Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Sejak abad ke-20, yang ditengarai sebagai “abad bencana alam”, hingga kini, telah
terjadi sejumlah bencana alam besar seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, angin
tornado, badai, angin topan, angin puyuh, dan banjir, disamping tsunami, dan semua ini telah
mendatangkan kerusakan parah dan merenggut nyawa jutaan manusia. Bahkan Indonesia kini
telah menjadi negri bencana. Bencana adalah istilah umum yang di pakai untuk
menggambarkan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian buruk yang tidak diinginkan.
Bencana ini membuat manusia tidak dapat berbuat apa-apa bahkan teknologi cangkih
sekalipun tidak dapat menaklukkannya. Peristiwa ini telah menimbulkan dampak bukan hanya
pada materi tetapi berakibat pada psikis dan spiritual. Dari aspek materi dan fisik bukan hanya
sekedar kegetiran akibat kehilangan tempat tinggal atau fisik material, cacat tubuh, berbagai
macam penyakit tetapi termasuk harus kehilangan anggota keluarga yang dicintai. Dampak
psikis, ia harus menjalani hidup baru, kondisi baru di penampungan, beban hidup baru dan
trauma pasca bencana yang sulit dilupakan. Dari aspek spiritual, banyak orang yang mulai
putus asa, depresi bahkan banyak yang goncang jiwa dan imannya.
Bencana berarti suatu kejadian yang menimbulkan kerusakan, penderitaan, kerugian
bahkan kematian pada manusia ataupun lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas alam
maupun manusia.
Istilah Bencana, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ialah  “sesutu yang
menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan; malapetaka; kecelakaan;
marabahaya.” Dalam sisi lain yang khusus, terutama dalam konteks perilaku manusia,
bencana ialah “gangguan, godaan, tipuan”. Dengan demikian, bencana ialah segala sesuatu
yang terjadi yang menimbulkan kesusahan hidup, baik berupa bencana alam maupun bencana
sosial. jika banjir, gempa, tsunami, kekeringan, tanah longsor, luapan Lumpur panas, dan
sejenisnya termasuk bencana alam; maka tragedy seperti perang dan konflik sosial dapat
dikatakan sebagai bentuk dari bencana sosial. Kecelakaan pesawat, kapal laut tenggelam,dan
tragedy-tragedi serupa, dapat di golongkan kedalam bencana, lebih-lebih yang berskala besar,
yang lebih dekat kebentuk bencana sosial atau kemanusiaan.
Bencana apapun yang dipandang buruk oleh manusia sebetulnya tidak terlepas dari
dua penyebab.
- Pertama: bencana yang memang merupakan sunatullah. Contohnya adalah gempa bumi,
tsunami, meletusnya gunung merapi, kekeringan dalam jangka waktu lama, dan lain-lain.
Bencana ini dapat menimpa siapapun. Bencana alam dalam kategori ini semata-mata
dimaksudkan untuk menunjukkan kemahakuasaan Allah.
- Kedua: bencana yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia. Contohnya adalah banjir
yang diakibatkan oleh penebangan hutan secara liar, wabah kemiskinan dan kelaparan di
tengah-tengah kekayaan alam yang melimpah ruah akibat kekayaan tersebut diserahkan
kepada pihak asing, merajalelanya kemaksiatan dan kriminalitas akibat hukum-hukum Allah
tidak dilaksanakan, mewabahnya penyakit kelamin (seperti AIDS) akibat pergaulan bebas,
dan lain-lain.
Dampak dari bencana sangat tergantung pada:
1. Sumber/Jenis Bencana : mulai dari banjir, gempa bumi hingga tumbukan meteor besar
yang berpotensi mengakhiri peradaban manusia.
2. Kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana: manajemen dan deteksi dini
bencana seperti pengungsian, peringatan bencana.
3. Tempat /Lokasi : Aktivitas alam tidak akan menjadi bencana di daerah tidak berpenghuni,
misalnya gempa bumi di pulau tidak berpenduduk.
4. Daya Tahan Manusia dan Lingkungan : seberapa kuat manusia dan lingkungan
menghadapi bencana (teori evolusi).
Sedangkan bencana alam menurut Ensiklopedia berarti

1
Indonesia sebagai Negeri Bencana
Siapa yang tidak kenal Indonesia? Negara yang terhampar dari Sabang sampai
Merauke ini mempunyai berjuta kekayaan alam yang melimpah, gemah ripah loh jinawi, toto
tentrem kerto raharjo. Kata inilah yang mampu menggambarkan kekayaan Indonesia. Selain
kaya budaya, bahasa, agama dan adat istiadat, ternyata belakangan ini bumi pertiwi juga
tercatat sebagai negara yang kaya akan musibah bencana alam. Hal ini, disebabkan oleh posisi
Indonesia yang terletak pada daerah pertemuan tiga lempeng besar yang aktif, yaitu lempeng
Pasifik, lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia.
Beberapa tahun terakhir merupakan tahun musibah bagi bangsa Indonesia, di mana
rakyat Indonesia ditimpa dengan berbagai bencana alam (banjir, tanah longsor, gempa bumi,
tsunami) yang hampir merata diseluruh pelosok tanah air. Kondisi alam inilah yang memaksa
masyarakat berdesak-desakan di wilayah pengungsian, berjuang melawan ketidaknyamanan
untuk mempertahankan hidup, sambil menunggu bantuan yang akan diberikan oleh saudara-
saudaranya.
Berawal dari peristiwa tsunami di Aceh yang menelan korban 285.000 jiwa, disusul
gempa di Jogja, Jawa Barat dan Sumatra Barat. Bencana geologi terkini adalah bencana
gunung merapi dan tsunami mentawai yang menimpa.

BAB II
PERMASALAHAN

Dengan beruntunnya bencana alam yang melanda negeri ini, menimbulkan banyak
pertanyaan yang harus dijawab dan direnungkan bersama.
1. Apa faktor-faktor penyebab banyaknya bencana alam yang terjadi beberapa tahun terakhir
ini?
2. Apakah bencana alam tersebut merupakan teguran, ujian, cobaan atau azab dari Allah?
3. Bagaimana kita menyikapi bencana alam?
4. Apa yang harus dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana alam di kemudian hari?
Pertanyaan-pertanyaan di atas timbul dari

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Penyebab terjadinya bencana alam


a. Faktor Alam
Faktor pertama dari banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia adalah faktor
alam, yaitu faktor letak Indonesia itu sendiri yang berada pada daerah pertemuan tiga lempeng
besar yang aktif, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia.
Karena berada di pertemuan tiga lempeng besar itu, maka wilayah Indonesia menjadi
tidak stabil. Sehingga gampang terkena gempa tektonik.

LEMPENG TEKTONIK BUMI

2
Gambaran Lempeng Tektonik

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Indonesia rentan terhadap bencana; bahwa
ia berada di kawasan yang disebut sebagai ‘lingkaran api’ (ring of fire). Ini ditandai dengan
banyak gunung berapi yang mengelilingi Indonesia.

RING OF FIRE Gunung Api di Indonesia

Planet bumi ini, sebenarnya tiap hari dihajar oleh bencana. Mulai dari gempa, angin
kencang, banjir, hawa panas-dingin, tanah longsor, sampai pada gelombang pasang atau
mungkin menjadi tsunami yang menakutkan. Karena begitulah memang kondisi planet ini.
Akan tetapi, semua itu bukan terjadi dengan sendirinya. Selalu ada penyebabnya!
Allah membuat sistem tertutup yang saling mempengaruhi antarkomponen struktur
Bumi ini. Tidak ada yang terpisah. Semuanya saling terkait membentuk keseimbangan.
Sekecil apapun perubahan yang terjadi, akan menyebabkan pergeseran pada komponen lain.
Kesalingterkaitan itu bagaikan sebuah jala ikan yang dibentangkan kencang. Jika anda
memotong salah satu benang pada jala itu, maka akan terjadi perubahan bentuk secara
keseluruhan. Begitulah kondisi Bumi. Perubahan sekecil apapun pada kondisi Bumi kita akan
menyebabkan perubahan pada keseluruhan.
Ini terjadi pada planet secara global. Perubahan di suatu wilayah, bakal menyebabkan
perubahan di wilayah lain. Sebagai contoh konkret adalah gempa. Terjadinya gempa di Aceh,
telah menimbulkan ketidakstabilan pada wilayah berikutnya. Maka, beberapa waktu
kemudian, gempa itu merembet ke sepanjang pantai selatan pulau Jawa, terus bergerak
sampai ke Indonesia Timur.
Atau, ketika muncul tsunami, maka gelombangnya bukan hanya berhenti di sekitar
Aceh, melainkan menghantam wilayah yang luas, pantai-pantai di sekitar lautan Hindia dan
kemudian merambat sampai ke pantai Afrika.
Bahkan, sentakan gempa yang mencapai angka 9 skala Richter ini sempat
menggoyahkan Bumi dan menggeser sumbu putarnya. Setelah peristiwa itu, Bumi kita
berputar pada sumbu yang lebih miring sekitar 2,5 cm. Hal ini dikemukakan oleh Richard
Gross dan kawan-kawannya, para peneliti NASA.
Lebih jauh, para ahli geofisika memprediksi getaran gempa yang mengakibatkan
tsunami di Aceh itu telah mempercepat putaran planet Bumi sebesar 3 mikrodetik. Hal ini

3
disebabkan oleh gelombang kejut yang terjadi. Mereka mengumpamakan seperti seorang
pemain papan seluncur yang bergerak mengibaskan tangannya untuk memberikan efek
tambahan kecepatan.
Perubahan periode rotasi Bumi ini juga disebabkan oleh bergesernya massa di pusat
Bumi saat lempeng tektonik samudera Hindia melaju menabrak lempeng Eurasia. Demikian
penjelasan para peneliti di Laboratorium Propulsi Jet NASA.
Jadi sangat jelas, bahwa perubahan sedikit apapun yang terjadi pada suatu wilayah
bakal mempengaruhi wilayah yang lain.

b. Faktor Manusia
Faktor kedua yang tidak kalah besarnya dari penyebab terjadinya bencana alam adalah
faktor manusia. Manusia telah menghancurkan lingkungan hidupnya sendiri. Semua itu
disebabkan oleh kebodohan, keserakahan dan akhlak buruk. Sehingga di waktu-waktu ke
depan diperkirakan manusia akan mengalami krisis lingkungan hidup. Kini, Bumi sedang
berada dalam keadaan kritis untuk menyeimbangkan kembali kondisinya. Karena
kerusakannya sudah demikian parah.
Apa sajakah yang telah dilakukan manusia sehingga menyebabkan Bumi kita kritis,
sehingga menimbulkan bencana? Yang paling besar adalah kegiatan pertambangan. Yang
kedua, perusakan hutan. Yang ketiga, kegiatan industri yang tidak berwawasan lingkungan.
- Pertambangan
Untuk mengejar kemajuan peradaban, manusia memerlukan sumber-sumber energi
dan sejumlah bahan tambang. Yang paling banyak dieksplor adalah minyak bumi, batubara,
gas alam, emas, tembaga, perak dan nikel.
Tambang-tambang itu adalah bahan yang tidak bisa diperbarui. Begitu habis, ya
habislah. Tak ada lagi yang tersisa di dalam perut Bumi. Kita tidak bisa memproduksinya lagi.
Seandainya pun bisa, butuh waktu jutaan tahun sebagaimana telah terjadi secara alamiah.
Kegiatan penambangan itu semakin hari semakin besar dan mengkhawatirkan. Ini
seiring dengan laju perkembangan peradaban manusia. Agar tetap bisa eksis bahkan lebih
maju, manusia membutuhkan sumber energi untuk aktifitasnya. Terutama minyak, batubara,
dan gas alam.
Dari ketiga jenis bahan tambang ini saja kita sudah bisa membayangkan betapa isi
perut Bumi telah mengalami kekopongan karena terus menerus disedot isinya dan akan
membuat strukturnya menjadi lebih keropos. Hal ini akan menuju kepada sebuah masalah
besar. Terjadi kerusakan yang bukan main parahnya di dalam struktur Bumi yang pada
gilirannya nanti menjadi bencana buat manusia sendiri.

- Perusakan Hutan
Selain kerusakan akibat aktifitas pertambangan, Bumi juga mengalami kerusakan
penggundulan hutan secara brutal. Terutama hutan di daerah tropis, termasuk di Indonesia dan
Amazon di Brazil, Amerika Latin. Padahal hutan tropis ini menjadi paru-paru planet Bumi.
Setiap tahunnya ratusan ribu hektare atau bahkan jutaan hektare hutan ditebangi oelah
tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Dengan demikian berarti ada jutaan meter kubik
kayu yang juga dipindahtempatkan. Lintas kota, lintas propinsi, atau lintas negara.
Belum lagi kebakaran hutan yang terus melanda hutan-hutan kita. Setiap tahunnya
berapa ribu kayu yang terpanggang sia-sia. Hutan-hutan kita mengalami kerusakan yang luar
biasa parahnya. Padahal ini sungguh suatu perbuatan konyol yang akan menghancurkan kita
sendiri. Kerusakan hutan telah menyebabkan timpangnya mekanisme air hujan di planet biru
ini. Sekaligus merusak struktur permukaan tanah menjadi tandus dan poris.
Maka jangan heran, di musim kemarau banyak wilayah yang dilanda banjir bandang.
Di Indonesia, daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan pulau Jawa mengalami banjir
bandang yang mengerikan.

4
Selain itu, dengan rusaknya hutan, mekanisme sirkulasi udara pun menjadi terganggu.
Persediaan oksigen dan kelembaban dipastikan menurun. Suhu udara meningkat. Angin
bergerak lebih liar dari biasanya. Efeknya, lantas berpengaruh pada iklim secara global.

- Revolusi Industri
Kerusakan lingkungan hidup semakin besar dengan melesatnya kemajuan dunia
industri. Asap-asap hitam berhamburan dari cerobong pabrik. Limbah-limbah kimia begitu
saja dibuang ke sungai, ke laut, atau ke dalam tanah. Jumlah kendaraan bermotor yang
semakin berjubel dan mengotori udara. Mesin-mesin pembangkit listrik, mesin produksi, dan
berbagai air conditioning yang menebar hawa panas ke lingkungan, dan sebagainya, dan
sebagainya. Semua itu memberikan andil merusak lingkungan hidup kita. Dan memberi beban
yang besar kepada Bumi kita.
Efek dari revolusi industri adalah menurunnya kualitas air dan udara disebabkan oleh
polusi yang demikian besar. Diperkirakan abad mendatang manusia bakal memperebutkan air
bersih, sebagaimana kini berebut minyak bumi, sampai rela saling bunuh dalam peperangan.
Mengeringnya berbagai sumber air disebabkan oleh gundulnya hutan, dibarengi
dengan pencemaran yang tinggi, menjadikan kita semakin sulit untuk memperoleh air bersih
bagi kehidupan sehari-hari. Sungai-sungai dan danau tidak lagi memiliki air berkualitas baik.
Kebanyakan telah tercemar oleh limbah industri yang dibuang secara sembarangan.
Bumi telah memberikan sinyal negatif atas segala tingkah laku manusia selama ini.
Bencana bermunculan di mana-mana. Dalam bentuk gempa. Dalam bentuk tsunami. Gunung
meletus. Banjir dan tanah longsor. Sengatan hawa panas dan dingin. Penyakit yang semakin
aneh-aneh dan sulit diobati. Serta kejahatan yang merajalela di seluruh permukaan planet
Bumi dan di Indonesia secara khusus.
Manusia telah merusak habitatnya sendiri. Menurut Zainal Arifin Thoha,
sesungguhnya alam tidak akan murka dengan memunculkan berbagai bencana alam jika saja
manusia tidak bertingkah melampaui batas.
Bencana di negeri ini juga mungkin terjadi karena banyak dari penduduk Indonesia
yang lalai akan kewajibannya sebagai hamba Tuhan. Mereka lebih suka melakukan larangan
agama daripada beribadah. Mungkin juga karena mereka lebih mementingkan kepentingan
duniawi dan melupakan kepentingan akhiratnya. Allah seakan tidak dibutuhkan lagi. Mereka
kembali kepada Tuhan hanya di saat mereka sedang susah, dilanda banyak masalah, dan tidak
tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi.

2. Ujian, cobaan, atau azab dari Allah?


Faktor terpenting yang perlu dilakukan sebelum mengambil kesimpulan mengenai
bencana yang menimpa bangsa ini adalah memahami kejelasan tentang istilah yang digunakan
al-Qur ân. Dalam al-Qur ân ditemukan istilah musibah, fitnah, bala’ atau ‘iqâb, dan azab.
Kelima istilah ini sangat penting dipahami secara proporsional untuk mengambil kesimpulan
yang objektif termasuk pemahaman mengenai rahman rahimnya Allah terhadap hamba-
hambanya. Istilah tersebut memang sering digunakan agak rancu di dalam masyarakat,
terutama pasca gempa dan tsunami. Jika pembicaraan diarahkan untuk menyabarkan
masyarakat yang tertimpa musibah maka peristiwa tsunami diasumsikan musibah atau bala.
Jika diarahkan untuk mengingatkan kepada para pendosa dan orang-orang yang melampaui
batas maka peristiwa tsunami dan gempa diasumsikan azab.
Perlu diketahui bahwa setiap sikap Allah kepada hambanya pasti objektif dan
hambalah yang subyektif dalam menilai dan menafsirkannya.

‫ ٌّر لَ ُك ْم َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َوأَ ْنتُ ْم اَل‬Z‫و َش‬Z


َ Zُ‫ ْيئًا َوه‬Z‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْالقِتَا ُل َوه َُو ُكرْ هٌ لَ ُك ْم َو َع َسى أَ ْن تَ ْك َرهُوا َش ْيئًا َوهُ َو خَ ْي ٌر لَ ُك ْم َو َع َسى أَ ْن تُ ِحبُّوا َش‬
َ ِ‫ُكت‬
)216( َ‫تَ ْعلَ ُمون‬

5
“ Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.”
Dalam al-Qur ân istilah ini dapat dibedakan dan dapat diuraikan secara singkat.
- Azab lebih banyak digunakan untuk menyatakan siksaan dan hukuman terhadap para
pendosa dan orang-orang yang melampaui batas. Azab hanya ditujukan kepada para
pendosa,
Dampak bencana yang timbul karena azab Allah selalu bersifat membinasakan.
Eksistensi/keberadaan satu kaum yang diazab selalu musnah atau sirna dalam peredaran
sejarah di muka bumi. Kaum tersiksa hanya dikenang dalam buku sejarah tetapi mereka
tidak mampu mengukir peradaban lagi dengan kehancurannya.
Cara kerja azab Allah di dalam al-Qur ân hanya menimpa kaum yang durhaka dan
tidak menimpa orang-orang yang saleh dan taat pada Allah sebagaimana ummat-ummat
Nabi terdahulu sampai zaman Nabi Saww. Mereka yang setia selamat dari amukan azab
sementara yang durhaka dibinasakan. Dalam riwayat, Abu Thâlib, kakek Nabi yang
menyaksikan bencana itu tidak ikut korban dalam bencana itu. Sedangkan cara kerja
mushibah dan bala tidak membedakan satu sama lainnya.
Musibah adalah bencana yang menimpa manusia dan terjadi karena ulah manusia
secara individu atau kolektif. Istilah ini lebih banyak digunakan untuk menyatakan ujian
dan penderitaan kepada orang-orang, baik kepada para pendosa maupun kepada orang
yang baik-baik. Musibah skalanya lebih besar dan lebih luas. Sebab musabab musibah
terkadang sulit dijelaskan karena lebih banyak bersifat makro dan akumulatif. Hakikatnya
untuk mengangkat derajat manusia sebagai bentuk kemuliaan. Dunia ini pada hakekatnya
menurut al-Qur ân adalah musibah. Apapun yang menimpa diri ini, sehat atau sakit, hidup
atau mati, kaya atau miskin semuanya harus ditempatkan sebagai ujian bagi manusia itu
sendiri. Kata musibah sendiri terulang dalam al-Qur ân sebanyak 75 kali.Dapat
disimpulkan bahwa musibah adalah dampak dari akibat kesalahan manusia.

- ‘Iqâb atau hukuman untuk menghapus dosa-dosa manusia yang hakikatnya sebagai
penyelamatan manusia. Memperhatikan arti ‘Iqâb yang berasal dari kata ‘aqiba yang
berarti kesudahan/belakangan, berbeda dengan kata ‘âqibah atau akibat. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa ‘iqâb adalah dampak dari perbuatan yang dirasakan setelah
selesai/kesudahan yang tidak menyenangkan/sanksi pelanggaran.

- Fitnah, tertuduhnya seseorang karena bukan perbuatannya biasanya dikategorikan sebagai


fitnah atas dirinya. Bagaimana dengan perspektif al-Qur ân ? Pemaknaan kata fitnah oleh
al-Qur ân berbeda dengan kamus Bahasa Indonesia, Kata fitnah secara harfiah berarti
pembakaran. Maksudnya sesuatu yang membakar diri untuk mengetahui kepribadian, sikap
atau pola perilaku yang sebenarnya dimiliki orang tersebut. Pengrajin emas membakar
emas untuk mengetahui kadar kualitas emas. Dalam al-Qur ân, kata ini dalam berbagai
bentuknya terulang sebanyak 60 kali, tiga puluh kali di antaranya dalam bentuk kata fitnah.
Al-Qur ân umumnya menggunakan dengan arti siksa, ujian atau cobaan. Seperti surah al-
Anbiya [21] : 35. Yang artinya : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
menimpakan bala/menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah/cobaan
(yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.”
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa fitnah adalah bencana, petaka yang
ditimpakan kepada manusia dan bencana ini dapat menimpa yang bersalah dan tidak
bersalah. Pada ayat tersebut di atas mempersamakan antara kata bala’ dan fitnah. Surah al-
Anfal [8]:28. Fitnah bisa berupa peringatan, jika peringatan itu tidak juga diindahkan
setelah berulang-ulang maka tentu akan menjatuhkan tindakan yang lebih keras. Qs.al-
Taubah [9]:126:

6
َ‫َام َم َّرةً أَوْ َم َّرتَ ْي ِن ثُ َّم اَل يَتُوبُونَ َواَل هُ ْم يَ َّذ َّكرُون‬
ٍ ‫أَ َواَل يَ َروْ نَ أَنَّهُ ْم يُ ْفتَنُونَ فِي ُك ِّل ع‬
“Dan tidakkah mereka orang-orang munafik memperhatikan bahwa mereka diuji sekali
atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak juga bertobat dan tidak pula mengambil
pengajaran?”
Dampak fitnah ini bisa meluas bukan hanya kepada pelakunya, termasuk pendurhaka
tetapi termasuk orang-orang beriman yang ada disekitarnya.Qs.al-Anfâl [8]:25 :
ِ ‫صةً َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َّ ‫صيبَ َّن الَّ ِذينَ ظَلَ ُموا ِم ْن ُك ْم خَا‬
ِ ُ‫َواتَّقُوا فِ ْتنَةً اَل ت‬
“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”

- Balâ’ dari kata dasarnya berarti nampak atau nyata. Artinya bala’ yang menimpa manusia
untuk menampakkan dan menyatakan kualitas iman seseorang. Perbedaan antara musibah
dan bala hanya terletak pada skalanya. Skala bala lebih terbatas dan umumnya bersifat
personal. Bala’ lebih banyak bersifat mikro dan kasuistik, misalnya kecerobohan seseorang
berpotensi mendatangkan bala. Bala’ adalah sebuah kepastian atau keniscayaan dalam
hidup yang akan menimpa setiap manusia baik manusia biasa maupun para Nabi. Bala’ ini
berlangsung tanpa melibatkan yang diuji dalam memilih bentuk ujian, semuanya
berlangsung dalam hak prerogatif Allah, misalnya dalam surah al-Mulk [67] : 2, bahwa
setiap jiwa pasti akan mengalami kematian. Ayat ini mengambarkan bala secara umum
menimpa manusia yang berupa kematian, maka tidak seorangpun yang luput darinya.
Secara husus Allah menceritakan bala’ yang dijatuhkan kepada Nabi Ibrahim dalam surah
al-Baqarah [2]:124.
َ‫اس إِ َما ًما قَا َل َو ِم ْن ُذ ِّريَّتِي قَا َل اَل يَنَا ُل َع ْه ِدي الظَّالِ ِمين‬ َ ُ‫ت فَأَتَ َّمه َُّن قَا َل إِنِّي َجا ِعل‬
ِ َّ‫ك لِلن‬ ٍ ‫َوإِ ِذ ا ْبتَلَى إِ ْب َرا ِهي َم َربُّهُ بِ َكلِ َما‬
“ Dan ingatlah, ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan
larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga)
dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku ini tidak mengenai orang-orang yang lalim”.
Dari ayat ini nampak bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang semakin dahsyat
bala’ itu. Karena itu, bala’ para Nabi sangat berat dibandingkan dengan manusia
lainnya.Hal ini diisyaratkan Nabi dalam hadisnya. Balâ’ yang akan dialami oleh manusia di
dunia, ditegaskan dalam surah al-Baqarah [2] : 155;

Musibah yang menimpa seorang hamba tidak terlepas dari tiga keadaan, yaitu
hukuman/adzab, teguran/peringatan atau ujian.

- Musibah sebagai hukuman atau Azab Allah


Sebagian orang beranggapan bahwa terjadinya serangkaian bencana di negeri ini
adalah azab atau hukuman Allah atas banyaknya kemaksiatan yang terjadi. Perzinahan,
perjudian, perampokan dan kemaksiatan lain semakin meraja-lela bahkan di lakukan tidak
secara sembunyi-sembunyi tetapi sudah secara terang-terangan. Demikian pula korupsi,
kezaliman terhadap rakyat kecil, peradilan yang tidak memihak pada kebenaran sudah
merupakan konsumsi sehari-hari. Bahkan sebagian orang menyalahkan pemimpin di Negeri
ini yang tidak memihak atau berbuat dzalim kepada rakyat kecil
Jadi, apakah musibah yang terjadi merupakan azab atau hukuman Allah?
Sebagian orang beranggapan bahwa bencana alam yang terjadi saat ini di Indonesia
bukanlah azab atau hukuman dari Allah SWT, karena :

1. Sesuai firman Allah SWT dalam QS16 An Nahl 61 : “Jikalau Allah menghukum
manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi
sesuatu pun dari makhluq yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai
pada waktu yang ditentukan”. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa jika Allah SWT
berniat mengazab atau menghukum manusia karena kedzalimannya, niscaya tidak
akan ada binatang melata pun yang akan hidup pasca bencana itu, sebagaimana azab
yang ditimpakan kepada ummat nabi - nabi sebelum ummat Nabi Muhammad SAW.

7
2. Bila dilihat dari sejarah para Nabi, suatu kaum di azab Allah karena kedzoliman dan
kemaksiatan yang menyeluruh dilakukan bukan hanya oleh pemimpinnya tapi juga
rakyat kecilnya. Umat Nabi Luth AS diazab oleh Allah dengan bencana yang
mengerikan karena hampir semuanya berperilaku sexualnya yang tidak normal.
Demikian pula dengan Nabi Musa yang menghadapi Fir’aun dan pengikutnya serta
bagaimana kaum Tsamud dan Kaum Add di musnahkan oleh Allah SWT.
3. Lagipula secara aqliyah, jikalau bencana tersebut terjadi karena azab Allah SWT
akibat ketidaktaatan kepada Alllah SWT, niscaya yang akan diazab pertamakali adalah
orang-orang yang berada di kota-kota cosmopolitan yang secara terang-terangan
mengkufuri Allah dan rasul-Nya, bahkan melegalkan perjudian, perzinahan, aborsi,
pernikahan sesama jenis dan banyak kemaksiatan lainnya

- Musibah sebagai teguran atau peringatan Allah


Allah SWT menegur manusia, karena ulah manusia yang tidak bisa mengemban tugas
sebagai kholifah di bumi. Sebagai kholifah di bumi, manusia harus dapat merawat, mengurus
bumi Allah serta menjaga keseimbangan alam atau ekosistem. Ketimpangan ekosistem ini
akan berakibat munculnya bencana, dan ini telah di ingatkan Allah dalam QS 30, ar-Ruum :41
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia….”
Sebagai kholifah di dunia, manusia selain harus dapat menjaga hubungan dan
mencintai Allah dan hubungan sesama manusia juga harus dapat hubungan dan mencintai
alam sekitar. Dengan menjaga komunikasi dan mencintai Allah, akan diperoleh ketenangan
jiwa. Dengan menjaga keselarasan hubungan dan kasih sayang antar manusia serta tidak
adanya tipu daya, rentenir, mendzalimi, pemerkosaan HAM, maka akan tercipta kedamaian,
tidak ada ketakutan, teror, kelaparan, kemiskinan. Demikian pula dengan menjaga dan
mencintai alam sekitar misalkan dengan tidak membuang sampah sembarangan, menjaga
keseimbangan hutan atau keserakahan dalam mengeksploitasi alam maka tidak akan terjadi
rusaknya ekosistem sehingga timbul banjir, tanah longsor, serangan hama dsb.
Teguran atau peringatan Allah SWT ini untuk mengingatkan manusia, untuk
memposisikan dirinya sebagai kholifah di bumi, yaitu menjaga keseimbangan hubungan
dengan Sang Pencipta, sesama manusia dan hubungan alam sekitarnya. Untuk itu perlu taubat
dan instropeksi menyeluruh dari masyarakat Indonesia, agar terbebas dari teguran yang terus
menerus.

- Musibah sebagai Ujian dari Allah


Musibah merupakan bentuk ujian dari Allah, jika musibah tersebut ditimpakan kepada
orang-orang yang beriman kepada Allah. Musibah tersebut sebenarnya merupakan wujud dari
kecintaan Allah yang tertuang dalam sebuah ujian. Rasulullah SAW bersabda : “Idza ahabba
allahu ‘abdan ibtalahu.” (jika Allah mencintai seorang hamba, maka dia akan mengujinya).
Dengan ujian ini, Allah akan menaikkan derajat orang-orang yang lulus ujian, dan bentuk
ujian disesuaikan dengan kemampuan para hambanya. “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya… “ (al-Baqarah: 2/286)
Bentuk ujian dari Allah tidaklah dalam bentuk musibah saja, tetapi semua yang kita
miliki pada hakekatnya adalah ujian dan cobaan. Harta, anak dan istri, kekayaan dan
kemiskinan serta kesehatan dan penyakit adalah ujian, firman Allah SWT :Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
(QS. al-Anbiya’: 35)

- Teguran atau ujian?


Musibah yang mendera Indonesia di katagorikan sebagai teguran atau ujian?
Apakah musibah yang menghampiri bangsa indonesia ini merupakan peringatan dari
Allah? karena masyarakatnya sudah tidak perduli dengan keseimbangan antara hubungan
manusia dengan tuhannya, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya? Mungkin
lebih baik kita instropeksi diri, apakah kita masih perduli dengan aturan-aturan Allah? apakah
kita masih sering mendzalimi orang lain dengan merampas hak-haknya? apakah kita sudah
tidak mencuri ? korupsi? apakah kita masih mencemari sungai dengan kotoran? apakah masih
hutan kita gunduli? Jika kita memperoleh jawaban “YA” maka musibah yang menyapa kita
kita adalah teguran dari Allah swt dan mengingatkan kita untuk berperan sebagai kholifah di
bumi ini. Jika semua jawabahan adalah “TIDAK”, dan kita melihat masyarakat yang ibadah
8
dan hidup tentram dan menjaga lingkungannya, maka musibah yang datang adalah ujian dari
Allah swt.

3. Menyikapi bencana alam


Bagaimanakah kita harus menyikapi bencana yang sedang menerpa. Apakah kita
anggap sebagai cobaan dan ujian saja, sehingga kita tidak terbeban oleh penderitaa
berkepanjangan? Atau, kita anggap sebagai gejala alam biasa yang memang bisa menerpa
siapapun di muka Bumi? Ataukah kita perlu introspeksi diri: Jangan-jangan ini peringatan
kereas, atau bahkan azab?
Semua bergantung kepada kita. Kepekaan kita dalam merasakan masalah. Dan juga,
kemampuan melihat sisi positip hadirnya masalah tersebut. Sebab di setiap peristiwa selalu
ada hikmah, makna dan pelajaran bagi orang-orang yang ingin maju.
Ketika musibah silih berganti datang pada kita, maka kita harus bersikap sebagaimana
telah di ajarkan Allah dan Rasul Nya, yaitu

1. Bertobat : menghadapi musibah, kita berserah diri pada Allah dengan mengucapkan
kalimat istirja’ yaitu:. Innalillahi wainna ilaihi rojiun (Sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali) Kemudian kita bertobat sebagai
bentuk merendahkan diri di hadapan Allah, karena mungkin saja musibah yang terjadi
adalah ulah kita sendiri. Tidak boleh berputus asa dalam menghadapi musibah,
sebagaimana firmaNya: “Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya)
disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba
mereka itu berputus asa” .(QS30, Ar Ruum, 36)
2. Ber-muhassabah/intropeksi diri:  renungkan musibah yang terjadi, secara jujur
evaluasi aktivitas selama ini, barangkali ada yang menjadi sebab terjadinya musibah.
Adakalanya manusia itu over confident, merasa dirinya hebat, lupa diri dan sombong.
Dengan instropeksi diri ini, barangkali ada suatu pelajaran berharga yang dapat
dipetik. Janganlah terburu-buru menyalahkan orang lain sebagai penyebab timbulnya
musibah.
3. Hikmah dibalik musibah : bagi orang-orang yang menggunakan akalnya dan ope
minded, mereka bakal bisa mengambil hikmah dari berbagai peristiwa yang terjadi di
sekiarnya. kita harus yakin bahwa setiap musibah pasti mengandung hikmah, dan
hikmah dibalik musibah ini kita cari untuk di ketahui. Kalaulah belum mengetahui apa
hikmah di balik musibah ini, berprasangka baik lah pada Allah, insya Allah di
kemudian hari kita mengetahui hikmah dibalik musibah yang menimpa kita itu.
4. Bersabar: kadangkala manusia lupa bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan
melawan kehendak Allah, karenanya sebagai insan yang beriman, bertindaklah sabar
dan tawakal atas peringatan dari Allah SWT tersebut. Sabar dan kemenangan ibarat
dua sisi mata uang, serta Allah swt selalu memuji orang yang sabar. Allah SWT selalu
bersama orang yang sabar dengan hidayahNya, pertolonganNya dan kemenangan yang
Nyata dariNya

Dikala terjadi musibah, banyak saudara-saudara kita yang hidup di tenda-tenda


pengungsian, di rumah-rumah sakit, di posko-posko peduli bencana, mereka semuanya
membutuhkan uluran tangan kita. Begitu kita ingin mengulurkan tangan yang terfikir adalah
bantuan dalam bentuk materi (uang, sandang, pangan dll), namun yang lebih penting lagi
adalah bantuan utnuk menjaga keimanan mereka. Janganlah karena berada di pengungsian
yang hidup dengan berdesakan mereka malah melupakan Allah SWT, bahkan membenci
Allah SWT. Ringankan tangan kita membantu mereka, dan jadikan musibah sebagai jalan
mereka menuju surga, dan jangan sampai mereka tergelincir ke dalam jurang neraka.
Allah mengecam orang-orang yang tidak melibatkan Allah dalam setiap peristiwa.
Memang, perbuatan kitalah yang memicu terjadinya suatu peristiwa yang menimpa kita. Akan
tetapi, yang menetapkan semua itu terjadi adalah Allah. Baik atau buruk, manfaat atau
mudharat, semuanya Allah yang mengatur sesuai dengan kadar perbuatannya masing-masing.

9
4. Langkah ke depan
Sebagai manusia biasa kita tak akan pernah tahu kapan datangnya bencana. Oleh
karena itu, perlu dilakukan tindakan untuk meminimalkan dampak bencana :
1. Tindakan pencegahan.
Mungkin ada benarnya juga Marzuki Alie, sang ketua DPR kita mengatakan bahwa
kalau tidak mau kena tsunami jangan tinggal di pesisir. Ini dimaksudkan karena mereka yang
tinggal di pesisir mengalami resiko yang lebih besar terkena tsunami dan warga di sekitar
merapi juga megalami resiko gunung meletus yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
yang lainnya. Rencana pemerintah untuk merelokasi warga pesisir di mentawai seharusnya
ditanggapi dengan baik. Intinya, jika tidak mau terkena musibah, jangan tinggal di daerah
rawan.
2. Tindakan meminimalisir. Bencana alam memang bisa menyapa kita kapan saja. Jika kita
memilih untuk tinggal di daerah rawan bencana, maka satu-satunya pilihan kita adalah
bagaimana meminimalisir dampak bencana ini. Kita bisa mencontoh Jepang dalam hal ini.
Mereka aktif melakukan pelatihan tanggap bencana, membangun bangunan tahan gempa dan
lain sebagainya . Untuk kasus di Indonesia, jika saja terumbu karang dan hutan manggrove
tidak dibabat manusia, bisa saja dampak tsunami itu tidak sedashyat yang terjadi waktu itu.
Hutan kita jangan digunduli, dan tata kota harus benar-benar diatur sedemikian rupa. Jika
masyarakat dan pemerintah bersinergi dengan baik, saya yakin kita bisa seperti jepang dalam
hal penanggulangan bencana.
Pemerintah juga bertanggung jawab atas pembangunan rumah yang dibangun
masyarakat. Tidak hanya memeriksa izin mendirikan bangunan tapi adanya kontrol membuat
bangunan rumah yang memiliki konstruksi standar nasional. Sehingga tingkat kenyamanan
masyarakat terjaga dan pada dasarnya demi melindungi masyarakat. Besar harapan kita
pemerintah dapat bekordinasi dengan baik dalam menanggulangi bencana sehingga
memberikan hasil yang baik. Dan tidak menghalangi agar tetap optimis dalam pembangunan-
pembangunan untuk memajukan Indonesia sama seperti Jepang sudah mencontohkannya.
3. Kunci penyelesaian berbagai bencana yang terus mendera kita ini cuma satu: segera sadar!
Kesadaran bahwa kita telah melakukan kesalahan. Kemudian berlanjut dengan taubat. Yaitu,
tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Mulailah dengan akhlak mulia, kejujuran, dan
amanah. Bahwa kita merusak sendiri tempat hidup kita. Maka, kita jugalah yang merasakan
hasilnya. Atau sebaliknya, kita menjadi orang yang bijak, dan mengelola bumi Indonesia ini
dengan baik, maka kita juga yang bakal sejahtera.

BAB IV
PENUTUP

Rentetan bencana alam yang menimpa Bangsa Indonesia akhr-akhir ini adalah tanda
yang diberikan Allah SWT. untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini. Tujuannya agar
bangsa ini memiliki kecerdasan dalam memahami seluruh fenomena alam berikut misteri
yang terkandung di dalamnya. Dengan memahaminya, diharapkan manusia akan tergerak
untuk selalu meneliti, mempelajari, dan menemukan sebab-sebabnya.
Mungkin saja bencana ini terjadi karena kita yang kurang bersahabat dengan alam.
Kita terlalu banyak mengeksploitasi alam tanpa memikirkan dampaknya. Hutan yang dulu
lebat dan hijau, kini banyak yang gundul karena pohon dan tanaman lainnya ditebang.
Hewannya pun banyak yang dijadikan buruan, dijual secara ilegal, maupun dieksploitasi
untuk dijadikan bahan konsumsi, bahan baku pembuatan produk fashion (sepatu, tas, dompet,
sabuk, syal, jaket, dll.), maupun dijadikan sebagai hewan peliharaan. Kebakaran hutan juga
terjadi karena pembukaan lahan baru untuk pertanian yang menyababkan hutan menjadi
gersang dan pemanasan global meningkat. Laut yang dulu jernih dan bersih, kini tidak
sebersih dulu. Banyak terdapat sampah di pinggir pantai. Terjadi abrasi akibat pembangunan
berlebihan di pinggir pantai dan penebangan pohon bakau yang berfungsi sebagai penahan
abrasi. Pendangkalan laut juga terjadi karena penambangan pasir yang terlalu dieksploitasi.

10
Bencana di negeri ini juga mungkin terjadi karena banyak dari penduduk Indonesia
yang lalai akan kewajibannya sebagai hamba Tuhan. Mereka lebih suka melakukan larangan
agama daripada beribadah. Mungkin juga karena mereka lebih mementingkan kepentingan
duniawi dan melupakan kepentingan akhiratnya. Allah seakan tidak dibutuhkan lagi. Mereka
kembali kepada Tuhan hanya di saat mereka sedang susah, dilanda banyak masalah, dan tidak
tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi.
Itu adalah beberapa contoh di sekitar kita yang menggambarkan betapa kita selama ini
kurang menghargai alam dan hanya mementingkan kepuasan diri sendiri. Mungkin karena
faktor iniliah Allah memberikan peringatan kepada kita melalui bencana yang terjadi di negeri
ini. Akan lebih bijaksana jika kita semua lebih memperhatikan keadaan sekitar dan bersama –
sama menjaga alam yang telah dititipkan oleh Tuhan kepada kita agar kita bisa meminimalisir
bencana yang terjadi akibat kesalahan manusia. Jika kita telah melakukan usaha tersebut,
sisanya hanya tinggal kita serahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi, berkacalah dari
bencana yang menimpa negeri kita ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. Dibalik Bencana Alam Semesta.


http://majalangka.wordpress.com/2010/11/06/dibalik-bencana-alam-semesta/

Agus Mustofa. 2006. Menuai Bencana. Serial Diskusi Tasawwuf Modern. Surabaya: PADMA
press.

Ifyar Adhita Yahya. http://agama.kompasiana.com/2010/11/20/ada-hikmah-di-balik-bencana/

Jamaluddin Mohammad. http://regional.kompasiana.com/2010/10/27/teologi-bencana-alam/

Drs. K.H. Muchtar Adam. Gempa dan Tsunami Dalam Perspektif Imtaq dan Iptek. Napak
Tilas Kehancuran Bangsa-Bangsa Dalam al-Qur ân (makalah yang disampaikan
dalam diskusi di Gedung BPPT Ruang Utma lt III Jln.M.Thamrin no.8 Jkarta Pusat. 2
Dzulqaiddah 1430 H./ 21 Oktober 2009 M).

Muhammad Karim. Merefleksikan Makna di balik Bencana Alam. (Dewan Suro Komunitas
Saung Angkringan)

H. Zainal Arifin Thaha. 2010. Di Balik Bencana-bencana. Yogyakarta: Kutub

http://umum.kompasiana.com/2009/09/03/tuhan-tidak-mungkin-iseng/

http://bahasa.kompasiana.com/2010/11/14/berkaca-dari-bencana/

http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/01/patutkah-menyalahkan-tuhan-atas-bencana-alam-
di-indonesia/

11
12

Anda mungkin juga menyukai