Anda di halaman 1dari 7

BAB I

DEFINISI

1. Pencegahan adalah proses, cara, perbuatanmencegah, penegahan, penolakan. 


2. Penanggulangan adalah proses, cara, perbuatan menanggulangi
3. Kebakaran adalah api yang tak terkendalikan, peristiwa terbakarnya sesuatu.
4. Pencegahan Kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka mencegah
terjadinya kebakaran.
5. Penanggulangan Kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka
memadamkan kebakaran.
6. Faktor penyebab kebakaran :
 Alam : gunung meletus, gempa bumi, petir, sinar matahari yang mengenai lensa, dan
sebagainya.
 Manusia : karena disengaja (balas dendam, menutupi kejahatan, penggantian asuransi,
dan sebagainya ); kelalaian (konsluiting listrik, kompor bocor dan meledak, kebocoran
gas, dan sebagainya).
 Binatang : tikus, kucing, anjing, burung.
7. Teori terjadinya api : api adalah merupakan suatu reaksi kimia (reaksioksidasi) yang
bersifat oksotermis dan diikuti pengeluaran cahaya dan panas serta dapat menghasilkan
nyala, asap dan bara. Terjadinya api disebabkan oleh bersatunya tiga unsur yaitu bahan
bakar yang mudah terbakar, udara dan panas (disebut SEGITA API). Api dapat
dipadamkan dengan cara menghilangkan salah satu unsur tersebut.
8. Menurut NFPA (National Fire Protection Association) api di bagi menurut kelasnya
menjadi :
a. Kebakaran pada benda yang mudah terbakar yang menimbulkan arang/karbon
(contoh: kayu, kertas, kardus, kain, kulit, plastic).
b. Kebakaran pada benda cair dan gas yang mudah terbakar contoh: bahan bakar,
bensin, lilin, gemuk, minyak tanah, thinner).
c. Kebakaran pada listrik atau yang mengandung aliran listrik.
d. Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh: sodium, lithium, radium).
9. Menurut SAA (Standard Australian Association) api di bagi menurut kelasnya menjadi :
a. Kebakaran pada benda yang mudah terbakar yang menimbulkan arang/karbon
(contoh: kayu, kertas, kardus, kain, kulit, plastic).
b. Kebakaran pada benda cair mudah terbakar (contoh: bahan bakar, bensin, lilin,
minyak tanah, thinner).
c. Kebakaran pada benda gas ( contoh: LPG, LNG, metan, dll ).
d. Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh: sodium, lithium, radium) .
e. Kebakaran pada peralatan yang menggunakan tenaga listrik / menimbulkan tenaga
listrik.

1
10. Kebakaran dibagi menjadi :
a. Bahaya kebakaran ringan adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai
dan kemudahan terbakar rendah, apabila kebakaran melepaskan panas rendah,
sehingga perjalanan api lambat.
b. Bahaya kebakaran sedang I adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan yang mudah terbakar
dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 (dua setengah) meter dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sedang, sehingga perjalanan api sedang.
c. Bahaya kebakaran sedang II adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan yang mudah terbakar
dengan tinggi tidak lebih dari 4 (empat) meter dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sedang, sehingga perjalanan api sedang.
d. Bahaya kebakaran sedang III adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar agak tinggi, menimbulkan panas agak tinggi serta
penjalaran api agak cepat apabila terjadi kebakaran.
e. Bahaya kebakaran berat I adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menimbulkan panas tinggi serta penjalaran
api cepat apabila terjadi kebakaran.
f. Bahaya kebakaran berat II adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai
jumlah dan kemudahan terbakar sangat tinggi, menimbulkan panas tinggi serta
penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Identifikasi daerah paling beresiko terjadi bahaya kebakaran di Puskesmas


2. Pencegahan bahaya kebakaran.
3. Penanggulangan jika terjadi kebakaran.
4. Regulasi larangan merokok

3
BAB III
TATA LAKSANA

1. Identifikasi daerah paling beresiko terjadi bahaya kebakaran di Puskesmas, yaitu


a. Bagian Pemeliharaan Sarana.
b. Tempat penyimpanan O².
c. Gudang Farmasi.
d. Ruang Laboratorium.
e. Ruang Sterilisasi
f. Genset
g. Rawat Jalan
Daerah/tempat beresiko ini perlu mendapatkan tanda / rambu sebagai kawasan
beresiko/ mudah meledak / mudah terbakar. Sehingga pegawai & orang yang
melihat, mengetahui bahwa tempat tersebut rawan/berbahaya.

2. Pencegahan Bahaya Kebakaran.


a. Adanya Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG).
b. Melakukan pengecekan rutin dan teliti pada instalasi dan peralatan listrik
c. Jangan membebani listrik terlalu berlebihan / melebihi kapasitas yang ada (contoh:
stop kontak isi 3 sudah terisi semua masih ditambahi sambungan T listrik hingga
bertumpuk – tumpuk).
d. Tidak melakukan penggantian sekering arus induk tanpa sepengetahuan petugas
yang berwenang.
e. Cabut kabel peralatan elektronik jika tidak dipakai / hendak ditinggal pulang, jangan
dibiarkan terus menancap di stop kontak (contoh: computer, printer,dll).
f. Pastikan seluruh jaringan kabel dan peralatan elektronik tidak ada yang
rusak/terkelupas kabelnya.
g. Pastikan agar semua pintu keluar bebas dari bahan – bahan mudah terbakar.
h. Simpan cairan yang mudah terbakar di tempat yang aman dan jauh dari nyala api
atau aktivitas manusia yang padat, gudang penyimpanan logistic, dll.
i. Jauhkan tabung O²/ gas yang mudah meledak dari nyala api / listrik, sebaiknya
ditempatkan di ruangan terbuka / memiliki ventilasi lebar & banyak.
j. Gunakan wadah yang tepat untuk menyimpan atau menuangkan bahan cair mudah
terbakar.
k. Jangan menempatkan tabung APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang telah
terpakai/kosong pada tempat semula. Segera laporkan tabung APAR yang telah
terpakai kepada petugas terkait untuk dilakukan pengisian.
l. Untuk mengatasi kebakaran, pasanglah APAR cukup sesuai peraturan yang telah
ada
m. Rawat dan periksa APAR secara berkala.
n. Jika terlihat puntung rokok yang masih ada apinya segera matikan dan pastikan
tidak ada puntung rokok di ruangan/area yang mudah terbakar.

4
3. Penanggulangan Jika Terjadi Kebakaran.
a. Jangan panik Ingat setiap kepanikan akan mengurangi daya pikir dan ruang gerak
b. Sesuai dengan Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung maka dalam setiap
shift / dinas jaga, setiap kepala unit kerja / koordinator shift wajib untuk membagi/
membuat daftar jaga petugas Keselamatan Kebakaran Gedung di tempat kerjanya
masing – masing.
Adapun keterbatasan tenaga dan jam kerja di UPT Puskesmas Slawe, apabila
terjadi kebakaran maka :
1. Apabila kebakaran terjadi di gedung rawat jalan diluar jam kerja maka petugas
rawat inap bertanggung jawab untuk memanajemen kebakaran tersebut sesuai
dengan petugas yang jaga di rawat inap, termasuk unit lain yang tidak terdapat
sift 24 jam.
2. Apabila kebakaran terjadi di rawat inap dan IGD maka petugas yang jaga pada
waktu itu bertanggung jawab untuk memanajemen kebakaran.
3. Pemadaman dengan menggunakan APAR yang tersedia di UPT Puskesmas
Slawe
4. Petugas keamanan segera melaporkan ke kepala Puskesmas.
5. Petugas keamanan segera menghubungi Unit Pemadam Kebakaran
Kabupaten/Kota
4. Regulasi Larangan Merokok
1. Kepala UPT Puskesmas Slawe menetapkan larangan merokok di seluruh
wilayah/ruangan UPT Puskesmas Slawe
2. Larangan merokok berlaku untuk seluruh pegawai dan pengunjung baik rawat inap
ataupun rawat jalan di UPT Puskesmas Slawe
3. Apabila terdapat pengunjung atau petugas yang merokok di wilayah Puskesmas,
maka petugas keamanan atau petugas lain yang mengetahui hal tersebut langsung
memberikan teguran secara lisan
4. Puskesmas membuat papan informasi tentang larangan merokok di UPT
Puskesmas Slawe dan terlihat secara jelas oleh pengunjung maupun petugas.

5
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Form pemeliharaan sarana evakuasi dan kebakaran.


2. Audit pemeliharaan sarana evakuasi dan kebakaran.
3. Audit kemampuan pemakaian APAR.

6
7

Anda mungkin juga menyukai