Kebakaran
Klasifikasi kebakaran merupakan penggolongan jenis bahan yang terbakar. Dengan adanya
pengklasifikasian tersebut dapat mempermudah dalam pemilihan media pemadaman yang dipergunakan
untuk memadamkan kebakaran. Klasifikasi kebakaran juga berguna untuk menentukan sarana proteksi
kebakaran untuk menjamin kesel amatan nyawa tim pemadam kebakaran.
Menurut Perda DKI No. 3 Th. 1992 Kebakaran adalah suatu peristiwa atau kejadian timbulnya api yang
tidak terkendali yang dapat membahayakan keselamatan jiwa maupun harta benda.
Klasifikasi NFPA (National Fire Protection Association ) merupakan suatu
lembaga swasta di bidang penanggulangan bahaya kebakaran di Amerika
Serikat. Klasifikasinya antara lain sebagai berikut :
KELAS B BAHAN Kebakaran dengan bahan bakar cair atau bahan yang sejenis ( flammable liquids )
CAIR
Definisi Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang
terpasang maupun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi
pasif, maupun cara – cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap
bahaya kebakaran
Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sarana proteksi kebakaran yang harus digerakkan dengan sesuatu untuk berfungsi memadamkan kebakaran. Sebagai contoh, hidran
pemadam harus dioperasikan oleh personil untuk dapat menyemprotkan api. Sprinkler otomatis yang ada di gedung dan bangunan juga harus digerakkan oleh sistem
otomatisnya untuk dapat bekerja jika terjadi kebakaran. (Soehatman Ramli,2010).
2. Instalasi Hidran
Hidran halaman adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan
mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan yang
digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran dan diletakkan
di halaman bangunan gedung (Permen PU No 26 Tahun 2008).
Menurut jenisnya hidran dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tipe
bejana kering (dry barrel) dan bejana basah (wet barret fire
hydrant). Pada jenis bejana kering, di dalamnya tidak berisi air,
walaupun sudah dihubungkan dengan sumber air. Hidran bejana
basah di dalamnya berisi air sehingga jika dibuka air langsung
menyemprot.
3. Alarm kebakaran
Berdasarkan SNI 03-3985-2000 alarm kebakaran adalah komponen dari
sistem yang memberikan isyarat atau tanda setelah kebakaran terdeteksi.
Sistem alarm kebakaran digunakan untuk memberitahukan kepada pekerja
atau peghuni dimana suatu bahan kebakaran bermula.
Alarm kebakaran dibagi menjadi dua jenis menurut cara kerjanya, yaitu:
.
4. Detektor Kebakaran
Sistem pertama yang menjadi ujung tombak proteksi kebakaran
adalah sistem deteksi. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi
terjadinya api sedini mungkin. Prinsip deteksi api, didasarkan
atas elemen-elemen yang ada dalam suatu api yaitu adanya asap,
nyala dan panas. Alat detektor kebakaran (fire detector) adalah
alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal.
Berdasarkan SNI 03-3985-2000 detektor kebakaran (fire detector) digolongkan dalam beberapa jenis yaitu:
A. Detektor Asap
Detektor Asap (Smoke Detector) adalah detektor yang bekerja berdasarkan terjadinya akumulasi
asap dalam jumlah tertentu. Salah satu alat deteksi asap bekerja dengan prinsip ionisai dengan
menggunakan bahan radioaktif yang akan mengionisasi udara di suatu ruangan dalam komponen
detektor.
B. Detektor Panas
Detektor Panas (Heat Detector) adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan pengaruh panas (temperature) tertentu (SNI 03-
3985- 2000). Detektor panas merupakan peralatan dari detektor kebakaran yang dilengkapi dengan suatu rangkaian listrik atau
pneumatik yang secara otomatis akan mendeteksi kebakaran melalui panas yang diterimanya (Ramli, 2010).
5. Water Sprinkler
Sprinkler otomatis adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan
bekerja secara otomatik memancarkan air, apabila pemancar / kepala sprinkler terkena panas pada temperatur tertentu. Dasar perencanaan sistem sprinkler
berbasis pada jumlah air yang dipancarkan oleh kepala sprinkler mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar, dengan mengacu pada
standar klasifikasi hunian.
Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
Komponen-komponen yang diperiksa dalam sistem proteksi kebakaran pasif meliputi:
2. Kompartemensasi ruang
Konstruski pemisah antar ruangan di dalam IGD yang berfungsi melindungi penghuni yang berada di ruangan lain.
Berlaku untuk bangunan dengan luas lantai 5000 m2 (konstruksi tipe A), 3500 m2 (konstruksi tipe B), dan 2000 m2
(konstruksi tipe C). Luas bangunan lebih dari 18000 m 2 dan volume 108000 m3 harus dilengkapi dengan springkler,
dikelilingi jalan masuk kendaraan dan sistim pembuangan asap otomatis dengan jumlah, tipe dan cara pemasangan
sesuai persyaratan yang berlaku. Lebar jalan minimal 6 m, mobil pemadam dapat masuk ke lokasi.
3. Perlindungan bukaan.
Bukaan/lubang yang dapat dibuka yang terdapat pada dinding bangunan terluar, bertanda khusus, menghadap ke
arah luar dan diperuntukkan bagi unit pemadam kebakaran dalam pelaksanaan pemadaman kebakaran dan
penyelamatan penghuni. Bukaan harus dilindungi dan diberi penyetop api. Bukaan vertikal dari dinding tertutup dari
bawah sampai atas disetiap lantai diberi penutup tahan api.
Komponen Sistem Proteksi Pasif menurut (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
26/PRT/M/2008) antara lain :
1. Pasangan konstruksi tahan api
2. Pintu dan jendela tahan api
3. Bahan pelapis interior
4. Penghalang api
5. Partisi penghalang asap
6. Penghalang asap
7. Atrium
TERIMA KASIH
.