Anda di halaman 1dari 5

ANALISA DAN EVALUASI SISTEM MANAJEMEN KEBAKATAN PADA KASUS KEJADIAN

KEBAKARAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

Farhana Syahrotun Nisa Suratna


Department of Occupational Helath and Safety, Public Helath Faculty, Airlangga University, Surabaya
Email : farhana.syahrotun.nisa-2018@fkm.unair.ac.id

Abstrak

Kebakaran adalah suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian harta benda dan korban jiwa. Kebakaran
terjadi karena adanya interaksi antara bahan bakar (fuel), oksigen dan panas. Sulitnya penanggulangan bencana
kebakaran pada gedung dikarena memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis kebakaran yang ada di
pabrik. Oleh karena itu maka diperlukan sebuah evaluasi sistem manajemen kebakaran yang dilakukan secara
terus menerus dengan baik dan terencana sepanjang kegiatan operasional di gedung tersebut. Manajemen
kebakaran dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu diawali dari pencegahan yang dilakukan saat pra kebakaran
dengan membuat kebijakan terkait bahaya kebakaran, pembuatan organisasi dan prosedur kebakaran,
identifikasi bahaya kebakaran, pembinaan dan pelatihan peran kebakaran, pemasangan sistem proteksi
kebakaran, inspeksi kebakaran dan pengendalian bahaya kebakaran. Pada tahap yang kedua penanggulangan
yang dilakukan saat kejadian kebakaran yaitu dengan sistem tanggap darurat yang baik dan efektif sehingga
kebakaran dapat secepatnya dipadamkan serta proses evakuasi dapat berjalan dengan sempurna. Sedangkan
tahap yang ketiga adalah fase rehabilitasi dan rekonstruksi dari dampak kebakaran yang dilakukan pasca
kebakaran dengan melakukan penyelidikan dan pelaporan serta audit kebakaran. Dari ketiga tahapan diatas
dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kelebihan dan kekurangan sistem manajemen kebakaran di ruang
kemahasiswaan Fakultas Kesehatan Masyarakat guna perbaikan strategi manajemen kebakaran selanjutnya.

Keyword : Pencegahan, penanggulagan, manajemen kebakaran.

habis ruangan perpustakaan, tata usaha, ruang


PENDAHULUAN dosen, ruang mahasiswa.
Aspek penting dalam keselamatan kerja Berdasarkan kejadian kebakaran diatas
adalah terhindarnya pekerja dari potensi bahaya dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya
terutama kebakaran. Risiko kebakaran tidak dapat perhatian pihak terkait terhadap sistem proteksi
dieliminasi secara total. Risiko kebakaran kebakaran. Bahaya kebakaran harus dikelola
merupakan potensi yang dapat menyebabkan dengan baik dan secara terencana dengan
kerugian dan mengancam keselamatan jiwa dan menerapkan sistem manajemen kebakaran yang
manusia serta menimbulkan kerugian harta benda baik. Selama ini masyarakat, perusahaan atau
yang diakibat dari nyala api yang tidak terkendali. instansi pemerintah cenderung mengabaikan sistem
Keselamatan penghuni yang berada di manajemen kebakaran di tempatnya masing-masing
dalam bangunan dan lingkungannya harus menjadi dan akan bereaksi ketika dansetelah kebakaran
pertimbangan utama terhadap bahaya kebakaran. terjadi.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Fakultas Kesehatan Masyarakat adalah
No 186 Tahun 1999 yang berbunyi “pengurus atau salah satu gedung yang digunakan untuk
pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan pembelajaran dan kegiatan administrasi
memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kemahasiswaan dengan segala jenis pekerjaan yang
kebakaran di tempat kerja dan pengendalian berhubungan dengan teknologi modern seperti
sebagai bentuk energi, penyediaan sarana deteksi, LCD, komputer, laptop, printer, AC dan peralatan
alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi listrik lain yang digunakan. Peralatan ini dapat
serta pengendalian penyebaran asap, panas dan gas. memicu terjadinya konsleting listrik yang
Pada tahun 2005 kebakaran yang mengakibatkan kebakaran.
diakibatkan dari bahan kimia terjadi di Kampus Besarnya kerugian yang ditimbulkan jika
Universitas Indonesia. Tahun 2006 telah terjadi terjadi kebakaran di Fakultas Kesehatan
kebakaran yang diakibatkan oleh konsleting listrik Masyarakat dan kurangnya perhatian pihak kampus
di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
Perbanas Jakarta. Tahun 2011 kebakaran terjadi di bahaya kebakaran dapat terlihat dari masih
Kampus Universitas Negeri Padang. Api membakar kurangnya pemenuhan persyaratan teknis sistem
proteksi kebakaran seperti Alat Pemadam Api pancaran cahaya yang keluar dari api yang
Ringan (APAR), hidran, detektor, alarm kebakaran. menyala.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis sistem manajemen kebakaran pada C. Klasifikasi Kebakaran
bangunan gedung dan lingkungan di Fakultas Tujuan klasifikasi kebakaran adalah agar
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga memudahkan usaha pencegahan dan pemadaman
Surabaya. kebakaran. Klasifikasi kebakaran digunakan untuk
memilih media (bahan) pemadam yang tepat dan
KAJIAN TEORITIS sesuai, sehingga usaha pencegahan dan pemadaman
akan tepat. National Fire Protection Association)
A. Kebakaran mengklasifikasikan kebakaran sebagai berikut :
Api adalah suatu fenomena proses
oksidasi antara 3 komponen yaitu bahan bakar, Risiko Material Alat
panas yang cukup untuk membuat benda terbakar, Pemadam
dan udara (oksigen). Semua komponen ini harus Kelas A Kayu, kertas, kain Air sebagai
hadir untuk menghasilkan api dan api tersebut akan (bahan padat) alat pemadam
terus menyala hingga salah satu komponen tersebut utama
dihilangkan (National Fire Protection Association, Kelas B Bensin, minyak Jenis basa
2015). tanah (bahan cair) sebagai alat
Keberadaan api yang tidak dapat pemadam
dikendalikan maka dapat menimbulkan kerugian utama (foam)
baik harta benda hingga kematian (Suma’mur, Kelas C Kebakaran pada Dry chemical,
2007). Maka kebakaran dapat dikatakan sebagai alat-alat listrik CO2, gas
suatu kondisi terjadinya interaksi antara bahan hallon
bakar (fuel), oksigen dan panas, tetapi bukan Kelas D Magnesium, Bubuk kimia
karena dikehendaki (Suprapto, 2006). potassium, kering
Frekuensi terjadinya kebakaran di suatu titanium (bahan (drysand,
tempat menunjukkan kemungkinan bahaya logam) bubuk pryme)
kebakaran tersebut dapat terulang. Semakin tinggi
frekuensi kebakaran di suatu tempat maka semakin D. Teknik Pemadaman
tinggi kemungkinan mengalami kebakaran Ada beberapa teknik untuk dapat
kembali. Frekuensi terjadinya kebakaran memadamkan kebakaran (Ramli, 2010) :
merupakan salah satu komponen yang dapat a. Teknik pendinginan
menentukan tingkat ancaman suatu kejadian Teknik pendinginan (cooling) adalah teknik
kebakaran di suatu tempat. Frekuensi terjadinya memadamkan kebakaran dengan cara
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2012). mendinginkan atau menurunkan uap atau gas
yang terbakar sampai di bawah temperatur
B. Cara Penjalaran Api nayalanya. Teknik ini banyak dilakukan oleh
Menurut Ramli (2010), perambatan api Petugas Pemadam Kebakaran (PMK) dengan
dapat terjadi melalui beberapa cara : menggunakan semrotan air ke titik kebakaran
1. Konduksi sehingga api secara perlahan dapat berkurang
Konduksi adalah proses perambatan api melalui dan mati. Semprotan air yang disemprotkan ke
benda padat, misalnya api merambat melalui titik api mengakibatkan udara sekitar api
kayu, tembok, ataupun besi. Apabila terjadi mendingin. Sebagian panas akan diserap oleh
kebakaran disuatu ruangan, maka dapat air yang kemudian berubah bentuk menjadi uap
merambat melalui tembok tersebut sehingga air yang mendinginkan api.
ruangan disebelah akan mengalami pemanasan b. Pembatasan oksigen
dan api dapat merambat dengan mudah. Teknik ini disebut smothering, sesuai dengan
2. Konveksi teori segitiga api, kebakaran dapat dihentikan
Konveksi adalah perambatan api melalui media dengan menghilangkan atau mengurangi suplai
cairan atau uap air. Apabila terjadi kebakaran di oksigen supaya api dapat padam.
suatu ruangan, maka paas juga dapat merambat c. Penghilangan bahan bakar
melalui pergerakan atau aliran udara panas ke Dengan sendirinya api akan mati jika bahan
ruangan tersebut. Aliran udara panas akan yang terbakar habis (fuel), sehingga api dapat
mengalir dari suatu ruangan yang lebih panas dipadamkan dengan menghilangkan atau
menuju ruangan yang lebih dingin. mengurangi bahan yang terbakar (starvation).
3. Radiasi Teknik ini dilakukan dengan menyemprot
Radiasi adalah proses perambatan api melalui bahan yang terbakar dengan busa sehingga
media gelombang elektromagnetik dan suplai bahan bakar untuk kelangsungan
kebakaran terhenti atau berkurang sehingga api
akan mati atau dengan menjauhkan bahan yang kebakaran yang terdiri dari sarana
terbakar ke tempat yang aman. penanggulangan kebakaran yang salah satunya
d. Memutuskan reaksi berantai adalah penyediaan APAR. Tetapi tidak
Cara terakhir untuk memadankan api adalah dilengkapi dengan peralatan lain seperti hidran,
dengan mencegah terjadinya reaksi berantai alarm kebakaran, rambu-rambu keselamatan,
dalam proses pembakaran. Beberapa zat kimia prasarana penanggulangan kebakaran yang
mempunyai sifat memecah sehingga terjadi meliputi penyediaan sumber air untuk suplai
reaksi berantai atom-atom yang dibutuhkan oleh hidran, adanya jalur evakuasi, serta prosedur
nyala api untuk tetap terbakar. penanggulangan kebakaran yang meliputi
adanya Standar Operasional Prosedur (SOP)
E. Manajemen Penanggulangan Kebakaran kebakaran, dan buku pedoman penanganan jika
Keberadaan suatu sistem manajemen terjadi kebakaran.
penanggulangan kebakaran sangat dibutuhkan oleh Ruang Kemahasiswaan menyimpan
suatu bangunan gedung dengan risiko bencana barang-barang yang mudah terbakar seperti
kebakaran. Pada Keputusan Menteri Negara kayu dan kertas-kertas serta perlatan elektronik
Republik Indonesia No 11/KPTS/2000 tentang yang digunakan untuk kegiatan administrasi.
Manajemen Penanggulangan Kebakaran bangunan Serta pembatas antar ruangan menggunakan
gedung disebutkan jika suatu gedung harus jenis triplek dimana triplek ini merupakan
memiliki sistem manajemen penanggulangan bahan-bahan yang mudah terbakar, kabel-kabel
seperti mempunyai prosedur operasional tetang di dalam ruangan tersebut tidak ditata dengan
penanggulangan kebakaran, sarana dan prasarana baik sehingga dapat memicu untuk terjadi
penanggulangan kebakaran, inspeksi atau kebakaran.
pemeliharaan peralatan pemadam kebakaran dan
khusus penanggulangan kebakaran. Prosedur b. Ketika terjadi kebakaran
operasional tentang penanggulangan kebakaran Kebakaran terjadi pada senin dinihari,
harus mencakup semua terakit tentang tata sumber kebakaran berasal dari konsleting listrik
pelaksanaan tentang penanggulangan seperti akibat kabel dispenser yang masih teraliri arus
prosedur pencegahan risiko timbulnya api atau listri dari hari Jum’at hingga terjadi kebakaran.
kebakaran, prosedur tentang pembentukan personil Kebakaran berlangsung selama 1 jam 20 menit.
atau tim penanggulangan kebakaran disuatu Ketika terjadi kebakaran, petugas jaga malam
gedung, prosedur tentang pengadaan sarana melakukan tindakan penyelamatan dengan
prasarana penanggulangan kebakaran, prosedur memutus arus listrik kemudian mencoba
tentang tata cara pemadaman kebakaran, prosedur memadamkan api dengan APAR (Alat
evakuasi diri, prosedur pemeriksaan dan Pemadam Api Ringan). Usaha yang telah
pemeliharaan sarana prasarana penanggulangan dilakukan tersebut gagal karena api sudah
kebakaran. terlanjur besar dan tidak bisa dikendalikan.
Kemudian petugas tersebut menelfon petugas
pemdam kebakaran. Api berhasil dipadamkan
METODOLOGI dengan bantuan 8 unit pemadam kebakaran kota
Jenis penelitian yang digunakan dalam Surabaya
penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang Kejadian tersebut tidak menimbulkan
bersifat deskriptif. Infromasi didapatkan melalui korban jiwa tetapi hanya kerugian materi
observasi langsung ke tempat kejadian dengan berupa inventaris fakultas dan dokumen-
melakukan wawancara kepada mandor dan staf dokumen penting kemahasiswaan Fakultas
yang bertanggungjawab. Infromasi dikumpulkan Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
pada hari Sabtu 18 Mei 2019 pukul 14.00-15.00.
Alat pengumpulan data dalam analisis c. Pasca Kebakaran
ini adalah pedoman wawancara serta alat bantu  Rehabilitasi dan rekonstruksi
observasi berupa alat perekam dan kamera. Kegiatan pemulihan kembali ruangan
serta material yang mengalami
HASIL DAN PEMBAHASAN kerusakan harus segera diganti atau
diperbaiki. Perbaikan tersebut dapat
1. Analisis Upaya Penanggulangan Kebakaran dilihat dengan menata kabel-kabel arus
a. Sebelum terjadi kebakaran listrik dengan memilih kabel yang sesuai
Berdasarkan hasil observasi yang telah dengan standar, sebelum kebakaran
dilakukan di ruang kemahasiswaan lantai 1 kabel yang digunakan adalah kabel
Gedung Fakultas Kesehatan Masyarakat serabut maka setelah terjadi kebakaran
Universitas Airlangga Surabya didapatkan hasil jenis kabel yang dipilih tidak lagi
bahwa Gedung Fakultas Kesehatan Masyarakat serabut. Desain tempat kerja yang
telah memiliki sistem upaya penanggulangan awalnya menggunkan triplek sebagai
sekat diganti dengan kalsiboard yang Berdasarkan hasil wawancara didapatkan
lebih tahan api dan air. Akses keluar hasil bahwa pihak Universitas Airlangga melalui
masuk ruangan ditambah satu di bagian bagian K3 telah melakukan pelatihan seluruh
samping untuk memudahkan evakuasi satpam di lingkungan Universitas Airlangga
jika terjadi hal-hal yang tidak mengenai bagaimana prosedur dan cara
diinginkan. memadamkan api jika terjadi kebakaran.
 Penyelidikan dan pelaporan Pendidikan dan pelatihan kebakaran merupakan
Fakultas belum memiliki prosedur yang suatu bentuk upaya membekali para satpam dengan
tetap mengenai penyelidikan dan pengetahuan dan keterampilan terkait
pelaporan kepada pihak terkait. penanggulangan keadaan darurat termasuk
Penyelidikan hanya dilakukan oleh pihak kebakaran.
berwajib, pihak internal tidak melakukan Tetapi pelatihan pemadaman kebakaran
penyelidikan lebih mendalam. belum diberikan kepada karyawan, dosen hingga
 Audit kebakaran mahasiswa yang ada di Gedung Fakultas Kesehatan
Universitas Airlangga melalui K3 Masyarakat serta dengan tidak melakukan simulasi
Rektorat belum memiliki program keadaan darurat. Dengan pembinaan dan pelatihan
mengenai audit kebakaran disetiap ini dapat menjadi salah satu cara dalam mengurangi
fakultas atau gedung yang ada di korban jiwa dan kerugian materi ketika terjadi
lingkungan Universitas. Program ini kebakaran.
bertujuan untuk melihat dan
mengevaluasi kesesuaian sistem 5. Audit Kebakaran
manajemen kebakaran di masing-masing Audit bertujuan untuk mengevaluasi
bangunan di lingkungan universitas kesesuaian penerapan sistem manajemen kebakaran
dengan ketentuan atau standar yang di Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan
berlaku. ketentuan atau standar yang berlaku. Dari kegiatan
audit ini dapat diketahui kelebihan dan kekurangan
2. Kebijakan dalam manajemen kebakaran sehingga dapat
Gedung Fakultas Kesehatan Masyarakat diambil langkah perbaikan jika terjadi
Universitas Airlangga belum memiliki kebijakan ketidaksesuaian dengan standar yang berlaku.
mengenai sistem manajemen kebakaran (pra Berdasarkan hasil observasi dan
kebakaran, ketika terjadi kebakaran, pasca wawancara di Gedung Fakultas Kesehatan
kebakaran). Masyarakat belum ada checklist tentang audit
kebakaran yang ditujukan untuk melihat dan
mengevaluasi kesesuaian sistem manajemen
3. Identifikasi Bahaya Kebakaran kebakaran dengan ketentuan atau standar yang
Identifikasi adalah suatu langkah awal berlaku. Evaluasi yang dilakukan hanya berbentuk
untuk mengembangkan sistem manajemen rapat setelah terjadi kebakaran. Audit hendaknya
kebakaran yaitu dengan melakukan identifikasi dan dilakukan minimal 1 tahun sekali dengan
penelitian risiko kebakaran yang ada di masing- menggunakan checklist untuk mempermudah
masing ruang atau bagunan di gedung Fakultas kegiatan audit. Audit kebakaran dapat dilakukan
Kesehatan Masyarakat. Penilaian risiko akan secara independen baik secara internal (fakultas)
membantu untuk memastikan bahwa prosedur maupun eksternal (tim K3 rektorat) oleh pernosil
keselamatan kebakaran, penilaian pencegahan yang memiliki pengalaman dan kompetensi di
kebakaran dan langkah-langkah keselamatan bidangnya.
kebakaran (perencanaan, sistem dan sarana) dapat
bekerja dengan baik. Tiap-tiap ruangan memiliki KESIMPULAN DAN SARAN
risiko kebakaran yang berbeda-beda oleh itu
penanganannya pun juga berbeda-beda. Berdasarkan hasil observasi dan
Fakultas Kesehatan Masyarakat belum wawancara yang telah dilakukan kepada pihak-
melakukan identifikasi dan penilaian risiko pihak terkait yang bertanggungjawab dapat
kebakaran sehingga belum memiliki program- disimpulkan bahwa :
program untuk melakukan pencegahan kebakaran 1. Fakultas Kesehatan Masyarakat belum memiliki
dari perencanaan, sistem dan sarana. Hal ini bisa sebuah sistem manajemen kebakaran dari tahap
dilihat, selain itu juga disetiap lantai tidak dipasang pra kebakaran-saat terjadi kebakaran-pasca
sistem proteksi kebakaran aktif yang lain seperti kebakaran.
alarm, sprinkler, hidran. Universitas melalui K3 2. Stuktur bangunan, desain bangunan
rektorat telah memberikan pelatihan kebakaran menggunakan bahan-bahan yang mudah
kepada satpam (petugas jaga). terbakar seperti triplek dan kayu.

4. Pembinaan dan Pelatihan


3. Instalasi listrik tidak diatur dengan baik Keselamatan Berbasis Potensi Bahaya
sehingga bisa digerogoti tikus sehingga dapat Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan
menjadi pemicu kebakaran. Industri [Online]. Jakarta: Dinas
4. Perilaku karyawan yang tidak ikut mencegah Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
terjadinya kebakaran dengan tidak mencabut Provinsi DKI Jakarta.
listrik yang sudah tidak digunakan sehingga
menjadi penyebab terjadinya kebakaran.
5. Pada proses rehabilitasi dan rekonstruksi
bangunan tidak sampai pada pemasangan sistem
proteksi aktif yang lain seperti hidran, alarm.
Pemasangan sistem proteksi aktif untuk dapat
mencegah kejadian kebakaran dapat terdeteksi
sedini mungkin dan tidak terjadi kembali
dikemudian hari.

Berdasarkan hasil observasi dan


wawancara di atas dapat disarankan kepada
Manajemen Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga untuk :
1. Membuat sistem manajemen penanggulangan
kebakaran di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
2. Membuat program pelatihan kepada seluruh
karyawan, staff, dosen hingga mahasiswa
terkait dengan penanggulangan kebakaran serta
melakukan simulasi kejadian keadaan darurat
yang bertujuan agar seluruh karyawan, satff,
dosen hingga mahasiswa tanggap dan
mengetahui apa yang dilakukan ketika
kebakaran terjadi dan kerugian korban jiawa,
materiil bisa diminimalisir.
3. Melakukan penataan ulang desain ruangan
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan
keselamatan kerja khususnya pada ruangan
pasca kebakaran dan seluruh ruang pada
umumnya. Dikarenakan hampir semua partisi
atau sekat pemisah setiap ruangan yang ada di
Gedung Fakultas Kesehatan Masyarakat adalah
triplek.
4. Melakukan perencanaan untuk pemasangan
sistem proteksi kebakaran aktif dan sistem
proteksi kebakaran pasif sesuai dengan standar
yang berlaku.

REFERENCE

1. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum


No.11/KPTS/2000. 2000 tentang Ketentuan
Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran
di Perkotaan
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I Nomor
186 Tahun 1999. Unit Penanggulangan
Kebakaran Ditempat Kerja. Jakarta.
3. National Fire Protection Association (NFPA)
101. 2015. Life Safety Code. USA.
4. Peraturan Kepala badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 2 tahun 2012.
Pedoman Umum Pengakajian Risiko Bencana.
5. Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis
Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat.
6. Suprapto. 2006. Pengembangan Manajemen

Anda mungkin juga menyukai