Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH UTILITAS BANGUNAN

PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG BERTINGKAT

DOSEN PENGAMPUH:

Armiwaty, S.T., M.Si / Ahnaf Riandirga, M.T

KELOMPOK 4:

Andi Fadhilah Nurul Syafiqah (220211502086)


Nanda Kesyah Salsabila (220211502072)
Syamsinar (220211501031)
Moh. Farhan Kasim (220211502070)

KELAS D/04
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022/2023 GENAP
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................6
2.1. Sistem Pencegahan .................................................................................................................6
2.2. Sistem Pemadam Kebakaran .................................................................................................7
2.3. Macam-Macam Sistem Pemadam Kebakaran ......................................................................8
2.4. Penerapan Sistem Proteksi Kebakaran Yang Sesuai Dengan SNI .....................................9
2.5. Sistem Evakuasi ....................................................................................................................12
2.6. Sistem Tanda.........................................................................................................................16
2.7. Persyaratan Jalur Evakuasi ...................................................................................................16
2.8. Membuat Akses Penyelamatan Dengan Merusak Bagian Gedung ..................................17
2.9. Cara Evakuasi Pada Gedung Bertingkat.............................................................................17
BAB III PENUTUP .........................................................................................................................21
3.1. Kesimpulan ...........................................................................................................................21
3.2. Saran ......................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................23
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Kami, Kelompok 4 Kelas D/04 Prodi Arsitektur sebagai tim penyusun, sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami sebagai tim penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 26 Februari 2023


Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dalam pendirian sebuah bangunan terdapat beberapa sistem utilitas yang perlu
diperhatikan, salah satunya adalah sistem pencegahan dan pemadam kebakaran.
Kebakaran merupakan bencana yang merugikan bagi semua pihak, baik pemilik
bangunan, pengelola/pengguna atau masyarakat lainnya yang berada dalam gedung.
Seiring meningkatnya ukuran dan kompleksitas bangunan gedung, sudah seharusnya
pula diiringi dengan peningkatan perlindungan terhadap masyarakat. Sejak dahulu api
merupakan kebutuhan hidup manusia, dari hal kecil hingga hal besar. Sebagai salah satu
contoh, api digunakan untuk memasak atau untuk pemakaian skala besar dalam industri
dalam peleburan logam. Tetapi sudah tidak dapat dikendalikan lagi, api menjadi musuh
manusia yang merupakan malapetaka dan dapat menimbulkan kerugian baik materi
maupun jiwa manusia. Hal tersebut yang biasa disebut kebakaran.
Saat ini banyak sekali kita temui bangunan bertingkat tinggi yang difungsikan
untuk kegiatan publik. Seiring dengan berkembangnya pembangunan, maka sistem
pengamanan yang disediakan juga semakin canggih dan bervariasi. Salah satunya adalah
sistem pemadam kebakaran. Selain sistem pemadaman terdapat pula beberapa sistem
lain yang terkait diantaranya yaitu sistem evakuasi, sistem pencegahan dan fire safety
management. Kebakaran yang terjadi pada suatu bangunan maupun wilayah dapat
dicegah melalui hal-hal yang memang sudah dipersiapakan sebalumnya. Pencegahan
terhadap kebakaran dapat disosialisasikan kepada masyarakat umum. Apabila kebakaran
sudah terjadi maka hal yang dapat dilakukan adalah pemadaman api dan evakuasi
korban.
Proses pemadaman dilakukan dengan menggunakan beberapa peralatan
penunjang seperti alat penyediaan air maupun proses penyaluran air menuju titik api.
Bangunan yang baik adalah bangunan yang sudah dilengkapi oleh semua sistem utilitas
utama maupun penunjang. Oleh sebab itu sistem pemadam kebakaran sangat diperlukan
pada setiap bangunan baik itu yang difungsikan sebagai ruang privat maupun ruang
publik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada penjelasan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat kami
jabarkan diantaranya:
1. Bagaimana cara kerja sistem pemadaman kebakaran dan komponen yang
berpengaruh di dalamnya ?
2. Bagaimana cara penerapan sistem proteksi kebakaran yang sesuai dengan SNI?
3. Bagaimana sistem evakuasi pada gedung bertingkat ?
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Sistem Pencegahan

Sistem pencegahan adalah tindakan atau perhitungan yang sudah dilakukan sebelum
suatu bahaya itu muncul. Tindakan pencegahan terhadap bahaya kebakaran
dapatdilakukan melalui tindakan langsung maupun pengolahan bahan-bahan disekitar
kita untuk dapat memperkecil persentase terjadinya kebakaran itu sendiri.
Sistem pencegah kebakaran atau perlindungan kebakaran adalah salah satu sistemyang
harus dipasang atau diaplikasikan pada sebuah bangunan. Dengan adanya sistem ini pada
bangunan, bangunan daapt terlindungi serta nyawa penghuni bangunan tersebut
dapatterselamatkan. Setiap pemasangan sistem pencegah kebakaran atau
perlindungankebakaran patut mengikut akta dan standard yang bersesuaian dengan
bangunan tersebut.
2.1.1. Proses Kebakaran

Kebakaran berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen (O2),
Panasdan Material yang mudah terbakar (bahan bakar). Keseimbangan unsur –
unsurtersebutlah yang menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah definisi singkat
mengenai unsur-unsur tersebut :
a) Oksigen
Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur pentingdalam
pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan
pembakaran suatu benda. Kadar oksigen yang kurang dari 12% tidak
akanmenimbulkan pembakaran.
b) Panas
Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu/temperatur,
sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber-sumber
panas tersebut dapat berupa sinar matahari, listrik, pusat energi mekanik,
pusat reaksi kimia dan sebagainya.
c) Bahan yang mudah terbakar (Bahan Bakar)
Bahan ini memiliki titik nyala rendah, yaitu suhu terendah dimana bahan akan
menguap dan menyala saat terkena api. Bahan mudah terbakar ketika titik
nyalanya lebih rendah.
Proses pembakaran berlangsung dalam beberapa tahap, masing-masing dengan
peningkatan suhu, yaitu perkembangan tanah meningkat hingga mencapai
puncaknya, dan akhirnya berangsur-angsur menurun hingga bahan bakar habis
dan api padam atau padam. Umumnya, kebakaran melewati dua fase, yaitu:
• Tahap pertumbuhan (Growth Period)
• Tahap Pembakaran (Steady Combustion)
Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi olehlidah
api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah
vertikalsampai batas tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan
menjalarkearah horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung-gedung
bertingkattinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.Saat yang
paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan.Bila sudah
mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.

2.2. Sistem Pemadam Kebakaran

Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting merupakan sistem yangdifungsikan
untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi di dalam gedung. Sistem pemadam
kebakaran disediakan di gedung sebagai preventif (pencegah) terjadinyakebakaran.
Namun ini difungsikan ketika bencana kebakaran sudah melanda gedung atau bangunan.
Sistem ini memiliki beberapa tahapan dalam cara kerjanya dan komponen pendukung
lainnya. Akan lebih baik jika cara pemadaman kebakaran diketahui terlebih dulu. Dari
pengertian tentang penyebab kebakaran maka dapat ditemukan sistem pemadaman api,
yaitu :
a) Cara penguraian, adalah sistem pemadaman dengan cara memisahakan /menjauhkan
benda -benda yang dapat terbakar. Contohnya, bila terjadi kebakarandalam gudang
tekstil, yang terdekat dengan sumber api harus segera dibongkar /dimatikan.
b) Cara pendinginan, adalah sistem pemadaman dengan cara menurunkan panas.
Contoh, penyemprotan air (bahan pokok pemadam) pada benda yang terbakar.
c) Cara isolasi, adalah sistem pemadaman dengan cara mengurangi kadar O 2 padalokasi
sekitar benda- benda terbakar. Sistem ini disebut juga dengan sistemlokalisasi, yaitu
dengan membatasi / menutupi benda-benda yang terbakar agartidak bereaksi dengan
O2, contohnya:
• Menutup benda-benda yang terbakar dengan karung yang dibasahi air,misalnya
pada kebakaran yang bermula dari kompor.
• Menimbun benda-benda yang terbakar dengan pasir atau tanah.
• Menyemprotkan bahan kimia yaitu dengan alat pemadam jenis CO2.

2.3. Macam-Macam Sistem Pemadam Kebakaran

Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem hydrant dan Fire Extinguisher . Dan pada
tempat-tempat tertentu digunakan juga sistem fire gas. Tetapi pada umumnya
sistemyang digunakan terdiri dari:
a) Sistem Sprinkler
Instalasi pipa pada sistem sprinkler berfungsi untuk mengatasi kebakaran
secaraotomatis disetiap ruangan melalui head sprinkler , pipa sprinkler dipasang pada
setiaplantai (dalam plafon) dengan jarak antara 3 sampai 5 meter, bila terjadi
kebakaran padasalah satu lantai maka panas api dari titik kebakaran akan
memecahkan head sprinkler.
b) Sistem Hydrant
Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air, secarasistemnya
tidak berbeda dengan sistem pompa air yang ada dirumah.
Berdasarkan tempat/lokasinya sistem hidran kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu:
1. Sistem Hydrant Gedung
Hydrant yang terletak atau dipasang di dalam bangunan. Sistem serta peralatannya
disediakan serta dipasang oleh pihak bangunan atau gedung tersebut.
2. Sistem Hydrant Halaman (Pilar)
adalah hidran ini terletak diluar atau lingkungan bangunan, sedangkan instalasi
dan peralatan serta sumber air disediakan oleh pihak pemilik bangunan. Hidran
halaman seringdisebut sebagai Outdoor Hydrant karena terletak di luar gedung.
3. Sistem Hydrant Kota
adalah hidran yang terpasang ditepi sepanjang ialah jalan pada daerah
perkotaanyang dipersiapkan sebagai prasarana kota oleh pemerintah daerah
setempat gunamenanggulangi bahaya kebakaran. Persedian air untuk jenis atau ini
dipasok oleh perusaahaan air minum (PDAM) setempat.
c) APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. APAR sering disebut dengan
tabung gas fire extinguisher atau racun api. Fire extinguisher atau yang biasanya
disebut racun api adalah alat yang digunakan untuk memadamkan api skala kecil yang
biasanya berbentuk tabung dan untuk kebutuhan pemadaman api yang sifatnya
darurat. Alat pemadam api ini tidak diperuntukkan untuk pemadaman api yang
sifatnya sudah out-of-control, seperti kebakaran dimana api yang telah membakar
langit-langit bangunan, atausituasi-situasi kebakaran yang memang hanya bisa diatasi
oleh petugas pemadamkebakaran yang sudah terlatih.
Karakteristik Fire extinguisher atau racun api yaitu :
1. Terdiri dari jenis tertentu dan bukan merupakan pemadam untuk segala jenis
kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakannya perlu diidentifikasi jenis
bahan terbakar.
2. Hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, Fire extinguisher atau
racu api kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar.
3. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus
menerus 8detik.
4. Bila telah dipakai harus diisi ulang.
5. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.

2.4. Penerapan Sistem Proteksi Kebakaran Yang Sesuai Dengan SNI

Standar Nasional Indonesia (SNI) membantu untuk melakukan standardisasi atas


produk atau sistem tertentu. Salah satunya masalah proteksi kebakaran gedung yang juga
memiliki beberapa standar. SNI proteksi kebakaran gedung sendiri terdiri dari beberapa
hal yang terkait.

2.4.1. SNI Proteksi Kebakaran Gedung Sistem Deteksi Dan Alarm

Salah satu sistem proteksi untuk kebakaran yaitu berupa alarm dan detektor.
Peralatan yang dapat memberikan sinyal saat muncul api tersebut cukup penting
dalam deteksi kebakaran. Alat alarm kebakaran sendiri saat ini mudah didapatkan.
Namun untuk penggunaan yang tepat maka perlu memperhatikan SNI 03-3985-
2000.
Standar yang ditetapkan mencakup persyaratan minimal, kinerja, pemasangan,
pengujian, pemeliharaan dan lain-lain. Ini tidak mencegah penggunaan peralatan
baru asalkan memiliki kualitas, keamanan, dan efektivitas yang serupa. Peralatan
baru bisa diajukan untuk diuji oleh pihak yang berwenang.Standar proteksi
kebakaran gedung berkaitan dengan alarm dan detektor ini mengacu pada
Standard on Automatic Fire Detector, NPFA-72E. Beberapa hal yang tertulis
dalam SNI pemasangan alarm dan detektor, antara lain:
1. Peralatan Mendapat Persetujuan Dari Instansi Berwenang
Peralatan deteksi kebakaran yang digunakan harus terdaftar dan disetujui. Alat
detektor bisa disyaratkan agar memiliki informasi teknis dan denah sebelum
dipasang. Pengujian pada alat tersebut juga dibutuhkan agar mengetahui apakah
dapat berjalan baik atau tidak.
2. Pemasangan Yang Sesuai Standar
Pemasangan detektor perlu dilakukan sesuai dengan standar teknis yang tertera.
Detektor juga harus dipasang ke seluruh daerah jika disyaratkan. Alat yang
terpasang juga harus dapat terjangkau untuk pemeliharaan dan pengujian.
3. Jarak Pemasangan
Jarak pemasangan detektor tidak boleh melebihi dari jarak yang ada di daftar.
Pada langit-langit, detektor penginderaan panas harus memiliki jarak yang sama
0.7 kali dari jarak terdaftar. Di dalam SNI dijelaskan secara rinci mengenai jarak
sesuai dengan berbagai jenis langit-langit dan detektor.
4. Inspeksi Dan Pengujian
Detektor yang digunakan harus diuji sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
instansi berwenang. Selain itu pemeriksaan visual juga diperlukan untuk
memastikan kondisi fisik detektor dalam keadaan baik. Adanya perubahan visual
bisa berpotensi menyebabkan perubahan pada kinerjanya.

2.4.2. SNI Perencanaan Akses Bangunan Dan Lingkungan Untuk Pencegahan


Kebakaran

Selain SNI untuk detektor kebakaran, ada juga SNI untuk akses bangunan.
Standar ini ditetapkan dengan tujuan agar penyelamatan dapat dilakukan secara
efektif. Beberapa hal yang diatur dalam SNI 03-1735-2000, antara lain:
1. Jalan Lingkungan
Bangunan harus memiliki jalan lingkungan sehingga bisa dengan mudah
melakukan pemadaman saat kebakaran meluas. Perlu juga adanya penandaan jalur
di sudut area jalur mobil pemadam kebakaran. Sudut-sudut permukaan yang
dikeraskan diberi warna yang kontras dengan permukaan tanah atau lapisan.
2. Hidran Halaman
Jika ada hidran kota maka harus ada jarak bebas hambatan dengan jarak 50 meter.
Jika tidak tersedia maka perlu dipasang hidran halaman. Jumlah hidran yang
dipasang juga disesuaikan dengan kebutuhan bangunan. Hidran ditempatkan di
sekitar jalur akses mobil pemadam kebakaran.
3. Bukaan Akses
Setiap bangunan perlu memiliki bukaan akses untuk petugas pemadam
kebakaran. Bukaan ini harus siap untuk dibuka baik dari dalam dan luar, serta
dibuat dari bahan yang mudah dipecahkan. Ini juga harus diberi tanda berupa
segitiga warna merah dan diberi tulisan.Jumlah bukaan dan posisinya juga
ditentukan. Setiap lantai kecuali lantai pertama harus memiliki 1 bukaan akses
setiap 620 meter persegi luas lantai. Ketentuan lebih rinci bisa dilihat langsung di
SNI Proteksi Kebakaran tentang akses bangunan.
2.4.3. Menerapkan SNI Proteksi Kebakaran Gedung

Pengelola gedung atau bangunan bisa mencoba untuk melakukan penerapan


sistem proteksi kebakaran yang sesuai standar. Namun akan lebih mudah jika
menggunakan jasa proteksi kebakaran profesional. Adanya jasa yang sudah
berpengalaman dapat membantu agar sistem benar-benar direncanakan dan
diinstal dengan tepat.
Menerapkan sistem yang sesuai dengan standar memberikan banyak keuntungan.
Ini bisa meminimalkan risiko karena sistem yang sesuai standar sudah memenuhi
ketentuan keamanan yang optimal. Jika ditelaah, rincian sistem proteksi
kebakaran yang sesuai SNI sudah sangat detail dan memperhatikan efektivitas
dan keamanan. Ini bisa menjadi nilai lebih pada bangunan jika diterapkan.
Penghuni bangunan juga bisa merasa lebih aman dan terlindungi.
Total Fire Indonesia sendiri merupakan salah satu jasa kontraktor fire protection
gedung. Layanan yang diberikan mulai dari alarm detektor kebakaran, sprinkler
kebakaran, dan sistem pemadam kebakaran lainnya. Sudah dipercaya menangani
klien perusahaan besar tentunya SNI proteksi kebakaran gedung selalu diterapkan
dalam perencanaan dan pemasangannya.
Memberikan kepercayaan pada pihak profesional tentunya akan lebih
memudahkan pengelola gedung. Keuntungan yang didapatkan dengan
menerapkan sistem yang sesuai dengan SNI proteksi kebakaran gedung akan
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Bagi yang ingin berkonsultasi lebih dulu
bisa langsung menghubungi nomor kontak dari TotalFire Indonesia.
2.5. Sistem Evakuasi

Setelah terjadinya kebakaran, terdapat dua hal yang umum dilakukan yaitutindakan
pemadaman dan evakuasi. Sistem evakuasi dalam bencana kebakaran dilakukandengan
cara menyelamatkan korban yang terjebak di dalam areal gedung atau wilayahyang
terbakar. Penyelamatan korban dari areal gedung dapat dilaksanakan melalui beberapa
jalur evakuasi yang memang disediakan sebelumnya. Jalur-jalur evakuasitersebut
diantaranya adalah tangga darurat, pintu keluar darurat dan balkon pada ruang-ruang
yang ada pada gedung bertingkat.Sistem evakuasi adalah sistem yang menyangkut
mengenai proses penyelamatankorban pada suatu keadaan yang dianggap berbahaya.
Sistem evakuasi yang dilakukanuntuk para korban pada lokasi kebakaran dapat dilakukan
melalui beberapa caradiantaranya sebagai berikut.
2.5.1. Komponen Sistem Evakuasi

1. TANGGA DARURAT
Tangga pada bangunan bertingkat rendah dan tinggi, disediakan sebagai
tanggadarurat dan tangga kebakaran. Keduanya memiliki syarat yang berbeda.
Tangga daruratdigunakan oleh pemakai bila alat transportasi lain tidak berfungsi
seperti lift atau escalator.Berbeda dengan tangga kebakaran, sesuai dengan
namanya, tangga kebakaran memangdigunakan pada saat kebakaran. Untuk itu
faktor keselamatan sangat diperhatikan pada tangga jenis ini.
Tangga darurat, diletakkan terbuka dan dekat dengan lobby lift, sehingga
pemakaimudah menemukannya. Tangga kebakaran diletakkan pada tempat
tertentu yangmemenuhi persyaratan keselamatan terhadap bahaya kebakaran.
Persyaratan mengenaielemen penyusun dan tata letak tangga darurat diantaranya
sebagai berikut.
a) Tangga diletakkan di dalam ruangan tangga kebakaran yang di depan
dandidalamnya diberi lampu emergency otomatis penunjuk arah.
b) Tangga terbuat dari material yang kuat terhadap kebakaran dalam waktu
tertentu.
c) Tangga terletak di dalam ruang yang kedap api berdinding cukup tebal
danminimal tidak ikut terbakar dalam waktu tertentu sehingga penghuni
bisamenyelematkan diri.
d) Memiliki ruang udara tekan (supaya asap tidak masuk ke dalam ruang
tangga), bisa juga menggunakan pressure fan yang berfungsi memberikan
tekanan pada udara didalam ruangan.
e) Memiliki pintu besi tahan api yang membuka kearah dalam ruang tangga,
tetapi pada ruang paling atas dan bawah, pintu membuka kearah luar tangga.
Yang tidakkalah penting adalah ruang tangga kebakaran yang terletak di lantai
dasar memiliki pintu langsung berhubungan dengan udara luar.
f) Ukuran lebar tangga dihitung sesuai kapasitas gedung.
g) Jarak antar tangga kebakaran sesuai dengan standar keamanan gedung.
h) Sesuai dengan standard dan perhitungan tangga, jenis tangga ini juga
memilikisyarat keselamatan. Ukuran tinggi pijakan dan lebarnya sesuai dengan
pemakainya, begitu pula untuk material yang digunakan cukup aman (tidak
licin dan tidak membahayakan), dan tidak mudah terbakar.
Sebagai pemakai gedung, sebaiknya juga memahami perbedaan tangga darurat
dan tangga kebakaran, sehingga dapat menggunakan kedua jenis tangga ini
dengan tepat. Keselamatan bersama dapat terjadi dengan adanya penggunaan
tangga yang tepat sesuai fungsi.
2. KORIDOR
Koridor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Lebar minimum 1,80 m
b) Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu kebakaran yang terdekat tidak boleh
lebih dari 25m.
c) Dilengkapi tanda-tanda penunjuk yang menunjukkan arah ke pintu
kebakaran.
3. PINTU DAURAT
a) Persyaratan Umum
Pintu penahan asap harus dibuat sedemikian rupa sehingga asap tidak akan
melewati pintu dari satu sisi ke sisi yang lainnya, dan bila terdapat bahan kaca
pada pintu tersebut, maka bahaya yang mungkin timbul terhadap orang yang
lewat harusminimal.
b) Konstruksi yang memenuhi syarat.
Pintu pengontrol asap yang terdiri dari satu pintu atau lebih memenuhi
persyaratan paragraf jika pintu tersebut dibuat sebagai berikut:
• Daun pintu dapat diputar dari satu sisi ke bukaan pintu keluar; atau
berbelok ke salah satu arah.
• Daun pintu dapat menahan asap pada suhu 2000 C selama 30 menit
• Memperbaiki daun pintu, ketebalan 35 mm
• Penutup foil pintu atau pengumpul asap sudah terpasang.
• Daun pintu biasanya dalam posisi tertutup; atau
• Daun pintu ditutup secara otomatis dengan penutup pintu otomatis,
terdeteksi oleh detektor asap yang dipasang sesuai standar saat ini dan
ditempatkan secara horizontal di kedua sisi pintu, dengan jarak maksimal
1,5 meter dari pintu. Jika terjadi kegagalan daya pada gerbang, daun
gerbang berhenti dengan aman dalam posisi tertutup.
• Setelah dibuka secara manual, pintu akan menutup kembali sepenuhnya.
• Semua bahan kaca atau kaca yang melekat pada atau bagian dari pintu api
harus sesuai dengan standar yang berlaku.
• Jika panel kaca tersebut dapat dibingungkan oleh jalan keluar yang tidak
terhalang, keberadaan kaca tersebut harus dikenali dari struktur tembus
cahayanya.
4. LIFT PEMADAM
Lift pemadam adalah lift yang digunakan oleh pemadam kebakaran untuk
mengakses bangunan, atau bagian bangunan yang tinggi yang sedang mengalami
musibah kebakaran, umumnya akses yang digunakan oleh pemadam kebakaran
untuk mengakses bagian bangunan tersebut adalah hidrolik yang terdapat pada
mobil pemadam, karena jika menggunakan tangga pada bangunan penyelamatan
akan menjadi sangat lambat, dan jika menggunakan lift akan sangat berbahaya
bagi petugas pemadam, sehingga yang umumnya digunakan untuk mengakses
bagian atas bangunan yang sedang mengalami musibah kebakaran adalah hidrolik
yang terdapat pada mobil pemadam kebakaran
5. RUANG KOMPARTEMEN
Kompartemen Kebakaran merupakan suatu bangunan atau ruangan yang
mempunyai elemen pembentuk ruang berupa dinding atau lantai yang tahan
terhadap kebakaran/api dengan bukaan yang dilindungi secara baik. Pada
bangunan tinggi di mana mengevakuasi seluruh orang dalam gedung dengan
cepat adalah suatu hal yang mustahil, kompartemen dapat menyediakan
penampungan sementara bagi penghuni atau pengguna bangunan untuk
menunggu sampai api dipadamkan atau jalur menuju pintu keluar sudah aman.
Kompartemen kebakaran didesain sebagai berikut :
• Tidak terpengaruh terhadap suhu dan tekanan yang diakibatkan dari
kebakaran pada bagian bangunan yang digunakan bersama,
• Melaksanakan fungsinya secara independen tanpa bantuan dari pemadam
kebakaran manapun,
• Memiliki akses masuk dan peralatan penutup akses masuk seminimal
mungkin (seperti; pintu, jalur pemipaan, lubang, dan segel jalan masuk pipa
dan kabel) yang di desain memiliki tingkat tahan api paling sedikit sama
dengan tingkat tahan api dari kompartemen itu sendiri,
• Memiliki beberapa struktur, sistem dan komponen yang penting untuk
keselamatan yang ditempatkan pada setiap kompartemen kebakaran yang
berbeda,
• Mempunyai pencahayaan darurat,
• Mempunyai bagian permukaan yang tidak terbakar dan tidk mengeluarkan gas
yang mudah terbakar, dan
• Mempunyai tingkat tahan api paling singkat satu jam.
Tingkat tahan api dari kompartemen kebakaran harus memiliki:
• Kestabilan
Kemampuan spesimen yang menahan beban untuk mendukung uji
pembebanan, tanpa melampaui kriteria mengenai pertambahan atau laju
deformasi atau keduanya.
• Integritas
Kemampuan dari spesimen elemen yang terpisah untuk membatasi suatu
kebakaran sampai kriteria tertentu untuk runtuh, bebas dari lubang, retak dan
celah, dan kebakaran yang berkelanjutan pada permukaan yang tidak terpapar.
• Insulasi
Kemampuan dari spesimen elemen yang terpisah untuk membatasi kenaikan
suhu dari permukaan yang tidak terpapar sampai ke batas bawah level yang
ditentukan pada kondisi kebakaran.
Kriteria fisik pada kompartemen kebakaran :
• Ketahanan mekanik,
• Kapasitas ketahanan terhadap nyala api,
• Kapasitas ketahanan terhadap gas yang panas atau mudah terbakar, dan
• Insulasi panas.
(Karakterisasi dari kompartemen kebakaran mengikuti standar Indonesia atau
standar Internasional.
2.6. Sistem Tanda

Tanda Keluar (Exit)


Suatu tanda eksit harus jelas terlihat bagi orang yang menghampiri eksit dan harus
dipasang pada, di atas atau berdekatan dengan setiap:
• Pintu yang memberikan jalan ke luar langsung dari satu lantai ke tangga, jalan
terusan atau ramp yang dilindungi struktur tahan api yang berfungsi sebagai exit
yang memenuhi persyaratan,
• Pintu dari suatu tangga, jalan terusan atau ramp yang dilindungi struktur tahan
api atau tiap level hamburan ke jalan umum atau ruang terbuka; dan eksit
horisontal, dan
• Pintu yang melayani atau membentuk bagian dari exit yang disyaratkan pada
lantai
• Tanda Penunjuk Arah

2.7. Persyaratan Jalur Evakuasi

Dalam setiap bangunan harus memiliki jalur evakuasi darurat yang berguna untuk
mengevakasi penghuni bangunan apabila terjadi suatu bencana dalam bangunan
tersebut, biasanya dalam setiap bangunan memiliki tangga dadurat yang umumnya
digunakan untuk jalur evakuasi saat terjadi kebakaran dan tidak memungkinkan
menggunakan lift.
Syarat-syarat jalur evakuasi tersebuat adalah sebagai berikut:
• Jalur Evakuasi bersifat permanen, menyatu dengan bangunan gedung.
• Jalur Evakuasi harus memiliki akses langsung ke jalan atau ruang terbuka yang
aman.
• Jalur Evakuasi dilengkapi Penanda yang jelas dan mudah terlihat.
• Penanda/ Safety Sign dapat menyala di kegelapan (glow in the dark).
• Jalur Evakuasi dilengkapi penerangan yang cukup.
• Jalur Evakuasi bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang dapat
membahayakan.
• Jalur Evakuasi bersih dari orang atau barang yang dapat menghalangi gerak.
• Jalur Evakuasi tidak melewati ruang yang dapat dikunci.
• Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal 71.1 cm dan tinggi langit-langit minimal
230 cm.
• Pintu Darurat dapat dibuka ke luar, searah Jalur Evakuasi menuju Titik Kumpul.
• Pintu Darurat bisa dibuka dengan mudah, bahkan dalam keadaan panik.
• Pintu Darurat dilengkapi dengan penutup pintu otomatis.
• Pintu Darurat dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian
bangunan yang lain.
• Tangga Darurat dirancang tahan api, minimal selama 1 jam.
• Anak tangga pada tangga darurat harus terbuat dari bahan yang anti slip

2.8. Membuat Akses Penyelamatan Dengan Merusak Bagian Gedung

Jika kebakaran berlangsung sangat hebat maka cara yang biasanya dilakukan oleh petugas
untuk mengevakuasi korban kebakaran adalah denan merusak beberapa bagian
bangunan untuk mempercepat akses dari lokasi kebakaran ke lokasi penyelamatan,
bagian gedung yang umumnya dirusak adalah jendela, karena jendela merupakan bagian
bangunan yang mudah untuk dihancurkan, tetapi untuk beberapa situasi tidak menutup
kemungkinan juga petugas merusak tembok bangunan sebagai salah satu cara untuk
menyelamatkan korban bencana.
Bagi korban yang berada di lantai atas gedung yang sudah terlanjur terjebak oleh api dan
tidak bisa menyelamatkan diri melalui tangga darurat maka petugas akan menyiapkan
trampolin ataupun kasur yang berisi udara di samping gedung, jadi untuk korban yang
benar-benar terpojok di atas gedung tersebut dapat melompat dari atas degung dan
mendarat di kasur udara maupun trampolin yang telah disiapkan oleh petugas pemagam,
hal ini biasanya cukup efektif dalam penyelamatan korban-korban kebakaran pada situasi
yang sangat darurat.

2.9. Cara Evakuasi Pada Gedung Bertingkat

Kebakaran umumnya ditandai dengan bunyi alarm, dan pengumuman dari Gedung
mengenai keadaan darurat kebakaran. Saat alarm tanda kebakaran berbunyi itu berarti
proses kebakaran mulai terjadi dan sistem pemadam kebakaran pada suatu bangunan
akan bekerja. Saat sistem pemadaman mulai bekerja secara otomatis ada baiknya apabila
penghuni bangunan dapat menyelamatkan diri dengan mengikuti prosedur keamanan
dan penanggulangan kebakaran yang baik dan benar. Hal yang pelu dilakukan bagi
penghuni bangunan adalah sebagai berikut:
1. TETAP TENANG. Semakin kita tenang, semakin kita bisa berpikir dan tanggap.
Mengikuti latihan tanggap darurat di tempat kerja masing-masing atau di fasilitas
publik lainnya (atau bahkan di rumah), bisa membuat kita semakin tenang dan tahu
apa yang harus dilakukan.
2. PADAMKAN API BILA TERLATIH. Bila melihat api, segera beritahu orang
terdekat di sekitar anda. Dan apabila anda terlatih menggunakan alat pemadam api
ringan (APAR), maka raihlah APAR terdekat dan padamkan api tersebut. Mintalah
orang lain yang terdekat dengan anda untuk menghubungi petugas sekuriti atau
petugas tanggap darurat ketika anda memadamkan api. Bila tidak terlatih, segera
beritahu orang terdekat di sekitar anda dan menjauhlah dari sumber api. Orang
terdekat (yang terlatih), petugas sekuriti ataupun petugas tanggap darurat akan
memadamkan api tersebut.
3. TIDAK MENGGUNAKAN LIFT. Meskipun berkumpul di area lobi lift, anda
DILARANG menggunakan lift. Perilaku berisiko apabila masih menggunakan lift
saat kebakaran, saat gempa, atau saat gedung belum menyatakan lift aman untuk
digunakan! Di gedung yang mengikuti standar keselamatan gedung bertingkat, lift
orang tidak dioperasikan pada saat keadaan darurat. Lift barang –karena
peruntukannya untuk barang–punya disain teknis yang lebih kuat. Saat keadaan
darurat, hanya digunakan untuk mengevakuasi mereka yang mengalami gangguan
kesehatan, ditemani oleh petugas evakuasi gedung dan lantai. Penggunaan lift barang
berada di bawah pengawasan penuh tim tanggap darurat dari Gedung.
4. IKUTI PETUNJUK PETUGAS TANGGAP DARURAT. Nah, anda beruntung
apabila saat keadaan darurat, ada petugas tanggap darurat lantai yang membimbing
anda. Umumnya, mereka memakai rompi warna merah, hijau, atau band-aid
berwarna di lengannya. Sangat mudah untuk dikenali dan dimintai bantuan. Petugas
tidak akan mengijinkan kita untuk meninggalkan barisan di lobi lift sampai instruksi
itu diberikan. Saat itu, petugas dan komandannya menunggu instruksi dari Gedung –
apakah dilakukan evakuasi atau tetap di tempat.
5. EVAKUASI LEWAT TANGGA DARURAT. Pola barisan mengikuti besar
ruangan tangga darurat, ada yang berbaris 2-2, ada yang cukup satu barisan. Ikuti saja
instruksi Komandan tanggap darurat (floor warden). Pekerja/tamu perempuan di
barisan paling depan, diikuti oleh pekerja laki-laki. Di barisan paling depan, ada
petugas pemadam api (fire warden/fire suppressor) dan petugas kesehatan (first
aider). Di barisan paling belakang, juga ada kedua petugas tersebut, plus Komandan
petugas. Selama berbaris, TETAP TENANG.
6. BERJALAN TERTIB, TIDAK BERLARI. Ketika menuruni tangga darurat,
berjalanlah menuruni tangga darurat dengan tertib, cepat, tapi tidak berlari. Perilaku
anda yang tergesa-gesa, berteriak-teriak, dan menyusul orang di depan anda, dapat
membuat panik orang lain. Yang dapat terjadi adalah tercipta kerumunan masal
bergerak sangat cepat, yang saling berebut menuruni tangga darurat, saling
mendorong, lalu ada yang terjatuh, lemas, dan terinjak-injak. Korban yang tercatat
adalah sebagian besar berasal dari korban dari tangga darurat yang terinjak-injak dan
lemas. Maka dari itu, tetaplah di dalam barisan dan ikuti instruksi yang diberikan
oleh petugas tanggap darurat.
7. BERJALAN MENUJU MUSTER POINT (TEMPAT BERKUMPUL). Ikuti
saja orang yang berjalan di depan anda. dan petugas tanggap darurat. Tetaplah dalam
barisan.
8. LAPORKAN DIRI ANDA PADA SAAT PENGHITUNGAN ORANG
(HEAD COUNT). Petugas akan mengabsen nama-nama orang yang turun
bersamanya. Gunanya adalah untuk memastikan tidak ada orang-orang yang
tertinggal di gedung.
9. TETAP DI MUSTER POINT. Di muster point, petugas tanggap darurat
menunggu instruksi dari petugas Gedung, apakah Gedung telah aman atau masih
berbahaya untuk dimasuki. Apabila dinyatakan telah aman, petugas akan
mempersilahkan anda untuk kembali ke gedung.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan selama proses evakuasi diantaranya sebagai berikut:
• Di dalam proses evakuasi, apabila mengalami gangguan kesehatan (keringat
dingin, sesak napas, pusing, sakit kepala, mual, muntah), maka pisahkan diri dari
barisan dan TENANGKAN DIRI ANDA. Panggillah petugas first aider atau
orang terdekat di sekitar anda. Petugas first aider akan menenangkan anda. Anda
tidak akan ditinggal oleh petugas.
• Bila menemukan ada orang yang pingsan, segera panggil petugas first aider atau
petugas tanggap darurat lainnya. Ketiga petugas (first aider, fire suppressor, floor
warden) memiliki keterampilan memadamkan api dan memberikan first aid.
Namun, apabila anda terlatih untuk menolong orang yang pingsan, maka lakukan
pertolongan pertama dan tetaplah tenang. Minta orang terdekat di sekitar anda
untuk memanggil petugas tanggap darurat.
• Hindari membawa barang-barang yang bisa menghambat proses evakuasi diri
anda DAN diri orang lain. Prioritas utama adalah jiwa, bukan materi. Di dalam
proses evakuasi, kita diharapkan sekali untuk saling menjaga ketenangan dan
membuat tenang orang lain. Bawaan barang yang besar bisa membuat orang lain
tidak tenang karena proses menuruni tangga darurat menjadi lebih lama, belum
lagi risiko tertimpa barang itu (bila barang tiba-tiba jatuh).
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan yang dibuat pada bab sebelumnya, maka kesimpulan
yang dapat diambil yaitu sebagai berikut.

3.1.1. Sistem Pencegahan

Sistem pencegahan adalah tindakan atau perhitungan yang sudah dilakukan


sebelum suatu bahaya itu muncul. Tindakan pencegahan terhadap bahaya
kebakaran dapat dilakukan melalui tindakan langsung maupun pengolahan bahan-
bahan disekitar kita untuk dapat memperkecil persentase terjadinya kebakaran itu
sendiri.

3.1.2. Sistem Pemadaman

Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting merupakan sistem yang
difungsikan untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi di dalam gedung.
a) Sistem sprinkler
Instalasi pipa pada sistem sprinkler berfungsi untuk mengatasi kebakaran
secara otomatis disetiap ruangan.
b) Sistem Hydrant
Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air. Instalasi
pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi kebakaran secara
manual dengan menggunakan hydrant box.

3.1.3. Sistem Evakuasi

Sistem evakuasi dalam bencana kebakaran dilakukan dengan cara menyelamatkan


korban yang terjebak di dalam areal gedung atau wilayah yang terbakar.
Penyelamatan korban dari areal gedung dapat dilaksanakan melalui beberapa jalur
evakuasi yang memang disediakan sebelumnya. Jalur-jalur evakuasi tersebut
diantaranya adalah tangga darurat, pintu keluar darurat dan balkon pada ruang-
ruang yang ada pada gedung bertingkat.
3.2. Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan sebagai tim penyusun diantaranya sebagai
berikut:
1) Sebaiknya cara pencegahan mengenai pemadaman kebakaran yang sudah dijabarkan
diatas dapat diaplikasikan dengan baik.
2) Apabila bencana kebakaran terjadi, maka masyarakat dapat mengikuti langkah-
langkah evakuasi yang telah diberikan diatas.
3) Pada gedung-gedung atau bangunan dengan dimensi yang cukup luas sebaiknya
memiliki sistem pemadam kebakaran yang baik dan jalur evakuasi yang memadai
sesuai jumlah penghuni gedung.
DAFTAR PUSTAKA

Academia. (2014). Tugas Sains dan Utilitas Bangunan 2. Diakses pada 26 Februari 2023, dari
https://www.academia.edu/8111122/TUGAS_SAINS_BANGUNAN_DAN_UTILIT
AS_2.
Totalfire. (2021). Penerapan SNI Proteksi Kebakaran Gedung. Diakses pada 26 Februari 2023,
dari https://totalfire.co.id/penerapan-sni-proteksi-kebakaran-gedung/.

Anda mungkin juga menyukai