Anda di halaman 1dari 3

Deteksi Kebakaran dan Sistem Alarm

Budaya manajemen property bertanggung jawab untuk melindungi dan melestarikan


bangunan sebuah lembaga. Hal tersebut diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif
akibat iklim, polusi, pencurian, dan api. Peralatan sebuah lembaga yang dicuri dan terkena
dampak iklim masih dapat dikembalikan dan diperbaiki. Berbeda dengan api, peralatan atau
bangunan yang terbakar dapat lenyap dalam hitungan menit. Sehingga perlunya deteksi
kebakaran dini dalam suatu intitusi dan pemasangan system alarm. Kunci dari aspek
perlindungan kebakaran adalah untuk mengembangkan keadaan darurat kebakaran dalam
waktu yang tepat, dan untuk mengingatkan penghuni dan organisasi darurat kebakaran dalam
bangunan. Sehingga perlunya deteksi dini kebakaran dan pemahaman tentang system alarm
dalam bangunan.
Dalam deteksi kebakaran dan system konvensional memberikan sinyal darurat. System
konvensional satu aliran sirkuit disalurkan sepanjang bangunan yang dilindungi. Pemilihan
dan penempatan detector ini tergantung pada berbagai factor termasuk kebutuhan untuk
inisiasi otomatis atau manual, lingkungan, suhu, jenis antisipasi api dan kecepatan respon.
Keuntungan dari system konvensional adalah relatif mudah digunakan untuk bangunan yang
kecil hingga menengah, tidak membutuhkan biaya yang besar. Kerugiannya, pada bangunan
yang besar membutuhkan biaya pasang yang besar pula karena jumlah kabel yang dibutuhkan
juga banyak.

Deteksi Kebakaran dan Sistem Alarm secara Manual


Deteksi kebakaran manual merupakan metode yang paling lama. Manusia sebagai media
detector kebakaran. Manusia yang sehat dapat merasakan beberapa aspek terjadinya
kebakaran seperti panas, api, asap dan bau. Untuk alasan ini, kebanyakan system alarm
kebakaran yang dirancang dengan satu atau lebih aktivasi perangkat pengguna yang akan
digunakan oleh orang yang menemukan api kebakaran. Sayangnya, manusia belum bisa
dipercaya penuh dalam menjalankan metode deteksi karena mereka tidak dapat secara
langsung berada pada awal mula kebakaran terjadi, mungkin tidak menaikkan alarm secara
efektif atau mungkin tidak dalam kesehatan yang sempurna untuk mengenali api. Sehingga

dikembangkannya berbagai detector kebakaran otomatis, meliputi deteksi panas, deteksi asap
dan deteksi api.
Deteksi panas merupakan tipe deteksi kebakaran otomatis yang sudah cukup lama digunakan,
dibuat pada pertengahan 1800-an dengan beberapa model yang masih diproduksi saat ini.
Pada umumnya unit deteksi panas berkerja dalam ruangan pada temperature sekitar 57-74 0C
( 135 165 0C). Jenis deteksi panas yang umum digunakan kedua adalah tipe rate of rise
detector, yang mengidentifikasikan suhu yang meningkatdari suhu normal selama periode
yang singkat. Jenis detector yang ketiga adalah tipe detector baris suhu tetap, yang terdiri dari
dua kabel dan terisolasi yang dirancang untuk mencegah kerusakan bila terkena panas.
Keuntungan dari jenis ini adalah bahwa sense kepadatan termal dapat ditingkatkan dengan
biaya yang lebih rendah.
Detector panas yang sangat handal memilki ketahanan yang baik terhadap operasi dari
sumber yang tidak berlawanan. Detector ini juga sangat mudah dan murah dalam
pemasangan dan perbaikan. Pada sisi lain, detector ini tidak berfungsi sampai suhu kamar
telah mencapai suhu yang cukup besar.
Detector asap merupakan teknologi yang jauh lebih baru, digunakan secara luas selama tahun
1970-an dan 1980-an dalam aplikasi keamanan perumahan. Perangkat ini dirancang untuk
mengidentifikasi tahap awal api, sama halnya dengan indera penciuman manusia. Detector
yang paling umum digunakan adalah tipe spot, yg ditempatkan sepanjang langit-langit atau
didinding yang tinggi dengan cara yang sama dengan pemasangan detector termal. Operasi
detector ini berdasarkan prinsip fotolistrik. Tipe kedua merupakan yang paling sering
digunakan yaitu detector projected beam. Detector ini memeiliki dua komponen terdiri a
light transmitter dan receiver, yang dipasang pada beberapa jarak (hingga 300ft/100m). Tipe
detector asap yang ketiga adalah detector yang paling luas digunakan pada aplikasi yang
sangat sensitive, merupakan system air aspirating. Perangkat ini terdiri dari dua komponen
utama yaitu unit cotrol, dan jaringan pipa. Air aspirating detektor yang sangat sensitif dan
biasanya metode deteksi otomatis tercepat merespons.
Keuntungan dari detector asap adalah kemampuan untuk mengidentifikasi api yang baru
terjadi. Dengan demikian detector ini memberikan waktu dan kesempatan tambahan bagi
personil darurat untuk merespon dan mengontrol api sebelum kerusakan parah terjadi.
Detector api merupakan jenis utama ketiga metode deteksi otomatis, dan meniru indera
penglihatan manusia. Detector ini adalah garis perangkat pandangan yang beroperasi
inframerah, ultraviolet atau prinsip kombinasi. Kisaran gelombang yaitu 4000 hingga 7700
Angstrom sebagai indikasi menyala. Keuntungan deteksi api adalah bahwa hal itu sangat
handal dalam lingkungan yang tidak bersahabat.
Alarm Output Devices
Setelah menerima pemberitahuan alarm, panel kontrol alarm kebakaran sekarang harus
memberitahu seseorang bahwa keadaan darurat sedang berlangsung . Ini adalah fungsi utama
dari aspek keluaran alarm dari sistem. Terdapat beberapa aspek keluaran bunyi alarm sebagai
penanda adanya bahaya, yaitu bel, klakson (horns), lonceng dan nada. Jenis yang paling
banyak digunakan adalah bel. Untuk keluaran visual dari alarm biasanya digunakan lampu
kilat.

Singkatnya, ada beberapa pilihan untuk Deteksi Kebakaran dan Sistem Alarm. Jenis sistem
utama, dan komponen yang dipilih , akan tergantung pada konstruksi bangunan dan nilai,
penggunaan, jenis penghuni, standar di lokasi, nilai konten, dan sensitivitasnya.
Menghubungi seorang insinyur kebakaran atau profesional lainnya yang mengerti masalah
kebakaran dan alarm merupakan langkah awal yang disukai untuk menemukan sistem yang
terbaik.
http://www.bromindo.com/deteksi-kebakaran-dan-sistem-alarm/

Anda mungkin juga menyukai