Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUGAS PERENCANAAN SISTEM PENCEGAHAN

DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Kelompok 2 :

1. Fitri Amaliyah (0517040085)


2. Alfi Syanantika (0518040004)
3. M Fariz Zul Hilmi (0518040006)
4. Ricky Zakaria (0518040013)
5. Ferry Kurniawan (0518040015)

K3-VA

PROGRAM STUDI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Setiap aktivitas berpotensi menimbulkan kecelakaan berupa kebakaran. Baik aktivitas


industri pada pabrik, proyek, aktivitas sekolah, maupun perkantoran. Kebakaran merupakan
kejadian yang menimbulkan kerugian dan bisa sering terjadi. Kerugian yang timbul bisa
berupa fisik, kerugian materi, kerugian secara moral seperti turunnya nama baik perusahaan,
penurunan kualitas kepercayaan konsumen pada perusahaan, hingga kerugian yang
menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Oleh karena itu, diperlukan upaya serta langkah-
langkah dalam mengantisipasi dan meminimalisir terjadinya kebakaran serta dampak yang
dapat ditimbulkan. Salah satu upaya tersebut adalah pemasangan detektor sebagai salah satu
alat pendeteksi kebakaran.
Melalui perancangan dan pemasangan detektor, diharapkan risiko timbulnya
kerugian apabila terjadi kebakaran bisa dicegah sedini mungkin menggunakan alat pendeteksi
kebakaran atau detektor. Dengan begitu, jika terjadi kebakaran di suatu tempat bisa terdeteksi
secara cepat dan upaya pemadaman kebakaran dapat dilaksanakan sedini mungkin untuk
mencegah merambatnya api kebakaran. Terutama bagi ahli K3, perencanaan pemasangan
detektor perlu dipahami dalam rangka upaya mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja.
1. 2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghitung jumlah detektor yang harus terpasang pada bangunan gedung
kantor RSB agar memiliki sistem deteksi kebakaran yang baik?
2. Apa jenis detektor yang sesuai untuk dipasang pada gedung kantor RSB?
3. Bagaimana penempatan detektor yang sesuai dengan standar?

1. 3. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya tugas perencanaan sistem pencegahan dan penanggulangan


kebakaran dengan menggunakan detektor antara lain sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu menghitung jumlah detektor yang harus terpasang pada bangunan gedung
RSB agar memiliki sistem deteksi kebakaran yang baik.
2. Mahasiswa mampu mengetahui jenis detektor yang sesuai untuk dipasang pada gedung kantor
RSB.
3. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip penempatan detektor sesuai standar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Proteksi Kebakaran


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008[4] Tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,
sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri
atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada
bangunan yang digunakan. Pada sistem ini dibagi menjadi dua tipe yaitu sistem proteksi
kebakaran aktif dan sistem proteksi kebakaran pasif
2.1.1 Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara
lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis,
sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti sprinkler, pipa tegak dan slang
kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan
pemadam khusus.
2.1.2 Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang
terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen
struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat
ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan.

2.2. Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik


Instalasi Alarm Kebakaraan Automatik adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran
yang menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan titik panggil secara
manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran. Tujuan dari
pemasangan instalsi itu sendiri adalah sebagai peringatan dini terjadinya kebakaran agar
penghuni bangunan tersebut dapat menyelamatkan diri dan dapat mencegah terjadi
meluasnya kebakaran.
Komponen instalasi alarm kebakaran otomatik terdiri dari :
 Detektor dan tombol manual (input signal)
 Panel kontrol kebakaran (sistem control)
 Alarm audible atau visible (signal output)

2.3. Detektor

Gambar 2.1 Detektor


(Sumber : https://www.bromindo.com )

2.3.1 Definisi Detektor


Sebuah perangkat yang dapat terhubung ke sirkuit yang memiliki sensor yang
merespon stimulus fisik seperti panas atau asap. Menurut PER.02/MEN/1983,
Detektor adalah alat untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat
membangkitkan alarm dalam suatu system. Jenis dari detector ini sendiri beragam
dengan funginya masing- masing.
2.3.2 Jenis Jenis Detektor
Jenis-jenis Detector kebakaran menurut Modul Pelatihan Berbasis
Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Teknisi Fire Alarm sebagai berikut :
a. Alat pendeteksi asap (Smoke Detector)
Alat ini mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan membunyikan alarm bila
terdapat asap di ruang tempat alat ini dipasang. Karena kepekaannya,
kadangkadang disebabkan asap rokok saja alat tersebut langsung aktif.
b. Alat pendeteksi panas (Heat Detector)
Alat ini dapat mendeteksi adanya bahaya kebakaran dengan cara
membedakan kenaikan temperature yang terjadi dalam ruang tersebut. Misalnya
pada suhu 6568°C.
c. Alat pendeteksi nyala (Flame Detector)
Alat ini dapat mendeteksi nyala api yang tidak terkendali, dengan cara
menangkap sinar ultra violet atau infra merah yang dipancarkan oleh api.
d. Alat pendeteksi gas
Alat ini berdasarkan konsentrasi gas pada ruang yang dipasangi alat ini.

2.4. NFPA 72 Tahun 2016


Dalam menentukan peletekakkan detector ini mengacu pada standar National Fire
Protection Association 72 National Fire Alarm Code. Standar tersebut mengatur tentang
peletakan pada masing-masing jenis detektor sesuai dengan kondisi ruangan yang akan
dipasang detektor.
2.4.1 Detektor Panas
Berikut ini merupakan ketentuan dalam pemasangan detektor panas menurut
NFPA 72, antara lain:
a. Langit-Langit Halus (Smooth Ceilings)
1. Jarak antar detektor panas pada langit-langit datar tidak boleh melebihi S
dimana nilai S ialah 50 ft (15.3 m).
2. Jarak detektor ke dinding tidak boleh lebih dari S/2.
3. Luas perlindungan detektor sama dengan arak diagonal detektor yaitu 0.7S.

Gambar 2.2 Pemasangan Detektor Panas Pada Ruangan


(Sumber : Smoke, Heat and Duct Detectors Application Bulletin, 2013)
Gambar 2.3 Luas Proteksi Detektor Panas
(Sumber : Smoke, Heat and Duct Detectors Application Bulletin, 2013)
4. Pemasangan detektor panas pada langit-langit tidak boleh kurang dari 4 inch
(0.1 m) dari dinding. Apabila detektor dipasang di dinding maka detektor
harus dipasang pada jarak antara 4 inch (0.1 m) hingga 12 inch (0.3 m).

Gambar 2.4 Pemasangan Detekor Panas pada Langit-Langit dan Dinding


(Sumber : Smoke, Heat and Duct Detectors Application Bulletin, 2013)
b. Konstruksi Balok Melintang Padat (Exposed Solid Joist)
Berdasarkan NFPA, balok melintang padat didefinisikan sebagai konstruksi
padat dengan ketebalan 4 inch (10 cm) atau lebih dari langit-langit dengan jarak
antar balok kurang dari 3 ft (1 m). Ketentuan pemasangan antara lain:
1. Pemasangan detektor panas pada balok padat melintang tidak boleh lebih
dari 50 % untuk jarak perpendicular antar detektor atau sama dengan ½S
detektor.
2. Jarak detektor dari dinding ialah ¼S.
3. Untuk jarak antar detektor dalam satu balok melintang ialah tetap, yaitu
sebesar S dengan jarak detektor panas dari dinding ialah ½S.
4. Pemasangan detektor diletakkan di bagian bawah dari balok melintang
padat.

Gambar 2.5 Pemasangan Detektor Panas Pada Balok Melintang Padat


(Sumber : Smoke, Heat and Duct Detectors Application Bulletin, 2013)
5. Apabila balok melintang padat memiliki ketebalan kurang dari 4 inch (10
cm) maka detektor dapat dipasang di bagian bawah dari balok melintang.
6. Apabila ketebalan balok melintang lebih dari 4 inch (10 cm) maka
pemasangan detektor harus mengikuti aturan pertama dan kedua.
c. Konstruksi Balok (Exposed Beam)
Konstruksi balok didefinisikan sebagai konstruksi padat yang menonjol dari
langit-langit 4 inch (10 cm) ke bawah dengan jarak antar balok 3 ft (1 m).
1. Jarak perpendicular antar detektor pada balok ialah 2/3S.
2. Jarak perpendicular detektor dari dinding ialah 1/3S.
3. Jarak antar detektor dalam satu baris ialah sama, yaitu S dengan jarak dari
dinding yaitu 1/2S.
4. Detektor dapat diletakkan di bawah balok apabila ketebalan balok kurang
dari 12 inch (30.4 cm) dan jarak antar balok kurang dari 8 ft (2.4 m) dari
pusat.

Gambar 2.6 Pemasangan Detektor Panas Pada Kontruksi Balok


(Sumber : Smoke, Heat and Duct Detectors Application Bulletin, 2013)
5. Apabila ketebalan balok lebih dari 12 inch (30.4 cm) dan jarak antar balok
lebih dari 8 ft (2.4 m) dari pusat, maka setiap jarak diantara dua balok harus
dipasang detektor minimal satu buah dan dipasang di langit-langit.
Gambar 2.7 Pemasangan Detektor Panas Diantara Kedua Balok
(Sumber : Smoke, Heat and Duct Detectors Application Bulletin, 2013)
6. Apabila D/H lebih dari 0.1 dan W/H lebih dari 0.4 maka detektor dipasang
di langit-langit.
7. Apabila D/H kurang dari 0.1 atau W/H kurang dari 0.4 maka detektor
dipasang di bagian bawah balok.
8. Balok yang memiliki ketebalan kurang dari 8 inch (20 cm) dianggap langit-
langit datar. Sehingga detektor panas harus dipasang di bagian bawah balok.
9. Apabila ketebalan balok lebih dari 8 inch (20 cm) maka peletakkan detektr
panas mengikuti aturan pertama dan kedua.
Apabila tinggi langit-langit lebih dari 3 m, maka terdapat pengurangan jarak
pemasangan antar detektor. Pengurangan jarak tersebut didasarkan pada
ketentuan yang terdapat di dalam NFPA 72.
Tabel 2.1 Faktro Pengali pada Detektor Panas Berdasarkan Beda KEtinggian Ruangan
Ceiling Height Above Up to and Including Multiply Listed
m ft m ft Spacing by
0 0 3.05 10 1.00
3.05 10 3.66 12 0.91
3.66 12 4.27 14 0.84
4.27 14 4.88 16 0.77
4.88 16 5.49 18 0.71
5.49 18 6.10 20 0.64
6.10 20 6.71 22 0.58
6.71 22 7.32 24 0.52
7.32 24 7.93 26 0.46
7.93 26 8.54 28 0.40
8.54 28 9.14 30 0.34
2.4.2 Detektor Asap
Pengaturan jarak untuk pemasangan detektor asap sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan detektor panas. Berikut ini merupakan ketentuan dalam pemasangan
detektor panas menurut NFPA 72, antara lain:
a. Langit-Langit Halus (Smooth Ceilings)
1. Jarak antar detektor asap pada langit-langit datar tidak boleh melebihi S
dimana nilai S ialah 30 ft (9.1 m).
2. Jarak detektor asap ke dinding tidak boleh lebih dari S/2.
3. Luas perlindungan detektor sama dengan arak diagonal detektor yaitu 0.7S.
4. Detektor asap sebaiknya dipasang pada ketinggian 10 ft (3 m).
5. Pemasangan detektor asap pada langit-langit tidak boleh kurang dari 4 inch
(0.1 m) dari dinding. Apabila detektor dipasang di dinding maka detektor
harus dipasang pada jarak antara 4 inch (0.1 m) hingga 12 inch (0.3 m).
b. Konstruksi Balok Melintang Padat (Exposed Solid Joist)
Berdasarkan NFPA, balok melintang padat didefinisikan sebagai konstruksi
padat dengan ketebalan 8 inch (20 cm) atau lebih dari langit-langit dengan jarak
antar balok kurang dari 3 ft (1 m). Ketentuan pemasangan antara lain:
1. Jarak perpendicular antar detektor asap pada balok ialah 2/3S.
2. Jarak perpendicular detektor asap dari dinding ialah 1/3S.
3. Untuk jarak antar detektor dalam satu balok melintang ialah tetap, yaitu
sebesar S dengan jarak detektor asap dari dinding ialah ½S.
4. Pemasangan detektor harus diletakkan di bagian bawah dari balok melintang
padat.
Gambar 2.8 Peletakan Detekor Asap pada Balok Melintang Padat
(Sumber : Smoke, Heat and Duct Detectors Application Bulletin, 2013)
5. Apabila ketebalan balok melintang kurang dari 8 inch (20 cm) maka
dianggap langit-langit datar. Namun detektor tetap harus dipasang di bawah
balok melintang tersebut.
6. Apabila ketebalan balok melintang lebih dari 8 inch (20 cm) maka
pemasangan jarak antar detektor sesuai dengan aturan pertama dan kedua.
c. Konstruksi Balok (Exposed Beam)
Berdasarkan NFPA, balok melintang padat didefinisikan sebagai konstruksi
padat dengan ketebalan 8 inch (20 cm) atau lebih dari langit-langit dengan jarak
antar balok kurang dari 3 ft (1 m). Ketentuan pemasangan antara lain:
1. Jarak perpendicular antar detektor asap pada balok ialah 2/3S.
2. Jarak perpendicular detektor asap dari dinding ialah 1/3S.
3. Untuk jarak antar detektor dalam satu balok melintang ialah tetap, yaitu
sebesar S dengan jarak detektor asap dari dinding ialah ½S.
4. Pemasangan detektor harus diletakkan di bagian bawah dari balok melintang
padat.

Gambar 2.9 Pemasangan Detektor Asap pada Kontruksi Balok


(Sumber : Smoke, Heat and Duct Detectors Application Bulletin, 2013)
5. Apabila D/H lebih dari 0.1 dan W/H lebih dari 0.4 maka detektor dipasang
di langit-langit.
6. Apabila D/H kurang dari 0.1 atau W/H kurang dari 0.4 maka detektor
dipasang di bagian bawah balok.
7. Apabila ketebalan balok melintang kurang dari 12 inch (30 cm) maka
detektor asap boleh diletakkan di bagian bawah balok.
8. Apabila ketebalan balok lebih dari 18 inch (46 cm), maka setiap jarak
diantara dua balok harus dipasang detektor minimal satu buah dan dipasang
di langit-langit.
Gambar 2.10 Pemasangan Detekor Asap Diantara Kontruksi Balok
(Sumber : Smoke, Heat and Duct Detectors Application Bulletin, 2013)
9. Apabila ketebalan balok melintang lebih dari 8 inch (20 cm) maka
pemasangan jarak antar detektor sesuai dengan aturan pertama dan kedua.

2.5. Perhitunga Jumlah Detektor


Dalam menentukan jumlah detektor terdapat persamaan yang digunakan. Untuk
mendapatkan jumlah detektor dapat menhidung berdasarkan luas perlindungan detektor atau
menghitung jumlah detektor berdasarkan panjang dan lebarnya. Berikut ini persamaan yang
dapat digunakan.
2.5.1 Perhitungan Bedasarkan Luas Penampang Detektor
Dalam NFPA 72, telah dinyatakan bahwa setiap ruangan dengan luas 900 ft2
(84m2) harus diberi minimal satu detektor. Berdasarkan ketentuan tersebut maka
jumlah detektor dalam satu ruangan dapat dihitung dengan persamaan:

Keterangan :
∑D = jumlah detektor dalam satu ruangan
Ar = luas ruangan (m2)
Ad = luas proteksi detektor (m2)
Luas perlindungan detektor dapat dihitung menggunakan luas lingkaran
dengan jari-jari lingkaran berupa ½S.
2.5.2 Perhitungan Bedasarkan Panjang dan Lebar Ruangan
Dalam menghitung detektor menggunakan metode ini dilakukan perhitungan
pada masing-masing panjang dan lebar bangunan. Berikut ini persamaannya:
 Perhitungan Jumlah Detektor Berdasarkan Panjang Bangunan

Keterangan :
Dp = jumlah detektor pada panjang bangunan
p = panjang bangunan (m)
S = jarak antar detektor (m)
 Perhitungan Jumlah Detektor Berdasarkan Lebar bangunan

Keterangan :
Dl = jumlah detektor pada lebar bangunan
l = lebar bangunan (m)
S = jarak antar detektor (m)
Setelah dilakukan perhitungan jumlah detektor pada bagian panjang maupun
lebar bangunan, maka dilakukan perhitungan jumlah detektor didalam ruangan
tersebut. Jumlah akhir detektor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
∑D = Dpx Dl
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir

Mulai
Mulai

Mengumpulkan
Mengumpulkan Data
Data
Layout
Layout Bangunan
Bangunan
Dimensi
Dimensi Bangunan
Bangunan

Perancangan
Perancangan ::

Identifikasi
Identifikasi Bahaya
Bahaya
Menentukan
Menentukan Standart
Standart
Menentukan
Menentukan Jenis
Jenis Detektor
Detektor
Menghitung
Menghitung Jumlah
Jumlah Detektor
Detektor
Menentukan
Menentukan Penempatan
Penempatan Letak
Letak Detektor
Detektor

Analisis
Analisis Data
Data

Kesimpulan
Kesimpulan

Selesai
Selesai

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengerjakan tugas ini antara lain:
1. Denah Gedung
2. Standar NFPA 72 Tahun 2016
3. Sofware AutoCAD 2018
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Gedung

Pada gedung kantor memiliki dimensi 48 m x 28 m x 12 m dengan 4 Lantai yang


memiliki fungsi berbeda-beda. Identifikasi fungsi pada masing-masing ruangan pada tiap
lantai ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Identifikasi Gedung Kantor RSB
Lantai Fungsi
1 Teras, lobby, kantor type 3, kantor type 2, kantor type 3,
ruang administrasi, ruang kebersihan, ruang cctv, kamar
mandi/ wc, ruang AHU (Air Handling Unit), ruang kontrol,
gudang
2 Ruang rapat, kantor type 1, mushola, kantor type 2, kantor
type 3, kamar mandi/ wc, ruang control, ruang AHU (Air
Handling Unit)
3 Kantor type 1, kantor type 2, kantor type 3, ruang komunal,
kamar mandi/wc, toilet pria, toilet wanita, ruang AHU (Air
Handling Unit), Ruang control
4 Ruang yoga, ruang aerobik, ruang pengelola, toilet wanita,
toilet pria, kamar mandi/ wc, ruang gym, ruang control ruang
Ahu (Air Handling Unit), ruang loker, ruang sauna

4.2 Perancangan Sistem Proteksi Kebakaran Aktif

Perancangan sistem proteksi kebakaran aktif digunakan untuk merencanakan dan


merancang sistem proteksi kebakaran untuk memadamkan, mengendalikan, dan memberikan
perlindungan untuk mencegah dari api. Sistem kebakaran aktif ini berupa detektor.
4.2.1 Detektor

1. Perhitungan Detektor lantai 1


Perhitungan detektor pada gedung RSB menggunakan NFPA 72 tahun 2016
sebagai acuan. Berikut contoh salah satu perhitungan detektor pada gedung lantai 1 pada
ruang kantor type 1:
 Dimensi ruangan:
Panjang = 10 m
Lebar = 6 m
Tinggi = 4 m
 Jenis detektor: detektor asap
 Jenis ruangan: ruangan efektif, karena ruangan yang menampung aktivitas sesuai
dengan fungsi bangunan
 Jarak detektor maksimum = 12 m (ruang efektif, detektor asap)
 Faktor pengali = 84% = 0,84
 Jarak maksimum antar detektor (s)
S = jarak detektor maksimum x faktor pengali
= 12 m x 0,84 = 10,08 ≈ 10 m
 Pada arah memanjang
- Jumlah detektor = P/s = 10 /10 = 1 buah detektor
- Jarak detektor dari dinding = s/2 = 10/2 = 5 m
 Pada arah melintang
- Jumlah detektor = L/s = 6/10 = 0,6 ≈ 1 buah detektor
- Jarak detektor dari dinding = s/2 = 10/2 = 5 m
 Lalu didapat jumlah detektor pada ruang kantor type 1 sebanyak 1 buah pada arah
memanjang dan 1 buah pada arah melintang. Hasil perhitungan lengkap untuk
detektor pada lantai 1 terdapat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Jumlah Detektor pada Lantai 1


2. Perhitungan Detektor lantai 2
Sesuai dengan NFPA 72 tahun 2016, terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan menghitung detektor. Berikut ini adalah salah satu contoh perhitungan
detektor pada ruang rapat pada lantai 2:
detektor pada ruang rapat pada lantai 2:
 Dimensi ruangan:
Panjang = 15 m
Lebar = 6 m
Tinggi = 4 m
 Jenis detektor: detektor asap
 Jenis ruangan: ruangan efektif, karena merupakan ruang yg menampung aktivitas
yang sesuai dengan fungsi bangunan.
 Jarak detektor maksimum = 12 m (ruang efektif, detektor asap)
 Faktor pengali = 84% = 0,84
 Jarak maksimum antar detektor (s)
S = jarak detektor maksimum x faktor pengali
= 12 m x 0,84 = 10,08 ≈ 10 m
 Pada arah memanjang:
- Jumlah detektor = P/s = 15 /`10 = 1,5≈ 2 buah detektor
- Jarak detektor dari dinding = 10/2 = 10/2 = 5 m
 Pada arah melintang:
- Jumlah detektor = L/s = 6/10= 0,6 ≈ 1 buah detektor
- Jarak detektor dari dinding = s/2 = 10/2 = 5 m
 Maka didapatkan jumlah detektor pada ruang rapat yaitu sebanyak 2 buah
detektor.
Hasil dari perhitungan untuk semua ruangan pada lantai 2 gedung kantor RSB
adalah sebagai berikut::
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Jumlah Detektor pada Lantai 2
3. Perhitungan Detektor lantai 3
Sesuai dengan NFPA 72 tahun 2016, terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan menghitung detektor. Berikut ini adalah salah satu contoh perhitungan
detektor pada ruang Kantor type 1 pada lantai 3:
 Dimensi ruangan:
Panjang = 11 m
Lebar = 6 m
Tinggi = 4 m
 Jenis detektor: detektor asap
 Jenis ruangan: ruangan efektif, karena merupakan ruang yg menampung aktivitas
yang sesuai dengan fungsi bangunan.
 Jarak detektor maksimum = 12 m (ruang efektif, detektor asap)
 Faktor pengali = 40% = 0,4
 Jarak maksimum antar detektor (s)
S = jarak detektor maksimum x faktor pengali
= 12 m x 0,84 = 10,08 ≈ 10 m
 Pada arah memanjang:
- Jumlah detektor = P/s = 11 /10 = 1,1 = 2 buah detektor
- Jarak detektor dari dinding = s/2 = 10/2 = 5 m
 Pada arah melintang:
- Jumlah detektor = L/s = 6/10 = 0,6≈ 1 buah detektor
- Jarak detektor dari dinding = s/2 = 10/2 = 5 m
 Maka didapatkan jumlah detektor pada ruang rapat yaitu sebanyak 2 detektor.
Hasil dari perhitungan untuk semua ruangan pada 3 lantai gedung kantor RSB
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Jumlah Detektor pada Lantai 3
Arah Memanjang Arah Melintang
Jarak Jarak
Jarak Jarak
Panjang Lebar Tinggi Langit- Jenis Jenis Detektor Faktor Maksimum
No Nama Ruangan Jumlah Detektor Jumlah Detektor
(m) (m) langit (m) Detektor Ruangan Maksimum Pengali Antar
Detektor dari Dinding Detektor dari Dinding
(m) Detektor/ S
Maksimal Maksimal
LANTAI 3

1 Kantor type 1 11 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 2 5 1 5


2 Kantor type 1 (1) 10 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
3 Kantor type 1 (2) 10 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
4 Kantor type 2 (1) 6 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
5 Kantor type 2 (2) 6 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
6 Kantor type 2 (3) 6 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
7 Kantor type 3 (1) 5 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
8 Kantor type 3 (2) 5 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
9 Kantor type 3 (3) 5 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
10 Kantor type 3 (4) 5 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
11 Kantor Type 3 7 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
12 Ruang Komunal 9 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
13 Ruang control 3 3 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
14 Ruang AHU 3 3 4 Asap Efektif 12 0,84 10 1 5 1 5
15 Koridor 1 48 3 4 Asap Sirkulasi 18 0,84 15 4 7,56 1 7,56
16 Koridor 2 13 11 4 Asap Sirkulasi 18 0,84 15 1 7,56 1 7,56
17 Koridor 3 11,9 2 4 Asap Sirkulasi 18 0,84 15 1 7,56 1 7,56

4. Perhitungan Detektor lantai 4


Sesuai dengan NFPA 72 tahun 2016, terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan menghitung detektor. Berikut ini adalah salah satu contoh perhitungan
detektor pada ruang sauna 1 pada lantai 4:
 Dimensi ruangan:
Panjang = 5m
Lebar = 6 m
Tinggi =4 m
 Jenis detektor: detektor asap
 Jenis ruangan: ruangan efektif, karena merupakan ruang yg menampung aktivitas
yang sesuai dengan fungsi bangunan.
 Jarak detektor maksimum = 12 m (ruang efektif, detektor asap)
 Faktor pengali = 84% = 0,84
 Jarak maksimum antar detektor (s)
S = jarak detektor maksimum x faktor pengali
= 12 m x 0,84 = 10,08 ≈ 10 m
 Pada arah memanjang:
- Jumlah detektor = P/s = 5 /10 = 0.5 ≈ 1 buah detektor
- Jarak detektor dari dinding = s/2 = 10/2 = 5 m
 Pada arah melintang:
- Jumlah detektor = L/s = 6/10= 0.6 ≈ 1 buah detektor
- Jarak detektor dari dinding = s/2 = 10/2 = 5 m
 Maka didapatkan jumlah detektor pada ruang sauna yaitu sebanyak 1 buah pada
arah memanjang dan 1 buah detektor pada arah melintang.
Hasil dari perhitungan untuk semua ruangan pada 4 lantai gedung kantor RSB
adalah sebagai berikut:

Arah Memanjang Arah Melintang


Jarak Jarak
Jarak Jarak
Panjang Lebar Tinggi Langit- Jenis Jenis Detektor Faktor Maksimum
No Nama Ruangan Jumlah Detektor dari Jumlah Detektor
(m) (m) langit (m) Detektor Ruangan Maksimum Pengali Antar
Detektor Dinding Detektor dari Dinding
(m) Detektor/ S
Maksimal Maksimal
LANTAI 4

1. ruang sauna 1 5 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5

2. ruang sauna 2 5 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04

3. ruang sauna 3 6 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04

4. ruang pengelola 4 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04


5. ruang aerobic 1 8 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04
6. ruang aerobic 2 10 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04
7. ruang aerobic 3 9 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04
8. ruang yoga 1 10 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04
9. ruang yoga 2 10 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04
10. Kantor
ruang
type
gym
3 10 6 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04
11. Mushola
ruang loker 7 4 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04
12. Ruang control 3 3 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04
13. Ruang AHU 3 3 4 Asap Efektif 12 0,84 10,08 1 5,04 1 5,04
20. Koridor 1 48 3 4 Asap Sirkulasi 18 0,84 15,12 5 7,56 1 7,56
21. Koridor 2 48 11 4 Asap Sirkulasi 18 0,84 15,12 5 7,56 2 7,56
22. Koridor 3 11.5 2 4 Asap Sirkulasi 18 0,84 15,12 2 7,56 1 7,56

4.2.2 Layout Peletakan Detektor


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa, dapat diambil kesimpulan berupa :


1. Jumlah total detektor yang diperlukan gedung kantor RSB pada masing-masing lantai
adalah 18 detektor untuk lantai 1, 19 detektor untuk lantai 2, 159 detektor untuk lantai 3,
141 detektor untuk lantai 4.
2. Pada gedung kantor RSB membutuhkan 1 jenis detektor yang dipasang sesuai fungsi
ruangan yaitu detektor asap.
3. Perancangan dan penempatan detektor dilakukan sesuai dengan perhitungan yang
menghasilkan jumlah detektor pada arah melintang dan memanjang, jarak antara detektor,
jarak maksimal antara detektor, dan jarak detektor pada dinding.
5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan pada Tugas Perencanaan Sistem Deteksi Kabakaran (Detektor)
adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan skala yang tercantum dalam denah untuk menentukan ukuran gedung yang
sebenarnya.
2. Memperhatikan bentuk dan fungsi setiap ruangan untuk penyesuaian penempatan detektor
dan jenis detektor.
2. Melakukan perhitungan dengan teliti dan menyesuaikan dengan standar yang digunakan.
3. Sebagai seorang Calon Ahli K3, harus memahami dengan baik peraturan atau standar yang
dibutuhkan baik dalam melakukan inspeksi atau perancangan.

Anda mungkin juga menyukai