk memasukan zat kimia kedalam saluran air.
4. Pompa
Alat yang diguanakn untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain yang
tidak dapat dialirkan secara gravitasi.
Alat-alat tersebut diatas sangat memerlukan pemeliharaan untuk mempertahankan kondisi/
kualitas dari produk pengolahan ataupun sarana dan prasarana. Perawatan dari peralatan ini
adapalh beripa pembersihan dan kalibarasi, sedangkan perawatan pendukung sarana fisik
dilakukan preventive maintenance bersama-sama dengan maintenance building.

10.2. Bahan Kimia


Bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan air bersih dan air untuk keperluan khusus
disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun bahan kimia yang digunakan adalah sebagai berikut:
10.2.1. Desinfektan
Untuk desinfektan pada air bersih, air limbah maupun pada proses sanitasi pipa dapat
digunakan bahan kimia, adapun kadar yang digunakan untuk proses desinfektan tergantung

32
dari kondisi air baku ataupun kondisi tingkat pencemar. Di bawah ini adalah desinfektan
yang digunakan oleh Unit Sanitasi:
- Desinfektan air : Chlor baik yang berupa Natrium Hipochlorit maupun Calsium
Hipoclorit dengan tingkat residu free chlorine 0.2-0.5 ppm.
- Desinfektan pipa : Menggunakan Hidrogen Peroksida dengan konsentrasi 2-5%.

10.2.2. Penjernih Air


Penjernih air yang digunakan adalah penjernih air dengan bahan dasar Alumunium karena
kandungan pencemar yang dimiliki oleh rumah sakit mengandung zat organik, oleh karena
itu bahan dasar alumunium adalah bahan yang tepat untuk proses penjernihan air.

10.2.3. Penetral Air (pH)


Pernetral air yang digunakan tergantung pada kualitas air baku baik air limbah maupun air
bersih. Jika air mengandung basa, maka bahan kimia yang digunakan adalah asam seperti
asam klorida, seangkan jika bersifat asam maka air tersebut dinetralkan dengan
menggunakan basa seperti NaOH.

10.2.4. Anti Scalant


Anti Scalant merupakan bahan kimia yang dapat menghambat pembentukan kerak pada
permukaan membran reverse osmosis sehingga umur pakai membran akan menjadi lebih
lama. Kadar anti scalant yang dipakai disesuaikan dengan kondisi air baku.

10.2.5. Reagent-Reagent untuk Analisa Air


Reagent-reagent yang digunakan oleh unit Sanitasi adalah reagent-reagent yang berfungsi
untuk menganalisa air baik limbah maupun bersih.

10.2.6. Bahan Kimia untuk Pengendalian Serangga dan Tikus


Bahan kimia yang digunakan untuk pengendalian serangga dan tikus dapat dilihat pada
Tabel 10.1 :

33
Tabel 10.1 Bahan Kimia yang dapat Digunakan untuk Pengendalian Serangga dan Tikus
No Nama Bahan Aktif Jenis Hama Keterangan
dalam Pestisida
1. Cypermethrin 100 EC Nyamuk, semut, lalat, Berbentuk cair
kecoa
2. Chlorvirifos 480 EC Nyamuk, semut, lalat, Berbentuk cair
kecoa
3. Dichlorovos 500 EC Nyamuk, semut, lalat, Berbentuk cair
kecoa
4. Lambda-cyhalothrin 25 Nyamuk, semut, lalat, Berbentuk cair
EC kecoa
5. Temephos Larva nyamuk Granule
6. Thiametoxam Lalat Granule
7. Brodifacoum Tikus Padat
8. Bromadiolone Tikus Digunakan sebagai racun
alternatif
9. Coumatetralyl Tikus Berbentuk tepung, dapat
dicampurkan dengan
makanan yang disukai tikus.
10. Lem Tikus Tikus Digunakan sebagai
perangkap tikus

34
BAB 11
PATIENT & STAFF SAFETY, INFECTION PREVENTION & CONTROL DI UNIT SANITASI

11.1. IDENTIFIKASI RESIKO KESELAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


11.1.1. Resiko Staf
1. Terjadinya kecelakaan kerja pada saat perawatan, perbaikan dan preventive
maintenance yang dilakukan di unit sanitasi.
2. Terpapar oleh percikan atau tumpahan bahan kimia atau limbah.
3. Terjadi tumpahan atau percikan bahan kimia atau limbah.
4. Tertusuk benda tajam yang telah terkontaminasi bahan infeksius.
5. Terpapar oleh uap yang terbentuk dari reaksi kimia.
6. Terpapar oleh asap pada saat pembakaran sampah medis.
7. Terpapar panas pada saat pembakaran sampah medis.

11.1.2. Resiko Pasien dan Staf


1. Adanya kerusakan pada pompa yang menyebabkan pengaliran/pelayanan air bersih
terhenti.
2. Terjadinya pencemaran pada air sumur dalam.
3. Terputusnya suply air baku karena bencana alam.

11.2. MANAJEMEN RESIKO DI UNIT SANITASI MAINTENANCE


11.2.1. Keselamatan dan Pencegahan serta Pengendalian Infeksi pada Staf
Bekerjasama dengan Tim K3RS dibidang operasional pengelolaan limbah di rumah sakit
yang meliputi :
1. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Pemakaian APD di Unit Sanitasi dapat dilihat pada tabel 11.1
Tabel 11.1 Alat Pelindung Diri yang Digunakan di Unit Sanitasi
No Nama Kegiatan Lokasi APD yang Digunakan
1 Pembubuhan Kimia - STP - Google
- Bridge Tank - Masker
- Rooftank - Sarung Tangan
2 Penyerahan Sampah TPS Sampah - Masker
Medis ke pihak Ketiga Limbah Medis - Sarung Tangan
- Sepatu Boot
3 Pengurasan Tangki Air - Reservoir - Sepatu Boot

35
No Nama Kegiatan Lokasi APD yang Digunakan
- Bridge Tank
4 Pemeriksaan Kualitas - WTP - Masker
Air - Sarung Tangan
8 Pengelasan - Semua Area - Masker
- Pelindung muka
- Kacamata Las
- Sarung Tangan
- Sepatu safety
9 Perbaikan instalasi - Semua Area - Helm
- Sarung Tangan
- Sepatu Safety

2. Prosedur Keselamatan dan Pencegahan serta Pengendalian Infeksi


Merencanakan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko yang timbul,
yaitu :
a. Pembudidayaan cuci tangan sesuai dengan ketentuan,
b. Pembuatan signed,
c. Sosialisasi dan pembudayaan pemakaian APD secara benar.
d. Sosialisasi penanganan tumpahan dan ceceran bahan kimia.
e. Pengawasan ketepatan penanganan tumpahan dan ceceran bahan kimia.
f. Pengawasan ketepatan pelaksanaan suatu pekerjaan.
g. Pelaporan keelakaan kerja,
h. Mereview sistem pencegahan resiko keselamatan serta melakukan perbaikan
apabila perlu.
11.2.2. Keselamatan dan Pencegahan serta Pengendalian Infeksi pada Pasien dan Staf
1. Adanya kerusakan pada pompa yang menyebabkan pengaliran air bersih ke roof tank
berhenti.
a. Prosedur Pencegahan Keselamatan
i. Preventive maintenance pompa.
ii. Pengadaan pompa transfer sebanyak 2 buah dan bekerja bergantian, hal ini
juga berfungsi sebagai cadangan (back up) apabila salah satu pompa rusak.
b. Prosedur Penanggulangan
Apabila terjadi kerusakan pada pompa air baku, proses ataupun transfer yang
menyebabkan pengaliran air bersih terhenti, yang harus dilakukan adalah :

36
i. Melakukan perbaikan yang diperlukan.
ii. Berkoordinasi dengan :
- Kepala Bagian Umum
- Kepala Keperawatan
- Manager Pelayanan Medis
- Kepala Ruangan-Ruangan
- Pihak luar (vendor) yang berkepentingan untuk melakukan perbaikan
Untuk penanganan pemakaian air sebelum kerusakan dapat diperbaiki. Secara
lebih jelasnya mengenai penanganan penanggulangan apabila supply air bersih
terhenti dibahan pada prosedur/SOP tersendiri.
2. Terjadi Pencemaran pada Air Sumur Dalam
a. Prosedur Pencegahan Keselamatan
i. Memonitoring kualitas air sumur dalam secara berkala.
ii. Memonitoring kualitas air pada saat diolah pada WTP.
iii. Mengganti media WTP secara berkala.
b. Prosedur Penanggulangan
Apabila terjadi pencemaran pada air bersih, maka yang harus dilakukan adalah :
i. Membuang /mendrain air yang berada di bak penampungan,
ii. Menghubungi PDAM/Vendor penyedia air bersih untuk menyuplai ke SBIH.
iii. Berkoordinasi dengan :
- GA & HRD Senior Manager
- Nursing Senior Manager
- Medical Senior Manager
- HK & Laundry Manager
- Manager on duty
Untuk penanganan pemakaian air sebelum masalah dapat teratasi.
3. Terputusnya Supply Air Baku karena Bencana Alam
Apabila terjadi terputusnya supply air baku karena bencana alam, maka yang harus
dilakukan adalah :
a. Menghubungi PDAM/Vendor penyedia air bersih untuk menyuplai ke SBIH.
b. Melakukan perbaikan yang diperlukan.
c. Berkoordinasi dengan :
- GA & HRD Senior Manager
- Nursing Senior Manager

37
- Medical Senior Manager
- HK & Laundry Manager
- Manager on duty
- Pihak luar (vendor) yang berkepentingan untuk melakukan perbaikan
Untuk penanganan pemakaian air sebelum masalah dapat teratasi.

BAB 12
MONITORING, EVALUASI & CONTINUOUS IMPROVEMENT

12.1. MONITORING
Monitoring adalah suatu upaya untuk mengamati dan melihat hasil (kualitas dan kuantitas) dari
proses/semua kegiatan yang terdapat pada Sanitasi Rumah Sakit, yaitu dengan cara:
12.1.1. Monitoring yang Dilakukan
1. Walk Trough Survey penanganan pekerjaan di unit sanitasi.
2. Melakukan pengambilan sampel mikrobiologi terhadap : udara, lantai, dinding,
makanan, instrumen medis dan linen.
3. Melakukan monitoring terhadap kualitas air.
4. Melakukan monitoring terhadap hama, serangga, tikus dan hewan pengganggu
lainnya.
5. Melakukan monitoring terhadap kebisingan, pencahayaan dan penghawaan ruangan.
6. Melakukan monitoring terhadap makanan, instrumen medis dan linen.

12.1.2. Tujuan Monitoring


1. Mengumpulkan data yang dipakai untuk mengukur kinerja maupun mutu baik
pelayanan maupun staf.
2. Data tersebut digunakan untuk mengukur input, proses atau output.

12.1.3. Indikator
Input Proses Output
• Staf sanitasi yang • Kecepatan waktu • Angka E. Coli, Bau, Warna, TDS,
memenuhi kualitas menanggapi kerusakan alat Kekeruhan, Kesadahan, Besi, Mangan
• Ketepatan kalibrasi maksimal 15 menit ≤ 20% dan pH pada air bersih melebihi baku
alat 100% • Ketepatan waktu mutu lingkungan = 0
• Perizinan unit sanitasi pemeliharaan alat 100% • Angka E. Coli, Coliform, Bau, Warna,

38
100% • Kecepatan waktu TDS, Kekeruhan, Kesadahan, Besi,
penanganan hama tikus Mangan dan pH pada air minum
didalam gedung adalah 20 melebihi baku mutu lingkungan = 0
hari (masa bunting tikus) • Angka pH, Total available chlorine,
• Kecepatan waktu Kesadahan, oxidisable substances,
penanganan kucing di calcium, heavy metals, nitrite, sulphate,
lingkungan rumah sakit 2 zinc dan microbial contamination pada
minggu. air RO Hemodialisa melebihi baku
mutu yang telah ditetapkan = 0
• Angka conductivity pada air RO untuk
mesin modular lab sandia yang
melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan = 0
• Angka jentik nyamuk aides sp = 0

• Terdapat peledakan populasi kecoa


dalam suatu ruangan (lebih dari 30
ekor kecoa yang mati pada saat
treatment) = 0
• Performa • Jumlah titik sampel yang • Jumlah penggunan air di RSKB
diperiksa

12.2. EVALUASI
Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk mengukur kinerja dari program-program Sanitasi, evaluasi
dilakukan terhadap :
12.2.1. Data Hasil Monitoring
Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk grafik, kemudian dibandingkan
dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Data dibuat trend dan dilakukan analisa setiap
6 bulan sekali.
Data dibandingkan dengan standar atau nilai yang diharapkan dari setiap indikator /
parameter yang diukur.
Analisa dilakukan untuk mencari penyebab dari penyimpangan yang ditemukan dari proses
pengumpulan data.

39
12.2.2. Hasil Proses Monitoring
Selain melakukan analisa data indikator yang diukur, analisa juga dilakukan terhadap data
subjektif hasil pengawasan (observasi) pelaksanaan SOP di lapangan. Adapun proses-
proses yang esensial untuk dilakukan pengawasan di lapangan oleh supervisor Sanitasi :
1. Proses penyediaan air bersih,
2. Proses pengelolaan limbah cair,
3. Proses pengolahan limbah padat,
4. Proses pengendalian hama,
5. Preventive maintenance,
6. Proses pengambilan sampel,
7. Proses perbaikan dan perawatan,

12.2.3. Insinden/ Kejadian


Setiap insiden yang berhubungan dengan Sanitasi Rumah Sakit RSKB terutama untuk
keselamatan pasien / staf dikumpulkan dan dicatat oleh SQICO (Safety Quality & Infection
Control Officer), kemudian dilakukan analisa insiden. Untuk kejadian atau insiden
keselamatan baik pasien, pengunjung maupun staf, akan dilakukan grading oleh tim K3RS
atau KKP-MRK. Bila grading biru atau hijau, maka analisa dilakukan oleh supervisor
Sanitasi dengan cara investigasi sederhana.
Hasil analisa tersebut berbuah pada kesimpulan / rekomendasi.

12.3. CONTINUOUS IMPROVEMENT


Setelah dilakukan analisis, maka hasil dilaporkan kepada Manager Maintenance dan manajemen
terkait. Tindak lanjut akan berupa :
1. Perbaikan Kebijakan / Prosedur atau Pembuatan Kebijakan / Prosedur Baru.
2. Pelatihan / Sosialisasi baik ke staf, dokter, jajaran managerial, maupun pengunjung RSKB
3. Perbaikan pedoman Sanitasi Rumah Sakit.
4. Penambahan/penggantian sarana dan prasarana Sanitasi Rumah Sakit.
.

40
BAB 13
STAFF DEVELOPMENT

13.1. PELATIHAN STAF (STAFF DEVELOPMENT)


Seperti jenis operasional lainnya, pelatihan kerja, termasuk pelatihan di unit sanitasi juga harus
dilakukan, yaitu :
1. Pengenalan area kerja.
2. Penjelasan mengenai Standar Operasional Prosedur yang berlaku di Unit Sanitasi.
3. Pengenalan dan penjelasan mengenai materi standar Instalasi yang dikelola oleh Unit
Sanitasi.
4. Pengenalan dan penjelasan mengenai pendokumentasian pekerjaan di Unit Sanitasi.
Seseorang yang akan bekerja untuk menangani area pekerjaan untuk sanitasi tidak diizinkan
bekerja pada bidang tersebut, sebelum mendapatkan pelatihan minimal seperti di atas.
Selain persyaratan di atas, beberapa persyaratan yang berkaitan dengan kompetensi pelatihan
tenaga kerja yang berkaitan dengan pekerjaan di Unit Sanitasi, yaitu :
1. Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang:
- Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat kerja,
- Semua pengamanan dan alat-alat pelindung yang diharuskan dalam semua tempat
kerjanya,
- Alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan,
- Cara-cara dan sikap aman dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan dan
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama
dalam kecelakaan akibat limbah B3/Hazmat.
3. Jumlah sumber daya manusia dengan kualifikasi yang memenuhi persyaratan harus
memadai jumlahnya.

41
BAB 14
PENUTUP

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi semua pihak dalam
melaksanakan mengelola lingkungan ataupun sekitar rumah sakit , Sehingga RSKB Cinta Kasih Tzu Chi
tidak adanya dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar akibat kegiatan rumah sakit.

Jakarta, 10 April 2015


Direktur RSKB Cinta Kasih Tzu Chi,

dr. Tonny Christianto Ms., SpB., MM

42

Anda mungkin juga menyukai